Anda di halaman 1dari 48

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.

00 sd selesai)

1 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a







RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR . TAHUN.

TENTANG

PENDIDIKAN KEDOKTERAN








KOMISI X
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA, 2012


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

2 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIDIKAN KEDOKTERAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk
memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan dan meningkatkan
mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat;
c. bahwa pendidikan kedokteran sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional diselenggarakan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan untuk
menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan,
penelitian, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga menghasilkan dokter dan dokter gigi yang
berbudi luhur, bermartabat, bermutu, kompeten, berbudaya
menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional,
berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggung jawab,
beretika, bermoral, humanistis, sesuai kebutuhan
masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial
dan berjiwa sosial tinggi yang dilandasi dengan wawasan
kesehatan untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam
menghadapi globalisasi di segala bidang; dan
d. bahwa upaya melakukan penataan pendidikan kedokteran
untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf
c belum diatur secara komprehensif dalam peraturan
perundang-undangan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Pendidikan
Kedokteran;

Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C ayat (1), dan Pasal 31 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

3 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN
KEDOKTERAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan Kedokteran atau Pendidikan Kedokteran Gigi, selanjutnya
disebut Pendidikan Kedokteran, adalah usaha sadar dan terencana dalam
pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan
profesi sebagai satu kesatuan proses pada jenjang pendidikan tinggi yang
program studinya yang terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
2. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber daya pendukung
perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan
kedokteran dan kesehatan. (Usul definisi baru)
3. Fakultas Kedokteran Gigi adalah himpunan sumber daya pendukung
perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan
kedokteran gigi dan kesehatan gigi dan mulut. (Usul definisi baru)
4. Peserta Didik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Mahasiswa
Kedokteran, adalah peserta didik yang mengikuti program pendidikan
akademik dan program pendidikan profesi.
5. Sarjana Kedokteran adalah mahasiswa kedokteran yang telah
menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran, baik
di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
6. Sarjana Kedokteran Gigi adalah mahasiswa kedokteran gigi yang telah
menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran gigi,
baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
7. Dokter adalah dokter, dokter spesialis-subspesialis lulusan pendidikan
kedokteran, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh
Pemerintah.
8. Dokter Gigi adalah dokter gigi, dokter gigi spesialis-subspesialis lulusan
pendidikan kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang
diakui oleh Pemerintah.
9. Pendidik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Pendidik, adalah
seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya pada bidang
ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi, dan/atau bidang ilmu tertentu
yang bertugas untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarkan teknologi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat termasuk
pelayanan kesehatan.
10. Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Tenaga
Kependidikan, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan
keahliannya mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan kedokteran dan/atau pendidikan kedokteran gigi.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

4 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

11. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran adalah bagian dari standar
nasional pendidikan tinggi yang merupakan kriteria minimal dan harus
dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan pendidikan
kedokteran gigi.
12. Kurikulum Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Kurikulum, adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi.
13. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi
sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara
terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi,
pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara
multiprofesi.
14. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang
digunakan fakultas kedokteran, dan/atau rumah sakit gigi mulut yang
digunakan fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi seluruh atau
sebagian besar kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan
kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran
atau kedokteran gigi.
15. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah
sakit umum dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang
digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk
memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran
gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau
kedokteran gigi.
16. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit yang merupakan
jejaring rumah sakit pendidikan utama dan/atau jejaring fakultas
kedokteran atau fakultas kedokteran gigi yang digunakan sebagai wahana
belajar pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi untuk
memenuhi sebagian kurikulum pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau
kedokteran gigi.
17. Wahana Pendidikan Kedokteran adalah fasilitas selain rumah sakit
pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan
kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi.
18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
19. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
20. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan walikota, serta perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan.

Pasal 2
Pendidikan Kedokteran merupakan bagian dari pendidikan tinggi berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

5 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 3
Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran berasaskan:
a. kebenaran ilmiah;
b. tanggung jawab;
c. manfaat;
d. kemanusiaan;
e. keseimbangan;
f. kesetaraan;
g. relevansi;
h. afirmasi; dan
i. etika profesi.

Pasal 4
Pendidikan Kedokteran bertujuan:
a. menghasilkan dokter Dokter dan Dokter Gigi yang berbudi luhur,
bermartabat, bermutu, kompeten, berbudaya menolong, beretika,
berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi pada keselamatan pasien,
bertanggung jawab, beretika, bermoral, humanistis, sesuai kebutuhan
masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial dan berjiwa
sosial tinggi; dan
b. memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi dokter dan dokter gigi,
dan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi, dokter gigi
spesialis-subspesialis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

BAB II
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Bagian Kesatu
Pembukaan dan Penutupan (Usul Pemerintah)

Pasal 5
(1) Perguruan tinggi yang akan membuka program studi kedokteran dan/atau
program studi kedokteran gigi wajib membentuk Fakultas Kedokteran
dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi.
(2) Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. memiliki tenaga pendidik yang tersertifikasi dan tenaga kependidikan;
b. memiliki gedung untuk penyelenggaraan pendidikan;
c. memiliki laboratorium biomedis, laboratorium keterampilan
kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, dan
laboratorium kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat; dan (Usul
publik)
d. memiliki atau bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan.
(3) Selain membuka program studi kedokteran dan/atau program studi
kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fakultas
Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat menambah program
studi lain di bidang kesehatan.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

6 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(4) Ketentuan mengenai persyaratan pembentukan Fakultas Kedokteran
dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi

Pasal 6
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan penyelenggara Pendidikan
Kedokteran.
(2) Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
program pendidikan akademik dan program pendidikan profesi.
a. program pendidikan akademik; dan
b. program pendidikan profesi.
(3) Program pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas:
a. program sarjana kedokteran dan program sarjana kedokteran gigi;
b. program magister yang antara lain untuk keilmuan biomedis,
keterampilan kedokteran klinis, bioetika/humaniora kesehatan, serta
kedokteran komunitas/ kesehatan masyarakat; dan
c. program doktor yang antara lain untuk keilmuan biomedis,
keterampilan kedokteran klinis, bioetika/humaniora kesehatan, serta
kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.
(4) Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b terdiri atas:
a. program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan
b. program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi
spesialis-subspesialis.

Pasal 7
(1) Program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi
spesialis-subspesialis hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki akreditasi
kategori tertinggi untuk program studi pendidikan kedokteran dan
kedokteran gigi.
(2) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang
menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bekerja sama dengan organisasi profesi.
(Masukan RDPU dengan Penyelenggara PPDS)
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program pendidikan dokter
spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan diatur dengan Peraturan Menteri.





Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

7 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 8
(1) Dalam rangka penjaminan mutu, setiap program studi kedokteran dan
program studi kedokteran gigi hanya dapat menerima Mahasiswa
Kedokteran sesuai dengan kuota nasional.
(2) Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Menteri
setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 9
Dalam hal adanya peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan, Fakultas
Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat meningkatkan kuota
penerimaan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan/atau dokter gigi spesialis-subspesialis sepanjang memenuhi
daya tampung dan daya dukungnya dengan persetujuan Menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.

Pasal 10
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi atas nama perguruan
tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Kedokteran bekerja
sama dengan Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran,
organisasi profesi, dan/atau lembaga lain.
(2) Selain bekerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fakultas
Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mendukung program Pemerintah Daerah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 11
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi atas nama perguruan
tinggi dapat bekerja sama dengan rumah sakit, wahana pendidikan
kedokteran, organisasi profesi, dan/atau lembaga lain dari luar negeri.

Pasal 12
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam
penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan harus dibekukan sementara
dikenai sanksi administratif.

Usul Pemerintah
Agar dibahas kembali frasa 'pembekuan", karena bila dibekukan maka
kegiatan belajar-mengajar mahasiswa berhenti sehingga menimbulkan
"kerusuhan, dan tidak dapat lagi dievaluasi apakah telah memenuhi
persyaratan dan standar.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis; dan
b. pencabutan izin.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

8 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(3) Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang dibekukan
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu
tertentu masih tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan, wajib ditutup.

Catatan
frasa "dalam jangka waktu tertentu berpotensi tidak memberikan
kepastian hukum, dan ini menjadi rentan bertentangan dengan konstitusi.
Sehingga memungkinkan warga negara yang dilanggar hak
konstitusionalnya melakukan yudicial review ke Mahkamah Konstitusi.
Karenanya ayat ini diusulkan untuk dihapus dan cukup diatur pada
ayat (2)

(4) Ketentuan mengenai pembekuan dan penutupan Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(Konkordan ayat 2 dan ayat 3, ayat 4 diusulkan untuk dihapus)

Bagian Ketiga
Tempat Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Rumah Sakit

Pasal 13
(1) Penyelenggaraan pendidikan profesi Kedokteran bertempat di rumah
sakit dilaksanakan setelah rumah sakit yang ditetapkan menjadi Rumah
Sakit Pendidikan yang memenuhi persyaratan dan standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
dan standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (Ayat baru)
(3) Penetapan Tempat penyelengaraan Pendidikan Kedokteran di rumah
sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah berkoordinasi dengan
Menteri.
(Penyempurnaan yang diusulkan oleh Pemerintah)

Pasal 14
Rumah sakit yang ditetapkan sebagai menjadi tempat penyelenggaraan
Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. mempunyai Pendidik dengan kualifikasi Dokter dan/atau Dokter Gigi
dokter dan/atau dokter gigi, dan/atau dokter spesialis-subspesialis dan
dokter gigi spesialis-subspesialis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memiliki teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
c. mempunyai program penelitian secara rutin.


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

9 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 15
(1) Rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 memiliki fungsi
pendidikan, penelitian, dan pelayanan.
(2) Fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Fungsi penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab bersama antara Menteri, dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, serta
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang riset dan teknologi.

Catatan ayat (3)
a. Ayat 2 menyatakan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. UU No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dalam Bab IV mengatur tentang Fungsi dan Peran Pemerintah.
c. Merujuk catatan huruf a dan huruf b, agar dipertimbangkan kembali
apakah ayat ini masih perlu dinormakan.

Bagian Keempat
Jenis Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran

Pasal 16
Jenis-jenis Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas:
a. Rumah Sakit Pendidikan Utama;
b. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi; dan
c. Rumah Sakit PendidikanSatelit.

Pasal 17
Wahana Pendidikan Kedokteran antara lain:
a. puskemas;
b. laboratorium; dan
c. fasilitas kesehatan lain.

Bagian Kelima
Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi

Paragraf 1
Pendidikan Akademik

Pasal 18
(1) Pendidikan akademik diselenggarakan sebelum pendidikan profesi.
merupakan pendidikan tinggi program sarjana kedokteran dan sarjana
kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu
kedokteran dan ilmu kedokteran gigi. (Disinkronkan dengan UU
Sisdiknas dan RUU PT)

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

10 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(2) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
pembelajaran akademik, laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu
biomedis, bioetika/humaniora kesehatan, serta kedokteran komunitas/
kesehatan masyarakat.

Pasal 19
(1) Dalam rangka pencapaian kompetensi lulusan, Fakultas Kedokteran dan
Fakultas Kedokteran Gigi menjamin kelangsungan dimilikinya dosen dalam
keilmuan biomedis, bioetika/humaniora kesehatan, dan kedokteran
komunitas/kesehatan masyarakat.
(2) Jaminan kelangsungan dimilikinya dosen sebagaimana ayat (1) dapat
dilaksanakan melalui penyelenggaraan program studi magister dan/atau
doktor di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang
memenuhi persyaratan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program studi magister
dan/atau doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Paragraf 2
Pendidikan Profesi

Pasal 20
(1) Pendidikan profesi klinik merupakan Pendidikan Kedokteran
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan
melalui proses belajar-mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan
pembelajaran lapangan yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkat
pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat
praktik kedokteran.
(2) Dalam rangka pembelajaran klinik dan pembelajaran lapangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahasiswa Kedokteran diberi
kewenangan di bawah supervisi untuk melakukan pelayanan kesehatan.
(3) Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2), tetap
harus mematuhi ketentuan kode etik Dokter dan Dokter Gigi dokter dan
dokter gigi, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
keprofesian.

Pasal 21
(1) Dalam rangka program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter
gigi spesialis-subspesialis, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran
Gigi dapat mendidik dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-
subspesialis di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau di Wahana Pendidikan
Kedokteran.
(2) Dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan menyelesaikan
pendidikannya dapat ditempatkan di rumah sakit jejaring pelayanan dalam
jangka waktu tertentu paling singkat ... (...) bulan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

11 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Catatan
frasa "dalam jangka waktu tertentu berpotensi tidak memberikan
kepastian hukum, dan ini menjadi rentan bertentangan dengan konstitusi.
Sehingga memungkinkan warga negara yang dilanggar hak
konstitusionalnya melakukan yudicial review ke Mahkamah Konstitusi.
Karenanya frasa 'dalam jangka waktu tertentu" diusulkan untuk dihapus
dan disempurnakan menjadi 'paling singkat".

Bagian Keenam
Sumber Daya Manusia

Paragraf 1
Pendidik

Pasal 22
Pendidik terdiri atas:
a. dosen; dan
b. dosen klinis.

Pasal 23
(1) Dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a diangkat dan
diberhentikan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengampu kelompok
keilmuan biomedis, keterampilan kedokteran klinis, laboratorium
bioetika/humaniora kesehatan, serta kedokteran komunitas/kesehatan
masyarakat.
(3) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan
kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 24
(1) Dosen klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b diangkat oleh
pejabat yang berwenang setelah memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-
subspesialis, atau dokter atau dokter gigi yang telah lulus program
magister dalam keilmuan biomedis, keterampilan kedokteran klinis,
laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, atau kedokteran
komunitas/kesehatan masyarakat;
b. memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik klinis yang diperoleh dari
pelatihan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang
terakreditasi;
c. memiliki surat tugas sebagai Dokter atau Dokter Gigi di Rumah Sakit
Pendidikan; dan
d. memiliki kewenangan klinis di Rumah Sakit Pendidikan, dan/atau
Wahana Pendidikan Kedokteran;
(2) Dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan selain di
bidang pendidikan, dan/atau dari masyarakat.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

12 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 25
(1) Dosen klinis mempunyai hak dan kewajiban yang setara dengan dosen
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen klinis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berhak:
a. memperoleh gaji dan tunjangan sebagai dosen klinis yang dibayar oleh
institusi asal;
b. memperoleh insentif kinerja atas pelayanan klinis dan pendidikan yang
dilakukan; dan
c. memiliki jenjang jabatan akademik profesi dosen klinis yang terdiri atas
asisten ahli klinis, lektor klinis, lektor kepala kinis, dan profesor klinis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenjang jabatan akademik profesi dosen
klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 ayat (2) huruf c
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 27
Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen klinis wajib:
a. mengikuti sertifikasi dosen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat/pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan penelitian;
c. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
d. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
dan teknologi;
e. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
sosioekonomi Mahasiswa Kedokteran dalam pembelajaran;

Catatan
frasa "tertentu berpotensi tidak memberikan kepastian hukum, dan ini
menjadi rentan bertentangan dengan konstitusi. Sehingga memungkinkan
warga negara yang dilanggar hak konstitusionalnya melakukan yudicial
review ke Mahkamah Konstitusi. Karenanya frasa "tertentu diusulkan untuk
dihapus.

f. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan
g. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Pasal 28
Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis
ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi dapat menjadi pendidik tamu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

13 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Paragraf 2
Tenaga Kependidikan

Pasal 29
(1) Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran dibantu oleh Tenaga
Kependidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal
dari pegawai negeri dan/atau nonpegawai negeri.
(3) Tenaga Kependidikan nonpegawai negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin pimpinan Fakultas
Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 30
Tenaga Kependidikan bertugas membantu penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Rumah Sakit
Pendidikan, dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran.

