Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Russefendi (1991:138) mengemukakan bahwa konsep di dalam

matematika adalah ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk

mengelompokkan obyek ke dalam contoh dan bukan contoh. Atau dapat

diartikan konsep matematika abstrak yang memungkinkan kita untuk

mengelompokkan obyek atau kejadian. Sedangkan tujuan pembelajaran

matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang

tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, memiliki sifat

obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan baik dalam bidang

matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari- hari.

Namun kenyataan di lapangan saat ini belum sesuai dengan yang

diharapkan. Hasil studi menyebutkan bahwa, meski adanya peningkatan mutu

pendidikan yang cukup menggembirakan namun pembelajaran dan

pemahaman siswa pada beberapa materi pelajaran termasuk matematika

menunjukkan hasil yang masih kurang. Pembelajaran yang cenderung

textbook oriented serta metode ceramah yang merupakan metode

konvensional memang cenderung abstrak dan kurang terkait dengan

kehidupan sehari-hari sehingga konsep-konsep materi pelajaran kurang bisa

untuk dipahami oleh peserta didik.


Pendekatan atau model belajar yang tepat dalam proses pembelajaran

termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.

Pendekatan belajar dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk

memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar yang

menyenangkan sehingga aktivitas siswa lebih nampak. Pendekatan

pembelajaran tentu tidak harus kaku menggunakan pendekatan tertentu, tetapi

sifatnya lugas dan terencana artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan

kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.

Mencermati hal tersebut di atas, guru harus memilih model atau

pendekatan yang tepat yang dapat meningkatkan iklim pembelajaran yang

aktif yang bermakna dan siswa lebih menguasai dan memahami pelajaran

sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pendekatan kontekstual merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

(Syaiful Sagala, 2005: 87).

Salah satu pendapat dari Rachmadi Widdiarto (2004:19) mengatakan

bahwa melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif

STAD diharapkan dapat melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar

dengan diskusi kelompok sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang

diajarkan guru dan menemukan banyak hal yang menarik dalam mempelajari

matematika dan dapat mengkaitkan materi yang diajarkan dalam kehidupan


sehari-hari. Dengan adanya pendekatan tersebut dapat meningkatkan hasil

belajar matematika.

Dengan berpijak pada beberapa persoalan yang ada, maka hal itulah

yang mendorong bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang membahas

penerapan pendekatan konstektual dengan model strategi pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan keaktivan siswa dan

hasil belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang yang telah diuraikan diatas ada beberapa

masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan matematika. Adapun

masalah- masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika rendah dikarenakan

rendahnya penguasaan siswa terhadap konsep matematika.

2. Guru dalam memilih pendekatan atau model pembelajaran yang kurang

tepat.

3. Tingkat partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran matematika

belum nampak.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mengatasi luasnya masalah yang dibahas dan kesalahpahaman

maksud, serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini, peneliti

membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:


1. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika dalam pembelajaran

melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT (Numbered Head Together)

2. Keaktivan siswa dalam belajar matematika dibatasi, yaitu keaktivan dalam

bekerjasama dengan anggotanya, mengerjakan soal di depan kelas,

mengajukan ide/tanggapan pada guru, memberi tanggapan jawaban siswa

lain, membuat kesimpulan materi baik secara kelompok atau mandiri.

D. Perumusan Masalah

Secara spesifik permasalahan ini dapat dirinci menjadi pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Adakah peningkatan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran

matematika melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT?

2. Adakah peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

matematika melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan-tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aktivitassiswa pada bidang studi matematika melalui

penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran melalui

pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan pada dunia

pendidikan dalam pengajaran matematika bahwa penerapan pendekatan

kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktivan siswa dan

hasil belajar matematika siswa.

2. Manfaat Praktis

a) Sebagai masukan bagi guru dan sekolah untuk menerapkan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktivan dan hasil belajar

siswa.

b) Memberikan pengalaman langsung pada siswa sebagai objek

penelitian, sehingga diharapkan siswa memperoleh pengalaman

tentang kebebasan dalam belajar matematika secara aktif, kreatif dan

menyenangkan.

c) Sebagai bahan acuan, perbandingan ataupun referensi bagi para

peneliti yang melakukan penelitian yang sejenis.


BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan mengemukakan tentang kajian pustaka, kajian teori,

kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. Kajian pustaka merupkakan uraian

sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian

teori memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian

yang akan dibahas sampai pada indikator-indikatornya. Kerangka berpikir berisi

kerangka konsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti,

disusun berdasarkan kajian teoritis dan kajian hasil penelitian yang telah

dikemukakan. Hipotesis tindakan akan mengulas tentang jawaban sementara

melalui tindakan-tindakan yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan.

A. Kajian Pustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rodiyah (2004) tentang

eksperimentasi pembelajaran kooperatif tipe NHT menyimpulkan bahwa ada

perbedaan prestasi belajar matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan dengan tipe konvensional.

Perbedaan yang dimaksud adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT lebih baik dan efektif dari pada metode konvensional.

Ferryani Hermawati (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

yang pertama: Prestasi belajar dengan penerapan CTL lebih baik dibandingkan
penerapan pembelajaran konvensional. Kedua, tingkat keaktivan kelompok

eksperimen dengan CTL lebih tinggi dibandingkan keaktivan kelompok

kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan Puspito Evandari (2005) menyimpulkan

bahwa pendekatan struktural tipe Numbered Head Together (NHT)

meningkatkan hasil belajar matematika.

Siti nur’aini (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa. Dalam skripsi yang ditulis oleh Desi

Prasetyowati (2006) dengan judul Eksperimentasi Pembelajaran Aktif pada

Pokok Bahasan Statistika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa menyatakan

bahwa ada pengaruh yang signifikan pembelajaran aktif terhadap prestasi

belajar matematika. Pengaruhnya adalah pembelajaran aktif dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika.

Berdasarkan dari penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode pembelajaran dan pendekatan pengajaran pada sistem

sekolah mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan prestasi

belajar. Dalam hal ini peneliti mencoba mengembangkan penelitian-penelitian

tersebut melalui penelitian penerapan pendekatan kontekstual dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Penelitian di

atas berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini

lebih menekankan pada peningkatan hasil belajar matematika dan keaktivan

siswa dalam belajar mengajar.


B. Kajian Teori

1. Pendekatan Kontekstual

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Menurut Trianto (2007:103),

pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) disingkat

menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,

dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual,

yakni : konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri

(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), dan penilain autentik (authentic assessment).

a. Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan

kontekstual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan

tiba-tiba. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa

harus dibiasakan memecahkan masalah, menemukan suatu yang

berguna bagi dirinya sendiri dan bergelut dengan ide-ide yaitu siswa

harus mengontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.


b. Inkuiri (Inqury)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi

hasil dari menemukan sendiri. Siklus inkuiri terdiri dari: observasi

(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan

(hyphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan

(conclussion).

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari bertanya

karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis

pendekatan kontekstual. Manfaat kegiatan bertanya antara lain; (1)

menggali informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3)

membangkitkan respon pada siswa, (4) mengetahui sejauh mana

keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal- hal yang sudah diketahui

siswa, (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang

dikehendaki guru, (7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan

dari siswa, (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi

dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelmpok atau lebih yang

terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain.

Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi


informasi yang diperlukan olh teman bicaranya dan sekaligus juga

meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap

orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang

akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode

pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu

proses pembelajaran di kelas.

e. Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu, ada model yang bisa ditiru siswanya. Dalam pembelajaran

kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk

memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari

atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di

masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Assesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian autentik

menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Penilai

tidak hanya guru tapi bisa juga teman lain atau orang lain. Dalam
pembelajaran kontekstual, hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar

menilai prestasi siswa antara lain: (1) proyek/kegiatan dan laporanya,

(2) PR (Pekerjaan Rumah), (3) Kuis, (4) Karya siswa, (5) Presentasi

atau penampilan siswa, (6) Demonstrasi, (7) Laporan, (8) Jurnal, (9)

Hasil tes tulis, dan (10) Karya tulis.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk

pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Pada

pembelajaran kooperatif diyakini bahwa keberhasilan peserta didik

tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Menurut Anita lie

dalam Ponco Sujatmiko (2005:145) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada

anak didik untuk bekerjasama dengan temannya dalam tugas-tugas

terstruktur. Smith yang diterjemahkan Much. Djunaedi (2002:40)

menggambarkan pembelajaran kooperatif sebagai kerja bersama siswa

untuk menyelesaikan pekerjaan di dalam kelas di mana siswa tersebut

saling memperhatikan proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan

yang dimilikinya.

