Anda di halaman 1dari 15

BAB I

1.1 Latar belakang Kondom merupakan alat kontrasepsi yang lazim digunakan oleh masyarakat umum sebelum melakukan hubungan intim (seks). Namun, dibalik penggunaan kondom banyak kontroversi yang menyertainya perjalanan pemasarannya. Anjuran penggunaan alat kontrasepsi sebagai pengaman dalam melakukan hubungan intim (seksual), malah dianggap melegalkan seks bebas di kalangan masyarakat. SSL international plc (Successful Social Responsibility Lifetime) sebagai produsen kondom Durex memiliki tanggung jawab moral dalam memasarkan produk mereka. Kondom banyak ditentang karena mengindikasikan peningkatan seks bebas di kalangan masyarakat. Namun, di sisi lain kondom mempunyai tujuan yang positif, antara lain mencegah penularan penyakit HIV-AIDS dan berbagai macam penyakit kelamin. Oleh karena itu, SSL melakukan etika bisnis sebagai bentuk tanggung jawab moral perusahaan dari produk kondom yang mereka produksi. 1.2 Rumusan masalah Bagaimanakah tanggung jawab etika bisnis dari perusahaan SSL dalam memasarkan produk mereka? Bagaimana respon masyarakat terhadap etika bisnis yang diterapkan? 1.3 Konsep

BAB II

2.1 Sejarah Berdiri Pada tahun 1915, LA Jackson mendirikan London Rubber Company Ltd (LRC) dengan menjual produk berupa kondom impor dan kebutuhan tukang cukur. Pada tahun 1929 perusahaan tersebut mendaftarkan sebuah merek yaitu Durex yaitu nama yang merupakan singkatan dari DUrability, Reliability & EXcellence namun oleh orang-orang sering disalah artikan sebagai DURable latex. Pada tahun 1930an LRC membuat kondom pertama yang menggunakan teknologi liquid latex dipping terkini dan pada tahun 1953 pengujian elektronik telah diperkenalkan dan masuk menjadi bagian dari proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kualitas tiap-tiap kondom yang diproduksi. Dengan inovasi yang membentuk kondom kedalam pasar global, LRC merupakan perusahaan yang pertama kali mengeluarkan anatomically shaped condom pada tahun 1969 dan pada tahun 1974 memproduksi spermicidally lubricated atau kondom berpelumas. Dengan meningkatnya kesadaran dan kewaspadaan atas bahaya AIDS dan HIV pada sekitar tahun 1980an membuat distribusi kondom mengarah pada bar, toko - toko pojok, serta supermarket. Pada tahun 1985 London Rubber Company merubah namanya menjadi London International Group plc. Pada tahun 1980an sampai 1990an, Durex membawa inovasi kondom baru seperti Avanti yang terbuat dari bahan polyurethane yang anti bau serta melipatgandakan daya latex alami; Extra Safe, Elite, Select, Improve Ribbed, Ultra Strong and Comfort. Pada tahun 1998 semua kondom telah diberi tanda quality control ketika dijual di Uni Eropa. Durex adalah kondom pertama yang disetiap produknya diberi tanda lulus quality control. Sejarah SSL International

Merek Durex adalah hak milik dari sebuah perusahaan multinasional yang bernama SSL International. SSL International plc adalah hasil dua back-to-back merger yaitu Seton Healthcare plc dan scholl plc pada July 1998 yang membentuk Seton Scholl Healthcare plc dan London International Group plc pada bulan Mei 1999 . Sebagai hasilnya, SSL adalah campuran dari consumer dan medical brands dan mulai melakukan reposisi strategi yang memfokuskan kedalam produk non inti dan merk. Pada bulan November 2007 perusahaan asal Inggris ini membeli sebuah perusahaan Australia bernama Orthaheel, lalu di bulan November 2008 SSL International Plc juga mengakuisisi perusahaan kondom asal Swiss, Crest Condoms1. SSL merupakan suatu bisnis perawatan kesehatan multinasional yang memproduksi merek-merek terkenal termasuk kondom Durex, produk perawatan kaki dan alas kaki Scholl, sarung tangan rumah tangga Marigold dan sejumlah produk konsumen yang biasa ditemui di counter toko. SSL saat ini memposisikan untuk mengeksploitasi potensi dari merk-merknya serta memfokuskannya kedalam perkembangan dan pertumbuhan merk-merk tersebut. 2.2 Durex masa kini Kondom Durex saat ini telah menjadi kondom yang terkenal di dunia. Dengan menguasai seperempat pasar dunia yaitu 26 persen dari keseluruhan empat milyar pasar kondom membuat durex menjadi market leader2. Kondom Durex dijual di 150 negara di seluruh dunia dengan 17 pabrik baik yang merupakan milik sendiri sepenuhnya atau yang merupakan kerjasama dengan pihak lain, di delapan negara dan memiliki kantor di 35 negara3 dimana dalam per tahunnya pabrik-pabrik tersebut dapat menghasilkan sekitar satu milyar produk kondom. Durex juga menjadi merk nomor 1 di negara asalnya Inggris dan menjadi merk terlaris kedua di Amerika Serikat4. Perusahaan multinasional ini dipimpin oleh seorang CEO yang bernama Garry Watts. Di Indonesia sendiri juga terdapat cabang perusahaan multinasional ini, cabangnya ada di Jakarta dan bernama SSL Healthcare Indonesia. Kesuksesan Durex dalam dunia perkondoman dikarenakan pencapaian-pencapaiannya yang spektakuler yaitu dengan menjadi pembuat kondom berpelumas pertama, kemudian kondom anatomis pertama, serta kondom non-lateks pertama. Selain dengan inovasi-inovasinya Durex dikenal sebagai merk premium dalam hal kualitas, kehandalan, serta ketahanan produknya. Kondom Durex dibuat dari lateks alamiah berkualitas terbaik. Oleh karena itu, bahkan sebelum
1 http:// www.wikipedia.com/SSL_international/history 2 www.durex.com/id 3 http://www.durex.com/ID/durexHistory.asp?intMenuOpen 4 http://en.wikipedia.org/wiki/Durex

lateks tersebut mencapai pabrik, lateks yang akan digunakan harus menjalani pengujian kontrol kualitas menyeluruh untuk memastikan bahwa bahan ini sesuai dengan spesifikasi ketat dari SSL Internasional (pembuat Durex). Setelah lateks tersebut lolos pengujian kontrol kualitas, lateks tersebut diproses menjadi bentuk yang dapat digunakan. Karena lateks merupakan bahan alami (sangat mirip dengan susu dalam banyak sifat fisiknya), bahan ini dapat menjadi rusak atau menjadi asam. Pemantap, pengawet, dan agen-agen vulkanisasi ditambahkan dan lateks dicek kembali untuk kualitas dan konsistensinya. Proses ini dikenal sebagai persenyawaan (compounding). Hasil dari bertahun-tahun penelitian dan pengembangan telah menghasilkan senyawa unik ini yang akan memastikan bahwa semua kondom Durex memiliki kombinasi antara kehandalan dan kualitas rendah alergi yang telah terbukti. Tahap kedua dalam pembuatan kondom adalah pencelupan (dipping). Senyawa lateks dimasukkan ke dalam tangki-tangki dengan kontrol suhu. Serangkaian pencetak kaca dalam satu jalur panjang tak terputus dicelupkan ke dalamnya. Pada saat pencetak tersebut dicelupkan secara hati-hati ke dalam tangki, pencetak tersebut terlapisi suatu lapisan lateks yang hampir tak terlihat. Selubung lateks ini kemudian dikeringkan dengan menggunakan udara yang telah disaring untuk mencegah kontaminasi atmosfer. Setelah kering, pencetak dicelupkan sekali lagi dan dikeringkan lagi. Pada akhir dari proses pencelupan, ujung terbuka dari kondom yang baru terbentuk digulung untuk membentuk sebuah pinggiran atau bead. Kondom yang saat itu masih berada di atas pencetaknya kemudian dilewatkan melalui sebuah oven untuk memvulkanisasi lateks. Sebelum kondom dilepas dari pencetaknya dengan menggunakan semprotan air bertekanan tinggi, kondom tersebut menjalani sebuah proses perendaman untuk melonggarkan kondom dari pencetaknya. Kondom kemudian dikeringkan. Meskipun kondom Durex sekarang siap untuk dipaketkan, kondom tidak akan dapat mencapai tahap pengemasan tersebut sebelum menjalani suatu rangkaian pengujian yang terdiri dari lima pengujian ketat. Kepatuhan terhadap standard kualitas yang tinggi ini telah membuat Durex menjadi merek kondom terkenal di dunia saat ini. Dengan produk semacam kondom, dimana kualitas sangat penting bagi pemakainya, maka sangat penting bahwa setiap upaya dilakukan untuk memastikan kesempurnaan dan kehandalan setiap kondom yang dipasarkan. Selain diuji dengan pengujianpengujian yang diharuskan oleh standard nasional dan internasional, kondom Durex juga diuji secara elektronik. Pengujian ini mengharuskan kondom direntangkan di atas sebuah pencetak logam dan dikenai tegangan tinggi. Setiap robekan dalam lapisan kondom diukur dan setiap kerusakan kecil, bahkan yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh mata manusia, akan menyebabkan kondom tersebut langsung ditolak. Mungkin pengujian yang paling menakjubkan adalah Uji Penggembungan dengan Udara. Pengujian yang dilakukan setiap hari pada sampel

