Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT yang maha kuasa, yang telah menciptakan hamba-hambanya dengan segala kelebihan dan kesempurnaan yang dimilki dan telah menurunkan syariat islam sebagai tuntunan bagi hambaNya agar dapat hidup dalam norma yang diridhoi. Shalawat serta salam semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada nabi besar Muhammd SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang beriman dan bertaqwa Menjadi seorang yang hidup dan tinggal dalam wilayah yang kental dengan suatu oganisasi yaitu Nahdlatul Wathan, saya mencoba menyusun makalah ini untuk mendeskirpsikan dan menjelaskan bagaimana sejarah bedirinya atau bagaimana latar belakang NW masuk dalam desa yang saya tempati, serta bagaimana perkembangannya dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita, agar kita lebih memahami dan menghargai peanan-peranan NW sebagai salah satu organisasi yang berjasa dalam memajukan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Dan jika ada kesalahan atau kekeliruan dari makalah ini, semua itu semata-mata keterbatasan dan kekurangan dari penulis. Wassalam.. Pancor, 07 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendiri pondok pesantren darunnahdlatain Nahdlatul Wathan pancor adlah Almagfurullhu Al-alimulallamah walarifubillahi taala Abul barakats wannafahats Tuan Guru Kyai Haji Zaenuddin Abdul Majid yang lebih memasyarakat dengan sebutan Bapak Maulanassyaikh. Sedangkan diluar pulau lombok, beliau dikenal dengan sebutan Syaikh Zainuddin Ai-Fansyuri. Mengingat keberadaan beliau sebagai pendiri NWDI, maka dikalanngan masyarakat Lombok beliau dikenal dengan sebutan Bapak HAMZANWADI, yang merupakan singkatan dari nama beliau dan nama madrasah yang didirikan, yaitu Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Majid Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah Selain beliau sebagai pendiri, disebutkan juga empat tokoh pendiri lainnya, sehingga untuk selengkapnya adalah : 1) TGH Abdul Madjid (ayah beliau) 2) TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 3) TGH Ahmad Rifai Abdul Madjid (saudara seayah) 4) TGH Muhammad Faisal Abdul Madjid (saudara seayah) Dengan tidak mengelak darikenyataan seajarah, dalam perkembangan berikutnya yang populer dimasayarakat umum adalah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid, dikarenakan oleh aktifitasnya keluar mempelopori pendirian madrasah dan masjid, mengajar dan berdakwah keliling dari madrasah yang satu kemadrasah yang lain, dari masjid yang satu kemasjid yang lain, dari satu desa kedesa yang lain se-Pulau Lombok.oleh karena itulah beliau diberi gelar oleh masyarakat sebagai Abul Madaris Wal Masajid (Bapak daripada Madrasah dan Bapak daripada Masjid). Tidak hanya itu, dalam perjalanan keliling itu beliau juga mengajak masayarakat setempat untuk mendirikan panti asuhan atau asuhan keluarga, yaitu tempat memelihara dan mendidik anak yatimdan anak fakir miskin. Maka Almagfurullahu disebutjuga sebagai Abul Yatama Wal Masakin (Bapak daripada anak-anak yatim dan Bapak daripada anak-anaknya oarang miskin). 3

TGH. Muhammad Zaenuddin adalah seorang ulama yang mempunyai pengaruh yang sangat besar di Lombok ini dan hampir semua asyarakat Lombok menjadi pengikut ajarannya. Beliau banyak melakukan pembaharuan diberbagai bidang kehidupan masyarakat Lombok menjadi orang-orang islam yang taat menjalankan perintah Allah dan membebaskan masyarakat dari praktek-praktek nenek moyang, serta membebaskan masyarakat dari buta hurup. Itulah secara singkat dan secara umum uraian mengenai kiprah atau peranperan yang telah dilakukan oleh TGKH Muhammad Zaenuddin Abdul Majidsebagai pendiri NW. Adapun dalam makalah ini,saya akan menguraikan lagi secara khusus bagaimana sejarah atau proses ketika NW berdiri atau mulai masuk dalam desa yang kini saya tempati yaitu Desa Muhajirin beserta bagaimana perkembangannya dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah.