Sementara itu, Slavin (1991) dalam bukunya Rachmadi Widdiharto

(2004:14) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa belajar

dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Menurut

Stahl (1994) dalam bukunya Rachmadi Widdiharto (2004:15) ciri-ciri

pembelajaran kooperatif adalah : (1) belajar dengan teman, (2) tatap muka
antar teman, (3) mendengarkan antar anggota, (4) belajar dari teman

sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif

berbicara atau mengemukakan pendapat/gagasan, (7) siswa membuat

keputusan, dan (8) siswa aktif. Sedangkan menurut Johnson (1984) dalam

bukunya Rachmadi Widdiarto (2004:16) belajar kooperatif mempuyai ciri-

ciri: (1) saling ketergantungan yang positif, (2) dapat

dipertanggungjawabkan secara individu, (3) heterogen, (4) berbagi

kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab, (6) ditekankan pada tugas dan

kebersamaan, (7 )mempunyai keterampilan dalam hubungan sosial, (8)

guru mengamati dan efektivitas tergantung pada kelompok.

Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) siswa belajar dalam kelompok,

mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara

bersama, (2) kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah, (3) jika dalam kelas terdapat

siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis

kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok

terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula, (4)

penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada kerja

perorangan.

Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif

memiliki tujuan yaitu: (1) hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif

bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dengan tugas-tugas akademik,


(2) pengalaman adanya keragaman, model pembelajaran kooperatif

bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang memiliki

berbagai macam perbedaan latar belakang, (3) pengembangan

keterampilan siswa, (3) model pembelajaran kooperatif bertujuan

untukmengembangkan keterampilan sosial siswa seperti: berbagi tugas,

aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok

dan sebagainya. Dalam model pembelajaran kooperatif juga diperlukan

tugas perencanaan, misalnya menentukan pendekatan yang tepat, memilih

topikyang sesuai, pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS atau

panduanbelajar siswa, mengenalkan siswa kepada tugas dan perannya

dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat yang akan

dipergunakan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Menurut Muslimin (2000:25) Numbered Head Together adalah

suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai ganti mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas, guru menggunakan 4 langkah sebagai berikut:

Langkah 1 : Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok

beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota

kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.


Langkah 2 : Mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan dalam

bentuk kalimat tanya.

Langkah 3 : Berpikir Bersama. Siswa menyatukan pendapatnya

terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap

anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Langkah 4 : Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan

tanganya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk

seluruh siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) dalam pelaksanaan kegiatanya terbagi dalam:

a. Penyajian Kelompok

Pada tahap ini materi pelajaran disampaikan oleh guru melalui

penyajian kelas. Pada penyampaian ini dilakukan melalui:

1) Pengajaran Kelompok

Siswa berinteraksi dalam kelompok untuk memahami materi dan

saling bekerjasama menyatukan pendapat mengenai permasalahan

yang dihadapi.

2) Pengajaran Seluruh Kelas

Pengajaran ini dilakukan pada awal pembelajaran dan akhir

pembelajaran. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan

materi yang akan dibahas. Sedangkan pada akhir pembelajaran


guru menyimpulkan dan memberi penekanan pada materi yang

dianggap penting.

b. Pengelompokan dan Penomoran

Sebelum pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dilaksanakan, guru membagi siswa dalam kelompok dan sekaligus

memberi nomor pada siswa yang terbagi dalam kelompok tersebut.

c. Kegiatan Kelompok

Setelah terbagi kedalam kelompok, masing-masing individu

mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pertanyaan atau tugas

kelompok. Mereka bekerjasama dengan kelompoknya dan menyatukan

pendapatnya terhadap jawaban tersebut dalam timnya. Untuk

mengetahui kelompok tersebut berhasil atau tidak dalam bekerjasama,

guru memanggil salah satu nomor pada kelompok tertentu untuk

menjawab pertanyaan. Apabila siswa tersebut menjawab dengan benar

maka kelompok tersebut dikatakan berhasil.

