Anda di halaman 1dari 5

Scistosoma haematobium

Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Platyhelminthes Kelas : Termatoda Up kelas : Digenea Ordo : Strigeidida Genus : Schistoma Spesies : Schistoma haemtobium

Morfologi

Gamabr 1 Cacing dewasa Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0 cm. Hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena kandung kemih. S. haematobium jantan memiliki oral sucker,ventral sucker testis dan canalis gynaecophorus, tempat cacing betina, sehingga tampak seolah-olah cacing betina ada di dalam pelukan cacing jantan. Cacing betina badannya lebih halus dan panjang (botelio, et all.2010)

Gambar 2 telur schistoma haematobium

Telur ditemukan di urin dan alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum. Telurnya meruncing seperti duri pada salah satu ujungnya dan ke luar dri tubuh penderita bersama urine. Ukuran 120-150 m, bentuk oval, kulit sangat tipis dan halus berisi embrio besar bersilia yang diliputi membran (kulit dalam) (botelio, et all.2010) Siklus Hidup

Gambar 3 Siklus Hidup Schistoma haematobium

Schistosoma haematobium memiliki siklus hidup yang kompleks, yang berlangsung pada manusia, dan dalam hospes perantara dari siput air

tawar. Schistosoma membutuhkan kondisi yang tepat untuk melengkapi siklus hidupnya, termasuk kedua host (manusia dan kontak dengan siput) dan air siklus

tawar. Manusia terinfeksi ketika

tahap infektif dari

hidup(cercaria) dalam air, cacing ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara yaitu keong air 1. Telur keluar bersama urin, bila telur berada di kolam atau sawah kemudian menentas di dalam air dan larva keluar yang disebut mirasidium 2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh keong air dan berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II. 3. kemudian menghasilkan serkaria yang banyak yang dilepakan oleh dari siput. 4. Jika bersentuhan dengan manusia, misalnya ketika mereka berenang,

mandi atau berendam di air tersebut , serkaria dapat menembus kulit manusia waktu yang diperlukam untuk infeksi adalah 5-10 menit. 5. Setelah masuk seseorang, larva bermigrasi pembuluh melalui sistem darah ke

hati. Dalam

darah hati, schistosoma mengalami

perkembangan lebih lanjut, dan tumbuh menjadi dewasa. 6. Cacing dewasa meninggalkan sistem darah hati untuk bermigrasi lagi, akhirnya berakhir di pembuluh darah di sekitar kandung kemih (dan lebih jarang, organ lainnya). Selanjutnya telur di lepaskan ke kandung kemih untuk memulai siklusnya lagi

Patologi Gejala awalnya berupa demam, biasanya sore hari, lesu, tidak enak perut, kadang-kadang terjadi urticaria. Sering kencing disertai rasa panas dan sakit dan urin bercampur darah(hematuri). Kelainan patologis terutama disebabkan terkumpulnya telur cacing pada dinding kandung kencing, kemudian menjadi abscess yang pecah ke dalam kandung kemih sehingga mucucs, darah, nanah dan telur cacing akan keluar dari tubuh bersama urine.

Epidemiologi

Gambar 4 Persebaran cacing schistoma haematobium Cacing ini ditemukan di Afrika, Spanyol, dan berbagai negara Arab (Timur Tengah, Lembah Nil); tidak ditemukan di Indonesia.

Schistosomiasis haematobium endemik di lebih dari 50 negara di Afrika dan TimurTengah. Hal ini juga kadang-kadang terlihat di Asia Barat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap itu masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di sebagian besar Afrika. Berdasarkan penelitian awotonde (2002) dengan pemeriksaan urine prevalensi infeksi schistoma haematobium terdapat 160 mahasiswa dari Twohofo Kudus di sekolah Internasional Cape Ghana yaitu 34,4%, laki-laki 32,3% dan perempuan 35,8%. WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 180 juta orang tinggal di daerahendemik dan 90 juta terinfeksi dengan parasit. Sebagian besar hidup di Sub-SaharaAfrika. Sekitar 70 juta

orang menderita hematuria schistosomal (darah dalam urin),18 juta dari kandung kemih terkait dinding patologi, dan 10 juta dari hidronefrosis(akumulasi urin di ginjal akibat obstruksi ureter). Diperkirakan 150.000 orang meninggal setiap

tahun akibat gagal ginjal resultan dan sejumlah tapi signifikan dari kandung kemih dan kanker genitourinari lainnya. Angka kematian keseluruhandiperkirakan minimal 2 per 1.000 pasien yang terinfeksi per tahun. Di banyak tempat, ada insiden yang lebih tinggi infeksi

pada anak

laki-laki dan

perempuan. Hal

ini

terjadi karena masyarakat

kontak dengan lainnya dalam

air meningkat dibandingkan

dengan kelompok

budaya di mana perempuan biasanyamengambil air untuk keperluan rumah tangga dan anak laki-laki sering bermain di atau dekat air. Di beberapa daerah di mana pria terutama air tawar nelayan atau tingkat lebih petani menggunakan irigasi,

mereka memiliki

tinggi schistosomiasis.

Tingkat diferensial ini penularan tergantung pada praktek-praktek budaya. Penting untuk mempertimbangkan mereka ketika merencanakan pengobatan, pencegahan ,dan strategi pengendalian. (IARC,1994) Daftar Pustaka

Department of Animal and Environmental Biology, Faculty of Science, University of Port Harcourt, Nigeria. 2005. The Epidemiology of Schistosoma haematobium in Odau Community in the Niger Delta Area of Nigeria. Volume 9 JASEM ISSN 1119-8362. Botelho, Monica C et all, 2010. Schistosoma haematobium and bladder cancer. Volume 1 ; CIBPCentre for Parasite Immunology and Biology; National Institute of Health; Porto, Portugal; 2IPATIMUPInstitute of Pathology and Molecular Immunology of Porto University; Porto, Portugal; 3FMUPFaculty of Medicine of Porto University; Porto, Portugal IARC, 1994. Schistoma Haematobium. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai