Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TUGAS PANCASILA

Di susun oleh :

Nama :M FAISAL AGUS N NIM :11.02.8015 Kelompo :A Program studi :pancasila Jurusan :d3 MI Nama dosen :M Khalis Purwanto,Drs,MM

BAB I PENDAHULUAN

Pancasila sebagai paradigma dima sud an bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan, erang a-acuan berpi ir, pola-acuan berpi ir; atau jelasnya sebagai

arah/tujuan bagi yang menyandangnya.. Yang menyandangnya itu di antaranya: (a) bidang politi , (b) bidang e onomi, (c) bidang social budaya, (d) bidang hu um, (e) bidang ehidupan antar umat beragama, Memahami asal mula Pancasila. Kelimanya itu, dalam ma alah ini, dijadi an po o bahasan. Namun demi ian agar sistemati anya menjadi relatif lebih tepat, pembahasannya dimulai oleh paradigma yang tera hir. yaitu paradigma dalam ehidupan ampus

sistem nilai yang dijadi an erang a

erang a landasan, erang a cara, dan se aligus

BAB II PENDEKATAN

1. Landasan Historis Keberadaan Pancasila sebagai dasar filsafat negara dapat ditelusuri secara historis seja adanya sejarah awal masyara at Indonesia. Keberadaan masyara at ini dapat dilaca melalui berbagai peninggalan sejarah yang berupa peradaban, agama, hidup etatanegaraan, egotongroyongan, stru tur sosial dari masyara at Indonesia. Terbentu nya bangsa Indonesia melalui proses sejarah seja masa erajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, masa penjajahan dan emudian mencapai emerde aan merupa an proses panjang. Pada masa erajaan Kutai ber uasa telah ada adat enduri dan memberi an sede ah epada para brahmana. Kemudian para brahmana membangun yupa (tiang batu) sebagai tanda terima asih epada raja Mulawarman. Fenomena ini menggambar an adanya nilai sosial politi dan etuhanan pada masa itu. Sriwijaya merupa an erajaan besar di wilayah Sumatera yang memili i e uasaan mulai dari Sunda, Semenanjung Malaya dan epulauan di se itarnya sampai Sri Lang a. Sriwijaya di enal sebagai arajaan maritim yang uat pada masa itu. Di se itar eluarga raja dibentu administrasi pusat yang terdiri dari ha im raja yang menjalan an e uasaan raja untu mengadili yang disebut Dandanaya a. Pada masa ini telah dimulai adanya pembagian e uasaan berupa Parddatun yang diperintah oleh seorang datu yang bu an seorang anggota eluarga raja. Hal ini telah mencermin an adanya otonomi daerah. Mohammad Yamin mengata an bahwa erajaan Sriwijaya merupa an negara Indonesia pertama yang berdasar- an edatuan yang di dalamnya ditemu an nilai-nilai material Pancasila meliputi nilai etuhanan, nilai emasyara atan, persatuan, eadilan yang terjalin satu sama lain dengan nilai internasionalisme yang terjalin dalam bentu hubungan dagang dengan negeri-negeri di seberang lautan. Pada masa Majapahit telah terdapat suatu sistem sosial yang menjadi tanda adanya peradaban yang lebih maju, seperti adanya peraturan perundang-undangan yang disebarluas an epada masyara at melalui pejabat pusat dan daerah. Majapahit di bawah raja Prabhu Hayam Wuru dan Apatih Mang ubumi Gajah Mada telah

berhasil mengintegrasi an nusantara. Fa tor-fa tor yang dimanfaat an untu mencipta- an wawasan nusantara itu ialah: e uatan religio-magis yang berpusat pada Sang Prabu, i atan sosial e eluargaan terutama antara erajaaan yang ada di daerah dengan pusat erajaan (Suwarno, 1993:17-24). Nilai-nilai yang ada dalam adat-istiadat masyara at seja zaman Kutai sampai Majapahit sema in meng ristal pada era sejarah perjuangan bangsa yang ditandai dengan perumusan Pancasila sebagai dasar negara oleh para pendiri negara (the founding fathers). Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupa an jati diri bangsa yang menunju an adanya ciri has, sifat, ara ter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.

2. Landasan Yuridis Pendidi an Pancasila memili i landasan yuridis yang dapat dilihat dasar rasionalnya dimulai dari tujuan negara Indonesia yang termuat di dalam Pembu aan UUD 1945 yaitu mencerdas an ehidupan bangsa. Sebagai onse uensi dari adanya tujuan negara tersebut, ma a negara ber ewajiban untu menyelenggara an pendidi an dan pengajaran dalam suatu system pendidi an nasional untu warga negaranya. Sistem Pendidi an Nasional Indonesia diatur dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003: Bab I. Ketentuan Umum: - Pasal 1 ayat 2 menyata an bahwa pendidi an nasional adalah pendidi an yang berdasar an Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republi Indonesia 1945, yang bera ar pada nilai-nilai agama, ebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

BAB III PEMBAHASAN

1. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

Istilah paradigma pada mulanya dipa ai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama ali mengemu a an istilah tersebut menyata an bahwa ilmu pada wa tu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi po o persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.

pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politi , hu um, sosial dan e onomi. Paradigma emudian ber embang dalam pengertian sebagai erang a pi ir, erang a bertinda , acuan, orientasi, sumber, tolo u ur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadi an paradigma berarti sesuatu itu dijadi an sebagai erang a, acuan, tolo u ur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah egiatan. Dengan demi ian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam mela sana an segala hal dalam ehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normative menjadi dasar, erang a acuan, dan tolo u ur segenap aspe pembangunan nasional yang dijalan an di Indonesia. Hal ini sebagai onse uensi atas penga uan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideology nasional. Hal ini sesuai dengan enyataan obje tif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedang an negara merupa an organisasi atau perse utuan hidup manusia ma a tida berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolo u ur penyelenggaraan bernegara termasu dalam mela sana an pembangunan. Nilai-nilai dasar Pancasila itu di embang an atas dasar ha i at manusia. Ha i at manusia menurut Pancasila adalah ma hlu monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:

b. sifat odrat manusia sebagai individu se aligus sosial

Berdasar an itu, pembangunan nasional diarah an sebagai upaya mening at an har at dan martabat manusia yang meliputi aspe jiwa,

c. edudu an

odrat manusia sebagai ma hlu

a. susunan

odrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

pribadi dan ma hlu

tuhan.

Istilah paradigma ma in lama ma in ber embang tida

hanya di bidang ilmu

raga,pribadi, sosial, dan aspe etuhanan. Secara sing at, pembangunan nasional sebagai upaya pening atan manusia secara totalitas. Pembangunan sosial harus mampu mengembang an har at dan martabat manusia secara eseluruhan. Oleh arena itu, pembangunan dila sana an di berbagai bidang yang menca up seluruh aspe ehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politi , e onomi, sosial budaya, dan pertahanan eamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politi , e onomi, sosial budaya, dan pertahanan eamanan.

Pancasila bersifat sosial-politi bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujud an dengan mengguna an nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untu implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbali :

Penerapan dan pela sanaan eadilan sosial menca up eadilan politi , budaya, agama, dan e onomi dalam ehidupan sehari-hari;

Mementing an epentingan ra yat (demo rasi) bilamana dalam pengambilan eputusan; eadilan sosial dan penentuan prioritas era yatan

