Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MANAJEMEN PROYEK

PROYEK PLTU REMBANG SEBAGAI SALAH SATU PROYEK 10.000 MW

Oleh : AHMAD SYAIFUDIN 117090005 TF 33 - GAB

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG 2011

PROYEK PLTU REMBANG SEBAGAI SALAH SATU PROYEK 10.000 MW

OWNER KONTRAKTOR

: PLN Persero : PT. Zelan Holding (M) Sdn Bhd, PT. Tronoh Consolidated Malaysia Berhad dan Perusahaan Lokal PT Priamanaya Djan International : 338,8 juta dolar AS dan Rp 2,474 triliun : Desa Trahan dan Leran, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah.

DANA LOKASI

WAKTU PELAKSANAAN : 21 Maret 2007 - 21 Desember 2009 CONTACT PERSON : Suliyanto Hari Poerwono

MASALAH DITINJAU DARI SCOPE: 1. Lokasi Lokasi yang dipilih sangat strategis karena dekat dengan pelabuhan sehingga akses bahan baku untuk bahan bakar PLTU bias cepat sampai PLTU, tetapi surat ijin bangunan dan tempat lama diproses sehingga banyak memakan waktu hingga molor pyoyek PLTU ini9. 2. Jadwal Jadwal tidak sesuai dengan realnya karena Creating WBS yang kurang detail dan tidak memperhatikan factor-faktor resikonya, sehingga yang seharusnya PLTU bisa beroprasi pada awal tahun 2010 untuk pemasok listrik Jawa-Bali harus mundur ke akhir 2011 . 3. Dana Karena proyek mundur sehingga untuyk peminjaman alat-alat Derek dan pompa beton harus mengalami perpanjangan dimana untuk mengurus perpanjangan membutuhkan dana yang tidak sedikit. 4. Pemasok Bahan Baku Proyek Ketika proyek sudah hampir final bhan baku penggerak PLTU masih kekurangan dari yang seharusnya membutuhkan 120.000 Ton Batubara baru tersedia 16.000 Ton. 5. Kontrak Kontrak yang mengatur pinalti tidak sepenuhnya dijalankan sehingga waktunya molor terlalu lama. 6. Pekerja Kurangnya tenaga ahli untuk maintenance ketika failure rate pada waktu awal pengoprasiaan tinggi, sehingga harus menunggu Tim ahli untuk pengoprasian dan memakan waktu yang lama.

7. Pengoprasian setelah proyek selesai commercial operation date (COD) pada PLTU mengalami kemunduran dikarenakan factor-faktor teknis lapangan yang kurang di perhatikan secara mendetail salah satunnya kurang ada sinergi antara gardu-gardu induk di berbagai daerah sebagai transmisi daya listrik yang dihasilkan.

Solusi: 1. Lokasi Harus ada tim khusus yang menangani maslah lokasi dimana tim tersebut mengetahui tentang dlokasi secra detail sehingga proses izin daerah dan izin bangunan cepat selesai. 2. Jadwal Ketika penyusunan jadwal harus terdiri dari berbagai macam orang di bidangnya masing-masing sehingga tahu betul resiko-resiko perbagian sehingga jadwal yang tersusun sudah mempertimbangkan segala resiko yang ada baik resiko teknis maupun non teknis. 3. Dana Adanya transparansi dana akan memudahkan dalam pengelolaan proyek, penentuan dana harus disesuaikan dengan resiko-resiko yang ada. 4. Pemasok Bahan Baku Proyek Harus ada kerjasama yang jelas dan kongkrit dengan para supplier bahan baku, baik bahan baku proyek maupun bahan baku operasional sehingga tidak ada waktu yang terbuangg untuk menunggu datangnya bahan baku proyek. 5. Kontrak Disini owner(PLN) harus tegas terhadap kontraktor sehingga proyeknya bias tepat waktu. 6. Pekerja Harus menyiapkan tim ahli yang bertugas di bidang masing-masing sehingga meminimalisir resiko yang terjadi juga harus memperhatikan factor nonteknis yaitu tenaga daerah sehingga masyarakat disekitar proyek bisa merasakan manfaat proyek. 7. Pengoperasian setelah proyek selesai Setelah proyek selesai juga harus diperhatikan bagian kemana daya dari PLTU akan didistribusikan sehingga tidak menjadi masalah tersendiri ketika proyek selesai. Dari beberapa factor diatas yang dilihat dari bagian Scope Management-nya kontraktor kurang sigap terhadap kondisi ruang lingkup proyek walaupun mereka sudah menggandeng kontraktor local Indonesia juga. Di sini sangat perlu diperhatikan scope management yang handal dari scope iniotiation sampai scope change control untuk meminimalisisr resiko yang ada sehingga efek pada proyeknya bias di tekan.

Anda mungkin juga menyukai