4. Peningkatan

Peningkatan merupakan usaha menjadikan sesuatu keadaan

menjadi lebih baik yang dapat diciptakan atau diusahakan kriterianya.

Dalam penelitian ini, peningkatan difokuskan pada hasil belajar dan

keaktivan siswa dalam proses belajar mengajar matematika. Indikator

keberhasilan peningkatan adalah bertambahnya kondisi atau hal yang

dianggap baik. Penelitian ini mengoptimalkan penggunaan pendekatan

konteksual dengan beberapa model pembelajaran sebagai usaha untuk


meningkatkan hasil belajar dan keaktivan siswa dalam pembelajaran

matematika.

5. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar menurut Morgan (1978) dalam bukunya Syaiful Sagala

(2005:13) adalah setiap perubahan relatif menetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Hilgard

dan Marquis dalam bukunya Syaiful Sagala (2005:13) berpendapat

bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri

seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga

terjadi perubahandalam diri.

Menurut Gage (1984) dalam bukunya Syaiful Sagala (2005:13)

belajar adalah sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Menurut Nasution

(2001:91), belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kelakuan

seseorang akibat pengaruh usaha pendidikan. Belajar dikatakan

berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang

dipelajarinya dan kemudian jika yang telah dipelajari itu mampu

disampaikan dan diekspresikan dengan bahasa sendiri.

Gagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut

perubahan dalam suatu organisme, berarti belajar juga membutuhkan

waktu dan tempat. Belajar disimpulkan terjadi, bila tampak tanda-

tanda perilaku manusia berubah sebagai akibatnya terjadi proses


pembelajaran. Perhatian utama dalam belajar adalah perilaku verbal

manusia, yaitu kemampuan menangkap informasi mengenai ilmu

pengetahuan yang diterimanya dalam belajar .Dari pembahasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan,

yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta

didik. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman,

dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.

b. Matematika

Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:566) dituliskan

matematika sebagai berikut, Matematika adalah ilmu tentang bilangan-

bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Definisi

ini menunjukkan matematika sebagai ilmu tentang kuantitas.

Matematika terdiri dari input wawasan yang luas yaitu aritmatika,

aljabar, geometri, dan kalkulus.

Menurut Lerner (1998:430) yang diterjemahkan oleh Mulyono

Abdurrahman (1999:252) matematika adalah bahasa simbolis yang

juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia

memikirkan, mencatat, dan mengkonsumsikan ide mengenai elemen

dan kuantitas. Kline yang juga diterjemahkan oleh Mulyono

Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa matematika

merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara

bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.


Belajar matematika berarti mengikuti struktur yang ada dalam

matematika sehingga orang belajar matematika dipaksa untuk berfikir

secara logis dan deduktif. Berdasarkan pengalaman mempelajari

matematika akan timbul suatu pengertian dan akhirnya yang sedang

belajar matematika merumuskan yang dipelajarinya dengan bahasanya

sendiri ataupun dengan bimbingan guru. Dalam keadaan seperti ini

berarti siswa telah dapat menggeneralisasikan suatu konsep dari

matematika.

c. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar diartikan juga sebagai prestasi belajar yang

dicapai. Dalam hal ini Sutratinah Tirtonegoro (1994: 43)

mengemukakan pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan

belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, maupun huruf

yang mencerminkan hasil yang dicapai anak dalam periode tertentu.

Oemar Hamalik (1994) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

suatu kegiatan yang setelah dikerjakan, diciptakan secara individu

maupun kelompok. Pada bagian ini dikemukakan bahwa belajar adalah

suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah

suatu perubahan dalam individu.

Menurut Suharsimi Arikunto (2001), hasil belajar adalah hasil

yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan

merupakan penilaian yang dicapai seseorang untuk sejauh mana bahan

pelajaran dan materi yang diajarkan sudah diterima oleh siswa.