1.2 Tujuan Mengetahui sejarah berdirinya Nahdlatul Wathan dan pendirinya serta orang-orang yang berperan didalamnya. Memahami dan menghargai Nahdlatul Wathan sebagai suatu organisasi yang sangat berperan dalam memajukan kehidupan masyarakat.

BAB II

TEORI
2.1 Biografi Pendiri NW Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor didirikan oleh Almagfurullahu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid. Beliau dilahirkan di Desa Pancor pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1324 H (tahun 1904 M), dari seorang ibu yang sangat sholehah dikampungnya bernama Hajjah Halimatussyadiyah dan bapaknya adalah seorang pemuka atau tokoh masyarakat yang sangat disegani pada masa itu karena ketegasannya, bernama Haji Abdul Madjid atau disebut juga dengan Guru Muminah. Pada masa kecilnya beliau bernama Muhammad Syaggaf. Pemberian nama Muhammad Syaggaf ini dilatar belakani oleh pristiwa yang terjadi tiga hari sebelum beliau dilahirkan. Pada waktu itu ayahnya TGH Abdul Madjid didatangi oleh dua orang wali dari Hadramaut dan Magribi. Kedua wali itu memiliki nama yang sama yaitu Syaqqaf. Ketika wali itu berpamitan, mereka menyarankan kepada TGH Abdul Madjid, jika anaknya lahir sebaiknya diberi nama Syaqqaf yang artinya tukang memperbaiki atap. Kata Syaqqaf diindonesiakan menjadi Syaggaf sdangkan dalam dialek sasak menjadi Segaf. Setelah menunaikan ibadah haji nama beliau diganti oleh ayahandanya sendiri dengan nama Haji Muhammad Zaenuddin. Nama tersebut dipilih (untuk mengambil barakah) dari nama seorang ulama besar kota Makkah (asal melayu) yang saat itu mengajar di Masjidil Haram, yaitu Syaikh Zaenuddin Serawak. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid merupakan anak bungsu dari enam bersaudara (seayah-seibu) yaitu 1.Siti Sarbini 2.Siti Cilah 3.Hajjah Saudah 4.Haji Muhammad Shabur 5.Siti Msyithah, dan 6.Muhammad Syaggaf. Sedangkan dua orang saudara beliau yang turut membidani kelahiran madrasah NWDI adalah H. Ahmad RifaI Abdul Madjid dan H. Muhammad Faisal Abdul Madjid yang lahir dari ibu yang bernama Inaq Rahli dari Kelayu Lombok Timur. Selama hayatnya, TGH Zaenuddin menikah 3 kali, istri-istrinya bernama Ummy Jauhariyah, Ummy Rahmatullah, dan Ummy Hajjah Adniyah. Beliau dikaruniai dua orang putri masing-masing Hj Siti Rauhun yang lahir dari Ummy 5

Hj Jauhariyah dan Hj Siti Raehanun yang lahir dari Ummy Hj Rahmatulah. Oleh karena itu Maulanassyaikh disebut dengan nama Abu Rauhun wa Raehanun. Almagfurullahu wafat pada tanggal 20 jumadil akhir 1418 H (tahun 1997 M) pada usia ke-94 dan dimakamkan ditempat yang beliau tentukan sendiri sejak masih hayat, yaitu didalam komplek Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor.

