Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SINOPSIS FILM

SANG PENCERAH

Oleh : Inur Mutamimmatul Fahmi 20111111058

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


2011/2012

RANGKUMAN / SINOPSIS
Kisah ini diawali dari lahirnya seorang bayi laki-laki di Kauman, sebuah kampung islam terbesar di Jogjakarta dengan Masjid Besar sebagai pusat kegiatan agama serta dipimpin oleh seorang penghulu bergelar Kamaludiningrat. Bayi itu bernama Muhammad Darwis. Beranjak remaja, ia selalu bertanya dalam hatinya, mengapa agama yang diyakininya sebagai rahmatan lilalamin (rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam) justru tidak nampak. Faktanya banyak sekali masyarakat miskin yang terlantar seakan-akan menjadi takdir mereka dan dibiarkan oleh para pemuka agama. Para pemuka agama dan pengikutnya sibuk dengan ritual keagamaan. Setiap hari mereka sholat berjamaah, sementara masyarakat miskin di sekitar masjid sudah kehilangan harapan untuk hidup dengan selayaknya. Pemahaman agama juga bercampur aduk dengan kepercayaan mistik yang over. Sesajian dari berbagai jenis makanan terbuang begitu saja. Sangat mubah. Darwis merasa yakin bahwa hal ini bukan esensi beragama. Pasti ada kesalahan pemahaman terhadap agama yang sebenarnya untuk rahmatan lilalamin. Di usia yang sangat muda, 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di mekkah selama 5 tahun. Selain berhaji, Darwis juga memperdalam ilmu dan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran tokoh pembaharu dalam Islam, seperti Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Rupanya pemikiran Abduh sejalan dengan apa yang dipikirkan Darwis. Seperti kebiasaan masa itu, orang Indonesia yang telah pergi berhaji, mendapat nama baru. Begitu juga dengan Darwis, namanya menjadi Ahmad Dahlan. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri. Setelah ayahnya meninggal, Ahmad Dahlan dijadikan Khatib Masjid Besar di Kauman yang berhak memberikan tausiah. Ceramah-ceramahnya agak berbeda dengan para kiai pada umumnya, Ahmad Dahlan justru menekankan betapa pentingnya akal. Bertanya dan diskusi adalah modal awal untuk maju. Ahmad Dahlan juga mengajarkan bahwa Al-Qur'an dapat dikaji sesuai dengan nuansa masa itu, tidak statis tapi dinamis. Tentu saja tausiah ini cukup membuat para kiai saat itu heran dan gundah, karena sudah keluar dari kepercayaan para kyai.

Di sisi lain Ahmad Dahlan membuat langgar/masjid kecil (yang selanjutnya disebut langgar kidul) di samping rumahnya, dipergunakan untuk belajar bagi mereka yang mulai berpikir terbuka. Suatu hari, saat akan memulai pengajian di langgar kidul, Ahmad Dahlan memainkan biolanya, ada beberapa orang muda yang tertarik dan menghampiri Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan menanyakan hal apa yang ingin dibahas para pemuda itu dalam pengajiannya, dan salah satu dari mereka bertanya apa itu agama. Beliau malah memainkan biolanya yang membuat para pemuda itu menjadi tenang mendengar kesyahduannya. Lalu biola itu diberikan kepada salah seorang pemuda dan diminta memainkannya. Tentu saja suaranya menjadi berantakan dan berisik, karena pemuda itu tidak punya ilmu dan keahlian memainkan biola. Lalu Ahmad Dahlan menerangkan bahwa 'Agama bagaikan musik indah yang mampu memberikan kesyahduan, ketenangan, dan kebahagiaan. Tetapi harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan, jika tidak malah bisa menjadi kacau, berisik, berantakan bahkan bisa jadi bahan tertawaan'. Suatu saat, dengan bekal pengetahuannya tentang ilmu bumi dan penggunaan kompas, Ahmad Dahlan mempertanyakan arah sholat yang melenceng dari kiblat, padahal hal itu sudah bertahuntahun diterima sebagai suatu kebenaran. Inipun membuat hampir semua jamaah terutama para kiainya tersinggung. Mereka tidak mau menerima penjelasan berbasis ilmu pengetahuan yang dipakai Ahmad Dahlan. Tidak mendapat tempat di Masjid Besar Kauman, Ahmad Dahlan pun mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat bersama murid-muridnya di langgar kidul. Hal tersebut memancing kemarahan Kyai Penghulu Kamaludiningrat yang menjadi Imam Masjid Besar Kauman. Beliau memerintahkan pengikutnya untuk merobohkan langgar kidul milik Ahmad Dahlan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan sempat putus asa, namun beliau membangun kembali langgar itu dengan bantuan dan dorongan dari salah satu kakaknya serta sang istri yang setia menemaninya, Siti Walidah. Karena perbedaan yang dianggap prinsipil, maka Ahmad Dahlan mengundurkan diri dari jabatan Khatib Masjid Besar Kauman. Ahmad Dahlan mempelajari organisasi-organisasi modern yang mengajak pada perubahan, terutama Budi Utomo. Pemikiran modern Ahmad Dahlan mengantarnya untuk bergabung dengan

organisasi Budi Utomo. Ia dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Karena ingin menyebarkan agama di kalangan orang berpendidikan, Ahmad Dahlan mencoba untuk mengajar di lingkungan sekolah Belanda. Dari sanalah ia mengadopsi sistem sekolah modern yang menempatkan para siswanya untuk duduk di bangku (meja kursi). Tuduhan datang lagi pada Ahmad Dahlan, beliau dituduh sebagai kyai kafir karena membuka sekolah yang menggunakan meja kursi untuk para siswanya, seperti sekolah modern Belanda. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat Ahmad Dahlan surut. Dengan ditemani istri tercinta, Siti Walidah dan lima murid-murid setianya (Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo), Ahmad Dahlan terus berjuang. Hingga akhirnya lahir perkumpulan Muhammadiyah, yang berarti pengikut Nabi Muhammad.pada tanggal 18 Nopember 1912, sebagai perserikatan non-politik.

KESIMPULAN
1. Dengan percaya dan yakin kepada ALLAH, manusia bisa mendapat kekuatan dalam

hidup. Keimanan yang kuat pada ALLAH juga membuat manusia tabah dalam menghadapi cobaan hidup dan selalu berbuat baik pada sesama. 2. Kita hendaknya memahami Al Quran dan Sunnah secara mendalam. Dan menjadikan dua hal tersebut sebagai dasar dalam beribadah.
3. Toleransi beragama. Meskipun agama berbeda, kita harus saling menghormati. Dan

kita juga dapat belajar hal-hal yang baik dari kehidupan mereka, seperti metode belajar Ahmad Dahlan yang diadopsi dari sekolah Belanda.
4. Keikhlasan dalam melakukan segala sesuatu di hidup ini. Seperti kata Ahmad Dahlan

Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah. Kalimat itu mempunyai arti bahwa kita harus ikhlas dalam menyumbangkan tenaga, waktu dan dana untuk kesejahteraan umat.
5. Khususnya untuk para wanita, seharusnya kita bersikap seperti Siti Walidah. Siti

Walidah telah menjadi istri yang sholihah untuk Ahmad Dahlan. Beliau selalu setia menemani Ahmad Dahlan saat senang maupun duka. Beliau tetap bertahan di samping Ahmad Dahlan untuk memberi support ataupun dukungan materi saat Ahmad Dahlan merasa putus asa dengan robohnya langgar kidul. Seperti kata Ahmad Dalan Harta yang paling berharga bagi seorang pria adalah istri yang sholihah.

Anda mungkin juga menyukai