Bagian Ketujuh
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran

Pasal 31
(1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran disusun untuk menjamin mutu
Pendidikan Kedokteran.
(2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atas usul asosiasi institusi pendidikan
kedokteran atau, asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi, asosasi
rumah sakit pendidikan, dan organisasi profesi.(Usul Publik)

Pasal 32
(1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) mengatur standar untuk:
a. program pendidikan akademik; dan
b. program pendidikan profesi.
(2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. program Sarjana Kedokteran dan program Sarjana Kedokteran Gigi;
b. program magister yang antara lain untuk keilmuan biomedis,
keterampilan kedokteran klinis, bioetika/humaniora kesehatan, dan
kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat; dan
c. program doktor yang antara lain untuk keilmuan biomedis,
keterampilan kedokteran klinis, bioetika/humaniora kesehatan, dan
kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.
(3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan
b. program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan program
pendidikan dokter gigi spesialis-subspesialis.
(4) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a paling sedikit memuat:
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

14 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter dan dokter gigi, Rumah
Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, Pendidik, Tenaga
Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
b. penilaian program pendidikan dokter dan dokter gigi yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala;
c. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dan
mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter dan dokter gigi;
d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, serta pembiayaan; dan
e. pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter
dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan.
(5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b paling sedikit memuat:
a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter spesialis-subspesialis
dan dokter gigi spesialis-subspesialis, Rumah Sakit Pendidikan,
Pendidik, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan pembiayaan;
b. penilaian program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter
gigi spesialis-subspesialis yang harus ditingkatkan secara berencana
dan berkala;
c. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dan
mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis;
d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
e. pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran,
pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter
spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis dalam
rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; dan
f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa kedokteran program
pendidikan dokter spesialis-spesialis atau dokter gigi spesialis-
subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

Bagian Kedelapan
Kurikulum

Pasal 33
(1) Kurikulum untuk setiap program studi dikembangkan oleh Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang bersangkutan dengan
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
(2) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diarahkan untuk menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi dokter dan dokter
gigi, dan dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialis-
subspesialis dalam rangka:
a. pemenuhan kompetensi lulusan untuk melakukan pelayanan kesehatan
di tingkat primer;
b. pemenuhan kompetensi khusus sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan di daerah tertentu; dan terpencil, tertinggal, perbatasan,
terluar, industri, pertambangan, atau endemis penyakit menular.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

15 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Catatan
frasa " di daerah tertentu berpotensi tidak memberikan kepastian hukum,
dan ini menjadi rentan bertentangan dengan konstitusi. Sehingga
memungkinkan warga negara yang dilanggar hak konstitusionalnya
melakukan yudicial review ke Mahkamah Konstitusi. Karenanya kata
"tertentu dihapus dan disempurnakan menjadi 'terpencil, tertinggal,
perbatasan, terluar, industri, pertambangan, atau endemis penyakit
menular".

c. pemenuhan kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi sebagai pendidik,
peneliti, dan pengembang ilmu.
(3) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu
kedokteran dan/atau ilmu kedokteran gigi, muatan lokal, dan potensi
daerah, untuk memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi dokter dan
dokter gigi, dan dokter spesialis-subspesialis serta dan dokter gigi
spesialis-subspesialis.

Pasal 34
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib menerapkan
Kurikulum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
(2) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang tidak
menerapkan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan
b. penutupan sementara; dan
c. pencabutan izin.

Bagian Kesembilan
Mahasiswa Kedokteran

Paragraf 1
Calon Mahasiswa Kedokteran

Pasal 35
(1) Calon mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi penerimaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
calon mahasiswa kedokteran harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.
(3) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon
Mahasiswa Kedokteran dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya,
kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
(4) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.
(5) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin
pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

16 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(6) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 36
(1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan program
pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-
subspesialis.
(2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan program
pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-
subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut paling rendah:
a. memiliki surat tanda registrasi; dan
b. mempunyai pengalaman klinis dalam kurun waktu tertentu paling
singkat ... (..) tahun di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, atau pulau terluar.

Catatan
frasa "dalam kurun waktu tertentu berpotensi tidak memberikan
kepastian hukum, dan ini menjadi rentan bertentangan dengan konstitusi.
Sehingga memungkinkan warga negara yang dilanggar hak
konstitusionalnya melakukan yudicial review ke Mahkamah Konstitusi.
Karenanya frasa "dalam kurun waktu tertentu diusulkan untuk dihapus
dan disempurnakan.

Pasal 37
(1) Seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis
atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan
berkeadilan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan program pendidikan
dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 38
(1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan
oleh Menteri.
(3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang
ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.
(4) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
membayar seluruh biaya pendidikan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa kedokteran warga
negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.



Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

17 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Paragraf 2
Mahasiswa Kedokteran

Pasal 39
(1) Mahasiswa Kedokteran terdiri atas:
a. mahasiswa kedokteran program pendidikan akademik; dan
b. mahasiswa kedokteran program pendidikan profesi;
(2) Mahasiswa kedokteran program pendidikan akademik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. mahasiswa program sarjana kedokteran dan program sarjana
kedokteran gigi;
b. mahasiswa program magister yang antara lain untuk keilmuan
biomedis, keterampilan kedokteran klinis, bioetika/humaniora
kesehatan, serta kedokteran komunitas/ kesehatan masyarakat; dan
c. mahasiswa program doktor yang antara lain untuk keilmuan biomedis,
keterampilan kedokteran klinis, bioetika/humaniora kesehatan, serta
kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.
(3) Mahasiswa kedokteran program pendidikan profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. mahasiswa program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan
b. mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan
dokter gigi spesialis-subspesialis.

Paragraf 3
Hak dan Kewajiban Mahasiswa

Pasal 40
(1) Setiap Mahasiswa Kedokteran berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum dalam mengikuti proses belajar-
mengajar, baik di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi
maupun di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana Pendidikan
Kedokteran;
b. memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa
program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi
spesialis-subspesialis; dan
c. memperoleh dana bantuan pendidikan dari Pemerintah; dan
(Kemkeu: diusulkan untuk dibahas kembali mengingat kalau
norma ini diberlakukan akan berlaku untuk seluruh mahasiswa
tanpa kecuali)
d. memperoleh waktu istirahat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan;
(2) Setiap Mahasiswa Kedokteran wajib:
a. mengembangkan potensi dirinya secara aktif sesuai dengan metode
pembelajaran;
b. mengikuti seluruh rangkaian Pendidikan Kedokteran;
c. menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta disiplin praktik
kedokteran;
d. mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan Fakultas kedokteran
atau Fakultas Kedokteran Gigi, Rumah Sakit Pendidikan, dan Wahana
Pendidikan Kedokteran; dan
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

18 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

e. menghormati hak dan menjaga keselamatan pasien.
(3) Kententuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban Mahasiswa
Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kesepuluh
Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan

Pasal 41
(1) Beasiswa dapat diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani
Pendidikan Kedokteran dalam bentuk beasiswa ikatan dinas atau beasiswa
bersyarat dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh Pendidikan
Kedokteran dan pemerataan pelayanan kesehatan.
(2) Selain memperoleh beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepada Mahasiswa Kedokteran yang sedang menjalani Pendidikan
Kedokteran dapat diberikan bantuan biaya pendidikan. (Usul Kemkeu:
ayat baru)
(3) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dapat bersumber dari:
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi; atau
c. pihak lain.

