Anda di halaman 1dari 37

Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya) surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Quran dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah. Dinamakan AlFatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al Quran. Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al Quran yang kemudian dirinci oleh surat-surat sesudahnya. Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surat ini berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Quran dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Quran seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkariNya, semua itu tercermin dalam ekstrak surat Al Fatihah. Nama Lain Surat Al Fatihah Surat Al Fatihah memiliki banyak nama. Di antaranya; Fatihatul Kitab (pembuka kitab/Al Quran). Karena Al Quran, secara penulisan dibuka dengan surat ini. Demikian pula dalam shalat, Al Fatihah sebagai pembuka dari surat-surat lainnya. Al Fatihah dikenal juga dengan sebutan As Sabul Matsani (tujuh yang diulang-ulang). Disebabkan surat ini dibaca berulang-ulang pada setiap rakaat dalam shalat. Dinamakan juga dengan Ummul Kitab. Karena di dalamnya mencakup pokok-pokok Al Quran, seperti aqidah dan ibadah. Menurut al-Qurtubhi surat al-Fatihah memiliki 12 nama, yakni al-salah (salat, doa), fatihatul kitab (induk alkitab), ummul kitab (induk al-Quran), al-matsani (berulang-ulang), al-quranul azhim (al-Quran yang agung), asy-syifa (penawar, obat, penyembuh), ar-ruqyah (rukyah), al-asas (fondasi), al-wafiyah (yang menyeluruh, komprehensif), al-kafiyah (yang sempurna) dan al-fatihah (pembuka). Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : Al-Hamdulillah (AlFatihah) adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, As-Sabul Matsaani dan Al-Quranul Adhim. (HR. At-Tirmidzi dengan sanad sahih). Dinamakan dengan Ummul Kitab atau Umul Quran, yaitu induk Al-Quran, karena di dalamnya mencakup inti ajaran Al-Quran. Membaca Al-Fatihah Adalah Rukun Shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah). (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu anhu). Dalam sabda yang lain beliau mengatakan yang artinya, Barangsiapa yang shalat tidak membaca Ummul Quran (surat Al Fatihah) maka shalatnya pincang (khidaaj). (HR. Muslim) Al Fatihah Adalah Surat Paling Agung Dalam Al Quran Dari Abu Said Rafi Ibnul Mualla radhiyallahu anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, Maukah kamu aku ajari sebuah surat paling agung dalam Al Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti? Maka beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar maka aku pun berkata; Wahai Rasulullah, Anda tadi telah bersabda, Aku akan mengajarimu sebuah surat paling agung dalam Al Quran? Maka beliau bersabda, (surat itu adalah) Alhamdulillaahi Rabbil alamiin (surat Al Fatihah), itulah As Sabul Matsaani (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam shalat) serta Al Quran Al Azhim yang dikaruniakan kepadaku. (HR. Bukhari, dinukil dari Riyadhush Shalihin cet. Darus Salam, hal. 270) Al-Fatihah adalah surat yang paling utama. Dari Anas bin Malik ra. berkata: Tatkala Nabi saw dalam sebuah perjalanan lalu turun dari kendaraannya, turun pula seorang lelaki di samping beliau. Lalu Nabi menoleh ke arah lelaki tersebut kemudian berkata: Maukah kamu aku beritahukan surat yang paling utama di dalam al-Quran? Anas berkata: Kemudian Nabi saw membacakan ayat segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Al-Fatihah dapat digunakan untuk meruqyah. Dari Abi Said al-Khudry dan Abu Hurairah ra (keduanya) berkata: Rosulullah saw bersabda, surat pembuka al-Kitab dapat menyembuhkan dan menawarkan racun. Mengucapkan amin akan menghapus dosa-dosa. Dari Abu Hurairah ra., Sesungguhnya Nabi saw bersabda: Jika imam mengucapkan ghoiril magdhubi alaihim waladh dhallin, maka sambutlah dengan ucapan amin, karena para malaikatpun mengucapkan amin dan sesungguhnya imampun mengucapkan amin pula. Maka barang siapa yang ucapan amin-nya sesuai dengan ucapan malaikat, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Allah tidak pernah menurunkan dalam Taurat dan Injil yang seperti surat Al-Fatihah. (HR. At-Tirmidzi dengan sanad sahih). Al-Fatihah adalah Ruqyah, yaitu jampi-jampi untuk mengobati penyakit. (HR. Bukhari). Shalat tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah. (HR. Muslim dan An-Nasai). Al-Fatihah adalah dialog hamba dengan Allah Taala. (HR. Muslim dan An-Nasa?i). Dari Abu Hurairah r.a dari Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa shalat yang tidak membaca di dalamnya Ummul Quran (Al-Fatihah) maka shalatnya tidak sempurna (Rasulullah SAW mengulanginya tiga kali). Lalu ditanyakan kepada Abu Hurairah r.a : Bagaimana apabila kita dibelakang imam. Abu Hurairah r.a menjawab: Bacalah (Al-Fatihah) dalam dirimu, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku membagi shalat (Al-Fatihah) antara Aku dengan hambaKu menjadi dua bagian dan bagi hambaKu apa yang dia minta. Apabila dia (hamba) mengucapkan: Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Allah Taala menjawab: Hambaku memujiKu.Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah Taala menjawab: HambaKu menyanjung-nyanjungKu. Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: Yang menguasai hari pembalasan. Allah Taala menjawab: HambaKu mengagung-agungkanKu. Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Allah Taala menjawab: Ini adalah antara Aku dengan hambaKu dan bagi hambaKu apa yang dia minta. Dan apabila dia (hamba) mengucapkan: Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Allah Taala menjawab: Ini adalah untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang dia minta. (HR. Muslim dan An-Nasai). Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya) surat Al-Fatihah

Sebagaimana diriwatkan oleh Ali bin Abi Tholib mantu Rosulullah Muhammad saw: Surat al-Fatihah turun di Mekah dari perbendaharaan di bawah arsy Riwayat lain menyatakan, Amr bin Shalih bertutur kepada kami:Ayahku bertutur kepadaku, dari alKalbi, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada). Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rosulullah saw. bersabda saat Ubai bin Kaab membacakan Ummul Quran pada beliau, Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah as-sabul matsani (tujuh kalimat pujian) dan al-Quran al-Azhim yang diberikan kepadaku.

Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Ikhlash 1


(3) )1( )2( Imam Tirmizi, Imam Hakim dan Imam Ibnu Khuzaimah, telah mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abul Aliyah, yang ia terima dari Ubay bin Kaab, bahwasanya orang-orang musyrik telah berkata kepada Rasulullah saw., "Ceritakanlah kepada kami mengenai Rabbmu." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! 'Dialah Allah Yang Maha Esa.'" (Q.S. Al Ikhlash, 1 hingga akhir surah) Imam Tabrani dan Imam Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang sama melalui hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin 'Abdullah. Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah Al Ikhlash ini termasuk surah Makiah. Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwasanya orang-orang Yahudi datang kepada Nabi saw. di antara mereka terdapat Kaab bin Asyraf dan Huyay bin Akhthab. Mereka berkata, "Hai Muhammad! Gambarkanlah kepada kami Rabbmu yang telah mengutusmu." Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa'." (Q.S. 112 Al Ikhlash, 1 hingga akhir surah) Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Qatadah. Demikian pula Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Said bin Jubair. Maka dengan riwayat ini dapat disimpulkan bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abul Aliyah yang menceritakan, bahwa ia telah mendengar Qatadah menuturkan sebuah hadis, bahwasanya golongan yang bersekutu mengatakan kepada Nabi saw., "Gambarkanlah kepada kami Rabbmu." Lalu datanglah malaikat Jibril kepada Nabi saw. dengan membawa surah ini. Inilah orang-orang musyrik yang dimaksud di dalam hadis Ubay tadi, dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah. Seperti halnya pula pengertian yang diisyaratkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. dan kedua hadis tersebut tidak bertentangan. Akan tetapi Imam Abu Syekh di dalam kitabnya Al 'Azhamah, mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abban yang ia terima dari Anas r.a. yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Yahudi Khaibar datang kepada Nabi saw. lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim! (nama julukan Nabi Muhammad) Allah telah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) al Hijab, Nabi Adam dari lumpur hitam yang diberi bentuk, iblis dari nyala api, langit dari asap dan bumi dari buih air. Maka ceritakanlah kepada kami tentang Rabbmu." Nabi tidak menjawab mereka, maka datanglah malaikat Jibril dengan membawa surah ini, yaitu firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa." (Q.S. 112 Al-Ikhlash, 1 hingga akhir surah).

Memahami Tafsir Surat al Ikhlas


Rabu, 31 Maret 2010 21:00 Muhammad Abduh Tuasikal Belajar Islam

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Saat ini kita masuk dalam pembahasan tafsir surat Al Falaq. Semoga bermanfaat. Allah Taala berfirman, ) )1( )2( )3( )4( 5) (yang artinya) : 1. Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, 2. dari kejahatan makhluk-Nya, 3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, 4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul , 5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. Pengenalan Surat ini dan surat sesudahnya (surat An Naas) diturunkan secara bersamaan sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi dalam Dalailin Nubuwwah. Oleh karena itu, kedua surat ini dinamakan Al Mawizatain. Surat ini merupakan surat Makkiyyah (turun sebelum hijrah) dan ada juga yang mengatakan bahwa surat ini adalah surat Madaniyyah. Surat ini turun sesudah surat Al Fiil. (Aysarut Tafasir, hal. 1503; At Tarif bi Suratil Quranil Karim) Asbabun Nuzul Tatkala Nabi shallallahu alaihi wa sallam disihir oleh orang Yahudi yang bernama Labid bin Al Ashom di Madinah, Allah Taala menurunkan Al Mawizatain (surat Al Falaq dan An Naas). Lalu Jibril alaihis salam meruqyah (membaca kedua ayat tersebut) kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Berkat izin Allah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam sembuh. (Aysarut Tafasir, hal. 1503) [Namun, riwayat sabab nuzul untuk surat Al falaq dan An Naaas dinilai dhaif oleh Syaikh Muqbil dalam as Shahih al Musnad min Asbab anNuzul, lihat juga penjelasan Ibnu Katsir] Tafsir Ayat Pertama

1) )
1. Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, Yang dimaksud dengan Robbil Falaq adalah Allah. Al Falaq berasal dari kata falaqo yang berarti membelah. Dalam ilmu shorof Al Falaq bermakna isim maful sifat musyabbahah yang berarti terbelah. Lebih khusus Al Falaq bisa bermakna Al Ishbah (pagi/shubuh) karena Allah membelah malam menjadi pagi. Secara umum Al Falaq bermakna segala sesuatu yang muncul/keluar dari yang lainnya. Seperti mata air yang keluar dari gunung, hujan dari awan, tumbuhan dari tanah, anak dari rahim ibunya. Ini semua dinamakan Al Falaq. Perhatikan ayat-ayat berikut. Allah Taala berfirman,

Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (QS. Al Anam [6] : 95). Allah juga berfirman,


Dia menyingsingkan pagi. (QS. Al Anam [6] : 95) (Tafsir Juz Amma, 294; Ruhul Maani) Pengertian Taawudz Taawudz (istiadzah) adalah meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa taala agar terhindar dari marabahaya. (Ianatul Mustafid; Mutiara Faedah Kitab Tauhid, 95) Meminta Perlindungan (Isti'adzah) adalah Ibadah Meminta perlindungan (istiadzah) merupakan ibadah. Karena menghilangkan marabahaya dan kejelekan tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah subhanahu wa taala. Segala sesuatu yang tidak ada yang mampu melakukannya kecuali Allah, maka hal yang demikian tidaklah boleh dilakukan (ditujukan) kecuali pada Allah semata. Apabila hal semacam ini diminta kepada selain Allah, termasuk perbuatan syirik. Ayat yang menunjukkan bahwa meminta perlindungan hanya boleh kepada Allah (karena Dia-lah yang mampu) dan bukan pada selain-Nya adalah firman Allah Taala,


Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Fushshilat [41] : 36) Allah juga memerintahkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan kepada-Nya sebagaimana pada awal surat Al Falaq dan An Naas. Dan perintah untuk Rasulullah berarti juga perintah untuk umatnya karena umatnya memiliki kewajiban untuk meneladani beliau. Allah juga menyatakan bahwa meminta perlindungan kepada selain Allah termasuk kesyirikan sebagaimana pada ayat,


Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rasa takut. (QS. Al Jin [72] : 6) Maksudnya adalah Allah akan menambahkan kepada manusia rasa takut. Oleh karena itu, ini adalah hukuman dari perbuatan mereka sendiri yang meminta perlindungan pada jin. Dan hukuman pasti diakibatkan karena dosa. Maka ayat ini menunjukkan celaan bagi manusia semacam ini karena telah meminta perlindungan kepada selain Allah. Qotadah dan ulama salaf lainnya mengatakan bahwa makna rohaqo dalam ayat ini adalah itsman (dosa). Oleh karena istiadzah berakibat dosa, maka istiadzah termasuk ibadah dan bernilai syirik jika ditujukan kepada selain Allah yang mati dan ghoib. (Ianatul Mustafid; At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid) Tafsir Ayat Kedua

2) )
2. dari kejahatan makhluk-Nya, Ayat ini mencakup seluruh yang Allah ciptakan baik manusia, jin, hewan, benda-benda mati yang dapat menimbulkan bahaya dan dari kejelekan seluruh makhluk. (Taysir Al Karimir Rahman; Aysarut Tafasir). Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini berarti berlindung dari kejelekan seluruh makhluk. Tsabit Al

Bunani dan Al Hasan Al Bashri menafsirkan berlindung dari jahannam dan iblis serta keturunannya. (Tafsir Al Quran Al Azhim) Ayat ini juga mencakup meminta perlindungan pada diri sendiri. Ingatlah, nafsu selalu memerintahkan pada kejelekan. Allah Taala berfirman,


Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS. Yusuf [12] : 53). Maka setiap kali seseorang mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali tercakup dalam ayat tersebut adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari kejelekan dirinya sendiri, yang mungkin sering ujub (berbangga diri) atau yang lainnya. Sebagaimana yang terdapat dalam khutbatul hajjah:


Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan diriku sendiri. (HR. At Tirmidzi. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dhoif Sunan At Tirmidzi no. 1105) (Tafsir Juz Amma, 294295) Tafsir Ayat Ketiga

3) )
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, Ghosiq dalam ayat ini adalah Al Lail (malam) dan juga ada yang mengatakan Al Qomar (bulan). Sedangkan Idza Waqob bermakna apabila masuk (Tafsir Juz Amma, 295; Adhwaul Bayan). Mujahid mengatakan bahwa ghosiq adalah Al Lail (malam) ketika matahari telah tenggelam sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Abi Najih. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad bin Kaab Al Qurtubhy, Adh Dhohak, Khushoif, dan Al Hasan. Qotadah mengatakan bahwa maksudnya adalah malam apabila telah gelap gulita. (Tafsir Al Quran Al Azhim) Syaikh Asy Syinqithi mengatakan bahwa pendapat yang kuat adalah tafsiran yang pertama (ghosiq adalah malam) sebagaimana didukung dengan tafsiran Al Quran. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. (QS. Al Israa [17] : 78) Sedangkan bulan merupakan bagian dari malam. Dan di malam harilah setan serta manusia dan hewan yang suka berbuat kerusakan bergentayangan ke mana-mana (Adhwaul Bayan). Kepada Allah-lah kita meminta perlindungan dari kejahatan dan kejelekan seperti ini. Tafsir Ayat Keempat

