Majlis talim adalah pendidikan Islam yang paling tua, berawal diadakan oleh Rosululloh SAW pada permulaan Islam di rumah sahabat Arqom bin Abil yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi. Kegiatan majlis talim yang diasuh dan dilaksanakan oleh Rosululloh SAW secara terang-terangan adalah bermula di mesjid Nabawi Madinah pada awal Tahun Hijriyah. Majlis talim di Masjid itulah Rosululloh SAW telah berhasil menyebarkan Islam dan membentuk karakter umat yang beriman. Beliau beramal dan berakhlaq karimah, sehingga majlis talim di saat itu bersinar cemerlang menjadi rahmatan lil aalamiin. Dalam perjalanan waktu akhir akhir ini di Indonesia majlis-majlis telah beredar di manamana termasuk majlis talim masjid yang dikelola oleh ibu-ibu. Majlis talim di negeri kita telah berusia tua, namun dalam kegiatan pada umumnya masih terbatas pada kegiatan-kegiatan pendidikan agama yang bersifat ibadah ritual individual. Padahal ajaran Rosululloh SAW dan tuntunan kebutuhan umat / masyarakat khususnya kaum ibu saat ini adalah kebutuhan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan para jemaahnya, sebagai kegiatan ibadah sosial kemasyarakatan yang tidak lepas dari tanggung jawab organisasi majlis talim. Menyadari hal tersebut ibu-ibu perwakilan majlis talim Masjid Agung kabupaten / kota di Jawa Barat dalam acara silaturrahmi yang diselenggarakan tanggal 12 Oktober 2002 di Bandung, telah bersepakat membentuk organisasi Badan Kerjasama Majlis Talim Masjid (BKMM) Propinsi Jawa Barat yang difasilitasi oleh Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Propinsi Jawa Barat yang membidangi Biro Pemberdayaan Perempuan yang disahkan oleh Pimpinan Wilayah Dewan Mesjid Indonesia Propinsi Jawa Barat melalui Surat keputusan Nomor : 49/SK/PW/DMI-JB/XI/2002. Sesuai dengan Anggaran Dasar BKMM Pasal 6 tentang Keanggotaan. Dijelaskan bahwa Pimpinan Wilayah berkedudukan di Ibukota Propinsi. Pimpinan Daerah di Kabupaten, Pimpinan Cabang di ibukota Kecamatan dan Pimpinan Ranting berkedudukan di Desa / Kelurahan. Sesuai dengan Pasal tersebut, maka di Desa Babakan Kecamatan Pangandaran sudah terbentuk pula Badan Kerjasama Majlis Talim Masjid (BKMM) Ranting Desa Babakan. Bertindak sebagai Ketua yaitu Yayat Leksanawati. Berbincang-bincang dengan Ketua BKMM Ranting desa Babakan yang bertempat tinggal di Dusun Kalapatiga ini menjelaskan bahwa kegiatankegiatan seputar majlis talim di Desa Babakan sudah sejak lama dijalankan oleh masyarakat khususnya ibu-ibu. Dijelaskan pula bahwa se Kecamatan Pangandaran BKMM Babakan adalah yang terbanyak majlis talimnya, hingga mencapai puluhan majlis talim. Memang kenyataan dilihat dan dirasakan oleh Penulis yang singgah beberapa hari di Desa Babakan, tiapa hari ada saja terdengar suara ibu-ibu dari masjid yang mengadakan kegiatan majlis talim. Begitu padatnya kegiatan dalam seminggu ataupun kegiatan bulanannya. Terasa makmur dengan beberapa kegiatan majlis talim di Desa Babakan ini. Desa Babakan terdiri dari 5 (lima) dusun yaitu Bojong karekes, Dusun Kamurang, Dusun Kalapa Tiga, Dusun Karang Gedang dan Dusun Bojongsari. Sedangkan Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) dari lima dusun tersebut terdiri dari 23 DKM. BKMM Desa Babakan untuk Periode 2009 2011 diketuai oleh Yayat Leksanawati, Bertindak sebagai Penasehat yaitu Kepala Desa Babakan (Undang Herdi). Sedangkan Wakil Ketua adalah Siti Aminah ; Sekretaris Dra.Encih Sarsih, Wakil Sekretaris Mintarsih dan Bendahara Arum Rumasih. Semoga BKMM Babakan Pangandaran terus maju dan makmur dengan keaktifan majlis talim di setiap rtempat. ** (azkos) Keterangan Foto : Ketua (berdiri di tengah baris depan) Yayat Leksanawati bersama para pengurus dan anggota BKMM Desa Babakan Kec. Pangandaran
MENELUSURI SEJARAH IMAM PENGANTAR : Sebagai umat Islam kita tentunya mempunyai pengetahuan yang berdasarkan dengan keketapan hukum agama. Dalam keseharian kita tak terlepas dari ilmu yang sering kita amalkan seperti solat, puasa zakat, puasa dan sebagainya. Tentunya amalan tersebut kita jalankan karena kita mengetahui ada perintah dan tata caranya. Memang diakui dalam kenyataan di negeri kita banyak sekali perbedaan dalam furu. Namun dalam akidah kita mengikuti Ahlussunnah wal Jamaah. Jangan menjadi perpecahan antara yang satu dengan yang lain, banyak organisasi Islam seperti Persis, Muhamadiyah, NU dan sebagainya. Kita umat Islam harus saling menghormati pendapat orang lain, tidak baik mengaku diri yang paling benar sehingga berbangga diri. Penulis menyajikan SEJARAH IMAM yang sudah banyak diikuti oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Imam yang diikuti ini adalah dalam hal fiqiyah. Seperti Abu Hanifah (Pendiri Madzhab Hanafi), Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki), Abdullah Muhammad bin Idris As-SyafiI (pendiri Madzhab Syafii) dan Muhammad bin Hanbal Hilal Asy-Syaibani (pendiri Madzhab Hambali). Pada edisi sekarang kami sajikan sejarang Imam Malik. Semoga Allah Swt memberi taufik dan hidayah kepada kita.
Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki, dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H. Beliau berasal dari Kabilah Yamaniah. Sejak kecil beliau telah rajin menghadiri majlismajlis ilmu pengetahuan, sehingga sejak kecil itu pula beliau telah hafal Al-Quran. Tak kurang dari itu, ibundanya sendiri yang mendorong Imam Malik untuk senantiasa giat menuntut ilmu. Pada mulanya beliau belajar dari Rabiah, seorang ulama yang sangat terkenal pada waktu itu. Selain itu, beliau juga memperdalam hadis kepada Ibnu Syihab, di samping juga mempelajari ilmu fiqih dari para sahabat. Karena ketekunan dan kecerdasannya, Imam Malik tumbuh sebagai seorang ulama yang terkemuka terutama dalam bidang ilmu hadis dan fiqih. Bukti atas hal itu adalah ucapan Al-Dahlamy ketika dia berkata Malik adalah orang yang paling ahli dalam bidang hadis di Madinah, yang paling mengetahui keputusan keputusan Umar, yang paling mengerti pendapat-pendapat Abdullah bin Umar, Aisyah RA dan sahabat sahabat mereka, atas dasar itulah beliau memberi fatwa. Apabila diajukan pada suatu masalah, dia menjelaskan dan memberi fatwa. Setelah mencapai tingkat tinggi dalam bidang ilmu itulah, Imam Malik mulai mengajar, karena beliau merasa memiliki kewajiban untuk membagi pengetahuannya kepada orang lain yang membutuhkan. Meski begitu beliau dikenal dengan sangat berhati-hati dalam memberi fatwa. Beliau tak lupa untuk terlebih dahulu meneliti hadis-hadis Rosululloh SAW, dan bermusyawarah dengan ulama lain, sebelum kemudian memberikan fatwa atas suatu masalah. Diriwayatkan bahwa beliau mempunyai 70 orang yang biasa diajak bermusyawarah untuk mengeluarkan suatu fatwa. Imam Malik dikenal mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Pernah beliau mendengar 31 hadis dari Ibnu Shihab tanpa menulisnya. Dan ketika kepadanya diminta mengulangi seluruh hadis tersebut, tak satupun dilupakannya. Imam Malik benar-benar mengasah ketajaman daya ingatnya, terlebih lagi karena pada masa itu masih belum terdapat suatu kumpulan hadis secara tertulis. Karenanya kurnia tersebut sangat menunjang beliau dalam menuntut ilmu. Selain itu beliau dikenal sangat ikhlas di dalam melakukan sesuatu. Sifat inilah yang memberikan kemudahan kepada beliau di dalam mengkaji ilmu pengetahuannya. Beliau sendiri pernah berkata : Ilmu itu adalah cahaya, ia akan mudah dicapai dengan hati yng taqwa dan khusu. Beliau juga menasehatkan untuk menghindari keraguan, ketika beliau berkata : Sebaik-baik pekerjaan adalah yang
jelas. Jika engkau menghadapi dua hal, dan salah satunya meragukan, maka kerjakanlah yang lebih meyakinkan menurutmu. Karena sifat ikhlasnya yang besar itulah, maka Imam Malik tampak enggan memberi fatwa yang berhubungan dengan soal hukuman. Seorang muridnya, Ibnu Wahab, berkata : Saya mendengar Imam Malik (jika ditanya mengenai hukuman), beliau berkata, ini adalah urusan pemerintahan. Imam SyafiI sendiri pernah berkata, Ketika aku tiba di Madinah aku ketemu dengan Imam Malik. Ketika mendengar suaraku, beliau memandang diriku beberapa saat, kemudian bertanya : Siapa namamu ? Akupun menjawab : Muhammad ! Dia berkata lagi : Wahai Muhammad, bertaqwalah kepada Allah, jauhilah maksiat karena ia akan membebanimu terus hari demi hari. Tak pelak, Imam Malik seorang ulama yang sangat terkemuka, terutama dalam ilmu hadis dan fiqih. Beliau mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam kedua cabang ilmu tersebut. Imam Malik bahkan telah menulis kitab Al-Muwatho yang merupakan kitab Hadis dan Fiqih. Imam Malik meninggal dunia pada usia 86 tahun. Namun demikian, mazhab Maliki tersebar luas dan dianut di banyak bagian di seluruh penjuru dunia.** (azkos)