Sedangkan Zainal Arifin (1990: 3) berpendapat bahwa “prestasi adalah

hasil dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam

melakukan suatu hal”. Hasil (prestasi) belajar bagi siswa adalah untuk

mengukur keberhasilannya dalam mengajar dan sebagai umpan balik

baginya untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar yang telah

dilaksanakan sudahkah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

ataukah belum.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil (prestasi) belajar matematika adalah hasil

yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar

matematika yang menunjukkan kecakapan siswa dalam penguasaan

materi matematika yang telah disampaikan guru di sekolah dalam

kurun waktu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun

huruf.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

matematika menurut Hasbullah Thabrany (1994:21) yaitu sebagai

berikut :

a. Kecerdasan

b. Konsentrasi

c. Kesehatan jasmani

d. Ambisi dan tekad


e. Lingkungan

f. Cara belajar

g. Perlengkapan

h. Sifat-sifat negatif

6. Keaktivan Siswa

Aktivitas belajar dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru

dengan siswa. Interaksi di sini maksudnya dalam proses belajar mengajar

ada beberapa kegiatan antara lain : a. aktivitas tes awal (pretest), yang

dalam hal ini guru menstimulasi siswa untuk aktif mengingat kembali dan

mengemukakan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan guru ; b. Guru

menyajikan materi pelajaran dengan metode tertentu, sehingga terjadi

interaksi antara guru dengan siswa; c. guru mengadakan evaluasi baik

dipertengahan atau pada akhir penyampaian materi; d. memberikan

kesempatan siswa untuk mengevaluasi; dan sebagainya (Abdul, 2002:

132). Menurut Sriyono, dkk (1992: 75), keaktivan adalah bahwa pada

waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif

jasmani maupun rohani. Keaktivan jasmani atau rohani itu meliputi, antara

lain :

a. Keaktivan indera, pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain- lain.

Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik

mungkin.
b. Keaktivan akal, akal-akal anak harus aktif atau diaktifkan untuk

memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat dan

mengambil keputusan.

c. Keaktivan ingatan : pada menerima bahan pengajaran yang disampaikan

guru dan menyimpannya dalam kotak, kemudian pada suatu saat ia

siap dan mampu mengutarakan kembali.

d. Keaktivan emosi : dalam hal ini murid hendaknya senantiasa berusaha

mencintai pelajarannya.

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika

sangat penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan

masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subjek didik

adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan aktivitas

siswa dalam berpikir maupun bertindak. Dengan aktivitas siswa,

kemungkinan pelajaran akan berkesan dan dipikirkan, diolah kemudian

dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, misalnya : keaktifan dalam

bekerjasama dengan anggotanya, mengerjakan soal di depan kelas,

mengajukan ide/tanggapan pada guru, membuat kesimpulan materi baik

secara kelompok atau mandiri.


C. Kerangka Pemikiran

Prosedur penelitian tindakan kelas merupakan siklus dan dilaksanakan

sesuai perencanaan tindakan terdahulu. Tindakan kelas dilaksanakan berupa

pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas

melalui strategi, pendekatan, metode dan teknik pengajaran yang tepat dengan

penerapannya kondisional yang mengacu perencanaan tindakan yang telah

tersusun sebelumnya. Dalam setiap tindakan peneliti akan mengamati hasil

belajar, keaktivan siswa dan pengajaran yang dilakukan di depan kelas. Untuk

menarik perhatian siswa agar aktif dalam pembelajaran dan hasil belajarnya

bagus, maka diperlukan adanya model pembelajaran yang tepat. Dengan

penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktivan siswa.

Dari pemikiran tersebut dapat diganbarkan pola pemikiran dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Masalah Tindakan PTK dengan


Keaktifan Siswa Perencanaan Pendekatan Kontekstual
dan Hasil Belajar Tindakan dengan strategi
Siswa pembelajaran tipe NHT

Penyelesaian Masalah
Keaktifan Siswa dan
Hasil Belajar Siswa
Meningkat
D. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, tinjauan teori dan kerangka pemikiran

yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut : “Jika dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

kontekstual dengan model strategi pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) dilakukan terus menerus dengan tepat, maka keaktivan dan hasil

belajar siswa akan meningkat”.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara-cara atau langkah-langkah yang dilakukan

dalam penelitian. Dalam penelitian untuk mendapatkan kebenaran yang

representatif dan mengarah pada tujuan harus memilih prosedur secara tepat.

