Anda di halaman 1dari 6

P.T.

PARAMITA MITRAPRATAMA
Management & Engineering Consultant Bengkulu dan Lampung

Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi Di Sumatera Selatan,

DME)

BAB 1
1.1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pembangunan dan kemajuan suatu negara yang berkesinambungan sangat tergantung akan ketersediaan energi yang berkelanjutan. Ini membuktikan bahwa energi sangatlah penting karena energi merupakan komponen vital dalam industri dan kehidupan manusia. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terbaharui dan tidak terbaharui. Di Indonesia bahan bakar minyak yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui menjadi sumber energi utama. Ketergantungan Indonesia terhadap kebutuhan bahan bakar fosil dan tidak terbaharukan ini sungguh luar biasa, yaitu minyak bumi sekitar 52%, selebihnya menggunakan gas bumi sebesar 28%, batu bara 15%, energi air 3%, dan energi panas bumi lebih dari 1% atau 1% lebih sedikit. Keadaan seperti ini tentu tidak bisa dibiarkan karena tidak sustainable (berkelanjutan). Oleh karena itu ketergantungan pada energi fosil harus dikurangi mengingat sifatnya yang tidak terbarukan. Cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis dalam jangka waktu 23 tahun, jika tidak menemukan ladang minyak yang baru. Gas juga demikian, diperkirakan akan habis dalam waktu kurang lebih 60 tahun, jika tidak ditemukan deposit yang baru. Batu bara meskipun cukup melimpah di negeri ini menurut perkiraan juga akan habis dalam waktu 150 tahun dari sekarang ini. Dalam situasi krisis energi seperti sekarang, dalam jangka panjang kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Oleh karena itu sang tepat tekad pemerintah untuk mencari solusi yaitu mengganti BBM dengan mengembangkan energi alternatif baru dan terbaharukan, seperti tenaga surya, biomassa, angin, energi air skala kecil (mikrohidro) dan panas bumi.

Bab 1 : Pendahuluan

11

P.T. PARAMITA MITRAPRATAMA


Management & Engineering Consultant Bengkulu dan Lampung

Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi Di Sumatera Selatan,

DME)

Salah satu program pemerintah dalam penerapan energi baru dan terbarukan ini yaitu dengan Program Desa Mandiri Energi (DME), khususnya di daerah-daerah terpencil yang belum teraliri listrik. Kriteria untuk menjadi kawasan Desa Mandiri Energi, yaitu desa yang belum teraliri listrik dan mempunyai sumber potensi energi yang bisa diolah, seperti perkebunan tanaman jarak, kesambi, serta ada kemauan dari masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup. Indonesia memiliki lebih dan 70 ribu desa, 45% diantaranya dikategonikan sebagai Desa Tertinggal yang ditandai dengan terbatasnya akses masyarakat terhadap energi (modern), misalnya rasio elektrifikasi masih sekitar 65%. Jumlah desa yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik PLN diperkirakan sekitar 6.200 desa. Akses masyarakat terhadap energi (BBM) terutama di daerah perdesaan terpencil sangat terbatas dengan harga yang lebih mahal dari yang ditetapkan oleh pemerintah, karena tingginya biaya transportasi. Keadaan ini tentunya tidak dapat dibiarkan terus berlangsung karena akan memberatkan masyarakat. Untuk itu perlu dikembangkan bahan bakar alternatif atau energi lainnya yang tersedia secara lokal dan dengan teknologi yang dapat dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat setempat yang umumnya adalah petani. Desa Mandiri Energi adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan listrik dan bahan bakar dari sumber energi yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumber daya setempat. Desa Mandiri Energi dikembangkan dengan konsep pemanfaatan energi setempat, khususnya energi terbarukan untuk pemenuhan kebutuhan energi dan kegiatan yang bersifat produktif. Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas, kesempatan kerja dan kesejahteraan masyakat pada umumnya melalui penyediaan energi terbarukan yang terjangkau dan berkelanjutan. Pengembangan Desa Mandiri Energi dimaksudkan untuk menjadikan kegiatan penyediaan energi sebagai entry point dalam pengembangan kegiatan ekonomi perdesaan