4) )
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, Mujahid, Ikrimah, Al Hasan, dan Qotadah mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah sihir. Mujahid mengatakan, Apabila membaca mantera-mantera dan meniupkan (menyihir) di ikatan tali (Tafsir Al Quran Al Azhim). Dalam ayat ini disebut dengan An Nafatsaat yaitu tukang sihir wanita. Karena umumnya yang menjadi tukang sihir adalah wanita. Namun ayat ini juga dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan wanita, jika yang dimaksudkan adalah sifat dari nufus (jiwa atau ruh) (Ruhul Maani; Tafsir Juz Amma, 295) Namun perlu diingat bahwa dalam syariat ini terdapat pula penyembuhan penyakit dengan doa-doa yang disyariatkan yang dikenal dengan ruqyah. Dari Abu Said, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu mengatakan,Ya Muhammad, apakah engkau merasa sakit? Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,Iya. Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan mengatakan,

Bismillah arqika min kulli sya-in yudzika, min syarri kulli nafsin aw aini hasidin. Allahu yasyfika. Bismillah arqika [Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejelekan (kejahatan) setiap jiwa atau ain orang yang hasad (dengki). Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu]. (HR. Muslim no. 2186. Ada yang berpendapat bahwa kejelekan nafs (jiwa) adalah ain, yakni pandangan hasad). Tafsir Ayat Kelima

5) )
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. Hasad adalah berangan-angan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain baik agar pindah kepada diri kita ataupun tidak (Aysarut Tafasir). Allah menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan bahayanya perkara ini. Hasad adalah memusuhi nikmat Allah. Sebagian Ahli Hikmah mengatakan bahwa hasad itu dapat dilihat dari lima ciri : Pertama, membenci suatu nikmat yang nampak pada orang lain; Kedua, murka dengan pembagian nikmat Allah; Ketiga, bakhil (kikir) dengan karunia Allah, padahal karunia Allah diberikan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya; Keempat, tidak mau menolong wali Allah (orang beriman) dan menginginkan hilangnya nikmat dari mereka; Kelima, menolong musuhnya yaitu Iblis. (Al Jaami liahkamil Quran) Salah satu dari bentuk hasad adalah ain (pandangan hasad). Apabila seseorang melihat pada orang lain kenikmatan kemudian hatinya merasa tidak suka, dia menimpakan ain (pandangan mata dengan penuh rasa dengki) pada orang lain. Ain ini dapat menyebabkan seseorang mati, sakit atau gila. Ain ini benar adanya dengan izin Allah Taala. Allah memerintahkan kepada kita untuk berlindung kepada-Nya dari malam apabila gelap gulita, dari sihir yang ditiupkan pada buhul-buhul, dan dari orang yang hasad apabila dia hasad, karena ketiga hal ini adalah perkara yang samar. Banyak kejadian pada malam hari yang samar yang dapat memberikan bahaya kepada kita. Begitu juga sihir adalah suatu hal yang samar, jarang kita ketahui. Dan begitu juga hasad dari orang lain, itu adalah hal yang samar. Dan ketiga kejelekan (kejahatan) ini masuk pada keumuman ayat kedua,

2) )
dari kejahatan makhluk-Nya. (Tafsir Juz Amma, 296) Lalu bagaimana jalan keluar agar terbebas dari tiga kejelekan (kejahatan) ini? Pertama, dengan bertawakkal pada Allah, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah Taala. Kedua, membaca wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang dapat membentengi dan menjaga dari segala macam kejelekan. Perlu diingat bahwasanya kebanyakan manusia dapat terkena sihir, ain, dan berbagai kejelekan lainnya dikarenakan lalai dari dzikir-dzikir. Ingatlah bahwa bacaan dzikir merupakan benteng yang paling kokoh dan lebih kuat daripada benteng Yajuj dan Majuj. Namun, banyak dari manusia yang melupakan hal ini. Banyak di antara mereka yang melalaikan dzikir pagi dan petang, begitu juga dzikir ketika hendak tidur. Padahal dzikir-dzikir tersebut mudah untuk dihafalkan dan dibaca. (Tafsir Juz Amma, 296) Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Mbali, Panggang, Gunung Kidul, 23 Dzulqodah 1428 Sumber Rujukan 1.Adhwaul Bayan, Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy, Maktabah Syamilah 2.Al Jaami liahkamil Quran (Tafsir Qurtubhy), Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Anshory Al Qurtubhy, Jami Mawsuah Al Quranil Karim, www.omelketab.net 3.At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih Alu Syaikh, www.islamspirit.com

4.At Tarif bi Suratil Quranil Karim, Jami Mawsuah Al Quranil Karim, www.omelketab.net 5.Aysarut Tafasir likalamil Aliyyil Karim, Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi, Maktabah Adhwail Manar 6.Ianatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan, www.islamspirit.com 7.Mutiara Faedah Kitab Tauhid (edisi revisi), Abu Isa Abdullah bin Salam, Pustaka Muslim 8.Ruhul Maani fi Tafsiril Quranil Azhim was Sabil Matsani, Syihabuddin Mahmud bin Abdillah Al Husaini Al Alusi, Mawqiut Tafaasir-Maktabah Syamilah 9.Shohih wa Dhoif Sunan At Tirmidzi, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Maktabah Syamilah 10.Shohih Muslim, Muslim bin Al Hajjaj ABul Husain Al Qusyairiy An Naisabuiy, Pentahqiq : Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar Ihya At Turots Al Arobiy Beirut-Maktabah Syamilah 11.Tafsir Al Quran Al Azhim, Abul Fada Ismail bin Umar bin Katsir Al Qurasyi Ad Dimasyqi, Maktabah Syamilah 5. 12.Tafsir Juz Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, Darul Kutub Al Ilmiyyah 13.Taysir Al Karimir Rahman fi Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As Sadi, Muassasah Ar Risalah-Maktabah Syamilah TAFSIR MU`AWWIDZATAIN (AL-FALAQ dan AN-NASS) Apr 14, '09 11:35 PM untuk semuanya


TAFSIR MU`AWWIDZATAIN (AL-FALAQ dan AN-NASS) Oleh : Asrul Asy`ary I.MUQADDIMAH Segala puji hanya milik Allah,Rabb semesta alam yang telah dan akan selalu mencurahkan segala kenikmatan kepada setiap ciptaan-Nya terutama bagi Hamba-hamba-Nya yang shalihin, untuk itu hanya kepada-Nyalah kita beribadah,menyembah, meminta pertolongan serta berlindung dari segala keburukan yang ada pada diri kita serta kejelekan amalan-amalan yang telah dan akan kita lakukan, barang siapa yang Allah berikan petunjuk maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkan begitu pula sebaliknya barang siapa yang Allah sesatkan maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk, kita bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak dan benar untuk di ibadahi kecuali Allah semata, kita juga bersaksi bahwa Allah telah memilih seseorang untuk menjadi utusan serta hamba-Nya yaitu Muhammad saw. Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada uswah hasanah Nabi Muhammad saw atas segala jasa perjuangan beliau dalam menegakkan dan menjadikan bumi ini dipenuhi oleh orang-orang yang bertauhid kepada Allah, dengan segala apa yang beliau punyai, Waktu, harta serta jiwa, maka sangat wajar ketika beliau menjuluki orang yang tidak mau dan enggan bersalawat dengan julukan bakhil,kemudian salawat juga senantiasa tercurah kepada seluruh kepuarga dan para sahabat serta selluruh kaum Muslimin yang senantiasa berpegang teguh dengan jalan-Nya hingga hari kiamat kelak. Alhamdulillah dengan izin Allah, pada makalah kali ini insyaallah kami mencoba menguak rahasia di balik kandungan dua surat yang agung ( Al-falaq, An-nas ),yang oleh Rasulullah biasa di sebut dengan surat Mu`awwidzatain,mungkin sering kita membaca serta mendengar kedua surat ini, terutama dalam setiap shalat-shalat yang kita lakukan pada setiap harinya, dan kita pun tentu telah memahami arti dari kedua surat tersebut, tapi apakah kita telah memahami isi dari dan kandungannya, makna-makna yang terselip di dalamnya, serta keistimewaankeistimewaannya.tentu akan menjadi lebih baik di samping kita tahu arti kata, kita mengetahui maknanya, sehingga kita bisa bertadabbur dengannya dan kita menjadi hamba yang semakin dekat dengan sang Rabb. tentunya dengan mengambil beberapa referensi dari beberapa kitab tafsir para ulama`. Wallahu a`lam bish shawab. II. PENAMAAN SURAT telah banyak hadits yang menjelaskan tentang keistimewaan kedua surat ini , salah satunya adalah tentang sunnahnya meminta perlindungan kepada Allah dari segala keburukan dan penyakit dengan membaca kedua surat ini, itu artinya kedua surat ini adalah surat untuk meminta perlindungan, dengan menyebut sifat-sifat Allah yang terdapat di dalamnya, Rabbunnas, Malikinnas, ilahinnas, Rabbulfalaq, oleh karna itu Rasulullah menamakan kedua surat ini dengan Mu`awwidzatain, sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah III. KEUTAMAAN

Mua`awizdatain (Al-falaq dan Al-nas) adalah dua surat yang banyak memikiki keutamaan , dalam hadits Rasulullah sering menyebutkan keutamaan-keutamaanya, kendati suratnya pendek tapi memiliki kandungan makna dan keutamaan yang sangat luar biasa, berikut ini hadits-hadits yang telah di sebutkan oleh Rasulullah. Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab sahihnya sebuah hadits dari Qais bin Hazim dari Uqbah bin `Amir ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, TIdaklah engakau mengetahui adanya ayat-ayat yang turun tadi malam yang tidak ada ayat yang sepertinya, yaitu, Aku berlindung kepada tuhan yang menguasai subuh dan Aku berlindung kepada tuhan yang memelihara dan menguasai Manusia , Dalam lafadz yang lain dari riwayat Ibrahim At-Taimi, dari Uqbah bahwa ia berkata, Rasulullah bertanya kepadaku , maukah engkau aku beri tentang permohonan perlindunganoleh orang-orang yang memohon perlindungan, Aku jawab tentu, Beliau bersabda, aku berlindung kepada tuhan yang menguasai subuh, dan aku berlindung kapada yuhan yang memelihar dan menguasai manusia. Dalam kitab Tirmidzi ,an-Nasai dan sunan Abu dawud disebutkan bahwa Abdullah bin habib berkata,kami keluar pada waktu malam, saat itu sedang turun hujan dan sangat gelap , kami mencari Nabi untuk mendo`akan kami , lalu kami menemukan beliau lalu bersabda, katakanlah, maka aku tidak mengatakan sesuatu,kemudian Nabi bersabda lagi, Katakanlah, Aku tidak mengatakan apa-apa,kemudian Nabi bersabda lagi, katakanlah, maka, akau berkata, ya Rasulullah, apa yang harus aku katakana? Nabi menjawab katakanlah surat Al-ikhlas dan Mu`awwizdatain ketika pagi dan sore hari sebanyak tiga kali, maka hal tersebut akan membuatmu terlindung dari segala sesuatu,Imam tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini berderajat hadits hasan sahih. Dalam sunan Tirmidzi juga terdapat riwayat hadits yang di riwayatkan oleh Jarir dari Abu hurairah dari Abu Sa`id ia berkata, Dahulu Rasulullah selalu meminta perlindungan dari jin dan dari kejahatan mata Manusia sampai turunya surat Mu`awwidzatain , ketika keduia surat tersebut turun , maka beliau mencukupkan diri dengan kedua surat tersebut dan meninggalkan selain keduanya. Tirmidzi berkata , dalam bab ini terdapathadits dari anas iniberderajat Gharib. Dalam sahih Bukhari , ma`mar juga meriwayatkan dari Zuhri, dari Urwah dari `Aisyah bahwa ia berkata, sesungguhnya Nabi mengobati dirinya ketika dalam keadaan sakit yang membawa wafatnay dengan membaca surat AlMuawwidzatain. Ketika sakitnya bertanbah parah , maka aku yang meniupkannya kemudian mengusap beliau dengan tangan beliau sendiri , mengaharap keberkahannya. Kemudian aku bertanya kepada Ibnu Syihab bagaiman Rasululullah meniupnya ? maka , dia menjawab , beliau meniup kedia tangannya kemudian mengusap wajahnya dengan keduan tangannya.[1] Demikianlah beberapa hadits-hadits yang yang kami rasa cukup untuk mewakili penjelasan tentang keutamaan dari dua surat( Al-Falaq dab Al-nas ), benar apa yang telah di fimankan Allah di dalam suratnya yang lain, yang mengatakan bahwa Al-quran di turunkan selain sebagai pegangan hidup bagi manusia,yang mengatur segala tingkah laku, juga sebagai syifa` (obat ) bagi segala penyakit, baik penyakit yang bersifat batiniyyah ataupun yang bersifat lahiriyah, dan itu terbukti dengan adanya hadits-hadit diatas yang menerangkan, bagaiman Rasulullah ketika mendapatkan suatu musibah ataupun penyakit, rasulullah selalu membaca dua surat ini ( Al-falaq dan An-nas ).