Pasal 42
(1) Beasiswa yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (3) huruf a diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran dengan
kewajiban ikatan dinas untuk ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Beasiswa yang bersumber dari Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (3) huruf a diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran
dengan kewajiban ikatan dinas pada daerahnya.
(3) Bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari Pemerintah dan pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (3) huruf a diberikan
kepada Mahasiswa Kedokteran tanpa kewajiban mengikat.
(4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (3) huruf b diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan
Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (3) huruf c diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh
pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43
(1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan dapat diberikan kepada Pendidik
dan/atau Tenaga Kependidikan untuk menjamin pemerataan kesempatan
memperoleh peningkatan kualifikasi dan kompetensi.
(2) Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
beasiswa ikatan dinas atau beasiswa bersyarat.
(3) Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dalam bentuk bantuan bersyarat.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

19 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat bersumber dari:
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi; atau
c. pihak lain.

Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai beasiswa dan bantuan biaya pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 43 diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Kesebelas
Lulusan

Pasal 45
(1) Mahasiswa Kedokteran yang telah menyelesaikan Pendidikan Kedokteran
wajib mengikuti uji kompetensi dokter atau dokter gigi yang bersifat
nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai dokter atau dokter gigi.

Usul Publik
Mahasiswa Kedokteran yang telah menyelesaikan Pendidikan
Kedokteran wajib mengikuti uji kompetensi dokter atau dokter gigi
yang bersifat nasional sebelum dinyatakan lulus sebagai dokter atau
dokter gigi sebagai syarat untuk mengangkat sumpah sebagai dokter
atau dokter gigi

(2) Sumpah sebagai dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan sumpah yang lafalnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Uji kompetensi dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi
bekerja sama dengan organisasi profesi yang mempunyai kompetensi di
bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

Usul Publik
Uji kompetensi dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat nasional dilaksanakan oleh asosiasi institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi Fakultas Kedokteran atau
Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan organisasi profesi
yang mempunyai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran
gigi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 46
(1) Mahasiswa Kedokteran yang telah mengangkat sumpah sebagai dokter
atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) wajib
melaksanakan ikatan dinas atau mengikuti penempatan kerja sementara.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

20 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(2) Kewajiban melaksanakan ikatan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berlaku bagi dokter dan dokter gigi yang menerima beasiswa selama
mengikuti Pendidikan Kedokteran.
(1) Kewajiban mengikuti penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berlaku bagi lulusan perguruan tinggi yang menerima subsidi.
(2) Kewajiban mengikuti penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dikecualikan bagi dokter atau dokter gigi yang akan menjadi
dosen biomedis, dosen bioetika/humaniora kesehatan, dosen kedokteran
komunitas/kesehatan masyarakat, peneliti, atau anggota Tentara Nasional
Indonesia/anggota Kepolisian Republik Indonesia.
(3) Kewajiban penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditujukan dalam rangka pelayanan kesehatan dan/atau pemenuhan
distribusi dokter atau dokter gigi di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(4) Mahasiswa Kedokteran yang telah mengangkat sumpah sebagai dokter
atau dokter gigi tidak melaksanakan ikatan dinas atau tidak mengikuti
penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda; dan
c. sanksi yang sesuai dengan perjanjian.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai ikatan dinas atau penempatan kerja
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6)
dan tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 47
(1) Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter
gigi spesialis-subspesialis wajib mengikuti uji kompetensi dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis bersifat nasional dalam
rangka memberi pengakuan pencapaian kompetensi profesi dokter
spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis.
(2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang program studi
kedokteran dan/atau kedokteran gigi berakreditasi kategori tertinggi bekerja
sama dengan organisasi profesi yang mempunyai kompetensi di bidang
kedokteran atau kedokteran gigi.

Usul Publik (Konkordan Pasal 45 ayat (3)
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang program
studi kedokteran dan/atau kedokteran gigi berakreditasi kategori
tertinggi bekerja sama dengan organisasi profesi yang mempunyai
kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

21 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Bagian Kedua Belas
Kerja Sama

Pasal 48
(1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 11
dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama.
(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. maksud dan tujuan;
b. ruang lingkup;
c. hak dan kewajiban; dan
d. kewenangan dan tanggung jawab.
(3) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi hanya dapat bekerja
sama dengan 1 (satu) Rumah Sakit Pendidikan Utama.
(2) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang
menyelenggarakan lebih dari 10 (sepuluh) program pendidikan dokter
spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis dapat
bekerja sama dengan lebih dari 1 (satu) Rumah Sakit Pendidikan Utama.
(Masukan RDPU dengan Penyelenggara PPDS)
(3) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dapat bekerja sama
dengan Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi dan/atau Rumah Sakit Pendidikan
Satelit.
(4) Kerja sama Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dengan
Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi dan/atau Rumah Sakit Pendidikan Satelit
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan dengan rumah sakit
milik swasta, rumah sakit milik Pemerintah Daerah umum daerah, rumah
sakit milik kementerian lain, dan rumah sakit milik lembaga pemerintah
nonkementerian.

Pasal 50
(1) Rumah Sakit Pendidikan dan/atau rumah sakit gigi dan mulut yang dimiliki
Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat menjadi
Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas
Kedokteran Gigi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Rumah Sakit Pendidikan Utama hanya dapat bekerja sama dengan 1
(satu) Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi sebagai
rumah sakit pendidikan utamanya.
(3) Selain kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Rumah Sakit
Pendidikan Utama dapat menjadi Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi dan/atau
Rumah Sakit Pendidikan Satelit bagi Fakultas Kedokteran atau Fakultas
Kedokteran Gigi lainnya.
(4) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilaksanakan secara
terintegrasi.


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

22 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 51
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam perjanjian kerja sama
dengan Rumah Sakit Pendidikan berhak:
a. memperoleh fasilitas peralatan Pendidikan Kedokteran sesuai dengan
perkembangan teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, dan kebutuhan masyarakat
berdasarkan fungsi dan kualifikasinya untuk ditempatkan dan digunakan
sebagai fasilitas pendidikan di Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. memperoleh dukungan untuk penelitian kedokteran dan/atau kedokteran gigi
di rumah sakit yang ditetapkan sebagai tempat penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran.

Pasal 52
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam perjanjian kerja sama
dengan Rumah Sakit Pendidikan wajib:
a. mengirimkan Mahasiswa Kedokteran untuk melakukan pembelajaran,
penelitian dan pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung rumah sakit tersebut; dan
b. membayar biaya yang diperlukan dalam mengikuti pendidikan di Rumah Sakit
Pendidikan.

Pasal 53
Rumah Sakit Pendidikan dalam perjanjian kerja sama dengan Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam rangka pelaksanaan
Pendidikan Kedokteran berhak menentukan jumlah Mahasiswa Kedokteran yang
dapat melakukan pembelajaran, penelitian dan pelayanan di Rumah Sakit
Pendidikan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.