Memilih prosedur penelitian yang tepat merupakan bagian yang ikut menentukan

tingkat kesahihan hasil penelitian. Oleh karena itu penjelasan mengenai prosedur

penelitian sebagai pertanggungjawaban metode yang digunakan sangat tepat.

Prosedur penelitian sebagai pertanggungjawaban metode pada penelitian ini

adalah jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek penelitian, obyek

penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu

penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran kooperatif

tipeNHT. Penelitian ini dilakukan melalui proses kolaborasi antara guru

matematika, kepala sekolah, dan peneliti.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Kartasura, dengan waktu

pelaksanaan yakni tahun 2008 selama 6 bulan.


Adapun jadwal penelitian dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1

BULAN PENELITIAN
NO KEGIATAN Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34
1 TAHAP PERSIAPAN
PENYUSUNAN

PROPOSAL
PENGURUSAN

PERIZINAN
2 TAHAP PELAKSANAAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISA DATA
PERUMUSAN HASIL

PENELITIAN
3 TAHAP LAPORAN
PERUMUSAN

KERANGKA LAPORAN
PENULISAN LAPORAN
REVISI DAN EDITING

LAPORAN
PENYERAHAN

LAPORAN

C. Subyek Penelitian

Subyek pemberi tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas dan

peneliti. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura berperan sebagai subyek

penerima tindakan.

D. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pembelajaran melalui penerapan

pendekatan kontekstual dengan beberapa model pembelajaran. Diharapkan

setelah pemberian tindakan dengan pendekatan ini, hasil belajar dan keaktivan

siswa dalam pembelajaran meningkat.


E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu suatu

penelitian yang bersifat praktis, kondisional, dan kontekstual berdasarkan

permasalahan yang muncul dalam kegiatan sehari-hari di SMP. Tim Peneliti

senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur

yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang- ulang

dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktivan siswa pada

pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang aktif

dan kontekstual serta menjamin diperoleh manfaat yang lebih baik. Anggota

tim terlibat dalam rangkaian kegitan antara lain: dialog awal, perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, dan

evaluasi.

Langkah- langkah tersebut diatas diilustrasikan dalam siklus berikut :

1) Dialog awal

Dialog awal dilakukan peneliti, guru matematika, dan kepala

sekolah. Dalam dialog awal didiskusikan mengenai maksud dan tujuan

penelitian untuk memperoleh kesepakatan dalam melakukan penelitian.


2) Perencanaan Tindakan Pembelajaran

Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan

tindakan terdiri dari :

a. Identifikasi Masalah

Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya

meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika melalui

penerapan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Tindakan yang diterapkan pada identifikasi

masalah antara lain: Diskusi antara peneliti dengan guru kelas VIII

SMP Negeri 2 Kartasura tahun ajaran 2008/2009. Diskusi ini untuk

membahas batasan-batasan masalah yang terjadi pada siswa. Setelah

mendapatkan masalah-masalah tersebut diatas, diskusi dilanjutkan

untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalahnya. Dengan

memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah maka suatu

tindakan dapat dikembangkan.

b. Identifikasi Siswa

Proses identifikasi siswa dilakukan untuk menemukan siswa

yang hasil belajarnya bagus dan siswa yang aktif serta pasif dalam

belajar melalui serangkaian kegiatan pengumpulan data.

c. Pelaksanaan Solusi Masalah


Solusi untuk mengatasi permasalahan dalam meningkatkan

hasil belajar dan keaktifan siswa adalan dengan pendekatan

kontekstual dengan beberapa model pembelajaran kooperatif.

3) Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran

Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, tetapi tindakan

tidak bersifat resentatif, sementara, flexibel, dan siap diubah sesuai dengan

keadaan yang ada sebagai usaha ke arah perbaikan. Pada tahap ini, peneliti

melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas sesuai tindakan-tindakan yang

direncanakan. Pada penelitian ini direncanakan selama 3 bulan dengan 3

putaran.

4) Observasi dan Monitoring

Observasi dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak dari

tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada waktu

observasi dilakukan observer mengamati proses pembelajaran dan

menyimpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses

pembelajaran tersebut baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi

kelas. Perlu diingat observer hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar

bukan memberikan penilaian.