IV. TEMPAT TURUN DAN ASABABUN NUZUL


Surat Al-falaq dan surat An-Nas adalah dua surat yang memiliki sebelas jumlah ayat, lima ayat dalam surat Al-Falaq dan enam ayat dalam Surat An-Nas,Kedua surat ini termasuk madaniyah, seperti yang dikatakan oleh Ibnu abbas,Qatadah dan dikatakan pula oleh jama`ah, karna di lihat dari Asbabun Nuzul kedua surat ini, ketika peristiwa tersihirnya Nabi SAW. Yang di lakukan oleh orang Yahudi, kejadian ini terjadi ketika Rasulullah berada di Madinah[2], begitu pula yang di jelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya Qur`anul Adzim. Sedangkan sebab turunya kedua surat ini adalah, Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa Rasulullah pernah mengalami sakit yang sangat parah, maka datanglah kepada beliau dua Malaikat, yang satu duduk di sebelah kepala beliau dan yang satunya lagi duduk disebelah kaki beliau, kemudian berkatalah Malaikat yang duduk di sebelah kaki beliau kepada Malaikat yang duduk di sebelah kepala, apa yang telah engkau lihat? Ia menjawab, beliau tekena gunaguna, dia bertanya lagi, apa guna-guna itu? Ia menjawab, guna-guna itu sihir, dia bertanya lagi, siapa yang membuat sihirnya? ia menjawab lagi, Lubaid bin A`sham Al-yahudi, yang sihirnyaberupa gulungan yang di simpan di dalam sumur, di bawah sebuah batu besar, datanglah kesumur itu, timbalah airnya dan angkat batunya, kemudian ambil gulungannya dan bakarlah. Pada pagi harinya Rasulullah mengutus `Ali, Zubeir, Amar bin yasir untuk mengambilnya, setibanya di sumur itu tampaklah airnya merah seperti air pacar, air itu di timbanya dan di angkat batunya,serta di keluarkan gulungannya kemudian di bakar, ternyata di dalam gulungan tersebut terdapat tali yang terdiri dari sebelas simpul, kedua surat ini turun berkenan dengan peristiwa tersebut, setiap kali Rasulullah mengucapkan satu ayat maka terbukalah satu simpul, sampai Rasulullah membaca ayat yang terakhir, maka terbukalah suluruh simpulnya,[3] Sebagian dari para Mufassirin meragukan keshahihan dari riwayat ini, mereka beranggapan bahwa riwayat ini termasuk dari kedustaan orang-orang yahudi, seperti yang telah di jelaskan dalam tafsir Al-wadhih dan tafsir Alwasith,dengan tujuan untuk memberikan keraguan bagi kaum Muslimin tentang penjagaan Allah terhadap Nabi Muhammad sebagaimana yang di firmankan Allah.[4]

akan tetapi yang lebih rajih adalah shahih, sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh imam Muslim dalam sahihnya pada kitab tib, begitu juga di sebutkan dalam tafsir quranil `adzim karangan Ibnu katsir, wallahu a`lam bish shawab. V. PENJELASAN TAFSIR A. Surat Al-falaq Sesungguhnya kata addza yang terdiri dari tiga huruf serta semua kata yang mengambil kata dasar dari ketiga huruf tersebut mengandung arti terlindung, terjaga, dan selamat, hakekat makna Addza adalah lari dari seauatu yang di takuti menuju sesuatu yang dapat melindunginya dari yang di takuti tersebut, karna itu sesuatu yang dapat memberikan perlindungan di sebut dengan ma`adzan atau bisa di sebut wazaran atau malja`an. Dalam surat ini Allah memerintahkan untuk berlindung dengan Rabbil falaq Artinya adalah rabb yang menguasai waktu subuh, Allah memerintahkan kepada setiap hambanya untuk senantiasa berlindung dari segala kejelekan dengan Tuhan yang menguasai waktu subuh, tak ada satupun yang pantas di mintai perlindungan kecuali Allah, tidak ada yang lain, rasulullah telah mencontohkan hal tersebut jauh-jauh hari, adalah rasulullah tidak pernah sekali pun meminta perlindungan kepada makhluk, begitu pula allah melarang hambanya untuk meminta perlindungan kepada jin, sesungguhnya meminta perlindungan kepada jin dan mengagungkannya hanya akan membuat jin tersebut semakin congkak, jin-jin tersebut akan semakin berbuat dengan perbuatan yang melampaui batas, sebagaimana yang Allah firmankan dalam ayat-Nya yang lain : 1.Beberapa kejahatan yang Manusia menghindarinya Kejahatan atau keburukan yang menimpa Manusia tidak keluar dari dua macam. Pertama dosa dan kemaksiatan yang di kerjakan oleh Manusia itu sendiri, pada hari kiamat nanti Manusia akan menerima balasannya berupa yaitu siksa yang sangat pedih, kamaksiatan atau dosa adalah surtu pekerjaan yang terjadi atas kehendak Manusia yang dengan kebebasannya ia melakukan pekerjaan tersebut, jika di lihat dari sisi kedekatan hubungan antara kejadian dengan keinginan manusia, dan di lihat dari sisi akibat yang akan di terima oleh pelaku perbuatan tersebut, maka pantas jika di katakan bahwa perbuatan maksiat adalah kejahatan dan keburukan terbesar yag menimpa manusia. Ke dua adalah keburukan yang menimpa Manusia yang di sebabkan oleh orang lain, seseorang yang melakukan suatu pekerjaan yang berdampak buruk di bagi menjadi dua,: mukallaf, orang yang terkena beban syari`at, di antaranya adalah jin dan Manusia. Ghairu Mukallaf, yang tidak terkena beban syari`at, seperti anak kecil, binatang buas dan lain sebagainya.[5]

Dalam surat ini terkandung perintah untuk senantiasa berlindung dari semua bentuk kejahatan dan keburukan yang menimpa Manusia, dalam surat Al-falaq terdapat empat perkara yang Manusia minta perlindungan kepada Allah untuk terhindar darinya, yang pertama adalah kejahatan Makhluk secara umum, kedua kejahatan malam apabila telah gelap, yang ketiga kejahatan wanita penyihir apabila meniup pada buhul, keempat, kejahatan orang yang dengki apabila mendengki, keempat perkara di atas akan kita bahas satu persatu insyaallah.

2.Berlindung dari keburukan waktu malam Keburukan yang di maksud dalam ayat yang ketiga dalam surat Al-Falaq ini adalah keburukan waktu malam, dalam ayat ini di bicarakan hal yang lebih khusus dari pada ayat yang sebelumnya, yang dalam istilah Ulama` adalah Alkhos ba`da Al-am Kebanyakan ulama tafsir berpendapat bahwa yang di maksud dalam ayat ini adalah malam, dalam hal ini Ibnu Abbas berkata, di sebut malam jika gelap datang dari arah timur kemudian menjalar ke setiap tempat atau penjuru sehingga menjadi gelap.[6] Menganai penamaan malam dengan Ghasiq, ada pendapat lain, yakni di ambil dari kata Al-bard yang artinya dingin , karna malam hari lebih dingin dari pada siang, kata al-ghasaq berarti bisa dikatakan dan di artikan dengan makna dingin, akan tetapi yang lebih shahih maknanya adalah malam, Alasan perintah Allah untuk memohon perlindungan dari kegelapan malam adalah, karena malam merupakan waktu bagi pengaruh arwah jahat, pada malam hari setan bertebaan, dalam sebuah hadits Nabi mengatakan bahwa ketika matahari terbenam, setan bertebara, untuk itu Nabi bersabda, Kumpulkanlah anak-anakmu, ikatlah hewan peliharaanmu hingga kegelapan malam berlalu, Maam merupakan saat gelap ketika setan Manusia dan setan jin menguasai sesuatu yang tidak dapat mereka kuasai pada waktu siang, sementara itu pengaruh setan akan mengena pada waktu kegelapan tiba, di tempat-tempat yang gelap. Oleh karena itu jika kita tarik kepada zaman yang sekarang kita hidup di dalamnya, banyaknya fakta yang menunjukkan bahwa bertebarnya kemaksiatan pada waktu malam hari, pada keadaan yang gelap, karna ahlu maksiat beranggapan malam adalah waktu yang sangat sesuai untuk di jadikan ajang berbuat keburukan, dengan di temani gelapnya malam, mereka akan merasa aman dengan suasana yang sepeti itu. Begitu pula pengaruh sihir akan lebih mengena pada waktu malam hari, bukan pada waktu siang hari, sihir pada waktu malam menurut tukang sihir adalah sihir yang sangat kuat pengaruhnya. 3.Berlindung dari kejahatan sihir dan bukti keberadaanya Keburukan yang ketiga adalah keburukan tkang sihir, dan yang di maksud dalam ayat ini adalah wanita penyihir yang meniupkan buhul-buhul tali, dan menyemburkan ludah pada setiap buhulnya, sehingga sihirnya mengenai sasaran yang di kehendaki, An-nafats adalah menyemburkan ludah akan tetapi tidak sampai berdahak, itu adalah merupakan perbuatan tukang sihir, jika tukang sihir memiliki niat jahat kepada seseorang, ia akan meminta bantuan arwah jahat dan menyemburkan ludah pada buhul tali. Bukti adanya sihir adalah peristiwa tersihirnya Rasulullah, dan juga termasuk sebab turunya ayat ini, haditnya sahih yang di riwayatkan oleh perawi yang tsiqah, yaitu Hisyam bin Urwah bin Zubeir, walaupun ada sebagian ahlu kalam yang mendustakan hadits ini, akan tetapi para ulama` tafsir berpendapat shahih. Adapun bantahan terhadap perkataan ahlu kalam bahwa apabila Nabi terkena sihir, berarti menafikan pemeliharaan dan penjagaan Allah kepada para Anbiya`, maka terhadap perkataan ini dapat di berikan tanggapan sebagai berikut, Allah sebagaiman akan melindungi para Nabi, juga akan mencoba mereka dengan cobaan yang di kehendaki-Nya, seperti gangguan orang-orang kafir, tujuannya supaya mereka mendapat keempurnaan dengan bersabar diri dari gangguan musuh mereka. Di samping itu pula, cobaan itu juga dapat di jadikan pelajaran bagi umatnya. Jika seorang di ganggu atau di sakiti orang lain, dia bisa mengambil pelajaran dari peristiwa yang di alami para Nabi dan Rasul, para Nabi dan Rasul berhati sabar dan ikhlas, lalu Umat mengikuti sifat tersebut dalam berbagai macam cobaan. 4.Berlindung dari kejahatan pendengki Keburukan yang ke empat adalah keburukan para pendengki, ketika ia sedang mendengki,Al-quran dan Sunnah telah menjelaskan bahwa dengki bisa menyakiti hati yang di dengkinya, jiwa dengkinya merupakan keburukan yang bisa mengenai sasaran melalui hati dan mata, tidak harus melalui tangan dan lisan, apanila seseorang tidakmeminta perlindungan kepada Allah dengan banyak berzdikir serta berdo`a atau mendekatkan diri kepada-Nya, maka dapat di pastikan ia akan merasakan kejahatan si pendengki. Kata-kata idzaa hasad,( ketika ia mendengki) merupakan penjelasan bahwa keburukan orang yang di dengki akan mengenai sasaran jika ia sedang mendengki, sebuah hadits sahih dari abu sa`id yang berkisah tentang rukyah Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, kutipan hadits tersebut adalah , dengan nama Allah aku merukyahmu dari sesuatu yang mengganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan mata seorang pendengki, Allah akan menyembuhkanmu,

hadits ini mengisyaratkan perlunya memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan atau keburukan mata seorang pendengki. Sebenarnya bukan semata-mata pandangan si pedengki yang menyebabkan suatu keburukan,jika sorang pedengki memandang sesorang dengan pandangan biasa, seprti ia memandang gunung, lembah dan yang lainnya maka pandangan itu tidak berpengaruh, namun bila ia memandang dengan pandangan yang di pengaruhi dengan rasa kedengkian di hati, sehingga jiwanya meluapkan kemarahan dan kedengkian, maka pandangan itu akan menyebabkan orang yang menjadi sasaran kedengkiannya menderita sakit Kadar sakitnya sesuai dengan kadar seberapa besar kebencian dan kedengkian yang tersalur dari hati melalui mata seseorang, pemberian dan pemasukannya seperti orang yang melempar panah , ada yang mengena tempat yang mematikan atau mungkin menjadikan ia pingsan dan menderita sakit, hala yang demikian merupakan kenyataan yang sering kali terjadi dalam kehidupan. Arti kata hasad sebdiri adalah, mengingikan lenyapnya kenikmatan seseorang dan mengharap kenikmatan tersebut berpindah kepadanya, Orang yang memiliki sifat yang seperti ini, jiwanya tidak akan pernah tenang ketika melihat saudaranya mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang ia dapatkan, sehingga ia akan malancarkan rasa dengkinya, memandangnya dengan tatapan yang tidak senang dan keinginan-keinginan buruk yang lainnya. A. Surat An-nas 1. Yang di mintai perlindungan dan Keutamaan Manusia Dalam surat ini yang di mintai perlindungan adalah Allah tuhan Manusia, Raja Manusia dan tuhan sesembahan Manusia, maka Dia menyebutkan Rububiyah-Nya bagi Manusia dan kekuasaan-Nya serta ketuhanan-Nya bagi mereka. Di sini ada tiga sifat Allah yang dengannya Manusia di perintahkan untuk berlindung, yang pertama adalah dengan Rububuyah-Nya, maksudnya adalah mencakup penciptaan mereka, pengaturan , pendidikan dan perbaikan mereka, serta pemberian kapada mereka segala maslahat dan segala kebutuhan mereka, juga penolakan kajahatan dari mereka , dengan penjagaan dari apa-apa yang nerusak, inilah makna Rububiyah. Yang kedua Mulk ( kerajaan ), Allah adalah raja yang berhak bertingkah laku terhadap ciptaan-Nya, klarna mereka adalah hamba dan ciptaan-Nya, Dialah yang berhak berbuat terhadap mereka dan mengatur mereka sebagaiman yang Dia kehendaki,Dia yang memiliki kekuasaan penuh bagi mereka Dialah raja mereka yang haq. Yang ketiga ketuhanan, Dialah Tuhan yang haq, Tuhan sesembahan makhluq yang tidak ada tuhan selain-Nya, maka tidak selayaknya bagi seorang hamba menyekutukan-Nya, serta tidak patut untuk meminta kepada selain-Nya baik dalam perkara Do`a dan yang lain. Dalam surat ini Allah menyebutkan kata An-nas sampai tiga kali, yang terletak pada ayat yang pertama, kedua dan ketiga, yang pastinya dalam pengulangan ini Allah memiliki maksud tersendiri, karna bisa saja Allah menyebutnya hanya menggunakan dhamir saja atau kata ganti, akan tetapi Allah tidak melakukannya, berkata para Mufassir, Sesungguhnya Allah telah memberikan kekhususan bagi manusia dengan mengaruniakan Adzkr( Al-quran) sebagai penghormatan dan pemulyaan bagi manusia, juga memeberikan akal dan ilmu, serta menjadikan para Malaikat bersujud mensucikannya, semua itu adalah bentuk keistimewaan yang Allah berikan kepada Manusia. Sehingga sangat wajar ketika Allah menyebutkannya sampai tiga kali, dalam tafsir Shafwatut tafasir di jelaskan maksud dari pengulangan dalam surat ini adalah sebagai tambahan pemulyaan bagi Manusia, dan juga sebagai bukti bahwa Allah memberikan perhatian terhadap setiap perkara yang di lakukan oleh Manusia.[7] Masih berkisar pada ayat yang pertama kedua dan ketiga, di sana di sebutkan tiga sifat yang dimiliki Allah, Rububiyah, malik, ilahiyah, makna dari ketiganya adalah bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu, pemilik,pemeberi rizki, yang mematikan dan yang menghidupkan, yang menguasai segala ciptaan-Nya serta rabb yang berhak dan benar untuk di ibadahi, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, ini adalah sifat-sifat Allah yang paling penting untuk di ketahui khususnya bagi manusia. Sehingga Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berlindung dari segala bentuk keburukan dengan ketiga sifat ini. 2. Berlindung dari kejahatan bisikan Surat ini mencakup permohonan perlindungan dari kejahatan yang menjadi sebab semua perbuatan dosa dan perbuatan maksiat, yaitu bisikan kejahatan yang msuk dalam jiwa Manusia, kejahatan tersebut menjadi sumber hukuman baik di dunia dan akhirat, kalau dalam surat al-falaq mengandung permohonan perlindungan dari kejahatan perbuatan dzalim dengan cara sihir dan dengki ( kejahatan dari luar ), maka surat An-nas mengandung permohonan dari kejahatan yang menyebabkan perbuatan dzalim pada diri sendiri ( kejahatan dari dalam ). Maka dari itu kejahatan yang kedua ini adalah kejahatan keaiban, sedangkan yang pertama adalah kejahatan kesulitan, karna setiap kajahatan pasti kembali kepada dua perkara yaitu kesusahan dan keaiban. Tidak kepada yang lainnya. Yang di maksud dengan bisikan seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim adalah ajakan kepada sesuatu yang tidak terdengr oleh telinga, atau ajakan yang bukan berbentuk suara[8]. Was-was adalah bentuk godaan yang dilancarkan kedalam hati Manusia, yang kadang-kadang berasal dari Manusia dan kadang berasak dari golongan jin, Oleh karna itu Allah memerintahkan kepada hambanya untuk senantiasa berlindung dari bisikan-bisikan baik yang di lancarkan oleh syeitan dari golongan jin ataupun yang dari golongan Manusia, sebagaimana yang telah di isyaratkan oleh Rasulullah semakin banyak kita berdzikir kepada Allah semakin sedikitlah bisikan-bisikan yang akan datang, karna ketika kita berdzikir maka syeitan akan bersembunyi dan kalah, tapi jikalau sedikit saja kita lalai maka syeitan akan kembali lagi untuk membisiki manusia agar berbuat kebathilan,