2.2 Pendidikan dan Prestasinya Dimasa kecil Muhammad Syaggaf, masayarakat mengenal dua sistem pendidikan yaitu, pertama sistem pesantren, yang disediakan untuk para santri untuk menuntut ilmu agama yang dikelola oleh pemuka agama. Kedua, adalah sistem pendidikan barat yang diperkenalakan oleh pemerintah Belanda dengan tujuan menyiapkan para siswa untuk menempati posisi-posisi administrasi pemerintah, baik tingkat rendah maupun tingkat menengah. Sekolah Belanda untuk pribumi disebut Holland Indische Scholen yang mulai didirikan pada tahun 1911 M. karena sedikitnya jumlah sekolah yang didirikan Belanda untuk masyarakatpribumi, maka masyarakat lebih memilih sistem pesantren sebagai tempat yang tepat bagi anak-anak mereka. Selain karena kurangnya jumlah sekolah, sekolah itu lebih diprioritaskan bagi anak-anak bangsawan atau priayi. Pada umur 5 tahun Muhammad Syaggaf mulai mengenal pendidikan. Beliau pertama kali membaca al-quran pada ayahnya karna rumahnya adalah tempat masyarakat belajar al-quran. Pada tahun 1919 M beliau masuk di SR (Sekolah Rakyat), disekolah inilah beliau belajar ilmu-ilmu umum, misalnya pelajaran matematika. Sedangkan ilmu-ilmu agama beliau pelajari dari ulamaulama yang terkenal pada masanya, antara lain adalah TGH Syarifuddin pancor, TGH Abdullah kelayu, dan TGH Muhammad Said. Adapun ilmu agama yang beliau pelajari dari para ulama tesebut adalah nahwu, sharf, fiqih, dan al-quran. Karena kerajinan dan kecerdasannya beliau dapat menamatkan pendidikan dasarnya dengan baik. Melihat keberhasilan dan ketekunannya dalam belajar, ayahnya bercita-cita membawanya ke Makkah untuk meneruskan pendidikannya. 6

Dalam usia yang ke-17 tahun, yaitu pada tahun 1923 M beliau berangkat ketnah suci Makkah untuk mendalami berbagai macam ilmu agama islam. Setibanya dikota Makkah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram pada ulama-ulama terkenal yang dipilihkan oleh orang tuanya, selama 5 tahun. Di Masjidil Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama-ulama terkenal masa itu. Pada tahun 1928 beliau belajar di Madrasah As-Shaulatiyah Makkah dibawah pimpinan Maulanassyaikh Hasan Muhammad Al-Massyath, dan Syaikh Salim Rahmatullah (pendiri Madrasah As-Shaulatiyah). Disana beliau menekuni berbagai disiplin ilmu agama, dibawah bimbingan ulama terkemuka kota Makkah. Prestasi beliau sangat memuaskan dengan nilai SEPULUH plus bintang untuk semua mata pelajaran yang ditempuh, karena nilai yang diperoleh lebih tinggidari standar penilaian. Selama di Makkah beliau juga memperdalam ilmuilmu hikmah (ilmu bathin) dari Al-allamah Al-adib As-Syaikh Assayyid Amin Al-Kutbi. Sehingga Almagfurullahu bukan saja Almozzowahir melainkan juga Alim Rabbani. Beliau belajar di tanah suci Mkkah selama lebih 12 tahun dan lulus engan predikat Mumtaz (Summa Cumlaude). Penghargaan atas prestasi yang sangat memuaskan itu, beliau diberikan tanda bintangkarna kejeniusannya. Selain teman-teman sekelasnya, semua gurupun mengagumi dan membanggakan kejeniusannya, sehingga semua gurunya ingin sekali untuk menuliskan Syahadah (ijazah) kepadanya. Oleh karena Syahadah Madrasah AsShaulatiyah yang beliau miliki tertulis tangan dengan banyak macam Khot. Kebanggaan para guru dan teman-teman sekelasnya kepada beliau juga dituangkan dalam bentuk syair-syair dan doa berbahasa arab.

2.3 Letak Geografis Pondok Psantren Pondok Psantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan (PPDNW) terletak didesa Pancor Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi pondok psantren dengan luas areal tanah sekitar 15 hektar berada sekitar 1 kilo meter dari Ibu Kota Kabupaten Lombok Timur (selong) dan berada sekitar 50 kilo dari Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Barat (Mataram). 7

Luas wilayah Desa Pancor 818.082 Ha. dengan ketinggian rata-rata 130 meter dari permukaan laut, berbatasan dengan : Sebelah utara : Desa Sukamulia Kecamatan Sukamulia Sebelah selatan : Desa Songak dan Desa Denggen Sebelah timur : Kelurahan Selong Sebelah barat : Desa Dasan Lekong Kecamatan Sukamulia.