Mela sana an berdasar an

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politi

diarti an bahwa

Manusia Indonesia sela u warga negara harus ditempat an sebagai subje atau pela u politi bu an se adar obje politi . Pancasila bertola dari odrat manusia ma a pembangunan politi harus dapat mening at an har at dan martabat manusia. Sistem politi Indonesia yang bertola dari manusia sebagai subje harus mampu menempat an e uasaan tertinggi pada ra yat. Ke uasaan adalah dari ra yat, oleh ra yat dan untu ra yat. Sistem politi Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politi demo rasi bu an otoriter Berdasar hal itu, sistem politi Indonesia harus di embang an atas asas era yatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politi didasar an pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh arena itu, secara berturut-turut sistem politi Indonesia di embang an atas moral etuhanan, moral emanusiaan, moral persatuan, moral era yatan, dan moral eadilan. Perila u politi , bai dari warga negara maupun penyelenggara Negara di embang an atas dasar moral tersebut sehingga menghasil an perila u politi yang santun dan bermoral.

a. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politi

onsep mempertahan an persatuan;

adil dan beradab; Tida dapat tida ; nilai-nilai eadilan sosial, demo rasi, persatuan, dan emanusiaan ( eadilan- eberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Di era globalisasi informasi seperti se arang ini, implementasi tersebut perlu

menca up masyara at tradisional (berbagai asal etni , agama, dan golongan), masyara at industrial, dan masyara at purna industrial. Dengan demi ian, nilai-nilai

~ nilai toleransi; ~ nilai transparansi hu um dan elembagaan;

~ bermoral berdasar an onsensus (Fu uyama dalam Astrid: 2000:3).

b. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan E onomi Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan e onomi ma a sistem dan pembangunan e onomi berpija pada nilai moral daripada pancasila. Secara husus,

sistem e onomi harus mendasar an pada dasar moralitas etuhanan (sila I

pada moralitas dam humanistis a an menghasil an sistem e onomi yang berperi emanusiaan. Sistem e onomi yang menghargai ha i at manusia, bai sela u

ma hlu individu, sosial, ma hlu e onomi

pribadi maupun ma hlu

Pancasila) dan mendasar an

emanusiaan ( sila II Pancasila). Sistem e onomi yang

tuhan. Sistem

~ nilai ejujuran dan

omitmen (tinda an sesuai dengan ata);

sosial politi

yang dijadi an moral baru masyara at informasi adalah:

dire onstru si

edalam pewujudan masyara at-warga (civil society) yang

Dalam pencapaian tujuan eadilan mengguna an pende atan yang

emanusiaan

yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem e onomi liberal yang hanya menguntung an individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem e onomi demi ian juga berbeda dengan sistem e onomi dalam sistem sosialis yang

tida menga ui

epemili an individu.

Oleh arena itu, sistem e onomi harus di embang an menjadi sistem dan pembangunan e onomi yang bertujuan pada esejahteraan ra yat secara eseluruhan. Sistem e onomi yang berdasar pancasila adalah sistem e onomi era yatan yang

menghindar an diri dari bentu -bentu persaingan bebas, monopoli dan bentu lainnya yang hanya a an menimbul an penindasan, etida adilan, penderitaan, dan esengsaraan warga negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan e onomi lebih mengacu pada Sila Keempat Pancasila; sementara pengembangan e onomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem E onomi Indonesia. Dengan demi ian subjudul ini menunju pada pembangunan E onomi Kera yatan atau pembangunan Demo rasi E onomi atau pembangunan Sistem E onomi Indonesia atau Sistem E onomi Pancasila.

ema muran/ esejahteraan ra yat yang harus mampu mewujud an

pere onomian nasional yang lebih ber eadilan bagi seluruh warga masyara at (tida lagi yang seperti selama Orde Baru yang telah berpiha pada e onomi

esempatan, du ungan, dan pengembangan e onomi ra yat yang menca up

operasi, usaha ecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan e onomi nasional. Oleh sebab itu pere onomian disusun sebagai usaha bersama

berdasar atas asas ialah operasi.

e eluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini

besar/ onglomerat). Politi

E onomi Kera yatan yang lebih memberi an

Dalam E onomi Kera yatan, politi / ebija an e onomi harus untu sebesarbesar

dari nilai-nilai moral

emanusiaan. Pembangunan e onomi harus mampu

berasas an e eluargaan. Sistem e onomi Indonesia juga tida dipisah an

dapat

Pancasila bertola subje .

dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai

E onomi Kera yatan a an mampu mengembang an program-program ong rit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujud an eadilan dan pemerataan pembangunan daerah.