Pasal 54
Rumah Sakit Pendidikan dalam perjanjian kerja sama dengan Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam rangka pelaksanaan
Pendidikan Kedokteran wajib:
a. membina sistem rujukan diantara rumah sakit jejaring dan Wahana
Pendidikan Kedokteran dalam rangka proses pendidikan;
b. membina perilaku dan etika Mahasiswa Kedokteran termasuk memberikan
sanksi disiplin bagi pelanggarnya.
c. menerapkan prinsip atau konsep tata kelola klinis dan keselamatan pasien
serta mengajarkannya kepada Mahasiswa Kedokteran.

Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 49, dan Pasal 50
diatur dengan Peraturan Pemerintah.






Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

23 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Bagian Ketiga Belas
Penelitian

Pasal 56
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib melaksanakan
penelitian ilmu biomedis, ilmu kedokteran gigi dasar, ilmu kedokteran
klinis, ilmu kedokteran gigi klinis, ilmu bioetika/humaniora kesehatan, ilmu
kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan
kemajuan ilmu kedokteran dan/atau ilmu kedokteran gigi.
(2) Penelitian kedokteran dan kedokteran gigi yang menggunakan manusia
dan hewan percobaan sebagai subjek penelitian harus memenuhi lolos
kaji etik.
(3) Pelaksanaan penelitian kedokteran dan kedokteran gigi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 56A
Pemerintah memberikan bantuan untuk penyediaan sumber daya
manusia, dan sarana prasarana penelitian.

Catatan:
Merujuk Pasal 56 ayat (3), dan UU No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Bab IV Tentang Fungsi dan Peran Pemerintah, maka
Pasal 56A diusulkan untuk dihapus.

Bagian Keempat Belas
Penjaminan Mutu

Pasal 57
(1) Sistem penjaminan mutu penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib mengembangkan sistem penjaminan mutu.
(3) Pengembangan sistem penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan secara internal dan eksternal.
(4) Sistem penjaminan mutu secara internal sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan melalui evaluasi diri dan audit akademik yang
dilakukan unit penjaminan mutu institusi.
(5) Sistem penjaminan mutu secara eksternal sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan oleh lembaga akreditasi Pendidikan Kedokteran
pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang diakui oleh
Pemerintah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem penjaminan mutu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.





Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

24 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

BAB III
PENDANAAN DAN SATUAN BIAYA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Pasal 58
(1) Pendanaan Pendidikan Kedokteran menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Gigi, Rumah Sakit Pendidikan, dan masyarakat.
(2) Pendanaan Pendidikan Kedokteran yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan kabupaten/kota.
(3) Pendanaan Pendidikan Kedokteran yang menjadi tanggung jawab Fakultas
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Rumah Sakit Pendidikan pada
ayat (1) diperoleh dari kerja sama pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
(4) Pendanaan Pendidikan Kedokteran yang diperoleh dari masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk:
a. hibah;
b. zakat;
c. wakaf;
d. bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 59
(1) Biaya investasi untuk Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
milik Pemerintah menjadi tanggung jawab Menteri.
(2) Biaya investasi untuk Rumah Sakit Pendidikan milik Pemerintah menjadi
tanggung jawab Menteri dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 60
(1) Biaya investasi, biaya operasional, dan biaya perawatan di Fakultas
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Rumah Sakit Pendidikan yang
dikelola oleh swasta menjadi tanggung jawab penyelenggara.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan
pendanaan kepada Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan
Rumah Sakit Pendidikan yang dikelola oleh swasta.
(3) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan pendanaan kepada
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Rumah Sakit
Pendidikan.
(4) Bantuan pendanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Usul ayat baru: Kemkeu)

Pasal 61
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib menentukan dan
menyampaikan secara transparan satuan biaya yang dikeluarkan untuk
biaya investasi, biaya pegawai, biaya operasional, dan biaya perawatan,
serta melaporkannya kepada Menteri melalui pemimpin perguruan tinggi.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

25 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

(2) Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Rumah Sakit
Pendidikan menetapkan besaran biaya Pendidikan Kedokteran bagi
Mahasiswa Kedokteran warga negara asing dan melaporkannya kepada
Menteri melalui pemimpin perguruan tinggi.
(3) Dana Pendidikan Kedokteran diutamakan untuk pengembangan
Pendidikan Kedokteran.

Pasal 62
(1) Menteri menetapkan standar satuan biaya operasional Pendidikan
Kedokteran secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Penetapan biaya Pendidikan Kedokteran yang ditanggung Mahasiswa
Kedokteran harus dengan persetujuan Menteri.
(3) Biaya Pendidikan Kedokteran yang ditanggung Mahasiswa Kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di perguruan tinggi negeri paling
tinggi sama dengan biaya pendidikan program pendidikan yang serumpun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar satuan biaya operasional
Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IV
PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 63
(1) Pemerintah memfasilitasi program studi kedokteran dan program studi
kedokteran gigi untuk mencapai akreditasi kategori tertinggi, baik dalam
bentuk sumber daya manusia maupun dalam bentuk infrastruktur.
(2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk
Rumah Sakit Pendidikan milik Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pasal 64
(1) Pemerintah Daerah mendukung penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran
yang baik dan bermutu.
(2) Pemerintah Daerah mendukung pengembangan fungsi Rumah Sakit
Pendidikan yang baik dan bermutu.
(3) Dukungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilakukan dengan mengalokasikan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah untuk Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Gigi, dan/atau Rumah Sakit Pendidikan milik Pemerintah dan/atau
Rumah Sakit Pendidikan milik Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan untuk dikaji ulang

Pasal 65
Pemerintah Daerah dapat memberikan beasiswa khusus dan bantuan biaya
pendidikan kepada Mahasiswa Kedokteran yang berasal dari daerahnya
dan/atau yang mendapat tugas belajar berdasarkan kuota nasional yang
diberikan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

26 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 66
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan Pendidikan
Kedokteran.
(2) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. bantuan pendanaan untuk kemajuan Pendidikan Kedokteran;
b. penyediaan rumah sakit swasta menjadi Rumah Sakit Pendidikan;
c. bantuan pelatihan;
d. bantuan beasiswa untuk Mahasiswa Kedokteran, Pendidik, dan
Tenaga Pendidik Kependidikan; dan/atau
e. bantuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VI
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 67
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 27 huruf a, Pasal 38
ayat (4), Pasal 40 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal
52 huruf b, Pasal 54, Pasal 56 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 57 ayat (2)
dan Pasal 61 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Teguran tertulis;
b. Denda;
c. Penghentian sementara kegiatan;
d. Penundaan kenaikan pangkat;
e. Penurunan pangkat; dan/atau
f. Pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 68
Dalam hal pelaksanaan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57 ayat (2) mengakibatkan subyek penelitian menjadi sakit, cedera, atau
meninggal dipidana dengan pidana penjara paling lama ... (...) tahun dan
dapat ditambah denda paling banyak Rp... (...).

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69
(1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang sudah ada
sebelum Undang-undang ini diundangkan harus menyesuaikan dengan
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

27 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan.
(2) Program studi kedokteran dan program studi kedokteran gigi yang sudah
ada sebelum Undang-undang ini diundangkan harus menyesuaikan
dengan ketentuan Undang-Undang ini paling lambat 5 (lima) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 70
Rumah Sakit Pendidikan yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini
diundangkan wajib menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini,
paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 71
Ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perubahan dokter
pendidik klinis menjadi dosen klinis, wajib menyesuaikan dengan ketentuan
Undang-Undang ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72
Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan peraturan perundang-undangan
yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 73
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lambat 2
(dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 74
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.



Disahkan di Jakarta
pada tanggal ...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,



SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

28 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,



AMIR SJAMSUDDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...



































Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

29 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

PENJELASAN ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIDIKAN KEDOKTERAN

I. UMUM

Pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi merupakan salah satu unsur
perwujudan tujuan negara yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui sistem pendidikan nasional
yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Gerakan reformasi di Indonesia telah mendorong prinsip demokrasi,
desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan berpemerintahan. Dalam
hubungannya dengan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi, prinsip-
prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada
substansi, proses, dan manajemen sistem pendidikan kedokteran dan
kedokteran gigi sebagai komponen penting menuju terintegrasinya sistem
pendidikan dan sistem kesehatan nasional di masa depan.

Dalam rangka menghadapi tantangan dan tuntutan perkembangan
masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi serta globalisasi perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan Kedokteran dan kedokteran gigi
secara terencana, terarah, dan berkesinambungan agar mampu
menghasilkan dokter dan dokter gigi, dokter spesialis-subspesialis dan
dokter gigi spesialis-subspsialis yang baik dan bermutu, kompeten,
profesional, bertanggung jawab, memiliki etika dan moral dengan
memadukan pendekatan humanistik terhadap pasien dan berjiwa sosial
tinggi sebagai komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada
publik, serta berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sehat tetapi
memiliki risiko sakit dan peorangan yang sakit yang memerlukan
pelayanan, perhatian dan kepedulian.

Pembaruan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi dilakukan melalui
penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang
terarah, terukur, dan terkoordinasi. Untuk itu diperlukan rencana strategis
dan penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang
meliputi pembukaan dan penutupan program studi kedokteran dan/atau
program studi kedokteran gigi, pengaturan fakultas kedokteran dan
fakultas kedokteran gigi, tempat penyelenggaraan pendidikan kedokteran
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

30 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

dan kedokteran gigi di rumah sakit, pendidikan akademik dan pendidikan
profesi, sumber daya manusia, standar nasional pendidikan kedokteran,
kurikulum, peserta didik, beasiswa dan bantuan biaya pendidikan, lulusan,
kerjasama, penelitian, dan penjaminan mutu yang diselenggarakan secara
komprehensif. Dalam praktiknya, berbagai peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan sistem pendidikan nasional belum mengatur secara
spesifik dan komprehensif mengenai penyelenggaraan pendidikan
kedokteran dan kedokteran gigi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diperlukan suatu undang-undang
yang secara khusus dan komprehensif mengatur tentang pendidikan
kedokteran dan kedokteran gigi.

Dalam undang-undang ini diatur asas penyelenggaraan pendidikan
kedokteran dan kedokteran gigi yang mengedepankan kebenaran ilmiah,
tanggung jawab, manfaat, kemanusiaan, keseimbangan, kesetaraan,
relevansi, afirmasi, dan etika profesi dengan tujuan untuk menghasilkan
dokter dan dokter gigi, dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi
spesialis-subspesialis yang berbudi luhur, bermartabat, bermutu,
kompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional,
berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, beretika,
bermoral, humanistis, sesuai kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi
dengan lingkungan sosial dan berjiwa sosial tinggi. Untuk itu, kurikulum
yang diterapkan dalam pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi adalah
kurikulum berbasis kompetensi dan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan muatan lokal, potensi daerah untuk memenuhi
kebutuhan dokter dan dokter gigi, dokter spesialis-subspesialis dan dokter
gigi spesialis-subspesialis.

Pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi meliputi pendidikan akademis
dan pendidikan profesi, membutuhkan sarana rumah sakit pendidikan
dengan standar persyaratan yang ditetapkan yang dapat digunakan
sebagai sarana praktik dalam pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi.
Untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit pendidikan tersebut, diperlukan
kerja sama fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi dengan
rumah sakit pendidikan yang memuat secara jelas dan tegas serta
berkepastian hukum tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak,
sehingga para pihak dapat memperoleh manfaat positif dari kerja sama
tersebut.

Hubungan kerja sama antara fakultas kedokteran dan/atau fakultas
kedokteran gigi dengan rumah sakit pendidikan dan/atau rumah sakit gigi
dan mulut terlaksana secara integrasi di bidang manajemen.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

31 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Untuk menjamin pemerataan lulusan terdistribusi ke seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka perlu adanya suatu kebijakan
ikatan dinas atau penempatan kerja sementara. Hal Ini membutuhkan
pendanaan dalam bentuk beasiswa atau bantuan biaya pendidikan.
Pendanaan yang dimaksud dapat berasal dari Pemerintah, pemerintah
daerah, atau pihak lain dengan mengedepankan kepentingan nasional
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas "kebenaran ilmiah adalah bahwa
penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi
dalam substansi dan proses-belajar mengajar mengutamakan
layanan berbasis bukti dan metoda ilmiah serta terciptanya
suasana akademik dan tradisi keilmuan dan kehidupan profesi
tertinggi.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas tanggung jawab adalah bahwa
pemimpin dan jajaran di fakultas kedokteran dan fakultas
kedokteran gigi dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran
dan kedokteran gigi, mahasiswa maupun lulusannya kelak
memiliki kompetensi, integritas, sikap tulus, berniat baik,
terbuka, jujur, hemat, efisien, penuh kebersamaan, etis dan
profesional, humanistik dan berjiwa sosial dalam menjalankan
fungsi dan tugas pelayanan primanya kepada penerima layanan
dalam segala tantangan yang serba berubah di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas "manfaat adalah bahwa
penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi
selalu berorientasi kepada pencapaian status kesehatan dan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya serta kemajuan
peradaban profesi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas "kemanusiaan adalah bahwa
penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi
ditujukan sebagai upaya meringankan/menghilangkan
penderitaan manusia, menumbuhkembangkankan budaya
menolong dan keselamatan pasien, menghargai hak asasi
manusia termasuk diantaranya calon profesional lulusannya
dalam rangka kemajuan kesejahteraan umat manusia, meraih
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

32 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

kepercayaan publik terhadap pendidik dan lembaganya, dan
tercapainya harapan masyarakat terhadap masa depan lebih
baik.
Huruf e
Yang dimaksud dengan asas "keseimbangan adalah bahwa
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan
kedokteran gigi menjaga keserasian dan keselarasan antara
layanan publik dengan layanan privat, individu yang sakit
dengan masyarakat/populasi yang sehat, kendali mutu dengan
kendali biaya, kebebasan penerapan ilmu dan teknologi dengan
nilai moralistik/etika profesi.
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas "kesetaraaan adalah nahwa
pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi dilakukan secara
adil, tidak memihak, ketepatan kelompok sasaran afirmatif,
keberimbangan mutu dan jumlah lulusan antarfakultas dan
antardaerah, dan antarperguruan tinggi negeri dengan antar
perguruan tinggi swasta.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas "relevansi adalah bahwa standar
nasional pendidikan kedokteran senantiasa disesuaikan dengan
tuntutan jaman, kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan pelbagai dinamika Negara
Kesatuan Republik Indonesia khususnya profesi kedokteran dan
kedokteran gigi dalam menyikapi perubahan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan asas "afirmasi adalah adanya
keberpihakan kepada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan,
pulau terluar, kesamaan gender, generasi penerus, masyarakat
rentan, masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu,
masyarakat rendah status kesehatannya maupun tinggi risiko
kesehatannya akibat kondisi struktural ataupun akibat bencana.
Huruf i
Yang dimaksud dengan asas "etika profesi adalah bahwa
penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi
harus sejalan dengan dengan sistem norma, nilai dan aturan
profesional yang berlaku dalam profesi dokter dan dokter gigi.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

33 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Labororium yang dimiliki dilengkapi dengan sistem
informasi kedokteran dan kedokteran gigi serta
kesehatan yang digunakan dengan menggunakan
dokumen elektronik termasuk rekam medis.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (1)
Akreditasi kategori tertinggi diperoleh dari lembaga akreditasi
yang diakui oleh Pemerintah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "organisasi profesi adalah ikatan dokter
Indonesia dan persatuan dokter gigi Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Yang dimaksud dengan "meningkatkan kuota penerimaan mahasiswa
kedokteran program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan
dokter gigi spesialis-subspesialis antara lain dengan memberi
kesempatan tugas belajar kepada dokter dan/atau dokter gigi di daerah
terpencil, tertinggal, perbatasan, terluar, industri, pertambangan, atau
endemis penyakit menular menjadi mahasiwa kedokteran program
pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-
subspesialis dengan menjalani sebagian proses belajar-mengajarnya
di jejaring rumah sakit tersebut dengan supervisi berkala dan
terstruktur oleh dosen klinisnya.

Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "organisasi profesi adalah ikatan dokter
Indonesia dan persatuan dokter gigi Indonesia.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

34 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Ayat (2)
Dukungan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi
terhadap program pemerintah daerah antara lain dalam bentuk
pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat.

Pasal 11
Yang dimaksud dengan "organisasi profesi adalah bahwa organisasi
tersebut mempunyai kompetensi dokter atau dokter gigi.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya adalah Undang-Undang yang mengatur rumah
sakit.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 14
Huruf a
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya adalah Undang-Undang yang mengatur rumah
sakit.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya adalah Undang-Undang yang mengatur sistem
pendidikan nasional, Undang-Undang yang mengatur
pendidikan tinggi, dan Undang-Undang yang mengatur
pelayanan kesehatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

35 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "fasilitas kesehatan lain antara lain
fasilitas kesehatan bergerak, klinik, termasuk untuk kedokteran
komplementer dan alternatif, balai kesehatan, panti dan kantor
kesehatan masyarakat.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jeas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen,
Undang-Undang yang mengatur ketenagakerjaan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "mengampu kelompok keilmuan antara
lain adalah mengajarkan informasi medik elektronik termasuk
rekam medis kepada mahasiswa kedokteran.
Ayat (3)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.

Pasal 24
Cukup jelas.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

36 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 25
Ayat (1)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Huruf a
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
adalah Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.

Pasal 28
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud diantaranya
Undang-Undang yang mengatur tenaga kerja asing.

Pasal 29
Ayat (1)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur ketenagakerjaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur ketenagakerjaan.

Pasal 30
Cukup jelas.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

37 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Standar pendidikan profesi kedokteran disahkan terlebih dahulu
oleh konsil kedoteran sebelum ditetapkan oleh Menteri.

Yang dimaksud dengan "organisasi profesi adalah ikatan dokter
Indonesia dan persatuan dokter gigi Indonesia.

Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penilaian program pendidikan dilakukan sebagai bentuk
akuntabilitas atau pertanggung jawaban fakultas
kedokteran atau fakultas kedokteran gigi kepada
masyarakat, termasuk kinerja dan etika kependidikan
dekan sebagai pimpinan fakultas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penilaian program pendidikan dilakukan sebagai bentuk
akuntabilitas atau pertanggung jawaban fakultas
kedokteran atau fakultas kedokteran gigi kepada
masyarakat, termasuk kinerja dan etika kependidikan
dekan sebagai pimpinan fakultas.
Huruf c
Cukup jelas.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

38 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya adalah Undang-Undang yang mengatur pendidikan
tinggi.
Ayat (2)
Tes yang dilaksanakan termasuk tes psikometri yang
merupakan tes teori dan teknik pengukuran intelgen dan
aktivitas mental dan tes untuk mengukur aspek-aspek psikologi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "jalur khusus adalah bahwa seleksi
penerimaan mahasiswa kedokteran dilaksanakan melalui sistem
kuota.
Ayat (5)
Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur
khusus dilakukan dengan beasiswa ikatan dinas yang ditujukan
untuk menjamin penyebaran lulusan yang merata di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan prinsip "afirmatif adalah penetapan
keberpihakan dalam bentuk pemberian kuota bagi calon
mahasiswa dari daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

39 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

terluar, calon mahasiswa yang berprestasi, masyarakat yang
secara ekonomi kurang mampu, dan kesetaraan gender.

Yang dimaksud dengan prinsip "transparan adalah bahwa
proses perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis harus
diketahui dan mudah diakses oleh masyarakat umum.

Yang dimaksud dengan prinsi "berkeadilan adalah bahwa
seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis harus
diarahkan untuk kepentingan orang banyak secara proporsional.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 38
Ayat (1)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur sistem pendidikan
nasional, Undang-Undang yang mengatur pendidikan tinggi, dan
Undang-Undang yang mengatur warga negara asing.
Ayat (2)
Penetapan kuota bagi warga negara asing harus diberi kuota
maksimum dengan tujuan agar memperbesar peluang bagi
warga negara Indonesia untuk dapat mengikuti pendidikan
kedokteran dan kedokteran gigi serta dalam rangka percepatan
pemenuhan kebutuhan dokter dan dokter gigi, dokter spesialis-
subspesialis, dan dokter gigi spesialis-subspesialis.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "memperoleh pelindungan
hukum antara lain hak cuti dan tidak mendapat
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

40 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

kekerasan fisik, psikologis, dan seksual selama mengikuti
pendidikan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "memperoleh insentif antara lain
memperoleh asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan
kerja, dan asuransi tanggung gugat dari fakultas
kedokteran atau fakultas kedokteran gigi.
Huruf c
Ketentuan perundang-undangan yang dimaksud antara
lain Undang-Undang yang mengatur sistem pendidikan
nasional, Undang-Undang yang mengatur pendidikan
tinggi, Undang-Undang yang mengatur dana bantuan
pendidikan.
Huruf d
Jumlah jam pembelajaran di rumah sakit sama dengan
atau tidak lebih dari 48 (empat puluh) jam dalam 1 (satu)
minggu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 41
Ayat (1)
Yang dimaksud "beasiswa ikatan dinas adalah setiap lulusan
mahasiswa kedokteran yang menerima beasiswa wajib dan
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Yang dimaksud "beasiswa bersyarat adalah setiap lulusan
mahasiswa kedokteran yang menerima beasiswa bersyarat
ditempatkan di daerah sesuai kebutuhan daerah misalnya di
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, terluar, industri,
pertambangan, atau endemis penyakit menular.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pihak lain meliputi orang-perseorangan atau kelompok
masyarakat termasuk pihak swasta.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

41 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur beasiswa dan
bantuan biaya pendidikan.
Ayat (5)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur beasiswa dan
bantuan biaya pendidikan

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud "beasiswa ikatan dinas adalah setiap Pendidik
dan/atau Tenaga Kependidikan yang menerima beasiswa wajib
dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Yang dimaksud "beasiswa bersyarat adalah setiap Pendidik
dan/atau Tenaga Kependidikan yang menerima beasiswa
ditempatkan di daerah sesuai kebutuhan daerah misalnya di
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, terluar, industri,
pertambangan, atau endemis penyakit menular.
Ayat (3)
Yang dimaksud "bantuan bersyarat adalah setiap Pendidik
dan/atau Tenaga Kependidikan yang menerima bantuan
bersyarat diperbantukan di daerah sesuai dengan kebutuhan
daerah misalnya di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan,
terluar, industri, pertambangan, atau endemis penyakit menular.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

42 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Huruf c
Pihak lain meliputi orang-perseorangan atau kelompok
masyarakat termasuk pihak swasta.