2.4 Desa Pancor dan Sejarahnya Menurut penuturan sejarah. Pancor didiami mulai sejak tahun 1744 M. Asal mulanya merupakan hutan belantara yang dihuni pertama kali oleh seorang bernama AMANG DEMUNG bersama hulu balangnya ( dari Kerajaan Selaparang) mereka hidup dari hasil tanah pertanian yang mereka bentuk sedikit demi sedikit dengan membabat hutan. Sebelum menetap ditempat ini, mereka telah hidup berpindah-pindah dari wilayah hutan yang satu kewilayah hutan yang lainnya sampai menemukan tempat yang nyaman bagi mereka. Setelah tinggal beberapa lama, sampai melahirkan keturunan , mereka merasakan bahwa ternyata di tempat itu mereka bisa tinggal dengan nyaman. Percekcokan antar warga tidak pernah terjadi. Hasil tanah pertanian berhasil dengan baik, dan malapetaka tidak pernah ada. Dengan pertimbangan tersebut maka ditetapkanlah tempat ini sebagai tempat pemukiman tetap. Mereka bisa hidup lebih lama karena ditempat ini banyak ditemukan mata air dan pancuran (Sasak air terjun dari mata air yang tempatnya lebih tinggi) yang menjanjikan harapan besar bagi kelangsungan hidup mereka. Dengan banyaknya pancuran ditempat ini merupakan alasan bagi AMANG DEMUNG bersama anak buahnya untuk menyepakati nama tempat tinggal mereka dengan nama Pancor. Sejak dibentuknya tahun 1744, Kepala Desa Pancor pertama diangkat dari keturunan AMANG DEMUNG, yaitu JERO MIHRAM yang memerintah sampai akhir hayatnya, yakni sejak sebelum pemerintahan Bali sampai sesudah masuknya pemerintahan Hindia Belandatahun 1912. JERO MIHRAM dikenal sebagai pujangga, pengarang takepan yang sangat terkenal hingga saat ini, 8

yakni Takepan Monyeh, ditulis dalam bahasa Kawi diatas daun lontar yang isinya benafaskan islam. Sepeninggal beliau, Desa Pancor dipimpin oleh Kepala Desa yang kedua. Dari anak kandungnya sendiri yaitu H. SIROJUDDIN memerintah sejak tahun 1938. sepeninggala kepala desa kedua, Pancor dipimpin oleh Kepala Desa ketiga yakni saudara kandung dari H. SIROJUDDIN yaitu H. NAJAMUDDIN yang memerintah dari tahun 1938 sampai akhir hayatnyatahun 1952. kepalaDesa keempat yaitu H. MUH. JAUHARI yang juga keturunan (cucu) dari JERO MIHRAM yang memerintah sejak tahun 1952 sampai dengan tahun 1973. Sejak tahun1973 sampai dengan tahun1979 jabatan Kepala Desa Pancor dipegang oleh H. MOH. SALEH YAHYA dan dari tahun 1979 sampai dengan tahun 1983 Kepala Desa /Kelurahan Pancor dipimpin oleh M. SINAREFUDIN, sekaligus sebagai lurah pertama. Desa Pancor berubah menjadi Kelurahan secara resmi pada tanggal 1 januari 1981. kemudian pada tahun 1997, berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 146/1702/PUOD Tanggal 24 juni 1997, Kelurahan Pancor dimekarkan menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan Pancor, Rakam, Majidi, dan Sekarteja.