Dengan demi ian, E onomi Kera yatan a an mampu memberdaya an daerah/ra yat dalam bere onomi, sehingga lebih adil, demo ratis, transparan, dan partisipatif. Dalam E onomi Kera yatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demo ratis berperanan mema sa an pematuhan peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau mening at an epastian hu um.

c. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya Pancasila pada ha i atnya bersifat humanisti arena memang pancasila bertola dari ha i at dan edudu an odrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh arena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu mening at an har at dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang

menghasil an manusia-manusia biadab, ejam, brutal dan bersifat anar is jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil dan beradab. Manusia tida cu up sebagai manusia secara fisi , tetapi harus mampu mening at an derajat emanusiaannya. Manusia harus dapat mengembang an dirinya dari ting at homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya di embang an atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budayabudaya yang beragam si seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada penga uan dan penghargaan terhadap budaya dan ehidupan sosial berbagai elompo bangsa Indonesia sehingga mere a merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demi ian, pembangunan sosial budaya tida

Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan ber elanjutan, yang dalam perencanaan dan pela sanaannya perlu diselenggara an dengan menghormati ha budaya omuniti- omuniti yang terlibat,

di samping ha negara untu mengatur ehidupan berbangsa dan ha asasi individu secara berimbang (Sila Kedua). Ha budaya omuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara ha negara dan ha asasi individu.

mencipta an sosial.

esenjangan, ecemburuan, dis riminasi, dan

etida adilan

Dengan demi ian, era otonomi daerah tida a an mengarah pada otonomi su ubangsa tetapi justru a an memadu an pembangunan lo al/daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia a an menjamin eseimbangan dan emerataan (Sila Kelima) dalam rang a memper uat persatuan dan esatuan bangsa yang a an sanggup menega an edaulatan dan eutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga). Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi

(1) Sila Pertama, menunju an tida satu pun su ubangsa ataupun golongan sosial dan omuniti setempat di Indonesia yang tida mengenal epercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) Sila Kedua, merupa an nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara Indonesia tanpa membeda an asal-usul esu ubangsaan, edaerahan, maupun golongannya; (3) Sila Ketiga, mencermin an nilai budaya yang menjadi ebulatan te ad

bangsa yang berdaulat; (4) Sila Keempat, merupa an nilai budaya yang luas

nilai-nilai budaya yang mendahulu an epentingan perorangan; (5) Sila Kelima,

semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memaju an esejahteraan umum, mencerdas an ehidupan bangsa, dan i utserta mela sana an etertiban dunia yang

d. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hu um Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

berdasar an

emerde aan, perdamaian abadi, dan eadilan sosial.

betapa nilai-nilai

eadilan sosial itu menjadi landasan yang membang it an

esepa atan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untu mengendali an

persebarannya di alangan masyara at majemu

Indonesia untu mela u an

masyara at majemu di epulauan nusantara untu sebagai satu

mempersatu an diri

riteria sebagai punca -punca ebudayaan, sebagai bersama, bagi ebudayaan- ebudayaan di daerah:

erang a-acuan-

Paradigma ini dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralisti yang mengabai an emajemu an masyara at dan eane aragaman ebudayaan Indonesia.

dan

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung ma na bahwa tugas dan

tanggung jawab tida hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga ra yat Indonesia secara eseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan eamanan adalah mengi ut serta an seluruh omponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan eamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan eamanan ra yat semesta (sishan amrata). Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibat an seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiap an secara dini oleh pemerintah dan diselenggara an secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untu menega an edaulatan negara, eutuhan wilayah, dan eselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasar an pada esadaran atas ha dan ewajiban warga negara, serta eya inan pada e uatan sendiri.

Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari ra yat (individu) memili i ha dan ewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan eamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut dinyata an bahwa pertahanan negara bertiti tola pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untu menjamin eutuhan dan tetap tega nya Negara Kesatuan Republi Indonesia yang berdasar an Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan ditetap annya UUD 1945, NKRI telah memili i sebuah onstitusi,

(1) adanya perlindungan terhadap HAM, (2) adanya susunan etatanegaraan negara yang mendasar, dan (3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas etatanegaraan yang juga mendasar.Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila, Pembu aan UUD 1945 merupa an bagian dari UUD 1945 atau merupa an bagian dari hu um positif. Dalam edudu an yang demi ian, ia mengandung segi positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipa sa an berla unya (oleh negara); segi negatifnya, Pembu aan dapat diubah oleh MPR sesuai dengan etentuan Pasal 37 UUD 1945.

yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga onstitusi, yaitu:

elompo materi-muatan

Hu um tertulis seperti UUD termasu

perubahannya , demi ian juga UU

dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara (silasila Pancasila dasar negara). Dalam aitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan

hu um., hu um (bai yang tertulis maupun yang tida tertulis) yang a an dibentu tida dapat dan tida boleh bertentangan dengan sila-sila: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kera yatan yang dipimpin oleh hi mat ebija sanaan dalam permusyawaratan/perwa ilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh ra yat Indonesia. Dengan demi ian, substansi hu um yang di embang an harus merupa an perwujudan atau penjabaran sila-sila yang ter andung dalam

e. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa Indonesia seja dulu di enal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bah an predi atini menjadi cermin epribadian bangsa ita di mata dunia internasional. Indonesia adalah Negara yang majemu , bhinne a dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa su u, etnis, bahasa dan agama namun terjalin erja bersama guna meraih dan mengisi emerde aan Republi Indonesia

ada beberapa asus e erasana yang bernuansa Agama. Keti a bicara peristiwa yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibat an umat muslim, hal ini arena mayoritas pendudu Indonesia beragama Islam. Masyara at muslim di Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tida ter oordinir, sehingga apapun yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian umat non muslim mere a sea an-sea an merefresentasi an umat muslim. Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya eru unan umat beragama perspe tif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti beri ut:

ita. Namun a hir-a hir ini eramahan banya alangan arena

ita mulai dipertanya an oleh

Pancasila. Artinya, substansi produ hu um merupa an ara ter produ ho um responsif (untu epentingan ra yat dan merupa an perwujuan aspirasi ra yat).

1. Semua umat Islam, mes ipun terdiri dari banya omunitas (ummatan wahidah).

su u merupa an satu

2. Hubungan antara sesama anggota omunitas Islam dan antara omunitas Islam dan omunitAs lain didasar an atas prinsip-prinsi:

b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama c. Membela mere a yang teraniaya d. Saling menasehati e. Menghormati ebebasan beragama. Lima prinsip tersebut mengisyarat an: 1) Persamaan ha dan ewajiban antara sesama warga negara tanpa dis riminasi yang didasar an atas su u dan agama; dan 2) pemupu an semangat persahabatan dan saling ber onsultasi dalam menyelesai an masalah bersama serta saling membantu dalam menghadapi musuh bersama. Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis dari Agama Robertson, ed.)

misalnya, mengata an bahwa hubungan agama dan politi muncul sebagai masalah, hanya pada bangsa-bangsa yang memili i heterogenitas di bidang agama. Hal ini didasar an pada postulat bahwa homogenitas agama merupa an ondisi esetabilan politi . Sebab bila epercayaan yang berlawanan bicara mengenai nilai-nilai tertinggi (ultimate value) dan masu e arena politi ,