3. Makna Khannas Al-khannas artinya bertambah kuat larinya dan kembalinya, ketika dzikir kepada Allah, Al-kahannas juga berarti tertutup dan tersembunyi, di antara kalimat yang bermakna itu adalah perkataan abu Hurairah,


Pada suatu jalan Madinah, nabi bertemu denganku sedangkan pada waktu itu aku sedang junub, maka aku bersenbunyi darinya Maka sebenarnya lafadz ini adalah menghilang setelah tampak, dan bukan hanya sekedar menghilang,oleh karna itu setan yang ada dalam diri manusia yang beriman itu sangat kurus, lemah dan lelah, karna di siksa oleh orang yang beriman dan di usir dengan dzikir dan kataatan kepada Allah, diriwayatkan di dalam sebuah atsar seorang salaf, sesungguhnya orang yang beriman melelahkan setanya sebagaimana seseorang malelahkan tunggangannya dalam perjalanan. Karna setiap kali setan manggodanya , orang Mukmin itu menimpanya dengan cambuk dzikir, menengadah,istighfar dan ketaatan kepada Allah. Sehingga setan yang selalu bersamanya berada dalam siksaan yang pedih, tidak seperti posisi setannya orang yang jahat. Ia selalu bersamanya dalam ketenangan. 4. Bisikan kejahatan ke dalam dada Firman-Nya dalam ayat yang ke 5 surat An-nas ini adalah sifat yang ke tiga bagi syetan, setelah di sebutkan bisikannya pertama kali, kemudian keduanya di sebutkan tempat bisikannya, lalu di sebutkan bahwa bisikan itu berada di dalam dada Manusia Allah menjadikan syeitan dapat masuk kedalam rongga Manusia dan dapat menembus ke dalam hati dan dadanya, setan itu berjalan seperti perjalanan pembuluh darah, ia telah bercokol pada setiap hamba dan tidak akan meninggalkannya sampai mati, di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dalam shahihain, hadits yang di riwayatkan oleh Az-zuhri dari Ali bin Husein dari Sofiyah binti Huyai, ia berkata, Ketika Rasulullah beri`tikaf, aku datang mengunjunginya pada malam hari, kemudian aku berbicara kepada beliau, aku bangun da berbalik maka beliau pun ikut bangun bersamaku untuk mengantarku, tempat tinggalnya Sofiyyah ketika itu di rumah Usamah bin Zaid, maka ada dua Anshar yang lewat, ketika keduannya melihat Nabi, keduannya mempercepat jalannya, rasulullah bersabda,perlahan-lahanlah ini adalah Safiyyah binti huyai, maka keduannya berkata subhanallah, ya Rasulullah! kemudian Rasulullah bersabda, sesungguhnya setan berjalan pada Manusia pada pembuluh darah, aku takut ia akan melemparkan ke dalam hati kamu berdua kejelekan ( di dalam riwayat lain, memasukkan ke dalam hati kamu berdua sesuatu ). Di antara bisikannya juga adalah menyibukkan hati dengan bisikan, sehingga ia melupakan apa yang ingin ia kerjakan, karena itu kelupaan tersebut di izdafahkan kepada setan. Karna setanlah penyebab utamanya, sesungguhnya hati pada asalnya kosong dari kejahatan dan kemaksiatan, kemudia setan menggangunya dengan bisikan-bisikan, sehingga terlintas dalam benaknya perbuatan dosa, setan menggambarkanya pada jiwanya, membubuhinya dengan syahwat sehingga hatinya penuh dengan syahwat. Kemudian menghiasinya kepada dirinya dan mengindahkannya serta menjadikan khayalan yang menggiurkan jiwanya sehingga cenderung dengan kejahatan tersebut, sehinga akhirnya ia menjadi sebuah keinginan. Hal itu menjadikan hati semakin bertambah semangat dalam mengerjakan kejahatan , sehingga ia mengutus seluruh pasukannya untuk mencari perbuatan maksiat itu, setan mengutus kepada mereka bantuan dan pertolongan. Maka setan menggarakkan mereka , jika mereka berniat untuk berhenti, maka setan menghardik mereka, sebagaimana firman Allah

Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan sungguh-sungguh?, Artinya para setan mengganggu mereka agar mereka berbuat maksiat, setiap kali mereka berhenti dari perbuatan maksiat atau ada niat untuk berhenti, maka setan mengganggu, mengukuhkan, dan membangkitkan mereka untuk berbuat maksiat, setan masih terus menggiring mereka untuk berbuat dosa, dan mengatur perkumpulan kejahatan dengan cara yang paling halus dan tiupan yang paling sempurna. 5. Jenis-jenis kejahatan setan kepada Manusia Jenis-jenis kejahatan setan tidak mungkin dapat di hitung, lebih-lebih macam-macamnya, akan tetapi kejahatannya dapat di batasi dalam enam perkara,: Yang pertama, kajahatan kekafiran dan kemusyrikan, memusuhi Allah dan Rasul-Nya, apabila setan berhasil menjerumuskan Manusia kedalam kejahatan ini, maka setan akan menjadi tenang ,ia dapat beristirahat dari segala

kelelahanya dalam menggoda Manusia, karna memang inilah tujuan utama setan untuk meggoda Manusia, apabila setan telah berhasil menjerumuskan Manusia kedalam kekafiran, maka setan akan menjadikan Manusia tersebut manjadi wakilnya dan ia akan menjadi salah seorang yang menyerukan kepada jalan iblis.akan tetapi apabila seorang hamba ini sulit untuk terjerumus karna mungkin hamba tersebut termasuk seorang muslim yang kuat, maka ia pindah kepada kajahatan yang berada dalam peringkat yang kedua, Yang kedua,menjerumuskan seorang hamba kepada perbuatan bid`ah, kejahatan seperti ini lebih setan sukai dari pada kejahatn yang berupa maksiat, karna bahayanya pada agama itu sendiri, yaitu bahaya yang menular, kejahatan ini adalah termasuk dosa yang tidak di ampuni, karanabid`ah adalah menentang dakwah Rasul, dan menyerukan kepada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang di bawah oleh Rasul, bid`ah ini termasuk dalam kategori kufur dan syirik, apabila setan telah berhasil mencapai bid`ah ini dari seorang hamba , maka ia akan menjadikannya sebagai seorang ahlu bid`ah, juga menjadikannya wakilnya dan sebagai seorang yang menyeru kepada jalan setan. Jika ia tidak berhasil juga dalam martabat yang kedua ini maka ia akan berpindah kepada kejahatan yang ketiga Yang ketiga adalah perbuatan dosa besar dengan segala bentuknya, setan sangat berusaha keras untuk menjerumuskan seorang hamba kepada kejahatan yang satu ini, lebih-lebih apabila seorang hamaba tersebut adalah alim yang menjadi panutan, maka ia berusaha keras untuk menjauhkan Manusia darinya, kemudian menyebarkan perbuatan dosa dan kemaksiatan, kemudian apabila setan tidak berhasil juga maka setan akan menempuh jalan yang berikutnya. Yang ke empat, mejerumuskan Manusia kepada perbuatan dosa-dosa kecil, menjadikan dosa-dosa ini seakan remeh yang tidak akan mempengaruhi keimanan seseorang, akan tetapi pada hakekatnya apabila dilakukan terus menerus maka akan menjadi dosa yang sangat berbahaya. Yang ke lima adalah menyibukkan Manusia dengan perkara-perkara yang mubah yang tida ada pahala dan hukuman bagi orang yang mengerjakannya, akan tetapi dia kena hukuman karna meninggalkan yang wajib di sebabkan terlalu sibuk dengan hal-hala yang mubah tersebut. Yang ke enam yaitu menyibukkan seorang hamba dengan perkara yang tidak utama dan melalaikan pekerjaan yang lebih utama, tujuannya adalah agar hilang pada diri seorang hamba keutamaan, dan ia tidak mendapatkan pahala atas pekerjaan yang lebih utama.[9] 6. Setan dari golongan Jin dan manusia Kata Syeithan adalah sifat dari segala sifat buruk, keji dan tercela, oleh karna itu yang mendapatkan julukan sebagai Syeitan bukan hanya dari golongan Jin, akan tetapi bisa jadi ada pada makhluk yang bernama manusia, kita masih ingat peristiwa perintah Allah kepada iblis untuk sujud kepada Adam as. Ketika dikatakan kepada para malaikat bersujudlah kepada Adam, maka para malaikat pun bersujud kecuali Iblis, iblis berkata, apakah aku harus bersujud kepada Makhluk yang engkau ciptakan dari tanah? Kemudian Allah mengusir Iblis, dan kelak akan memasukkannya kedalam neraka, sejak itulah iblis tidak henti-hentinya mangajak manusia untuk mangikutu jalannya, dan menjadikan jin dan Manusia sebagai teman yang menyebarkan kepada perbuatan yang keji dan munkar.[10]

Berkata Al-ustadz imam, was-was itu terbagi menjadi dua bagian a. Al-jinnah, yang di maksud adalah mereka yang memeberikan bisikan kepada Manusia dari makhluk Allah yang tidak bisa di lihat dengan panca indra, ini terjadi dalam diri Manusia dan memeberikan dampak yang sangat berbahaya, mereka adalah makhluk Allah dari golongan jin, yang Allah ciptakan pada setiap diri manusia atau yang biasa di sebut dengan Qarin, sebagaimana hadits Rasul,


b. An-nas, bisikannya dapat di rasakan dan di saksikan dengan panca indra, seperti ajakan untuk berbuat buruk dan maksiat serta ajakan tuk berbuat kebatilan,[11] Allah juga berfirman dalam al-quran,


Dan begitu pula Allah telah menjadikan pada setiap Nabi Musuh syeitan dari golongan Manusia dan Jin Meskipun dalam pembahasan yang pertama telah di jelaskan bahwa manusia adalah Makluk yang istimewa, akan tetapi bukan berarti Manusia terbebas dari kasalahan dan keburukan, hikmah di balik allah memberikan Akal kepada manusia adalah untuk menentukan akhir dari kehidupan Manusia itu sendiri, agar manusia membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, Manusia dapat mancapai kedudukan di atas kedudukan para Malaikat, akan tetapi Manusia juga dapat terjatuh dalam, hingga lebih buruk daripada setan. Itulah Manusia.

VI. KESIMPULAN DAN PENUTUP setelah kita usai dari penjelasan tentang tafsir surat Muawwidzatain, ada beberapa kesimpulan yang akan kami uraikan di bawah ini, kedua surat ini adalah surat yang menerangkan tentang peritah untuk meminta perlindungan kepada Allah dengan sifat-sifat-Nya dari berbagai macam keburukan baik yang datang dari diri sendiri atau yang datang dari luar berupa bisikan-bisikan setan, keburukan kegelapan malam,tukang sihir, tukan pendengki dan keburukan-keburukan yang lainnya. Di dalam surat Al-falaq Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berlindung dari tiga keburukan yang paling besar,: a. Berlindung dari kejelekan malam jika mulai datang,karna pada malam hari banyak terdapat bahaya-bahaya seperti binatang buas,orang-orang fasiq dan orang-orang yang rusak yang pada umumnya keluar pada malam berlindung dari tukang sihir b. c. Berlindung dari tukang sihir Berlindung dari segala keburukan, dari keburukan orang-orang yang dengki.

Sedangkan dalam Surat An-Nas Allah memerintahkan hambanya untuk senantiasa berlindung dari keburukan bisikan-bisikan yang di lancarkan oleh setan dan bala tentaranya baik dari kalangan jin ataupu Manusia, Oleh karna itu Rasululah menamakan kedua surat ini dengan Mu`awidzatain, karna di dalamnya terdapat perintah untuk meminta perlindungan dari keburukan-keburukan. Demikianlah makalah yang sederhana ini, semoga dengan kesederhanaan, dan kekurangan makalah ini kita bisa dapatkan manfaat yamg banyak, khususnya bagi pemakalah sendiri dan umumnya bagi pembaca seluruhnya. Wallahu a`lam bishshawab.

VII. REFERENSI

1.`Aly Ash-sabuny ,Muhammad,Shafwatut Tafaasir, Beirut : Darul qur`anil karim, jilid.III 2. Ibnu Qayyim, Al-Imam, Tafsir Al-Qayyim, Beirut,Lajnah At-turats Al-`Araby 3. qutb ,Sayyid,Fi Dzilalil quran,Beirut,Daru As-syuruq, jilid.26, 1992 4. Mustafa Al-maraghi ,Ahmad, Tafsirul Maraghi, Mesir, Maktabah Al-babi Al-halabi, jilid.28 5. Az-zakhili ,Wahbah,Tafsirul Washid, Damsyiq,Darul Fiqri,jilid.III 6. K.H.Q.Shaleh,et.al, Asbabun Nuzul, CV Diponegoro, Bandung, Cet.II,2000 7. Hajazi, M.Mahmud Hajazi, Tafsir Al-Wadhih, Beirut, Darul jail, jilid.21, Cet. IV, 1968

8. Katsir Ibnu,Tafsirul Quranul `Adzim,Beirut,Maktabah Ash-shiriyah,Jilid.IV

[1] Ibnu Qayyim Al-jauziyah,Kejahatan Jin dan Manusia, jakarta : Akbar,

2005, Cet.II, hal.4

[2] Wahbah Az-zakhili,Tafsirul Washid, Damsyiq,Darul Fiqri,jilid.III,hal.2965 [3] K.H.Q.Shaleh,et.al, Asbabun Nuzul, CV Diponegoro, [4] Dr.M.Mahmud Hajazi, Tafsir Al-Wadhih, Beirut,

Bandung,2000, Cet.II, hal.692-693

Darul jail, 1968,jilid.21, Cet. IV, hal.92

[5] Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,Kejahatan Jin dan Manusia,Op.Cit,hal.16 [6] Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,Kejahatan Jin dan Manusia,Op.Cit,hal.34 [7] Muhammad `Aly Ash-sabuny,Shafwatut Tafaasir, Beirut : Darul qur`anil karim, jilid.III,hal.103 [8] Al-Imam Ibnu Qayyim, Tafsir Al-Qayyim, Beirut,Lajnah At-turats

Al-`Araby,hal.200

[9] Ibnu Qayyim Al-Juziyah,Kejahatan Jin dan Manusia,Op.Cit,hal.132 [10] Sayyid qutb,Fi Dzilalil quran,Beirut,Daru

As-syuruq,1992,jilid.26, hal.4012 Maktabah Al-babi Al-halabi, jilid.28,

[11] Ahmad Mustafa Al-maraghi, Tafsirul Maraghi, Mesir,

hal.271 Asbabunuzul surat Al-falaq dan An-naas Topic List < Prev Topic | Next Topic > Reply < Prev Message | Next Message > * PENGERTIAN SIHIR. Sihir adalah kekuatan gaib yang diciptakan ALLAH untuk makhluk-Nya, dimana kekuatan gaibnya berupa kekuatan pengaruh ruh-ruh jahat (jin atau syetan), dan dapat berpengaruh pada unsur alam. Seperti diceritakan dalam Asbabun Nuzul surat Al Falaq dan An Nas yaitu ketika Nabi SAW sakit seolah mendatangi istri-istrinya ternyata tidak, dan ternyata setelah diberitahu oleh Malaikat, sihirnya ada pada sebuah sumur dan berupa tali yang disimpul-simpulkan. Aisyah ra. berkata, Rasulullah SAW pernah disihir sehingga beliau sungguh berkhayal bahwa dirinya mendatangi istri-istrinya padahal beliau tidak mendatangi istri-istri beliau. (HR. Bukhori dan Muslim, Abu Daud dan Ahmad. Lihat kitab Ath Thibbun Nabawi Halaman 100)

Tapi lagi-lagi Albany (wahaby) mendhoifkan Hadis yang Shahih dan Masyhur..

HATI-HATI! Buku berjudul KESAKSIAN RAJA JIN (Abu aqila) menyesatkan. Karena menghina Imam Bukhori dan Muslim dengan perkataan, Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim sebelum mereka bertobat

Semoga pengarang buku tersebut yang merupakan buku best seller segera bertaubat dari tuduhannya dan kesombongannya seolah dirinya lebih alim dari Imam Bukhori, Muslim, imam ahmad dan imam Abu Dawud.

Hikmah dari Hadis shahih tersebut: 1. KHASIAT DAN KEKUATAN YANG TIDAK TERLIHAT YANG DITITIPKAN ALLAH KE SUATU BENDA MATI ITU MEMANG BOLEH ADA.

Seperti benda bertuah berupa baju gamis milik Nabi Yusuf. ALLAH berfirman, Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini lalu letakkanlah baju gamisku ke wajah ayahku (Yakub as) nanti ia akan melihat kembali dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku(Surat Yusuf ayat 93)

Simpul Sihir Labid seorang Yahudi yang telah mensihir Nabi Muhammad SAW, kemudian Nabi Muhammad SAW menyuruh keluarganya untuk membuka simpulan itu dimana setiap membuka simpulan disuruh baca surat Al Falaq dan Annaas. Nabi tidak meminta ke ALLAH tapi menyuruh membuka simpul sihir itu, ini berarti kekuatan gaib bisa jadi ada di suatu benda, semua dari ALLAH juga. (Lihat Lubabun Nuqul fii Asbaabin Nuzul surat Al Falaq dan An Nas)..

Dalam Tafsir Jalalain kisah ini terdapat dalam asbabunuzul surat al falaq -annaas (Halaman 604, cetakan darul Basyair, Damsyik). Dalam kitab tafsir yang mutabar (Tafsir ibnu katsir, qurtubi, Thabari dsb.) juga diceritakan kisah ini. apakah albany (wahaby) lebih alim dari imam ibnu ktsir, imam suyuti (tafsir jalalain) imam qurtubi, imam thabari? sebetulnya ini adalah dalil yang kuat, bagi mereka yang mengahramkan sunnah bertabaruk! Oleh karena itu wahaby dengan tipu daya mereka, mencoba mendoifkan hadis shahih dan masyhur. Semoga semua wahaby diberikan hidayah sebelum mereka mati!

2. Para Nabi adalah maksum, sedangkan semua peristiwa yang menimpa para Nabi adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada para Nabi adalah ketentuan Allah (Takdir) untuk dijadikan pelajaran (ibrah) bagi ummat.

Seperti kisah Nabi Adam AS yang memakan buah khudi, ini adalah takdir Allah kepada Nabi Adam untuk dijadikan pelajaran (ibrah) bagi ummat. Nabi Adam AS adalah Nabi yang maksum dan seorang hamba yang tidak bisa lepas dari takdir Allah SWT.

Sebab-sebab turunnya surat Al-Kafirun dan An-nas


Surat Al Kaafiruun terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Maa'uun. Dinamai Al Kaafiruun (orang-orang kafir), diambil dari perkataan Al Kaafiruun yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pokok-pokok isinya: Pernyataan Tuhan yang disembah Nabi Muhammad s.a.w. dan pengikut-pengikutny a bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad s.a.w. tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir. Sebab Turunnya Surah Ini (Asbabun Nuzul)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw. dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Makkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: "Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi saw menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Ayat ini (S.109:1-6) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala. (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi saw.: "Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Maka turunlah Surat Al Kafirun (S.109:1-6).(Diriwayatkan oleh Abdurrazaq yang bersumber dari Wahb dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari Juraij.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-'Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata: "Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Maka Allah menurunkan ayat ini (S.109:1-6) (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Mina.) AL KAAFIRUUN (ORANG-ORANG KAFIR) SURAT KE 109 : 6 ayat Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang TIDAK ADA TOLERANSI DALAM HAL KEIMANAN DAN PERIBADATAN 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." Penutup Surat Al Kaafiruun mengisyaratkan tentang habisnya semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad s.a.w. meninggalkan da'wahnya An-Naas --------------------------------------------------------------------------------------------Surat ini terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Falaq. Nama An Naas diambil dari An Naas yang berulang kali disebut dalam surat ini yang artinya manusia. Pokok-pokok isinya: Perintah kepada manusia agar berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan yang datang ke dalam jiwa manusia dari jin dan manusia. Sebab Turunnya Surah Ini (Asbabun Nuzul) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah sakit yang agak parah, sehingga datanglah kepadanya dua malaikat, yang satu duduk di sebelah kepalanya dan yang satu lagi duduk di sebelah kakinya. Berkatalah malaikat yang berada di sebelah kakinya kepada malaikat yang berada di

sebelah kepalanya: "Apa yang engkau lihat?" Ia berkata: "Dia kena guna-guna." "Apa guna-guna itu?" "Guna-guna itu sihir." "Siapa yang membuat sihirnya?" Ia menjawab: "Labid bin al-Asyam Alyahudi yang sihirnya berupa gulungan yang disimpan di sumur keluarga Si Anu di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu, timbalah airnya dan angkat batunya kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah." Pada pagi hari Rasulullah saw. Mengutus Ammar bin Yasir dengan kawan-kawannya. Setibanya di sumur itu tampaklah airnya yang merah seperti pacar. Air itu ditimbanya dan diangkat batunya serta dikeluarkan gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas simpul. Kedua surat ini (S.113 dan 114) turun berkenaan dengan peristiwa itu. Setiap kali Rasulullah saw. mengucapkan satu ayat terbukalah simpulnya. (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab Halalun Nubuwah dari al-Kalbi dari Abi Shalih yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Keterangan: Dalam kitab Bukhari terdapat syahid (penguat hadits) yang ceritanya seperti itu, tapi tidak menyebutkan sebab turunnya dua surat itu. Dalam riwayat lain ada syahid yang ceritanya seperti itu dan menyebutkan sebab turunnya kedua surat itu. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi membuatkan makanan bagi Rasulullah saw. Setelah makan makanan itu tiba-tiba Rasulullah sakit keras sehingga shahabat-shahabatny a mengira bahwa penyakit itu timbul dari perbuatan yahudi itu. Maka turunlah Jibril membawa surat ini (S. 113 dan 114) dan membacakan taudz. Seketika itu juga Rasulullah keluar menemui shahabat-shahabatny a dalam keadaan sehat wal afiat. (Diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab al-Dalaildari Abu Jafar ar-Razi dari ar-Rabi bin Anas yang bersumber dari Anas bin Malik.)

Faedah Surat Al lahab, Celakalah abu lahab

Surat Al Lahab (nama lainnya: surat Al Masad) mengisahkan paman Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang betul-betul memusuhi beliau yaitu Abu Lahab. Nama asli beliau adalah Abdul Uzza bin Abdil Mutholib. Nama kunyahnya adalah Abu Utaibah. Namun beliau lebih dikenal dengan Abu Lahab, karena wajahnya yang memerah (makna lahab: api yang bergejolak). Beliau lah yang paling banyak menentang Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga Allah Taala membicarakan Abu Lahab dalam satu surat. Berikut beberapa pelajaran tafsir yang kami gali dari Tafsir Al Quran Al Azhim (karya Ibnu Katsir) dan kami tambahkan faedah dari kitab tafsir lainnya. Semoga manfaat. Allah Taala berfirman,

) )1( )2( )3( (5) 4(


Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al Lahab: 1-5) Sebab Turunnya Ayat Mengenai asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini diterangkan dalam riwayat berikut:

Dari Ibnu Abbas bahwa suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit seraya berseru, "Wahai sekalian manusia." Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya, "Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?" Mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda lagi, "Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih." Akhirnya Abu Lahab pun berkata, "Apakah hanya karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: "TABBAT YADAA ABII LAHAB.." Hingga akhir ayat. (HR. Bukhari no. 4972 dan Muslim no. 208) Tafsir Ayat Ayat ( ,) yaitu binasalah kedua tangan Abu Lahab, menunjukkan doa kejelekan padanya. Sedangkan ayat ( ,)yaitu sungguh dia akan binasa, menunjukkan kalimat berita. Firman Allah Taala ( ,) maksudnya adalah sungguh Abu Lahab merugi, putus harapan, amalan dan usahanya sia-sia. Sedangkan makna ( ,)maksudnya adalah kerugian dan kebinasaan akan terlaksana. Firman Allah Taala ( ,) yang dimaksud ( ) yaitu apa yang ia usahakan adalah anaknya. Firman Allah Taala ( ,) yaitu kelak Abu Lahab akan mendapat balasan yang jelek dan akan disiksa dengan api yang bergejolak, sehingga ia akan terbakar dengan api yang amat panas. Firman Allah Taala ( ,) istri Abu Lahab biasa memikul kayu bakar. Istri Abu Lahab bernama Ummu Jamil, salah seorang pembesar wanita Quraisy. Nama asli beliau adalah Arwa binti Harb bin Umayyah. Ummu Jamil ini adalah saudara Abu Sufyan. Ummu Jamil punya kelakuan biasa membantu suaminya dalam kekufuran, penentangan dan pembakangan pada Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu, pada hari kiamat, Ummu Jamil akan membantu menambah siksa Abu Lahab di neraka Jahannam. Oleh karena itu, Allah Taala katakan dalam ayat selanjutnya, (5) )4( Dan (begitu pula) istri Abu Lahab, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. Yaitu istri Abu Lahab akan membawa kayu bakar, lalu ia akan bertemu suaminya Abu Lahab. Lalu ia menambah siksaan Abu Lahab. Dan memang istri Abu Lahab dipersiapkan untuk melakukan hal ini. Yang dimaksud firman Allah Taala ( ,) yaitu maksudnya di leher Ummu Jamil ada tali sabut dari api neraka. Sebagian ulama memaknakan masad dengan sabut. Ada pula yang mengatakan masad adalah rantai yang panjangnya 70 hasta. Ats Tsauri mengatakan bahwa masad adalah kalung dari api yang panjangnya 70 hasta. Tafsiran Istri Abu Lahab Pembawa Kayu Bakar Di sini ada beberapa tafsiran ulama: Pertama: Mengenai ayat ( ,) pembawa kayu bakar maksudnya adalah Ummu Jamil adalah wanita sering menyebar namimah, yaitu si A mendengar pembicaraan B tentang C, lantas si A menyampaikan berita si B pada si C dalam rangka adu domba. Ini pendapat sebagian ulama. Kedua: Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud Ummu Jamil pembawa kayu bakar adalah karena kerjaannya sering meletakkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Inilah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir Ath Thobari. Ketiga: Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud ( ) adalah Ummu Jamil biasa mengenakan kalung dengan penuh kesombongan. Lantas ia katakan, Aku aku menginfakkan kalung ini dan hasilnya digunakan untuk memusuhi Muhammad. Akibatnya, Allah Taala memasangkan tali di lehernya dengan sabut dari api neraka. Surat Al Lahab adalah Bukti Nubuwwah

Surat ini merupakan mukjizat yang jelas-jelas nampak yang membuktikan benarnya nubuwwah (kenabian), bahwasanya betul-betul beliau adalah seorang Nabi. Karena sejak turun firman Allah Taala,

5) ) )3( )4(
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut, Abu Lahab dan Ummu Jamil tidaklah beriman sama sekali baik secara zhahir atau batin, dinampakkan atau secara sembunyi-sembunyi. Maka inilah bukti benarnya nubuwwah beliau. Apa yang dikabarkan pada beliau, maka itu benar adanya. Faedah berharga dari Surat Al Lahab: 1. Allah telah menetapkan akan kebinasaan Abu Lahab dan membatalkan tipu daya yang ia perbuat pada Rasulnya. 2. Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman. 3. Anak merupakan hasil usaha orang tua sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Sesungguhnya anak adalah hasil jerih payah orang tua. (HR. An Nasai no. 4452, Ibnu Majah no. 2137, Ahmad 6/31. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini shahih). Jadi apa pun amalan yang dilakukan oleh anak baik shalat, puasa dan amalan lainnya, orang tua pun akan memperoleh hasilnya. 4. Tidak bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika seseorang itu beriman. 5. Api neraka yang bergejolak. 6. Mendengar berita neraka dan siksaan di dalamnya seharusnya membuat seseorang takut pada Allah dan takut mendurhakai-Nya sehingga ia pun takut akan maksiat. 7. Bahaya saling tolong menolong dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah Ummu Jamil yang membantu suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 8. Akibat dosa namimah, yaitu menyulut api permusuhan sehingga diancam akan disiksa dengan dikalungkan tali sabut dari api neraka. 9. Siksaan pedih akibat menyakiti seorang Nabi. 10. Terlarang menyakiti seorang mukmin secara mutlak. 11. Setiap Nabi dan orang yang mengajak pada kebaikan pasti akan mendapat cobaan dari orang yang tidak suka pada dakwahnya. Inilah sunnatullah yang mesti dijalani dan butuh kesabaran. 12. Akibat jelek karena infaq dalam kejelekan dan permusuhan. 13. Benarnya nubuwwah (kenabian) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. 14. Ummu Jamil dan Abu Lahab mati dalam keadaan kafir secara lahir dan batin, mereka akan kekal dalam neraka. 15. Tidak boleh memakai nama dengan bentuk penghambaan kepada selain Allah, karena Abu Lahab disebut dalam ayat ini tidak menggunakan nama aslinya yaitu Abdul Uzza (hamba Uzza). Padahal Al Quran biasa jika menyebut nama orang akan disebut nama aslinya. Maka ini menunjukkan terlarangnya model nama semacam ini karena mengandung penghambaan kepada selain Allah. (Ahkamul Quran, Al Jashshosh, 9/175) 16. Nama asli (seperti Muhammad) itu lebih mulia daripada nama kunyah (nama dengan Abu ... dan Ummu ...). Alasannya karena dalam ayat ini demi menghinakan Abu Lahab, ia tidak disebut dengan nama aslinya namun dengan nama kunyahnya. Sedangkan para Nabi dalam Al Quran selalu disebut dengan nama aslinya (seperti Muhammad) dan tidak pernah mereka dipanggil dengan nama kunyahnya. (Ahkamul Quran, Ibnul Arobi, 8/145) 17. Kedudukan mulia yang dimiliki Abu Lahab dan istrinya tidak bermanfaat di akhirat. Ini berarti kedudukan mulia tidak bermanfaat bagi seseorang di akhirat kelak kecuali jika ia memiliki keimanan yang benar. 18. Imam Asy Syafii menyebutkan bahwa pernikahan sesama orang musyrik itu sah, karena dalam ayat ini Ummu Jamil dipanggil dengan imro-ah (artinya: istrinya). Berarti pernikahan antara Ummu Jamil dan Abu Lahab yang sama-sama musyrik itu sah. Semoga bermanfaat. Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk terus mengkaji Al Quran dan menggali faedah di dalamnya.