BAB III SEJARAH KELAHIRAN NW DAN PERKEMBANGANNYA


3.1 Sejarah Singkat Kelahiran NW Pondok Psantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor (PPDNW Pancor) didirikan pada tahun 1353 H (1934 M) dengan nama Psantren AlMujahidin dalam bentuk pengajian kitab dengan sistem halaqah, yang kemudian dikembangkan menjadi Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) pada tanggal 15 jumadil akhir 1356 H (22 agustus 1937M). walaupun madrasah NWDI sudah berdiri, Psantern Al-Mujahidin yang bertempat di kampung Bermi Pancor tetap aktif. Kian hari jumlah santripun kian meningkat, hingga sekitar tahun 1957 tempat pengajian dipindah ketempat yang lebih luas dalam kampung yang sama, dan pada tahun 1966 dipindah lagi kemusolla Al-Abror sampai sekarang. Madrasah NWDI khusus membuka pendidikan/ pengajaran agama islam bagi kaum laki-laki. Kemudian pada tanggal 15 rabiul akhir 1362 H (21 april 1943 M) dibuka Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang khusus mendidik/mengajar kaum wanita.disamping mendirikan madrasah, pada tahun 1965 dan seterusnya, Almagfullahu mendirikan lembaga-lembaga penunjangnya seperti Yayasan Wakaf Al-Majidiyah, perpustakaan Birrulwalidain, taman bacaan Raudhatul Marif, toko buku Kita, percetakan Nahdlatain, dan lembaga Bisah NWDI. Dengan banyaknya lembaga tersebut, maka untuk memudahkan pengelolaanya, dibuatkan badan hukum dengan nama Yayasan HAMZANWADI (Pusat Studi Islam dan Pembangunan) pada wakil notaris sementara di Mataram H.Abdurrahim, SH, dengan akta nomor: 244 tanggal 27 september 1982, kemudian akta tersebut dirubah lagi pada notaris yang sama dengan akta nomor: 33 tanggal 15 februari 1987, dengan nama Yayasan Pendidikan HAMZANWADI (Pondok Psantern Nahdlatul Wathan) Pancor.

10

3.2 Kiprah NW Dalam Politik Awal politiknya dimulai tahun 1942/1943 dengan menggalang kekuatan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi akibat perang dunia II. Pada bulan nopember 1943 Jepang datang di Indonesia termasuk kedaerah Lombok. Strategi yang digunakan Jepang untuk meraih dukungan rakyat dengan mengadakan pendekatan kepaada Alim ulama/Tokoh masyarakat, tak terkecuali kepada TGKH Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid. Beliau sangat dikhawatirkan oleh kolonial Jepang karena beliau mempunyai banyak pengikut yang cukup banyak tersebar diseluruh Pulau Lombok ssehingga NWDI dan NBDI dipandang cukup berpotensi untuk menggalang strategi perlawanan. Oleh karena itu penjajah Jepang berkali-kali memerintah Almagfurullahu untuk menutup madarasahnya, namun ditolak oleh para pendiri madarasah dengan berbagai alasan masuk akal. Maka tentara Pascis Jepang yang ada di Lombok perlu mrnunggu putusan pimpinan yang berkedudukan di Singaraja (Bali). Akhirnya pemerintah yang mengizinkan beroperasinya NWDI/NBDI dengan catatan namanya diganti sebagai *Sekolah Penghulu dan Imam*. Melihat gelagat Jepang seperti itu Almagfurullahu menilai bahwa Pemerintah Penjajah tidak mendukung keberadaan madrasah yang telah beliau rintis sejak lama. Akhirnya Almagfurillahu mengajak saudara-saudaranya, para guru, dan murid madarasah NWDI dan para pengikut setianya untuk bersiap-siap melawan penjajah merebut kemerdekaan dengan membentuk Gerakan Al-Mujahidin, sejak itu pula madrasah NWDI dan NBDI berfungsi sebagai asas pergerakan rakyat. Tak lama setelah itu, pada tanggal 14 agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Jepang kalah, Sekutu belum masuk dan Indonesia belum merdeka, terjadi Facum of Power, maka Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hattaatas nama sseluruh bangsa Indonesiamenyatakan merdeka pada pukul 09.15 Waktu Indonesia Barat hari jumat tanggal17 agustus 1945. Tidak lama berselang tahun 1946 tentara NICA datang di Lombok yang rata-rata perlakuan mereka terhadap bangsa Indonesia tidak jauh berbeda dengan Jepang. TGH Ahmad Rifai (saudara Maulanassyaikh yang juga pendiri madrasah NWDI) dan beberapa pejuang lainnya ditangkap dan dipenjarakan. Almagfurullahu kembali mengaktifkan Gerakan Al-Mujahidin kemudian 11