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan dibekali pedoman

observasi dan catatan lapangan. Observasi yang dilakukan peneliti dengan

bekal pedoman observasi yaitu mencatat semua kegiatan guru dari

pendahuluan, pengembangan, penerapan, penutup serta menuliskan


keterangan tambahan yang belum terjaring, seperti inisiatif dan reaksi baru

dari guru maupun siswa, situasi kelas dan kendala tindakan, serta

memberikan kesempulan dan saran secara umum dari tindakan yang

dilakukan. Waktu observasi disesuaikan dengan jam pelajaran pada jadwal

pelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 2 Karasura.

5) Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau

kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara. Pelaksanaan refleksi ini

adalah berupa diskusi yang dilakukan peneliti dan guru matematika untuk

memberi makna, menerangkan dan menyimpulkan, menelan hasil tindakan

yang telah dilakukan. Pada tahap tindakan ini terfokus pada pembuatan

dan revisi program tindakan yang telah dilaksanakan di kelas setiap akhir

putaran penelitian. Jika ada hal-hal yang mendesak dan perlu penanganan

segera, kegiatan refleksi dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

6) Evaluasi

Kagiatan ini sebagai proses pengumpulan data, mengolah data,

dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan

keputusan tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti

peningkatan keaktivan siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika yang terjadi setelah dilaksanakan serangkaian tindakan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Pokok
Metode pokok adalah metode utama yang digunakan dalam

pengumpulan data yang kemudian diolah dan dianalisis. Metode pokok

sdalam penelitian ini adalah observasi dan tes.

a. Metode Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto,

1998:28). Teknik observasi digunakan untuk mengamati siswa dalan

interaksi pelajaran Matematika. Metode Observasi dalam penelitian ini

adalah mengamati secara langsung dengan teliti, cermat dan hati-hati

terhadap fenomena yang terjadi pada saat pembelajaran Matematika

Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura.

b. Metode Test

Metode test adalah cara pengumpulan data yang

menghadapkan sejumlah pertanyaan kepada subyek penelitian

(Budiyono, 2003:54). Teknis test digunakan untuk mendapatkan data

nilai hasil belajar matematika sebelum dan sesudah penelitian.

2. Metode Bantu

Metode bantu dalam penelitian adalah berupa metode catatan

lapangan dan dokumentasi.

a. Metode Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam

penelitian kualitatif. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang


apa yang dilihat, didengar, dialami dan dipikirkan dalam rangka

pengunpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitiam

kualitatif. Dalam hal ini catatan digunakan untuk mencatat kejadian-

kejadian penting yang muncul pada saat proses pembelajaran

matematika berlangsung.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto, 2002:206). Dokumentasi

yang digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identitas sekolah

antara lain seperti nama siswa, nomor induk siswa, dengan melihat

dokumentasi yang ada dalam sekolah.

G. Instrumen Penelitian

1. Definisi Operasional Istilah

a) Pendekatan Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

b) Strategi Pembelajaran menururut Groppper (1990) adalah pemilihan

atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah


laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan

belajarnya harus dapat dipraktikkan.

c) Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang

dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

d) Keaktivan adalah keberanian siswa untuk bertanya, keberanian siswa

untuk maju ke depan, dan keaktivan siswa untuk mengerjakan latihan

soal pada waktu pembelajaran matematika.

e) Hasil Belajar Matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika yang menunjukkan

kecakapan siswa dalam penguasaan materi matematika yang telah

disampaikan guru di sekolah dalam kurun waktu yang dinyatakan

dalam bentuk simbol, angka, maupun huruf.

2. Observasi

Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, peneliti menggunakan

observasi berbentuk observasi partisipatif penuh. Observasi pertisipatif

adalah suatu observasi yang pengamatnya (observer) ikut ambil bagian

kegiatan obyeknya (observee). Keterlibatan observer pada aktivitas

observee dalam bentuk kegiatan dibedakan menjadi:

a. Partisipatif sebagian yaitu suatu proses kegiatan yang berantai,

observer hanya mengambil sebagian yang dianggap perlu dilakukan

pengamatan.
b. Partisipatif penuh yaitu pengamat selalu mengambil bagian dengan

melibatkan didalamnya dari serangkaian proses tanpa melihat mana

moment-moment yang dianggap penting dan kurang penting. Hal ini

bertujuan untuk mengamati tingkah laku siswa secara langsung, saat

proses belajar mengajar di dalam kelas.