Referensi: Ahkamul Quran, Al Jashshosh Al Hanafi, Asy Syamilah Ahkamul Quran, Ibnul Arobi, Asy Syamilah Aysarut Tafaasir, Abu Bakr Jaabir Al Jazairi, Maktabah Adwail Munir. Tafsir Juz Amma, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin. Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Syaikh Musthofa Al Adawi, Darul Fawaid Dar Ibnu Rajab.

Tafsir Surat Al-Lahab (Al-Masad)

Tafsir Surat Al-Lahab (Al-Masad)


Posted by: Asifauqolbi on: April 21, 2011

In: Tafsir

Abu Lahab adalah putranya Abdul Muththalib namanya Abdul Uzza. Dinamakan Abu Lahab karena ia kelak akan masuk ke dalam neraka yang memiliki lahab (api yang bergejolak). Atas dasar inilah Allah subhanahu wataala menyebutnya dalam kitab-Nya Al Quran dengan kun-yahnya (yaitu nama/julukan yang diawali dengan Abu atau Ibnu, atau Ummu bagi perempuan), dan bukan dengan namanya. Para pembaca, semoga Allah subhanahu wataala senantiasa merahmati kita semua. Setiap insan tentu berharap dan mendambakan kehidupan yang bahagia di dunia dan lebih-lebih di akhirat kelak. Hal ini tidaklah bisa dicapai kecuali dengan menerima segala apa yang datang dari Allah subhanahu wataala dan mengikuti petunjuk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya): Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Al Ahzab: 71) Dan demikian pula sebaliknya, segala bentuk kehinaan dan malapetaka bersumber dari sikap antipati dan berpaling dari peringatan Allah subhanahu wataala dan peringatan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Adalah sunnatullah, tidak ada seorangpun yang menolak dan mendustakan ajaran yang dibawa oleh para nabi, kecuali ia akan hina dan binasa. Allah subhanahu wataala dengan tegas menyebutkan dalam firman-Nya (artinya): Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. (Thaha: 48) Lihatlah kisah umat-umat terdahulu seperti kaum Ad, Tsamud, Qarun, Firaun dan Haman, Allah subhanahu wataala telah membinasakan mereka disaat mereka mendustakan dan berpaling dari ajaran yang dibawa oleh nabi yang diutus kepada mereka. Demikian pula apa yang telah terjadi pada umat nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, Allah subhanahu wataala telah menurunkan satu surat khusus yang berisi vonis kebinasaan bagi para pembangkang dan pengacau dakwah. Surat tersebut adalah Surat Al Masad atau dinamakan juga dengan surat Al Lahab. Surat ini terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Sebab Turunnya Surat Suatu hari, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam naik ke bukit Shafa. Beliau naik sampai kepuncaknya, kemudian berseru, Ya shabahah! (kalimat peringatan yang biasa mereka gunakan untuk mengabarkan akan adanya serangan musuh atau terjadinya peristiwa yang besar). Kemudian beliau shalallahu alaihi wasallam mulai memanggil kabilah-kabilah cabang dari kabilah Quraisy dan menyebut mereka kabilah per-kabilah, Wahai bani Fihr, wahai Bani Fulan, wahai Bani Fulan, wahai Bani Abdu Manaf, wahai Bani Abdul Muththalib! ketika mendengar (panggilan tersebut), mereka bertanya, siapa yang berteriak-teriak itu? Mereka mengatakan, Muhammad. Maka orang-orang pun bergegas menuju beliau shalallahu alaihi wasallam, sampai-sampai seseorang yang tidak bisa datang sendiri mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ketika mereka telah berkumpul, beliaupun berbicara: Apa pendapat kalian seandainya aku beritahukan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda di lembah bukit ini yang akan menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku? Mereka menjawab: Ya, kami tidak pernah menyaksikan engkau melainkan selalu bersikap jujur. Beliaupun berkata: Sesungguhnya aku adalah seorang

pemberi peringatan kepada kalian dari siksa yang pedih. Permisalanku dengan kalian hanyalah seperti seseorang yang melihat pasukan musuh kemudian bergegas untuk mengawasi keluarganya (mengamati dan melihat mereka dari tempat tinggi agar mereka tidak didatangi musuh secara tibatiba) karena ia khawatir musuh akan mendahuluinya, maka ia pun berseru, Ya, shabahah. Kemudian beliau shalallahu alaihi wasallam mengajak untuk bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Lalu beliau menjelaskan kepada mereka bahwa kalimat syahadat merupakan kekuatan dunia dan keselamatan akhirat. Kemudian beliau shalallahu alaihi wasallam memperingatkan mereka agar waspada dari siksa Allah. Dijelaskan pula bahwa keberadaan beliau sebagai rasul tidak bisa menyelamatkan mereka dari siksa dan menolong mereka sedikitpun dari (keputusan) Allah. Beliau memberi peringatan tersebut secara umum dan khusus. Beliau mengatakan: Wahai orang-orang Quraisy, korbankanlah diri-diri kalian karena Allah! Selamatkanlah diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat kepada kalian dan tidak pula manfaat, serta aku tidak bisa menolong kalian sedikitpun dari (keputusan) Allah! Wahai Bani Kaab bin Luay, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberi mudharat dan tidak pula manfaat! Wahai Bani Kaab bin Murrah, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Wahai Bani Qushay, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat! Wahai bani Abdu Syams, selamatkanlah diri-diri kalian dari api neraka! Wahai bani Abdu Manaf, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat! Wahai bani Hasyim, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Wahai bani Abdul Muthalib, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat, serta aku tidak bisa menolong kalian sedikitpun dari (keputusan) Allah! Mintalah kepadaku dari hartaku sebanyak yang kalian suka, namun aku tidak bisa menolong kalian sedikitpun dari (keputusan) Allah! Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah! Wahai Shafiyyah bintu Abdil Muththalib (bibi Rasulullah), aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah! Wahai Fatimah bintu Muhammad Rasulullah mintalah kepadaku dari hartaku sebanyak apa yang engkau mau, selamatkan dirimu dari api neraka, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah! Karena kalian memiliki hubungan silaturahmi maka akan aku basahi dengan airnya (maksudnya akan aku sambung hubungan silaturahmi tersebut sesuai haknya). Setelah selesai beliau menyampaikan peringatan tersebut, orang-orangpun bubar dan bertebaran. Tidak disebutkan keadaan bahwa mereka menampakkan suatu penentangan ataupun dukungan atas apa yang telah mereka dengar, kecuali apa yang terjadi pada Abu Lahab. Ia menemui Nabi dengan nada yang kasar. Ia berkata, Celakalah engkau selama-lamanya! Cuma untuk inikah kamu kumpulkan kami? Maka turunlah ayat (artinya): Telah celaka kedua tangan Abu Lahab dan diapun celaka. (Al-Lahab:1) Kandungan surat Al Lahab Ayat pertama Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa Abu Lahab adalah putranya Abdul Muththalib namanya Abdul Uzza. Dinamakan Abu Lahab karena ia kelak akan masuk ke dalam neraka yang memiliki lahab (api yang bergejolak). Atas dasar inilah Allah subhanahu wataala menyebutnya dalam kitab-Nya Al Quran dengan kun-yahnya (yaitu nama/julukan yang diawali dengan Abu atau Ibnu, atau Ummu bagi perempuan), dan bukan dengan namanya. Juga karena ia lebih tenar dengan kun-yahnya. Dan juga karena namanya disandarkan kepada nama salah satu berhala pada zaman itu. Dia adalah salah satu paman Rasul yang paling besar permusuhannya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sejak dikumandangkannya dakwah mengajak beribadah hanya kepada Allah saja. Ayat ini turun sebagai bantahan kepadanya disaat menolak dan enggan untuk mengikuti seruan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Mungkin para pembaca bertanya-tanya, mengapa Allah hanya menyebutkan kedua tangannya saja yang akan binasa? Jawabannya adalah seperti yang telah dijelaskan dalam kitab tafsir Adhwa`ul Bayan, bahwa penyebutan tangan dalam ayat ini, masuk dalam kaidah penyebutan sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah keseluruhannya. Hal ini diketahui dari lafazh setelahnya yaitu Watabba artinya: ia (Abu Lahab) telah binasa. Dalam ayat ini, Allah subhanahu wataala memaksudkan penyebutan kebinasaan seseorang dengan mencukupkan penyebutannya pada kedua tangannya. Ya, karena memang kedua tanganlah yang mempunyai peran besar dalam mengganggu dan menyakiti Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Ayat kedua Tidaklah berfaedah (berguna) kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Ibnu Masud radhiallahu anhu menyebutkan: Tatkala Rasulullah mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan selain Allah, berkatalah Abu

Lahab: Jika apa yang dikatakan putra saudaraku (Rasulullah) adalah benar aku akan menebus diriku dari azab yang pedih pada hari kiamat dengan harta dan anak-anakku. Maka turunlah firman Allah Taala (artinya): Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan (Tafsir Ibnu Katsir) Ketika vonis binasa telah disandangnya, maka tidak bermanfaat lagi apa yang telah diusahakannya dari harta-benda, anak istri, kedudukan, jabatan dan lain sebagainya dari perkara dunia ini. Allah subhanahu wataala menegaskan dalam firman-Nya (artinya): Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. Ayat ketiga Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Kelak ia akan diliputi oleh api neraka dari segala sisinya Ayat keempat Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Istri Abu Lahab merupakan salah satu tokoh wanita Quraisy. Namanya adalah Auraa bintu Harb bin Umayyah kunyahnya Ummu Jamil, saudara perempuannya Abu Sufyan (bapaknya Muawiyyah). Sebagaimana suaminya, ia juga merupakan wanita yang paling besar gangguan dan permusuhannya terhadap Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Ia dan suaminya bahu-membahu dalam permusuhan dan dosa. Ia curahkan segenap daya dan upayanya untuk mengganggu dan memusuhi beliau shalallahu alaihi wasallam. Pernah ia membawa dahan yang penuh duri, lalu ia tebarkan di jalan yang sering dilalui oleh Rasulullah pada waktu malam, sehingga melukai beliau dan para shahabatnya. Ketika mendengar turunnya ayat: Telah celaka kedua tangan Abu Lahab. Ia pun datang, sambil tangannya menggenggam batu, ia mencari-cari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sementara beliau tengah duduk bersama Abu Bakr di dekat Kabah. Kemudian Allah subhanahu wataala menutup penglihatannya sehingga ia tidak bisa melihat kecuali Abu Bakr t saja. Maka ia pun bertanya, Mana temanmu itu (Muhammad shalallahu alaihi wasallam)? Telah sampai kepadaku bahwa dia telah mengejekku dengan syair. Demi Allah, seandainya aku menjumpainya, sungguh aku akan pukul mulutnya dengan batu ini. Ketahuilah, demi Allah aku sendiri juga pandai bersyair. Kemudian iapun mengucapkan syair: Orang tercela kami tentang Urusan kami mengabaikannya Dan agamanya kami tidak suka Lalu ia pun pergi. Maka bertanya Abu Bakr, Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengira bahwa dia melihatmu? Kemudian beliau pun menjawab, Dia tidak melihatku. Allah telah menutupi pengelihatannya. Maka terkumpullah di punggung wanita jahat ini dosa-dosa, seolah orang yang mengumpulkan kayu bakar yang telah mempersiapkan seutas tali di lehernya. Atau ayat ini bermakna pula di dalam neraka wanita ini membawa kayu bakar untuk menyiksa suaminya sambil melilitkan dilehernya seutas tali dari sabut. Sedangkan Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah dan As-Sady menafsirkan ayat ini dengan namimah. Maksudnya istri Abu Lahab profesinya sebagai tukang fitnah. Al-Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah (salah seorang tokoh besar dan ulama` tabiin) berkata: Istrinya Abu Lahab memfitnah Rasulullah dan para sahabatnya kepada musyrikin. (Fathul Bari dan Tafsir Ibnu Katsir) Ayat kelima Yang dilehernya ada tali dari sabut. Al-Imam Al-Fara mengatakan: Al-Masad adalah rantai yang ada di neraka, dan disebut juga tali dari sabut. (Fathul Bari) Faidah Para pembaca yang semoga dimuliakan Allah, dalam surat Al Masad ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik darinya, diantaranya: 1. Surat ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dimana Allah menurunkan surat ini dalam kondisi Abu Lahab dan istrinya masih hidup, sementara keduanya telah divonis sebagai orang yang akan disiksa didalam api neraka, yang konsekuensinya mereka berdua tidak akan menjadi orang yang beriman. Dan apa yang dikabarkan Allah subhanahu wataala Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib pasti terjadi. 2. Tidak berguna sedikitpun harta benda (untuk melindungi) seseorang dari azab Allah ketika ia melakukan perbuatan yang mendatangkan murka Allah subhanahu wataala. 3. Haramnya menganggu orang beriman secara mutlak. 4. Tidak bermanfaat sedikitpun hubungan kekerabatan seorang musyrik, dimana Abu Lahab adalah pamannya Nabi tetapi ia di dalam neraka. Penutup

Para pembaca yang semoga senantiasa dirahmati Allah subhanahu wataala, mudah-mudahan dengan kita mengetahui tafsir surat Al Masad ini akan menambah rasa tunduk dan patuh kita kepada Allah subhanahu wataala dan menjadi pendorong bagi kita untuk melaksanakan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Amn Y Rabbal lamn

Tafsir Surat Al Ashr


Posted by abuamincepu pada Maret 4, 2009
Para pembaca yang mulia semoga Allah subhanahu wataala membuka segala pintu kebaikan kepada kita untuk edisi kali ini kami akan mengulas tafsir surat terpendek dari Al Quran yaitu surat Al Ashr. Allah subhanahu wataala berfirman:

3) ) )1( )2( Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orangorang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran. (Al Ashr: 1-3) Kedudukan Surat Al Ashr Al Quran adalah kalamullah ? (firman Allah) sebagai pedoman dan petunjuk ke jalan yang lurus bagi umat manusia. Allah ? berfirman (artinya): Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. (Al Israa: 9) Sehingga semua ayat-ayat Al Quran memiliki kedudukan dan fungsi yang agung. Demikian pula pada surat Al Ashr, terkandung di dalamnya makna-makna yang amat berharga bagi siapa saja yang mentadabburinya (memahaminya dengan seksama). Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafii menegaskan tentang kedudukan surat Al Ashr, beliau berkata: Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al Ashr) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al Imam Asy Syafii itu adalah tepat karena Allah ? telah mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi (celaka) kecuali barang siapa yang mumin (beriman) lagi shalih (beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas kesabaran. (Lihat Majmu Fatawa, 28/152) Keutamaan Surat Al Ashr Al Imam Ath Thabrani menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh ?, ia berkata: Jika dua shahabat Rasulullah ? bertemu maka keduanya tidak akan berpisah kecuali setelah salah satu darinya membacakan kepada yang lainnya surat Al Ashr hingga selesai, kemudian memberikan salam. (Al Mujamu Al Ausath no: 5097, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 2648) Kandungan Surat Al Ashr Pada ayat pertama: (( Allah ? bersumpah dengan al ashr yang bermakna waktu, zaman atau masa. Pada zaman/masa itulah terjadinya amal perbuatan manusia yang baik atau pun yang buruk. Jika waktu atau zaman itu digunakan untuk amal kebajikan maka itulah jalan terbaik yang akan menghasilkan kebaikan pula. Sebaliknya jika digunakan untuk kejelekan maka tidak ada yang dihasilkan kecuali kerugian dan kecelakaan. Rasulullah ? bersabda: : Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan, dan waktu senggang (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah bin Abbas ?) Kemudian di hari kiamat kelak Allah ? akan menanyakan tentang umur seseorang, untuk apa dia pergunakan? Sebagaimana hadits Rasulullah ? yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Masud ?, beliau ? bersabda:

Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui. (HR. At Tirmidzi no. 2416 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 947) Kemudian Allah ? menyebutkan ayat berikutnya: Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi. Lafazh al insan pada ayat di atas secara kaidah tata bahasa Arab mencakup keumuman manusia tanpa terkecuali. Allah ? tidak memandang agama, jenis kelamin, status, martabat, dan jabatan, melainkan Allah ? mengkhabarkan bahwa semua manusia itu dalam keadaan celaka kecuali yang memilki empat sifat yang terdapat pada kelanjutan ayat tersebut. Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bermacam-macam, bisa kerugian yang bersifat mutlak, seperti keadaan orang yang merugi di dunia dan di akhirat, yang dia kehilangan kenikmatan dan diancam dengan balasan di dalam neraka jahim. Dan bisa juga kerugian tersebut menimpa seseorang akan tetapi tidak mutlak hanya sebagian saja. (Taisir Karimirrahman, karya Asy Syaikh Abdurrahman As Sadi) Pertama: Keimanan Sifat yang pertama adalah beriman, diambil dari penggalan ayat: Kecuali orang-orang yang beriman Iman adalah keimanan terhadap seluruh apa yang Allah ? perintahkan untuk mengimaninya, dari beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir, serta segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Allah ? dari keyakinankeyakinan yang benar dan ilmu yang bermanfaat. Penggalan ayat di atas memiliki kandungan makna yang amat berharga yaitu tentang kewajiban menuntut ilmu agama yang telah diwariskan oleh Nabi ?. Mengapa demikian? Tentu, karena tidaklah mungkin seseorang mencapai keimanan yang benar dan sempurna tanpa adanya ilmu pengetahuan terlebih dahulu dari apa yang ia imani dari Al Quran dan As Sunnah. Allah ? berfirman (artinya): Allah bersaksi (bersyahadat untuk diri-Nya sendiri) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia (Allah), para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga bersyahadat yang demikian itu), (Ali Imran: 19) Dalam ayat yang mulia ini Allah ? menggandengkan syahadat orang-orang yang berilmu dengan syahadat untuk diri-Nya sendiri dan para Malaikat-Nya. Padahal syahadat laa ilaaha illallaah merupakan keimanan yang tertinggi. Hal ini menunjukkan tingginya keutamaan ilmu dan ahli ilmu. Bahkan para ulama menerangkan bahwa salah satu syarat sahnya syahadat adalah berilmu, yaitu mengetahui apa ia persaksikan. Sebagaimana firman Allah ?: Kecuali barangsiapa yang bersyahadat dengan haq (tauhid), dalam keadaan mereka mengetahuinya (berilmu). (Az Zukhruf: 86) Sehingga tersirat dari penggalan ayat: kewajiban menimba ilmu agama. Terlebih lagi Rasulullah ? menegaskan dalam haditsnya: Menuntut ilmu (agama) adalah fardhu (kewajiban) atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah no. 224)

Kedua: Beramal shalih Sifat yang kedua adalah beramal shalih, diambil dari penggalan ayat (artinya): Dan beramal shalih. Amalan shalih itu mencakup amalan zhahir yang dikerjakan oleh anggota badan maupun amalan batin, baik amalan tersebut bersifat fardhu (wajib) atau pun bersifat mustahab (anjuran). Keterkaitan antara iman dan amal shalih itu sangatlah erat dan tidak bisa dipisahkan. Karena amal shalih itu merupakan buah dan konsekuensi dari kebenaran iman seseorang. Atas dasar ini para ulama menyebutkan salah satu prinsip dasar dari Ahlus Sunnah wal jamaah bahwa amal shalih itu bagian dari iman. Iman itu bisa bertambah dengan amalan shalih dan akan berkurang dengan amalan yang jelek (kemaksiatan) Oleh karena itu, dalam Al Quran Allah ? banyak menggabungkan antara iman dan amal shalih dalam satu konteks, seperti dalam ayat ini atau ayat-ayat yang lainnya. Diantaranya firman Allah ? (artinya): Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An Nahl: 97) Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sadi: Jika dua sifat (iman dan amal shalih) di atas terkumpul pada diri seseorang maka dia telah menyempurnakan dirinya sendiri. (Taisir Karimirrahman) Ketiga: Saling menasehati dalam kebenaran Merupakan salah satu dari sifat-sifat yang menghindarkan seseorang dari kerugian adalah saling menasehati diantara mereka dalam kebenaran, dan di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah ? serta meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Nasehat merupakan perkara yang agung, dan merupakan jalan rasul di dalam memperingatkan umatnya, sebagaimana Nabi Nuh ? ketika memperingatkan kaumnya dari kesesatan: Dan aku memberi nasehat kepada kalian. (Al Araaf: 62). Kemudian Nabi Hud ? yang berkata kepada kaumnya: Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu. (Al Araaf: 68) Dengan nasehat itu maka akan tegak agama ini, sebagaimana sabda Rasulullah ? di dalam haditsnya: Agama ini adalah nasehat (H.R Muslim no. 90 dari shahabat Tamim Ad Daari ?) Bila nasehat itu mulai kendor dan runtuh maka akan runtuhlah agama ini, karena kemungkaran akan semakin menyebar dan meluas. Sehingga Allah ? melaknat kaum kafir dari kalangan Bani Israil dikarenakan tidak adanya sifat ini sebagaimana firman-Nya (artinya): Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka perbuat. (Al Maidah: 79) Demikian pula orang-orang munafik yang diantara mereka saling menyuruh kepada perbuatan mungkar dan melarang dari perbuatan yang maruf, Allah ? telah memberitakan keadaan mereka di dalam Al Quran, sebagaimana firman-Nya (artinya): Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh kepada perbuatan yang mungkar dan melarang dari perbuatan yang maruf. (At Taubah: 67) Keempat: Saling menasehati dalam kesabaran Saling menasehati dalam berbagai macam kesabaran, sabar di atas ketaatan terhadap Allah ? dan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sabar terhadap musibah yang menimpa serta sabar terhadap takdir dan ketetapan-Nya. Orang-orang yang bersabar di atas kebenaran dan saling menasehati satu dengan yang lainnya, maka sesungguhnya Allah ? telah menjanjikan bagi mereka pahala yang tidak terhitung, Allah ? berfirman (artinya): Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Az Zumar:10) Jika telah terkumpul pada diri seseorang keempat sifat ini, maka dia telah mencapai puncak kesempurnaan. Karena dengan dua sifat pertama (iman dan amal shalih) ia telah menyempurnakan dirinya sendiri, dan dengan dua sifat terakhir (saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran) ia telah menyempurnakan orang lain. Oleh karena itu, selamatlah ia dari kerugian, bahkan ia telah beruntung dengan keberuntungan yang agung. Wallahu Alam.

Penutup Demikianlah para pembaca sedikit dari apa yang kami sampaikan mengenai tafsir Surat Al Ashr semoga dapat memberikan bimbingan kepada kita semua di dalam menempuh agama yang telah diridhai oleh Allah ? ini. Dan tentunya kita berharap agar dapat memiliki 4 sifat yang akan menyelamatkan kita dari kerugian baik di dunia maupun di akhirat. Amin, Ya Rabbal alamin. Maroji : Salafy.org

Senin, 19 April 2010


Asbaabun Nuzuul Surat al-Baqarah(2), ayat: 125
Asbaabun Nuzuul Surat al-Baqarah(2), ayat: 125

() 125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Jaami Shahih(2/51) nya: . Telah bercerita kepada kami Amr bin Aun, katanya: Husyaim telah bercerita kepada kami dari Humaid dari Anas bin Malik, katanya: telah berkata Umar: Saya sepakat/seide/bersesuaian dengan Rabbku dalam tiga hal, saya berkata: Wahai Rasulullah seandainya anda jadikan sebagian Makam Ibrahim sebagai tempat Shalat, lalu turunlah ayat: 125, Surat al-Baqarah(2): () 125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

Juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Jaami Shahih(15/166) nya: . Telah bercerita kepada kami Uqbah bin Mukarram al-Ammi, katanya: Juwairiyah bin Asma telah mengabarkan kepada kami dari Nafi dari Ibnu Umar, dia berkata: berkata Umar: Saya bersesuaian/sejalan/setuju/sama dengan Rabbku(tuhanku) dalam tiga hal: tentang Maqam Ibrahim, Hijab dan Tawanan Perang Badr. KETERANGAN: Imam Bukhari mendeskripsikan dalam Tafsir(9/235) di dalamnya ada Mutabaah(dukungan) Yahya bin Said untuk Husyaim dan Beliau(Imam Bukhari) cantumkan dalam dua tempat secara Muallaq(tidak menyebutkan sanadnya) dan di sini terdapat ungkapan tegas adanya sima(mendengar) dari Humaid dari Anas. Kata al-Hafidz(Ibnu Hajar al-Asqalani) dalam Fath al-Baari(2/51): maka amanlah dari tadlis(menyembunyikan sanad) nya. Hadis ini juga dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan(4/69) nya, dan kata beliau(at-Tirmidzi): Hadis di atas Hasan Shahih. Dalam bab ini ada periwayatan juga dari Ibnu Umar, Beliau(Ibnu Umar) mencukupkan dengan lafadz: yang artinya: (dan ambillah/jadikanlah). Al-Hafidz Ibnu Katsir juga menyandarkannya kepada an-Nasai dan Ibnu Majah dalam Tafsirnya(Tafsir Ibnu Katsir), Beliau(Ibnu Katsir) keluarkan pula dalam Juz 1/24 dan 36. Ath-Thabari mengeluarkan pula dalam Kitab Tafsirnya Tafsir ath-Thabari(1/534) sebagaimana Riwayat at-Tirmidzi di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Fathul Baarii(Ibnu Hajar al-Asqalani). Jaami Shahih al-Bukhari. Jaami Shahih al-Muslim. Sunan(an-Nasai).

Sunan(at-Tirmidzi). Sunan(Ibnu Maajah). Tafsir ath-Thabari. Tafsir Ibnu Katsir.

Asbaabun Nuzuul Surat al-Baqarah(2), ayat: 125


Asbaabun Nuzuul Surat al-Baqarah(2), ayat: 125

() 125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Jaami Shahih(2/51) nya: . Telah bercerita kepada kami Amr bin Aun, katanya: Husyaim telah bercerita kepada kami dari Humaid dari Anas bin Malik, katanya: telah berkata Umar: Saya sepakat/seide/bersesuaian dengan Rabbku dalam tiga hal, saya berkata: Wahai Rasulullah seandainya anda jadikan sebagian Makam Ibrahim sebagai tempat Shalat, lalu turunlah ayat: 125, Surat al-Baqarah(2): () 125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". Juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Jaami Shahih(15/166) nya:

. Telah bercerita kepada kami Uqbah bin Mukarram al-Ammi, katanya: Juwairiyah bin Asma telah mengabarkan kepada kami dari Nafi dari Ibnu Umar, dia berkata: berkata Umar: Saya bersesuaian/sejalan/setuju/sama dengan Rabbku(tuhanku) dalam tiga hal: tentang Maqam Ibrahim, Hijab dan Tawanan Perang Badr. KETERANGAN: Imam Bukhari mendeskripsikan dalam Tafsir(9/235) di dalamnya ada Mutabaah(dukungan) Yahya bin Said untuk Husyaim dan Beliau(Imam Bukhari) cantumkan dalam dua tempat secara Muallaq(tidak menyebutkan sanadnya) dan di sini terdapat ungkapan tegas adanya sima(mendengar) dari Humaid dari Anas. Kata al-Hafidz(Ibnu Hajar al-Asqalani) dalam Fath al-Baari(2/51): maka amanlah dari tadlis(menyembunyikan sanad) nya. Hadis ini juga dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan(4/69) nya, dan kata beliau(at-Tirmidzi): Hadis di atas Hasan Shahih. Dalam bab ini ada periwayatan juga dari Ibnu Umar, Beliau(Ibnu Umar) mencukupkan dengan lafadz: yang artinya: (dan ambillah/jadikanlah). Al-Hafidz Ibnu Katsir juga menyandarkannya kepada an-Nasai dan Ibnu Majah dalam Tafsirnya(Tafsir Ibnu Katsir), Beliau(Ibnu Katsir) keluarkan pula dalam Juz 1/24 dan 36. Ath-Thabari mengeluarkan pula dalam Kitab Tafsirnya Tafsir ath-Thabari(1/534) sebagaimana Riwayat at-Tirmidzi di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Fathul Baarii(Ibnu Hajar al-Asqalani). Jaami Shahih al-Bukhari. Jaami Shahih al-Muslim. Sunan(an-Nasai). Sunan(at-Tirmidzi).

Sunan(Ibnu Maajah). Tafsir ath-Thabari. Tafsir Ibnu Katsir.