bergabung bersama gerakan perlawanan rajyat yang lain untuk mengadakan perlawanan guna mempertahankan kemerdekaan. Puncaknya berakhir pada perlawanan hari jumat tanggal 7 juni 1946 dengan mengadakan serangan terhadap markas Sekutu (gabungan) di Selong. Pada saat itu salah seorang saudaranya juga berstatus sebagai guru madrasah NWDI (TGH Muhammad Faisal Abdul Madjid) gugur sebagai kusuma bangsa. Pada saat itu, TGKH. M. Zaenuddin Abdul Madjid sudah dikenal oleh para Kyai di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan, Sulawesi bahkan oleh para sepuh terutama Kyai-Kyai NU. Maka pada tahun 1947/1948 beliau mendapat kepercayaan sebagai Amirull Hajke Tanah Suci Makkah, disusul tahun 1948/1949 mendapat kepercayaan mewakili NIT (Negara Indonesia Timur) sebagai anggota delegai RI menghadap ke Raja Arab Saudi untuk mempermaklumkan bahwa Kemerdekaan Indonesia bukanlah dari Kolonial Belanda ataupun Jepang melainkan murni hasil pengorbanan para Shuhada Kusuma Bangsa. Pada perkembangan selannjutnya pemerintah RI mengajukan kepada bangsa Indonesia untuk membentuk Partai Politik sebagai alat demokrasi sesrta memudahkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam mengidi kemedekaan. Maka berdirilah partai-partai politik di Jakarta dan membuka cabang-cabangnya didaerah setanah air, tak terkecuali di Lombok. Partai pertama yang datang di Lombok adalah Partai Islam *MASYUMI* lalu disusul Partai Nasional *PNI*. Bapak Maulnassyaikh memiliki keyakinan bahwa kedudukan dalam partai politik sangat strategis (penting dan menentukan) bagi kemajuan pendidikan islam tanah air, dan diyakini pula bahwa partai politik akan membawa kita kepaa jangkauan berfikir yang lebih jauuh dan luas. Maka beliau mengajak para pengikutnya untuk berjuang melalui Partai Politik Islam MASYUMI. Pada perkembangan berikutnya, tahun 1952 dalam kepengurusan MASYUMI didaerah Lombok beliau berkedudukan sebagai Ketua Umum Majelis Syuro, sehingga dalam PEMILU I tahun 1955 di Lombok MASYUMI meraih suara yang gemilang dan beliau terpilih sebagai Anggota Konstituante sampai tahun 1959.