Pasal 44
Cukup jelas

Pasal 45
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "bersifat nasional adalah uji
kompetensi yang dilaksanakan di fakultas kedokteran atau
fakultas kedokteran gigi dengan menggunakan sistem yang
berstandar nasional mencakup metode, prosedur
penyelenggaraan, dan soal-soal.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "organisasi profesi adalah ikatan dokter
Indonesia dan persatuan dokter gigi Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Denda dihitung berdasarkan standar satuan biaya
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, bukan
jumlah biaya yang dibayar atau yang menjadi mahasiswa
kedokteran saat mengikuti pendidikan.


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

43 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Huruf c
Sanksi yang sesuai dengan peraturan diantaranya sanksi
pencabutan ijazah.
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "bersifat nasional adalah uji
kompetensi yang dilaksanakan oleh fakultas kedokteran atau
fakultas kedokteran gigi dengan menggunakan sistem yang
berstandar nasional mencakup metode, prosedur
penyelenggaraan, dan soal-soal.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "organisasi profesi adalah ikatan dokter
Indonesia dan persatuan dokter gigi Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Peraturan perundang-undangan yang dimaksud diantaranya
adalah Undang-Undang yang mengatur sistem pendidikan
nasional, Undang-Undang yang mengatur pendidikan tinggi, dan
Undang-Undang yang mengatur perjanjian kerja sama.

Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "rumah sakit afiliasi atau rumah sakit
satelit meliputi rumah sakit umum, rumah sakit daerah, rumah
sakit internasional, rumah sakit khusus, rumah sakit milik
lembaga tertentu, dan rumah sakit swasta, serta pusat
kesehatan masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
disetarakan dengan rumah sakit misalnya klinik dan balai
pengobatan, dan laboratorium
Ayat (4)
Cukup jelas.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

44 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Integrasi yang dimaksud merupakan integrasi fungsional di
bidang manajemen, termasuk penyelenggara pendidikan
kedokteran dan rumah sakit pendidikan beserta wahana
pendidikan kedokteran dapat melakukan integrasi struktural.

Pasal 51
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dukungan penelitian diantaranya diwujudkan dalam bentuk
perijinan, laboratoroium, sumber daya manusia, dan finansial.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "ilmu biomedis meliputi fisika medik,
biologi medik, kimia medik, anatomi, histologi, biokimia, biologi
sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, parasitologi,
patologi, dan farmakologi.

Yang dimaksud dengan "ilmu kedokteran gigi dasar meliputi
biologi oral, patologi mulut dan maksilofasial ilmu material
kedokteran gigi, dan antropologi dental.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

45 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Yang dimaksud dengan "ilmu kedokteran klinis meliputi antara
ilmu penyakit dalam beserta cabang-cabangnya, kardiologi,
pulmonologi, ilmu bedah beserta cabang-cabangnya, urologi,
orthopedi, ilmu bedah plastik, ilmu bedah saraf, ilmu penyakit
anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu penyakit saraf, ilmu
kesehatan jiwa, ilmu kesehatan kulit dan kelamin, ilmu
kesehatan mata, ilmu telinga hidung dan tenggorokan, radiologi,
anestesiologi, ilmu keterapian fisik dan rehabilitasi medis, ilmu
kedokteran forensik dan medikolegal.

Yang dimaksud dengan "ilmu kedokteran gigi klinis meliputi
ortodonsia, prostodonsia, bedah mulut dan maksilofasial,
konservasi gigi, periodonsia, penyakit mulut, dan radiologi
kedokteran gigi.

Yang dimaksud dengan "ilmu bioetika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik fakta ilmu pengetahuan
alam, hayati, dan lingkungan yang berdemensi pengembangan
teknologi dengan makna ilmu pengetahuan sosial dan budaya
yang berdemensi kemanusiaan sehingga menawarkan
pemecahan selaras, serasi, seimbang terhadap konflik moral
yang muncul antarkeduanya untuk landasan etika dalam sikap,
tindakan dan praktik kedokteran atau kedokteran gigi sehingga
sesuai dengan peradaban dan kedamaian global.

Yang dimaksud dengan "ilmu humaniora kesehatan adalah ilmu
yang mengkaji dan mendalami manusia serta pemikiran
manusia meliputi antara lain ilmu perilaku (belajar sepanjang
hayat, mawas diri) komunikasi, antropologi, psikologi, sosiologi,
agama, etika, hukum, bahasa, Pancasila dan kewarganegaraan;
melalui upaya memperoleh realitas kemanusiaan dengan
melakukan interpretasi makna, nilai atau norma antara lain yang
terkait dengan anamnesis, diagnosis antarsubyek
(intersubyektivitas) khususnya antara dokter dan dokter gigi
selaku perorangan atau tim profesional dengan pasien dalam
mengatasi sakit/masalah keehatan.

Yang dimaksud dengan "ilmu kedokteran komunitas adalah
sekolompok ilmu multidisiplin yang terdiri atas ilmu kesehatan
masyarakat, ilmu kedokteran pencegahan, epidemiologi, ilmu
kesehatan kerja, ilmu kedokteran keluarga, dan pendidikan
kesehatan masyarakat.

Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

46 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Yang dimaksud dengan "ilmu kesehatan masyarakat adalah
ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan melakukan
efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisasi untuk
meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,
pendidikan individu tentang kebersihan perseorangan,
pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, diagnosis
dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial,
yang dapat mendukung setiap orang di masyarakat mempunyai
standar kehidupan yang kuat di dalam menjaga kesehatannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur sistem pendidikan
nasional, Undang-Undang yang mengatur pendidikan tinggi, dan
Undang-Undang yang mengatur penelitian.

Pasal 56A
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Yang dimaksud dengan "biaya investasi adalah biaya penyediaan aset
tetap, alat laboratorium, dan pengembangan sumber daya manusia.

Pasal 60
Ayat 1
Yang dimaksud dengan "yang dikelola swasta adalah fakultas
kedokteran, fakultas kedokteran gigi, dan/atau rumah sakit
pendidikan yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh
masyarakat.

Yang dimaksud dengan "penyelenggara adalah badan hukum
atau yayasan yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran
dan/atau pendidikan kedokteran gigi.


Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

47 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Ayat 2
Yang dimaksud dengan "yang dikelola swasta adalah fakultas
kedokteran, fakultas kedokteran gigi, dan/atau rumah sakit
pendidikan yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh
masyarakat.
Ayat 3
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "ketentuan peraturan perundangan-
undangan diantaranya Undang-Undang yang mengatur
bantuan pendanaan.

Pasal 61
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang dimaksud
diantaranya Undang-Undang yang mengatur pendidikan tinggi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Program pendidikan yang serumpun dengan pendidikan
kedokteran adalah ilmu terapan atau ilmu alam.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Yang dimaksud dengan "beasiswa khusus adalah beasiswa yang
diberikan kepada mahasiswa kedokteran yang lahir di daerah tertentu,
menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
menengah di daerah kelahirannya, dan setelah lulus dari pendidikan
kedokteran kembali ke tempat kelahirannya.

Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Draft RUU Tentang Pendidikan Kedokteran: Bahan Rapat Panja tgl. 9 April 2012 (Pukul 10.00 sd selesai)

48 | H u r u f m i r i n g d a n t e b a l p e r l u d i p u t u s k a n o l e h P a n j a

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "bantuan lainnya adalah
masyarakat dapat memberikan bantuan penyelenggaraan
pendidikan kedokteran berupa penyediaan sarana dan
prasarana seperti penyediaan lahan, dan/atau peralatan
yang menunjang penyelenggaraan pendidikan
kedokteran.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...

Anda mungkin juga menyukai