Tafsir Surat : AN-NASHR


1 Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,(QS. 110:1) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nashr 1 - 2 2) ) )1( Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan apa yang harus dilakukan nabi-Nya pada saat penaklukan Mekah, yaitu apabila ia telah melihat pertolongan Allah terhadap agama-Nya telah tiba, dengan kekalahan orang-orang musyrik dan kemenangan di pihak Nabi-Nya, dan melihat pula orang-orang masuk agama Allah beramai-ramai dan berduyun-duyun, bukan perseorangan sebagaimana halnya pada permulaan dakwah. 2 dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,(QS. 110:2) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nashr 1 - 2 2) ) )1( Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan apa yang harus dilakukan nabi-Nya pada saat penaklukan Mekah, yaitu apabila ia telah melihat pertolongan Allah terhadap agama-Nya telah tiba, dengan kekalahan orang-orang musyrik dan kemenangan di pihak Nabi-Nya, dan melihat pula orang-orang masuk agama Allah beramai-ramai dan berduyun-duyun, bukan perseorangan sebagaimana halnya pada permulaan dakwah. 3 maka bertasbihlah dengan dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.(QS. 110:3) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nashr 3 3) ) Bila yang demikian itu telah terjadi supaya ia mengagungkan Tuhannya dan mensucikan-Nya dari halhal yang tidak layak bagi-Nya, seperti ia menganggap terlambat datangnya pertolongan dan mengira bahwa Tuhan tidak menepati janji-Nya untuk meninggikan nikmat-Nya atas Nabi-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menghendakinya. Mensucikan Allah hendaknya dengan memuji-Nya atas nikmat-nikmat yang dianugerahkan-Nya dan mensyukuri segala kebaikan-kebaikan yang telah dilimpahkan-Nya dan menyanjung-Nya dengan sepantasnya. Bila Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, memberi kesempatan kepada orangorang kafir, bukanlah berarti Dia telah menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beramal baik. Kemudian mintalah ampun kepada Allah untuk dirimu dan untuk sahabat-sahabatmu yang telah memperlihatkan kesedihan dan keputus-asaan karena terlambat datangnya pertolongan Allah. Bertobat dari keluh kesah adalah dengan mempercaya penuh akan janji-janji Allah dan dengan membersihkan jiwa dari pemikiran yang bukan-bukan bila menghadapi kesulitan. Walaupun ini berat untuk jiwa manusia biasa, tetapi ringan untuk Nabi-Nya sebagai insanul kamil, oleh sebab itu Ia menyuruh Nabi-Nya memohon ampunan-Nya. Keadaan ini terjadi pula pada para sahabat yang memiliki jiwa yang sempurna dan menerima tobat mereka, karena Allah selalu menerima tobat hamba-hamba-Nya. Allah mendidik hamba-hamba-Nya melalui bermacam-macam cobaan dan bila merasa tidak sanggup menghadapinya harus memohon bantuan-Nya serta yakin akan datangnya bantuan itu. Bila ia selalu melakukan yang demikian niscaya menjadi kuat dan sempurnalah jiwanya.

Maksudnya, bila pertolongan telah tiba dan telah mencapai kemenangan serta manusia berbondongbondong masuk Islam, hilanglah ketakutan dan hendaklah Nabi-Nya bertasbih menyucikan Tuhannya dan mensyukuri-Nya serta membersihkan jiwa dari pemikiran-pemikiran yang terjadi pada masa kesulitan. Dengan demikian keluh kesah dan rasa kecewa tidak lagi akan mempengaruhi jiwa orangorang yang ikhlas selagi mereka memiliki keikhlasan dan berada dalam persesuaian kata dan cinta sama cinta. Dengan turunnya surah An Nasr ini, Nabi memahaminya bahwa tugas risalahnya telah selesai dan selanjutnya ia hanya menunggu panggilan pulang ke Rahmatullah. Ibnu Umar berkata: "Surah ini turun di Mina ketika Nabi mengerjakan Haji Wada', sesudah itu turun firman Allah: Artinya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu". (Q.S. Al Maidah: 3). Nabi hidup hanya delapan puluh hari setelah turun ayat ini. Kemudian setelah itu turun ayat Kalalah, dan Nabi hidup sesudahnya lima puluh hari. Setelah itu turun ayat: Artinya: "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri", (Q.S. At Tubah: 128). Maka Nabi SAW. hidup sesudahnya tiga puluh lima hari. Kemudian turun firman Allah. Artinya: "Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah". Q.S. (Al Baqarah): 281. Maka Nabi SAW. hidup sesudahnya dua puluh satu hari saja.

Tafsir Surat : AL-KAUTSAR


1 Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.(QS. 108:1) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kautsar 1 1) ) Orang-orang musyrik di Mekah dan Orang-orang munafik di Madinah mencemoohkan dan mencacimaki Nabi sebagai berikut: a. Pengikut-pengikut Muhammad terdiri dari orang-orang biasa yang tidak mempunyai kedudukan, kalau agama yang dibawanya itu benar tentu yang menjadi pengikutnya pengikut-pengikutnya orangorang mulia yang berkedudukan di antara mereka. Ucapan ini bukanlah suatu keanehan, karena kaum Nuh juga dahulu kala telah menyatakan yang demikian kepada nabi Nuh A.S. sebagaimana firman Allah: Artinya: Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan 'kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Q.S. (Hud): 27. Sunatullah yang berlaku di antara hamba-hamba-Nya, bahwa mereka yang cepat menerima panggilan para rasul adalah orang-orang biasa, orang lemah karena mereka tidak takut kehilangan, karena mereka tidak mempunyai pangkat atau kedudukan yang ditakuti hilang. Dari itu pertentangan terusmenerus terjadi antara mereka dengan para rasul, tetapi Allah senantiasa membantu para rasul Nya dan menunjang dakwah mereka. Begitulah sikap penduduk Mekah terhadap dakwah Nabi SAW. pembesar-pembesar dan orang-orang

yang berkedudukan tidak mau mengikuti Nabi karena benci kepada beliau dan terhadap orang-orang biasa yang menjadi pengikut beliau. b. Orang-orang Mekah bila melihat anak-anak Nabi meninggal dunia, mereka berkata, "Sebutan Muhammad akan lenyap dan dia akan mati punah". Mereka mengira bahwa kematian itu suatu kekurangan lalu mereka mengejek Nabi dan berusaha menjauhkan manusia dari Nabi SAW. C. Orang-orang Mekah bila melihat suatu musibah atau kesulitan yang menimpa pengikut-pengikut Nabi, mereka bergembira dan bersenang hati serta menunggu kehancuran mereka dan lenyapnya sebutan mereka, lalu kembalilah kepada mereka kedudukan mereka yang semula, yang telah diguncangkan oleh agama baru itu. Maka pada surah itu Allah menyampaikan kepada Rasul-Nya, bahwa tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik itu adalah suatu purbasangka yang tidak ada artinya sama sekali. Namun semua itu adalah untuk membersihkan jiwa-jiwa yang masih dapat dipengaruhi oleh isyu-isyu tersebut dan untuk mematahkan tipu daya orang-orang musyrik, agar mereka mengetahui bahwa perjuangan Nabi SAW., pasti akan menang dan pengikut-pengikut beliau pasti akan bertambah banyak. Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah memberi Nabi-Nya nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya, walaupun (orang musyrik) memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan kekurangan akal dan pengertian mereka. Pemberian itu berupa kenabian, agama yang benar, petunjuk-petunjuk dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 2 Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.(QS. 108:2) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kautsar 2 2) ) Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar mengerjakan salat dan menyembelih hewan korban karena Allah semata-mata, karena Dia sajalah yang mendidiknya dan melimpahkan karuniaNya. Dalam ayat lain yang sama maksudnya Allah berfirman: Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah. Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Q.S. (Al An'am): 162-163. 3 Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.(QS. 108:3) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Kautsar 3 3) ) Sesudah Allah menghibur dan menggembirakan Rasul-Nya serta memerintahkan supaya mensyukuri anugerah-anugerah-Nya dan sebagai kesempurnaan nikmat-Nya, maka Allah menjadikan musuhmusuh Nabi itu hina dan tidak percaya. Siapa saja yang membenci dan mencaci Nabi akan hilang pengaruhnya dan tidak ada kebahagiaan baginya di dunia dan di akhirat. Adapun Nabi dan pengikut-pengikutnya sebutan dan basil perjuangannya akan tetap jaya sampai Hari Kiamat. Orang-orang yang mencaci Nabi, bukanlah mereka tidak senang kepada pribadi Nabi, tetapi yang mereka benci dan tidak senang adalah petunjuk dan hikmah yang dibawa beliau, karena beliau mencela kebodohan mereka dan mencaci berhala-berhala yang mereka sembah serta mengajak mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala-berhala itu. Sungguh Allah telah menepati janji-Nya dengan menghinakan dan menjatuhkan martabat orang-orang yang mencaci Nabi, sehingga nama mereka hanya diingat ketika membicarakan orang-orang jahat dan kejahatannya. Adapun kedudukan Nabi SAW. dan orang-orang yang menerima petunjuk beliau serta nama harum mereka diangkat setinggi-tingginya oleh Allah sepanjang masa.

Penyakit Hati dan Penangkalnya

Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika hati yang dimiliki seorang manusia telah penuh dengan niat jahat, dapat dipastikan bahwa tingkah laku orang tersebut tidak akan jauh dari tindakan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Muhammad saw: Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati. (HR. Bukhori) Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut: Dinamakan hati (al-qolbu) karena cepatnya berubah.(HR. Ahmad) Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik. (HR. Ibnu Abi Ashim) Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya. (HR. Muslim) Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati, condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepadaMu. (HR. Muslim) Meskipun demikian, kita harus terus berupaya untuk menjaga hati kita agar tidak terkena penyakit hati, yang menyebabkab kita tersesat dari jalan yang diridhoi Allah SWT. Begitu banyak penyakit yang dapat hinggap dalam hati kita, baik kita sadari maupun tidak. Penyakit-penyakit hati tersebut dapat diketahui dengan melihat perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam kesehariannya. Perilaku yang mencerminkan rusak dan sakitnya hati seseorang diantaranya adalah: 1. Melakukan kedurhakaan dan dosa Di antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu jenis perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rosululloh bersabda: Setiap umatku akan terampuni kecuali mereka yang melakukan kedurhakaan secara terangterangan. (HR. Bukhori) 2. Merasakan kekerasan dan kekakuan hati Keras dan kakunya hati seseorang membuat orang itu tidak memiliki sensitifitas terhadap masalahmasalah yang menimpa saudaranya sesame muslim. Hal ini karena ia tidak akan mampu dipengaruhi oleh apapun juga, dan hanya akan bertumpu pada keinginan pribadinya. 3. Tidak tekun beribadah Ketekunan dalam beribadah merupakan sesuatu hal yang wajib kita laksanakan. Dalam beribadah kita harus benar-benar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan dan ucapan/bacaan serta doa. Sedangkan orang yang hatinya mulai diliputi oleh penyakit tidak akan mampu tekun dan memperhatikan apa yang dilakukannya dalam beriadah. 4. Malas dalam ketaatan dan ibadah Kalaupun ia beribadah, maka ibadah tersebut hanyalah sekedar rutinitas belaka, dan kosong. Masuk dalam kategori ini ialah perbuatanperbuatan yang tidak dilakukan dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan waktu-waktu yang tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di akhir waktu, atau menunda-nunda haji padahal sudah ada kemampuan untuk melaksanakan.

5. Perasaan gelisah dan resah karena masalah yang dihadapi 6. Tidak tersentuh kandungan ayat-ayat suci Al Quran 7. Lalai dalam dzikir dan doa 8. Lalai dalam amar maruf nahi munkar Bara ghiroh dalam hati telah padam, tidak menyuruh kepada yang maruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Pada puncaknya, dia tidak mengetahui yang maruf dan tidak mengetahui yang mungkar. Segala urusan dianggap sama 9. Gila kehormatan dan popularitas Termasuk di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya. Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemiminan dan hal ini akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. (HR. Bukhori) 10. Bakhil dan kikir atas hartanya Allah SWT memuji orang-orang Anshor dengan firman-Nya: dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 9) Rosulullah saw bahkan bersabda : Tidaklah berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat kikir dan keimanan. (HR. Nasai) 11. Mengakui apa-apa yang tidak dilakukannya Padahal penyakit ini yang menjadikan binasanya umat terdahulu. Alloh berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. ash-Shof : 23) 12. Bersenang-senang diatas penderitaan umat muslim 13. Hanya pandai menilai kadar dosa yang dilakukan dan tidak melihat pada siapa dosa itu dilakukannya 14. Tidak peduli pada penderitaan sesama muslim 15. Mudah memutuskan tali silaturahmi/persaudaraan 16. Senang berbantah-bantahan yang mneyebabkan hatinya keras dan kaku 17. Sibuk dalam urusan dunia semata 18. Suka berlebih-lebihan Penyembuhan Perilaku tersebut diatas dapat dijadikan indikator awal akan adanya penyakit pada hati seseorang. Meskipun demikian, kita dapat menyembuhkan hati yang sakit tersebut dengan beberapa cara. Hal ini untuk mempertahankan keimanan yang ada dalam hati kita.

Rosulullah saw menggambarkan dalam salah satu sabda Beliau bahwa keimanan seorang hamba diibaratkan sebagai pakaian yang dibutuhkan untuk diperbaharui setiap saat. Beliau saw juga menggambarkan keimanan ibarat menatap bulan, terkadang bercahaya terkadang gelap, manakala bulan tersebut tertutup oleh awan maka hilanglah sinar dari rembulan tersebut, ketika gumpalangumpalan awan menghilang maka nampak kembali cahaya bulan tersebut. Juga sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw : Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman. (HR. Bukhari) Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang muslim sebagai upaya penyembuhan penyakit hati yang dideritanya: 1. Membaca dan menyimak Al Quran Allah SWT telah memastikan bahwa al-Quran adalah penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT : Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. al-Isra : 82) 2. Merasakan keagungan Allah SWT Banyak dalil dari al-Quran dan as-Sunnah yang mengungkap tentang keagungan Alloh. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah : Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. al-Anam: 59) 3. Mencari dan mempelajari ilmu agama Yaitu ilmu yang bisa menghasilkan rasa takut kepada Allah SWT dan menambah nilai keimanannya. Tidak akan sama keadaan orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui. 4. Banyak berdzikir Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah, rohmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullah saw bersabda: Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan. (HR. Muslim) 5. Memperbanyak amal sholeh Banyak hal yang dapat digunakan sebagai lading amal sholeh bagi kita. Sedangkan bentuk dan cara memperbanyak amal sholeh diantaranya adalah: Sesegera mungkin melaksanakan amal sholih Melaksanakan amal sholih secara terus-menerus Tidak gampang bosan dan capai dalam melaksanakannya Mengulang beberapa amal sholih yang terlupakan

Senantiasa berharap apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT 6. Rajin melakukan ibadah Di antara rahmat Allah SWT ialah dengan diberikan-Nya beberapa macam peribadatan, sebagiannya berbentuk fisik seperti sholat, sebagiannya berbentuk materi seperti zakat, sebagiannya berbentuk lisan seperti dzikir dan doa. Bahkan satu jenis ibadah bisa dibagi kepada wajib, sunnah, dan anjuran. Yang wajib pun terkadang terbagi kepada beberapa bagian. Berbagai jenis ibadah ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai penyembuh dari penyakit hati atau lemahnya keimanan. 7. Takut meninggal dalam keadaan suus khotimah 8. Banyak mengingat mati Rosulullah saw bersabda: Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian. (HR. Tirmidzi) Di antara cara yang efektif untuk mengingatkan seseorang terhadap kematian ialah dengan berziarah kubur, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, dan lain-lain. 9. Selalu ingat akan tibanya hari akhir 10. Menelaah firman-firman Allah SWt yang terkait dengan peristiwa alam 11. Bermunajat dan pasrah kpeada Allah SWT 12. Tidak terlalu mengharap dunia 13. Banyak melakukan ibadah hati 14. Berdoa kepada allah SWT agar dijaga keimanan kita Semoga kita terhindar dari penyakit hati yang dapat melemahkan dan bahkan menghilangkan keimanan kita kepada Allah SWT. Dan semoga Allah SWT memberikan perlindungan kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin

Anda mungkin juga menyukai