12

Kemudian pada PEMILU II dan III (1971 dan 1977) Almagfurullahu bersama seluruh pengikutnya menyalurkan aspirasi Partai Pollitik melalui Golongan Karya dengan pertimbangan bahwa piimpinan (Ketua Umum Dewan Pembinanya) adalah Presiden Soeharto (yang berdasarkan sejarah janur kuning) adalah orang yang berjasadalam menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) sedangkan PKI adalah muusuh islam. Oleh karena itu jasa itu perlu diberikan ucapan terima kasih melalui penyalliran aspirasi politik. Bahakan pada saat itu beliau langsung terjun sebagai JURKAM. Maka hasil PEMILU II dan III kemenangan mutlak ditangan Golkar dan Maulanassyaikh terpilih sebagai Anggota MPR RI untuk dua periode (1971-1977) dan (1977-1982). Pada PEMILU IV (1982) Almagfurullahu *daim* tidak mengajak dan tidak pula melarang massanya untuk memilih salah satu partai politik. Para pengikut beliau cukup mafhm dengan kaidah yang dicetuskan Almagfurullahupada saat itu (ban- bin- bun) yang diartikan oleh jamaah Nahdlatul Wathan sebagai suatu isyarat bahwa kita bebas memlilih partai yang kita inginkan tanpa ada komando dari pimpinan organisasi. Sebab *ban* Banteng (PDI), *bin* artinya Bintang (PPP) dan *bin* artinya Bunut (bahas sasak-Beringin yang berarti GOLKAR). Pada saat itu orang-orang GOLKAR menilai negatif karena menilai tidak mendpat dukungan dari NW. terjadi intimidasi dan penangkapan terhadap orangorang dekat Almagfurullahu (tokoh-tokoh ormas Nahdlatul Wathan), madrasahmadrasah Nahdlatul Wathan dianaktirikan oleh pemerintah (GOLKAR), bantuanbantuuan sulit diberikan, guru-guru negeri yang diperbantukan pada madrasah NW banyak yang ditarik, orang-orang NW yang berstatus pegawai negeri dipindahtugaskan ketempat-tempat yang kurang mengenakkan, dan berbagai pengalaman pahit lainnya banyak mendera Nahdlatul Wathan. Melihat kondisi seperti itu, Almagfurullahu merenungkan nasib madrasahnya. Dan ternyata sikap diam yang ditunjukkan itu tidak menguntungkan bagi perjuangan pendidikan islam. Maka pada PEMILU berkutnya, tahun 1987, 1992, dan 1997 NW kembali bersama GOLKAR. Disamping perjuangan politik merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta terjundalam partai politik, Maulanassyaikh justru lebih giat lagi dalam kegiatan 13

politik kemasyarakatan, yakni sebagai pelopor imunisasi bagi BALITA, pelopor pemberantasan Buta Huruf dan Buta Agama, pelopor WAJAR 9 tahun, pelopor Program Keluarga Berencana Nasional dan sejumlah kepeloporan lainnya. Bahkan Haryono Suryono (Kepala BKKBN) dalam sambutannya ketika silaturrahmi di Pancor mengatakan NW singkatan dari Nomor Wahid. Oleh karena itu semua. Tidaklah berlebihan apabila Bapak Presiden RI menganugerahkan Bintang Maha Putra Utama kepada Almagfurullahu TGKH Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid.

3.3 Sejarah Masuknya NW di Muhajirin Muhajirin merupakan wilayah bagian dari desa Pancor yaitu pusat lokasi pendirian Pondok Psantren Darunnahdlatain. Jadi, proses masuknya NW di Muhajirin sangat mudah. Menurut narasumber yang ada di Muhajirin bernama Ustadz Nayum. Beliau mengatakan bahwa penyebaran NW dulu dilakukan dengan mengadakan pengajian-pengajian kitab atau baisa disebut dengan sistem halaqah. Disamping memang penyebaran NW tersebut dilakukan langsung oleh pendirinya, yaitu TGKH Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid. Sebagaimana yang kita ketahui dalam biografi singkatnya, aktifitas beliau dalam perkembangan organisasi NW dilakukan dengan keluar mempelopori pendirian madrasah dan masjid, mengajar dan berdakwah berkeliling dari satu madrasah kemadrasah lainnya, dari masjid satu kemasjid lainnya, dan dari desa kedesa lainnya, tidak terkecuali di Muhajirin yang memang terletak tidak jauh dari pusat berdirinya NW. Oleh karena itu, beliau diberi gelar oleh masyarakat sabagai Abul Madaris Wal Masjid. Selain itu dalam perjalanan keliling berdakwah, beliau juga mengajak masyarakat setempat untuk mendirikan panti asuhan sebagai tempat mendidik dan mengayomi anak yatim dan fakir miskin. Sehingga, beliau juga digelari dengan Abul Yatama Wal Masakin. Dan sampai saat ini diMuhajirin telah berdiri sebuah Yayasan Pendidikan yang khusus megajarkan pendidikan agama islam sekaligus begitu juga merupakan asuhan keluarga yang bernama Nurul Muhajirin. 14