3. Test

Metode test ini digunakan sebagai instrument penelitian untuk

pengumpulan data berupa pre-test dan post-test sehingga dapat diketahui

data mengenai hasil belajar siswa. Perangkat test yaitu test uraian dengan

alternative jawaban, jawaban yang benar diberi skor dan yang salah diberi

skor nol.

4. Validitas Isi Instrument

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan

pada penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang

diisi dari segi test itu sendiri sebagai alat pengukuran hasil belajar yaitu

sejauh mana test belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik,

isinya telah dapat mewakili keseluruhan materi pelajaran yang telah

diberikan.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan metode alur yaitu data


dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan selama, proses

pembelajaran dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses

penyusunan laporan. Teknik analisis data yang terdiri atas tiga alur

kegiatan berlangsung secara bersamaan. Menurut Miler dan Huberman

(1992:15-20), alur yang dilalui meliputi reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data adalah kegiatan

pemilihan data, penyederhanaan data, serta transformasi data kasar dari

catatan lapangan.

Hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam

suatu kegiatan tertentu. Penyajian data berupa sekumpulan informasi

dalam bentuk naratif yang disusun, diatur, diringkas dalam bentuk

kategori-kategori sehingga mudah dipahami maknanya. Penarikan

kesimpulan dilakukan secara bertahap, yaitu dari kumpulan makna setiap

kategori dikumpulkan sementara, kemudian diadakan verifikasi untuk

memperoleh kesimpulan yang kokoh dengan cara diskusi bersama dengan

mitra kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Djunaidi, Much. 2002. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Jurnal UMS.


Evandari Puspito. 2005. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Struktural Tipe NHT Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa.
Skripsi UMS (Tidak Diterbitkan).

Haryanto. 2006. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui


Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Dengan Optimalisasi Sajian Visual Di
SMA Ngawi Kelas X Semester 2. Skripsi UMS (Tidak Diterbitkan).

Hermawati, Feriyani. 2005. Implementasi Teaching and Learning (CTL) Pokok


Bahasan Pengukuran di SD Negeri Mantingan 04 Kelas VI. Skripsi UMS
(Tidak Diterbitkan).

Hidayat, Arifin. 2007. Matematika SMP Kelas VIII. Surakarta: Amanda.

Lexi. J. Moleong. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Karya
Indonesia.

Nasution. 1995. Diduktif dan Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

------------ 2001. Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Ngalim, Abdul. 2002. Kontribusi Aktivitas Perkulihan Terhadap Kemampuan


Pengembangan Paragraf Mahasiswa Fakultas Ekonomi Surakarta.:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sujatmiko, Ponco. 2005. Peningkatan Keterampilan Mengajar Mahasiswa


Melalui Latihan Mengajar “Pembelajaran Kontekstual” dalam
KelompokBelajar Gotong Royong Pada Mata Kuliah Micro Teaching.
Artikel UMS.

Notonegoro, Sutratinah. 1994. Penilaian Hasil Belajar Matematika.


Surabaya:Usaha Nasional.
Nur’aini, Siti. 2003. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Topik
Statistika Di Kelas II SLTP Islam Boyolali. Skripsi UMS
(TidakDiterbitkan).

Oemar Hamalik. 1994. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.Bandung:


Remaja Karya.

Purwodarminto. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.


Sriyono, Dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka

Suharsini, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek . Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar


Baru Algesindo.

Sutama, 2000. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Matematika


UntukPembenahan Gaya Mengajar Guru di SLTPN 18 Surakarta. Tesis.
Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UNY.

Suwarna, Dkk. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.


Yogyakarta: Ditjen Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Winataputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Tampomas, Husein. 2005. Matematika SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudhistira.

Thabrani, Abdullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL

STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIVAN SISWA DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA

Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1


Pendidikan Matematika

Oleh :

LINDA HERLIANA SARI


A 410 050 230

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2007

Anda mungkin juga menyukai