Anda di halaman 1dari 6

PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu produsen pupuk di Pulau Jawa. Kasus kecelekaan yang menimpa PT.

Petrokimia Gresik terjadi pada hari Minggu pada tanggal 5 Februari 2006. Belum ada penjelasan yang pasti penyebab terjadinya ledakan hebat yang sempat menghebohkan warga sekitar. Penyebab Kebocoran Gas Menurut penyelidikan, tidak ada kebocoran gas amoniak dalam peristiwa ledakan tersebut, dan itu dipastikan dengan tidak adanya bau menyengat yang muncul dari lokasi ledakan. Namun berdasarkan dugaan awal, penyebab terjadinya ledakan kemungkinan karena tekanan gas yang melebihi kapasitas. Kasus semacam ini sudah sering terjadi, hanya skala ledakannya cukup kecil dan tidak sampai mengganggu kegiatan produksi. Tetapi untuk ledakan yang terjadi kali ini, PT. Petrokimia Gresik terpaksa harus menghentikan kegiatan produksi di lokasi pabrik. Berdasarkan beberapa sumber ledakan PT. Petrokimia Gresik bersumber di bagiansintesa amoniak dengan bahan kimia lainnya. Menurut saya, hal ini mungkin saja yang menjadi penyebab terjadinya ledakan pada PT. Petrokimia Gresik. Gas ammonia merupakan gas yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang sangat menyengat. Berdasarkan sifat fisiknya gas amoniak dapat meledak bila terkena panas. Bahan gas paling berbahaya dibandingkan dengan bahan padat atau cair karena bahan gas akan menyerang saluran pernapasan yang ditentukan oleh kelarutan gas dalam permukaan saluran yang lembab atau berlendir. Jenis iritan dapat digolongkan pada kecilnya kelarutan yang juga menentukan daerah serangan pada alat pernapasan, sebagai berikut:

Kelarutan tinggi, dengan daerah serangan pada bagian atas saluran pernapasan:ammonia, HCl, HF, formaldehida, asam asetat, sulfur klorida, tionil klorida, sulfuril klorida. Kelarutan sedang, efek pada saluran pernapasan bagian atas dan lebih dalam (bronchin): belerang oksida, klorin, arsen, triklorida, fosfor pentaklorida. Lain-lain, efek iritasi oleh mekanisme bukan pelarutan: akrolein, dikloroetil sulfide, diklorometil etil, dimetil sulfat, kloro pikrin.

Gas Penyebab Kebakaran Gas bertekanan tinggi banyak digunakan di laboratorium sebagai pereaksi, bahan bakar, atau gas pembawa. Gas-gas tersebut disimpan dalam tabung slinder dalam bentuk:

Gas tekan seperti udara, hydrogen, dan klor Gas cair seperti nitrogen dan ammonia Gas terlarut dalam pelarut organic di bawah tekanan seperti asetilen. Selain bahaya, gas-gas tersebut juga bersifat racun, korosif, dan mudah terbakar. Karena itu juga berpotensi menyebabkan bahaya mekanik seperti ledakan, meluncurnya slinder gas akibat tekanan, atau kebocoran slinder.

Agar tidak terjadi ledakan seperti kasus di atas maka kita harus sesegera mungkin mengetahui cara menangulangi kasus-kasus kecelakaan kerja yang terjadi. Terlebih dahulu kita harus mempunyai sistem baku mutu laboratorium yang berguna untuk alatmanajemen laboratorium yang mengorganisir laboratorium untuk mencegah kesalahan di samping untuk meningkatkan mutu. Penanganan Gas Penyebab Kebakaran Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani gas-gas bertekanan tinggi yaitu:

Letakkan tabung gas dalam keadaan tegak, di tempat yang bebas dari panas, erikat kuat, serta diberi label yang jelas. Gunakan regulator tekanan dan selalu memeriksa adanya kebocoran. Jangan menggunkan pipa atau klep yang terbuat dari tembaga atau perak pada gas asetilen Gunakan trolley dalam pengangkutan gas tersebut Jauhkan dari api dan panas, sebaiknya disimpan padan tempat yang kering dan sejuk.

DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2006, Kecelakaan Kerja Petrokimia Gresik Digoyang Ledekan Warga Panik, http//www.industrikimia.com, 5 April 2010. Hala, Y., dan Liong, S., 2005, Manajemen Laboratorium, Universitas Hasanuddin, Makassar.

17.713 Kasus Kecelakaan Kerja karena Terjepit Mesin


Rabu, 27/04/2011 - 22:16 JAKARTA, (PRLM).- Kecelakaan kerja di lingkungan kerja Kantor Wilayah IV PT Jamsostek (Persero) yang meliputi Jawa Barat dan Banten pada 2010 terdapat 35.507 kasus. Dari sejumlah kecelakaan kerja itu sebanyak 32.833 kasus dapat disembuhkan, 434 di antaranya meninggal, 1.346 kasus mengalami cacat fungsi, 885 kasus cacat sebagian, sembilan kasus cacat total tetap. Kakanwil IV PT Jamsostek (Persero) E. Ilyas Lubis mengungkapkan hal itu saat peluncuran paviliun khusus di Rumah Sakit Efarina Etaham, Purwakarta, Rabu (27/4). Paviliun khusus bagi peserta Jamsostek yang diberi nama Trauma Center Jamsostek. Menurut Ilyas, dari 35.507 kecelakaan kerja itu, di antaranya terjadi di lingkungan kerja di Jabar-Banten itu sebanyak 29.062 kasus. Sejumlah 17.713 kasus kecelakaan terjadi karena terjepit mesin, 25.311 kasus karena pengamanan tidak sampurna, 434 kasus meninggal karena kecelakaan lalulintas dari rumah menuju kantor atau sebaliknya. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Informasi PT Jamsostek (Persero) H.D. Suyono berharap dengan diluncurkannya paviliun khusus bagi pekerja terutama peserta Jamsostek maka pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dapat segera ditangani. Dengan demikian, angka yang dapat disembuhkan terus meningkat. "Kalangan kedokteran menyatakan kematian dan kecacatan pada kecelakaan kerja sangat ditentukan oleh penanganan pertama pada satu jam pertama setelah kecelakaan, Penanggulangan satu jam pertama yang disebut the golden hour dapat menyelamatkan 85 persen korban dari kematian atau kecacatan," tutur Suyono.

Sementara itu, Kepala Cabang Purwakarta PT Jamsostek Dadang Koesnadi mengatakan minat perusahaan di wilayah kerjanya untuk menjadi peserta program Trauma Center Jamsostek sangat besar. "Saat ini sudah 58 perusahaan besar dan kecil dengan 30.060 tenaga kerja berminat mejadi peserta," katanya. Dia berharap pola kerja sama PT Jamsostek dengan rumah sakit itu bisa menjadi contoh bagi kantor cabang lain. Karena, dengan pola baru tersebut maka perusahaan atau keluarga pasien tidak perlu mengeluarkan dana jaminan. "Cukup menunjukkan Kartu Peserta Jamsostek dan surat pengantar dari perusahaan yang terdaftar dalam program kepada rumah sakit penyelenggara Trauma Center Jamsostek," kata Dadang. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertras) menunjukkan, sampai akhir 2010 tercatat 65 ribu kasus kecelakaan kerja. Sedangkan pada 2009 tercatat 96,314 kasus dengan rincian 87.035 sembuh total, 4.380 cacat fungsi, 2.713 cacat sebagian, 42 cacat total, dan 2.144 meninggal dunia. "Saya mengajak pimpinan pemerintah daerah, para pengusaha, pekerja dan masyarakat melakukan upaya konkret pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta meningkatkan kesadaran, partisipasi dan tanggung jawab menciptakan prilaku K3 sehingga K3 benar-benar menjadi Budaya bangsa Indonesia," kata Menakertrans Muhaimin Iskandar, belum lama ini. (A-78/das)***

GRESIK, KOMPAS.com - Selama 2010-2011 jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan di Kabupaten Gresik. Jawa Timur mencapai 1.037 kasus. Kecelakaan itu tidak hanya terjadi di lingkungan pabrik tetapi juga di jalan raya saat mereka akan berangkat bekerja. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gresik, Eddy Purwanto, Senin

(5/3/2012) menjelaskan penyebab kecelakaan kerja adalah faktor perilaku dan kondisi lingkungan yang tidak aman. Risiko pekerja ada selama perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan selama aktivita s bekerja di perusahaan masing-masing. "Upaya membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tiap perusahaan digencarkan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja," katanya. Kesadaran pengusaha dan pekerja dalam menerapkan norma K3 di lingkungan kerja meningkat. Setidaknya ada 34 perusahaan yang mendapatkan penghargaan kecelakaan nihil (Zero Accident Award) tahun 2011, meningkat dua kali lipat lebih dibanding tahun 2010 seban yak14 perusahaan. Wakil Bupati Gresik, Mohammad Qosim menjelaskan penghargaan pemerintah itu diharapkan memberikan motivasi kepada perusahaan-perusahaan agar meningkatkan pembinaan dan pelaksanaan prinsip-prinsip dasar K3. Prinsip dasar itu adalah mencegah dan mengurangi k ecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja di tempat masing-masing. Itu upaya untuk mewujudkan tekad Indonesia berbudaya K3 pada tahun 2015, katanya pada seminar Peningkatan Fungsi K3 di Perusahaan dalam rangka Menyongsong Berdudaya K3 di Tahun 2015 . Ia menambahkan di era global dengan persaingan perdagangan internasional, azas penerapan K3 merupakan syarat utama yang berpengaruh besar terhadap nilai investasi, kualitas dan kuantitas produk. Saat ini masyarakat internasional menuntut persyaratan terte ntu terhadap produk barang/jasa yang akan dibeli, antara lain harus memiliki mutu yang baik, aman dipergunakan, ramah lingkungan dan memenuhi standard internasional. Menurut Qosim, semua pihak harus menyadari bahwa penerapan K3 merupakan hak dasar perlindungan bagi tenaga kerja. Setiap pekerja wajib mendapat perlindungan dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit, sedangkan perusahaan berhak mendapatkan loyalitas peker ja. Pimpinan perusahaan, pekerja, masyarakat, pemerhati K3 dan lain-lain diminta melakukan upaya konkrit pelaksanaan K3 menjadi gerakan seluruh bangsa Indonesia khususnya Gresik guna mendukung tercapainya Indonesia berbudaya K3 Tahun 2015, papar Qosim. Perusahaan cenderung tertutup soal kecelakaan kerja. Pada 8 Oktober 2011 pabrik penyulingan oli bekas PT Prima Energy Solution di Kawasan Industri Gresik terbakar, menyebabkan 11 karyawan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Catatan Kompas, pada 13 Maret 2009 terjadi ledakan di PT Bharata Indonesia di Kebomas menyebabkan empat karyawan terluka. Pada 4 Juni 2009 terjadi ledakan di pabrik peleburan tembaga PT Smelting, dua karyawan terluka. Pada 22 Juli 2009 terjadi ledakan di p abrik peleburan baja PT Raksa Indo Steel di Wringinanom menyebabkan dua orang tewas dan empat karyawan luka bakar. Pada 6 Juni 2007 ledakan di PT Puspetindo satu orang tewas dan satu orang luka berat. Ledakan besar terjadi pada 2004, di PT Petrowida pada 20 Januari 2004 mengakibatkan dua orang tewas dan puluhan lainnya luka bakar. PT Petrowidada meledak lagi pada 9 April 2004 tetapi tidak menimbulkan korban jiwa. Share

Anda mungkin juga menyukai