Anda di halaman 1dari 3

badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada 2010 mencapai

US$3.004,9 atau Rp27 juta. Ini meningkat 13 persen ketimbang PDB per kapita 2009 yang sebesar Rp23,9 juta atau US$2.349,6. Sistem sekolah Indonesia sangatlah luas dan bervariasi. Dengan lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, sistem ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). Dua menteri bertanggung jawab untuk mengelola sistem pendidikan, dengan 84 persen sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa 16 persen berada di bawah Departemen Agama (Depag) Tingkat pendaftaran bersih sekolah dasar berada di bawah 60% di kabupaten-kabupaten tertinggal dibandingkan dengan di kabupaten maju yang memiliki pendaftaran universal. Tingkat pendaftaran bersih untuk pendidikan menengah mengalami peningkatan kuat (saat ini 66% untuk Sekolah Menengah Pertama dan 45% untuk Sekolah Menengah Umum) tapi tetap rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah ini. Indonesia juga tertinggal dengan para tetangganya dalam Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Tinggi, dengan tingkat pendaftaran kotor sebesar 21% dan 11,5% secara berurutan. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAE XTN/0,,contentMDK:21879716~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html
Status Gizi
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

1998
10.51 19.00 67.33 3.15

1999
8.11 18.25 69.06 4.58

2000
7.53 17.13 72.09 3.25

2001
6.30 19.80 71.10 2.70

2002
7.47 18.35 71.88 2.30

2003
8.55 19.62 69.59 2.24

2005
8.80 19.24 68.48 3.48

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=30&notab=40

Menurut data RisKesDas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2007 diIndonesia diketahui prevalensi balita dengan gizi buruk 5,4%, gizi kurang13,00%, gizi baik 77,20% dan gizi lebih 4,30%. Berdasarkan data dariDepartemen Kesehatan RI Tahun 2005, suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan bila hanya ada 2,0% balita mempunyai statusgizi kurang dan 0,5% balita mempunyai status gizi buruk Berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita antara lainkurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan(Almitsier S, 2001 : 301). Adapun faktor lain yang mempengaruhi adalahkondisi sosial ekonomi dan budaya keluarga seperti pola asuh keluarga(Depkes RI, 2002 : 2). Sosial ekonomi dapat diukur melalui variabel-variabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan

pekerjaan(Notoatmodjo, S. 2005 : 68). Masalah gizi pada balita akan berdampak seriusterhadap kualitas generasi mendatang (Depkes RI, 2002 : 2). Pada obesitas(gizi lebih) pada anak bila terus berlanjut sampai dewasa dapat mengakibatkansemakin meningkatnya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetesmelitus, hipertensi dan penyakit hati (Almitsier S, 2001 : 308). Selain itu gizikurang pada balita dapat menyebakan gangguan pertumbuhan fisik danperkembangan mental (Depkes RI, 2002 : 2). Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ yang akan merusak sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik, dampak selanjutnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental sertamenurunnya skor IQ (Pudjiadi S, 2001 : 134).

99 B.

Konsep Balita Bawah lima tahun atau sering disingkat balita merupakan salah satuperiode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Balita dibedakan :1.

Bayi (0-12 bulan).2.

Anak balita (13-36 bulan).3.

Anak balita (37-60 bulan).(Wijono Djoko, 2006 : 65 Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosialekonomi keluarga harus melalui variabel-variabel pendapatan keluarga,tingkat pendidikan dan pekerjaan (Notoatmodjo, 2005 : 68) keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan eratdengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkankarena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagaimasalah tersebut (Effendy Nasrul, 1998 : 39 Pendapatan merupakan nilai maksimal yang dapat dikonsumsioleh seseorang dalam satu periode dengan mengharapkan keadaanyang sama pada akhir periode seperti semula (Rustam, 2002 salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang terlampau rendah. Dengan adanya tingkatpendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai

keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya(Ahmadi Abu, 1997 : 344). Tingkat pendidikan khususnya tingkatpendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsurpendidikan ibu dapat berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap danperilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akanmemudahkan seseorang untuk menyerap informasi danmengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari(Depkes RI, 2004 : 27) pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 tahun 2003 Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (1985)pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilakuseseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan(Nursalam dan S Pariani, 2001 : 33). Makin tinggi tingkat pendidikanseseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurangakan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilaiyang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997). Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antaramakanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input ) dengan kebutuhantubuh (nutrient out put ) akan gizi tersebut (Supariasa IDN, 2001 : 88) 1. Status gizi lebih: Status gizi lebih berkaitan dengan konsumsi makanan yangmelebihi dari yang dibutuhkan terutama konsumsi lemak yang tinggidan makanan dari gula murni (Djaeini Ahcmad, 2000 : 27).b.

2. Status gizi baik Status gizi baik adalah kesesuaian antara jumlah asupan dengankebutuhan gizi seorang anak (Santoso Soegeng, 2004 : 3).c.

3. Status gizi kurangStatus gizi kurang pada dasarnya merupakan gangguan kesehatanyang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein dalamwaktu tertentu (DepKes RI, 2002 : 2).d.

4. Status gizi buruk Bila kondisi gizi kurang berlangsung lama maka akan berakibatsemakin berat kekurangannya, dalam keadaan ini dapat menjadi gizi buruk uruk (DepKes RI, 2000 : 6).

Anda mungkin juga menyukai