Bab 1 : Pendahuluan

12

P.T. PARAMITA MITRAPRATAMA


Management & Engineering Consultant Bengkulu dan Lampung

Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi Di Sumatera Selatan,

DME)

Kebijakan pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) merupakan respon dan permasalahan energi yang makin terbatas dan masalah lingkungan yang harus diselamatkan yang merupakan dampak penggunaan careless techology. Selain itu melalui Desa Mandiri Energi dapat dilakukan pengembangan ekonomi produktif yang kompetitif dari pemanfaatan energi tersebut. Penguatan nilai ekonomi perdesaan dengan kebijakan pengembangan Desa Mandiri Energi akan memberikan daya tarik baru bagi desa-desa (terpencil) sehingga dapat menjadi alternatif pusat ekonomi baru yang mendorong masyarakat kembali ke desa dan mengurangi mobilisasi masyarakat desa ke kota. Keberlanjutan pembangunan akan terjadi apabila jumlah desa yang melaksanakan kemandirian enengi semakin banyak dan potensi ekonomi yang ada dapat dikembangkan sejalan dengan meningkatnya akses masyarakat terhadap energi. Tentunya, aktivitas ekonomi yang dilaksanakan akan lebih berdaya saing dan berwawasan lingkungan. Ada 2 tipe Desa Mandiri Energi, yaitu (i) Desa Mandiri Energi yang dikembangkan dengan Non BBN (Bahan Bakar Nabati), seperti desa yang menggunakan mikrohidro, tenaga surya, dan biogas; dan (ii) Desa Mandiri Energi yang menggunakan bahan bakar nabati atau biofuel, seperti dari kelapa sawit, tanaman jarak, dan kesambi. Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk memproduksi energi alternatif sebagai pengganti BBM. Indonesia memiliki bahan baku yang melimpah untuk membuat sumber energi alternatif yang berasal dari sumber daya alam terbaharukan berupa tumbuh-tumbuhan. Selama ini tumbuhan yang dinilai dapat menghasilkan sumber energi alternatif adalah kelapa sawit. Namun kelapa sawit tergolong tumbuhan pangan, sehingga harga kelapa sawit akan terpengaruh permintaan di sektor pangan. Oleh karena itu, bahan baku sumber energi alternatif sebaiknya berasal dari sektor non-pangan, misalnya jarak pagar, singkong/tebu, dan kesambi. Kegiatan DME dapat bersifat pembangunan fisik seperti PLTMH dan peralatan kegiatan produktif lainnya, maupun non-fisik seperti DME

Bab 1 : Pendahuluan

13

P.T. PARAMITA MITRAPRATAMA


Management & Engineering Consultant Bengkulu dan Lampung

Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi Di Sumatera Selatan,

DME)

berbasis jarak pagar, singkong/tebu, kelapa sorghum, nyamplung dan beberapa kegiatan produktif. Dalam pengembangan DME ini tentunya tidak terlepas dari kendalakendala. Berdasarkan pengalaman, salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan DME adalah masalah kelembagaan (lembaga pengelola). Pada umumnya, lembaga pengelola yang sudah terbentuk belum mengikut prinsip manajemen yang berkelanjutan, sehingga pengelolaan energi alternatif tersebut menjadi kurang efektif. Terbatasnya pengetahuan dan kemampuan operator (khususnya operator PLTMH) untuk mengatasi masalah-masalah teknis, khususnya dalam pengoperasian dan perawatan peralatan konversi energi dan peralatan kegiatan produktif juga menjadi kendala keberlanjutan pengelolaan. Masalah kelembagaan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam menjamin keberlanjutan proyek energi terbarukan di perdesaan. Dengan kelembagaan yang baik, juga dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan produktif lainnya melalui pemberdayaan masyarakat. Mengacu pada hal tersebut di atas, pada tahun anggaran 2009 Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi melalui Program Desa Mandiri Energi Stimulus akan mengembangkan proyek, termasuk penyiapan kelembagan energi terbarukan untuk kegiatan pengembangan mikrohidro, jarak pagar, sorghum dan kegiatan produktif (penggilingan kopi, pengeringan kakao dan pertukangan kayu) yang akan dilaksanakan di Pulau Sumatera, (10 lokasi di wilayah selatan, meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung). 1.2