Dalam beberapa tahap dan esempatan masyara at Indonesia yang seja semula berciri an majemu banya ita temu an upaya masyara at yang mencoba untu membina erunan antar masayara at. Lahirnya lembagalembaga ehidupan sosial budaya seperti Pela di Malu u, Mapalus di Sulawesi Utara, Rumah Bentang di Kalimantan Tengah dan Marga di Tapanuli, Sumatera Utara, merupa an bu ti-bu ti eru unan umat beragama dalam masyara at. Ke depan, guna memper o oh eru unan hidup antar umat beragama di Indonesia yang saat ini sedang diuji iranya perlu membangun dialog horizontal dan dialog Verti al. Dialog Horizontal adalah intera si antar manusia yang dilandasi dialog untu mencapai saling pengertian, penga uan a an e sistensi manusia, dan penga uan a an sifat dasar manusia yang indeterminis dan interdependen. Identitas indeterminis adalah si ap dasar manusia yang menyebut an bahwa posisi manusia berada pada emanusiaannya. Artinya, posisi manusia yang bu an sebagai benda me ani , melain an sebagai manusia yang ber al budi, yang reatif, yang berbudaya.

ma a perti aian a an mulai dan sema in jauh dari

ompromi.

a. Bertentangga yang bai

(Ronald

2. Inplementasi Pancasila sebagai Paradigma Kehidupam Kampus Menurut saya, implementasi pancasila sebagai paradigma ehidupan ampus adalah seperti contoh-contoh paradigma pancasila diatas ehidupan ampus tida jauh berbeda dengan ehidupan tatanan Negara. Jadi ampus juga harus memerlu an tatanan pumbangunan seperti tatanan Negara yaitu politi , e onomi, budaya, hu um dan antar umat beragama.

Te nologi (IPTEK) pada ha i atnya merupa an suatu hasil reativitas rohani manusia. Unsur jiwa manusia meliputi aspe a al, rasa,dan ehenda . Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intele tual yang besar ita dapat memanfaat an fasilitas ampus untu mencapai tujuan bersama. Pembangunanyang merupa an realisasi pra sis dalam Kampus untu mencapai tujuan seluruh mahsiswa harus mendasar an pada ha i at manusia sebagai subye pela sana se aligus tujuan pembangunan. Oleh arena itu ha i at manusia merupa an sumber nilai bagi

pembangunan pengembangan

ampus itu sendiri.

Untu mencapai tujuan dalam hidup bermasyara at, berbangsa dan bernegara ma a sebagai ma hlu pribadi sendiri dan sebagai ma hlu Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republi Indonesia. Pancasila juga merupa an sumber ejiwaan masyara at dan negara Republi Indonesia. Ma a manusia Indonesia menjadi an pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam ehidupan emasyara atan dan ehidupan engaraan. Oleh arena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas a an ber embang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga enegaraan dan lembaga emasyara atan, bai dipusat maupun di daerah. paradigma ehidupan ampus adalah seperti contohcontoh paradigma pancasila diatas ehidupan ampus tida jauh berbeda dengan ehidupan tatanan Negara. Jadi ampus juga harus memerlu an tatanan pumbangunan seperti tatanan Negara yaitu politi , e onomi, budaya, hu um dan antar umat beragama.

B. Saran-Saran Berdasar an uraian di atas iranya ita dapat menyadari bahwa Pancasila merupa an falsafah negara ita republi Indonesia, ma a ita harus menjungjung tinggi dan mengamal an sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.

REFRENSI http://www.gudangmateri.com/2010/04/ma alah-pancasila-sebagai-paradigma.html http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigmapembangunan.html http://www.gudangmateri.com/2010/09/paradigma-dalam-implementasi-pancasila.html http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigma-reformasi.html http://www.gudangmateri.com/2010/07/paradigma-dalam-ilmu-pendidi an.html http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/04/pancasila-sebagai-paradigma.html Aadesanjaya http://exalute.wordpress.com/2008/07/24/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/

Anda mungkin juga menyukai