3.4 Perkembangannya Dalam Bidang Pendidikan Sejak masuknya NW di Muhajirin, perkembangan dalam bidang pendidikan mengalami kemajuan. Hal ini karena TGKH Muhammad Zaenuddin Abdul Madjid ketika berdakwah dengan cara berkeliling juga menyeru kepada masyarakat setempat untuk membuat atau mendirikan lembaga pendidikan sehingga berdirilah Yayasan Pendidikan Nurul Muhajirin seperti yang tersebut tadi. Dan terdapat juga tempat-tempat pendidikan lainnya seperti di Mushollamosholla yang berperan ganda sebagai Taman Pendidikan Quran (TPQ). 3.5 Perkembangannya Dalam Bidang Sosial dan Dakwah Disamping perkembangan dalam bidang pendidikan, diMuhajirin juga mengalami perkembangan dalam bidang sosial dan dakwah. Kegiatan sosial berupa penyantunan anak yatim dan fakir miskin serta terlantar mulai dilakukan secara melembaga (terogranisir). Hal ini dilakukan rutin setiap tahunnya pada saat hari-hari besar islam. Kegiatan lainnya yang mendukung kelancaran dari penyantunan tersebut adalah dibuatnya suatu kegiatan oleh pengelola-pengelola asuhan keluarga Nurul Muhajirin yaitu dinamakan dengan Beras Jimpitan. Kegiatan ini melibatkan seluruh warga yang ada di Muhajirin, kegiatannya berupa menyumbangkan beras oleh masingmasing kepala keluarga yang dlakukan setiap satu bulan sekali yaitu setiap tanggal 20. Selanjutnya, nanti akan dikelola oleh pengurus dari asuhan keluarga Nurul Muhajrin yang akan dberikan kepada orang-orang yang berhak pada saat penyantunan, baik dalam bentuk sembako dan uang. Sedangkan kegiatan dakwah dilakukan dengan mengadakan pengajianpengajian pada siang hari dan malam hari di TPQ-TPQ dan di Musolla-musolla. Pengajian-pengajian besar juga dilakukan pada hari-hari besar islam dengan mengundang Tuan Guru dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada d Muhajirin

15

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Badri, M. Nasihuddin. 2001. Meniti Tapak Sejarah, 66 Tahun Pondok Pesantren Darnnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor. Selong: YPH PPD NW. Kabul, Muhammad. 2005. Nahdlatul Wathan Pusaka Masyarakat Sasak dan NTB. Lombok: Aksara Indah. Numan, Hayyi Abdul, Asyari Sahafari. 1998. Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial, dan Dakwah Islamiyah. Lombok: Pengurus Daerah NW Lombok Timur.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..1 DAFTAR ISI2 BAB I PENDAHULUAN3 1.1 Latar Belakang......3 1.2 Tujuan...4 BAB II TEORI.5 2.1 Biografi Pendiri NW........5 2.2 Pendidikan dan Prestasinya.6 2.3 Letak Geografis Pondok Psantren....7 2.4 Desa Pancor dan Sejarahnya....8 BAB III Sejarah Kelahiran NW dan Perkembangannya10 3.1 Sejarah Singkat Kelahiran NW..10 3.2 Kiprah NW Dalam Politik.11 3.3 Sejarah Masuknya NW di Muhajirin.14 3.4 Perkembangan Dalam Bidang Pendidikan....15 3.5 Perkembangan Dalam Bidang Sosial & Dakwah..15 KESIMPULAN..16 DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH
SEJARAH MASUKNYA NW di MUHAJIRIN DAN PERKEMBANGANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN, SOSIAL, DAN DAKWAH

Disusun oleh Nama : Siti Marya Ulfa SMT/Kelas : III /A Prody : FISIKA NPM : 09230075

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010/2011

Anda mungkin juga menyukai