TUJUAN
Tujuan dari kegiatan Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi di Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung ini, adalah : 1. Menyiapkan lembaga pengelola pembangunan DME yang berbasis BBN dan Non-BBN; 2. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat setempat. potensi ekonomi pada dan

Bab 1 : Pendahuluan

14

P.T. PARAMITA MITRAPRATAMA


Management & Engineering Consultant Bengkulu dan Lampung

Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi Di Sumatera Selatan,

DME)

1.3

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pekerjaan Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi di Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung ini, antara lain terdiri dari: 1. Inventarisasi kondisi sosial dan ekonomi di lokasi Desa Mandiri Energi

2.

Melakukan kegiatan pendampingan terhadap pembangunan Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN dan Non-BBN sampai dengan terbentuknya lembaga pengelola yang mandiri dan terlatih. Adapun lokasi pembangunan DME adalah :
2-lokasi DME berbasis mikrohidro di Kabupaten Tanggamus dan

Lampung Selatan, Provinsi Lampung


1-lokasi DME berbasis jarak pagar di Kabupaten Lampung

Selatan, Provinsi Lampung


1-lokasi DME berbasis sorghum di Kabupaten Lampung Selatan,

Provinsi Lampung
6-lokasi kegiatan produktif DME (penggilingan kopi, pengeringan

kakao dan pertukangan kayu) di Kabupaten Oku Selatan Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Tri Tunggal Bukit di Provinsi Bengkulu, serta Kabupaten Lampung Barat di Provinsi Lampung. 3. Melakukan pengembangan bentuk lembaga pengelola yang sesuai dengan kondisi sebenarnya sehingga program DME dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis lapangan kepada masyarakat tentang kegiatan yang sedang dilaksanakan dengan harapan masyarakat dapat lebih mandiri dalam keberlanjutan pengembangan program DME tersebut. Memberikan rekomendasi terhadap kegiatan pendampingan yang dilakukan pada lokasi-lokasi DME yang dapat meningkatkan produktivitas dan pemberdayaan masyarakat sekitar proyek. 1.4

4.

5.

KELUARAN (OUTPUT)

Bab 1 : Pendahuluan

15

P.T. PARAMITA MITRAPRATAMA


Management & Engineering Consultant Bengkulu dan Lampung

Penyiapan Kelembagaan Desa Mandiri Energi Di Sumatera Selatan,

DME)

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan penyiapan kelembagaan pengembangan Desa Mandiri Energi berbasis mikrohidro, jarak pagar, sorghum dan kegiatan produktif, adalah: 1. Terbentuknya lembaga pengelola; 2. Terlaksananya sosialisasi dan bimbingan lapangan; 3. Tersusunnya AD dan ART lembaga pengelola; 4. Meningkatnya produktivitas masyarakat di perdesaan; 5. Diketahuinya potensi pengembangan kegiatan produktif lanjutan. 1.5

HASIL
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan penyiapan kelembagaan pengembangan Desa Mandiri Energi berbasis mikrohidro, jarak pagar, sorghum dan kegiatan produktif, adalah berfungsinya fasilitas pembangkitan energi melalui lembaga pengelola yang dibentuk berdasarkan partisipasi masyarakat dan mengikuti prinsip-prinsip manajemen yang berkelanjutan

1.6

MANFAAT (BENEFITS)
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan penyiapan kelembagaan pengembangan Desa Mandiri Energi berbasis mikrohidro, jarak pagar, sorghum dan kegiatan produktif, adalah meningkatkan perekonomian masyarakat serta menciptakan rasa memiliki masyarakat terhadap proyek energi terbarukan sehingga keberlanjutan proyek dapat terjamin.

1.7

DAMPAK (IMPACTS)
Dampak yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan penyiapan kelembagaan pengembangan Desa Mandiri Energi berbasis mikrohidro, jarak pagar, sorghum dan kegiatan produktif, adalah: 1. Meningkatnya produktivitas masyarakat; 2. Memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional; 3. Keberlanjutan proyek energi terbarukan yang memanfaatkan potensi energi setempat.

Bab 1 : Pendahuluan

16

Anda mungkin juga menyukai