yang diambil dari masing-masing batch kondom Durex ini menguji elastisitas dan kekuatan kondom. Dalam pengujian ini, kondom Durex diisi dengan udara sampai mencapai titik letus. Umumnya, sebuah kondom Durex dapat menahan sekitar 40 liter udara, sama dengan 9 galon air, sebelum meletus. Segera setelah pengujian elektronik selesai, sampel Kontrol Kualitas diambil dari setiap batch, diisi dengan 300 ml air dan direndam selama 3 menit. Setelah itu, sampel diperiksa untuk melihat kebocoran cairan ukuran kecil dengan menggulungnya di atas kertas hisap. Jika lebih dari sejumlah kecil sampel memperlihatkan kerusakan maka seluruh batch tersebut akan ditolak dan disisihkan. Sampel tambahan juga diuji untuk ukuran dan ketebalannya. Sampel juga diuji untuk ketahanan terhadap kekuatan fisik. Beberapa sampel ini dibuat aus secara buatan pada suhu yang ditingkatkan sebagai suatu kepastian uji bahwa kondom tetap berkualitas pada akhir masa simpan produksi 5 tahunnya. Strategi dari perusahaan adalah dengan memfokuskan pada: Consumer insight-led innovation : yaitu dengan menyadari akan pentingnya inovasi dalam strategi pertumbuhan produk dan melihat jangka panjang dari inovasi tersebut akan berkembang di masa mendatang Cutting edge advertising : mensupport peluncuran produk baru dengan melihat target pasar yang efektif. Iklan adalah kunci daari keberhasilan untuk mengarahkan konsumen dan membantu distribusi produk Efficient business practices : meningkatkan proses bisnis diseluruh area bisinis akan membantu menemukan kebutuhan konsumen ketika mengontrol biaya produksi Training and development of our people : melatih para karyawan perusahaan guna meningkatkan mutu dan kualitas kerja Selain itu Durex juga menerapkan nilai-nilai dalam perusahaannya seperti social responsibility yaitu dengan turut serta bekerjasama dengan World Health Organization, UNAIDS, dan United Nations Population Fund dalam upayanya mencegah dan memerangi HIV dan AIDS.

2.3 ETIKA BISNIS 2.3.1 Prinsip Etika Bisnis

1. Utilitarianism a. SSL International memberikan jaminan bagi para penggunanya dengan menghadirkan produk DUREX sebagai alat kontrasepsi yang terjamin aman. Dengan mengadakan penelitian serta riset yang membuktikan jaminan bahwa kondom DUREX dapat memberikan jaminan kesehatan, aman dipakai, serta meminimalisir resiko yang dapat diperoleh melalui hubungan seks. b. Di sisi lain, dengan memberikan jaminan serta menciptakan berbagai varian alat kontrasepsi , memberikan stigma bagi masyarakat bahwa kodom DUREX dapat memberikan jaminan keamanan secara 100%. Padahal, jaminan hanya sekitar 97%. Selain itu, masyarakat berpikir bahwa resiko dari free sex dapat dihindarkan dengan menggunakan kondom. Hal ini memungkinkan meningkatnya akses konsumsi kondom, tidak hanya sesuai batas penggunanya, yang seharusnya kalangan masyarakat dewasa. 2. Rights and Duties a. DUREX network b. REACH (Regristration, Evaluation, Authorisation, and Restriction of Chemicals) dengan Uni Eropa. 3. Justice and Fairness 4. Ethics of Care a. Pasar mengurus keseluruhan rantai distribusi bahan baku, perkiraan penyedia barang dari pihak ketiga, proses produksi, distribusi kepada konsumen, serta pertanggungjawaban dan komunikasi yang efektif terhadap konsumen. b. Tempat Kerja memberikan reward kepada para pekerja, komunikasi serta pengembangan (tunjangan kesehatan serta keamanan kerja). c. Komunitas berhubungan dengan kegiatan sosial yang dilakukan SSL kepada masyarakat global dab komunitas lokal. Contohnya, seperti kegiatan Durex Network yang menjalin kerjasama dengan komunitas kesehatan skala lokal,nasional, dan global. d. Lingkungan merujuk kepada komitmen SSL untuk memberikan perhatian serta partisipasi dalam pembangunan berkelanjutan terhadap lingkungan.

2.3.2 Excusing terjadi karena di luar kontrol manusia (aktor bisnis internasional) 1. Ignorance 2. Inability 3. Active Involvement 4. Seriousness of Wrong Perusahaan SSL dalam memasarkan produk Durex melakukan sebuah excusing yaitu Seriousness of Wrong. Produk Durex (kondom) memang bukan suatu hal/barang yang berbahaya namun excusing dalam hal ini dilihat dari bagaimana produk tersebut mempengaruhi masyarakat. Tujuan yang diberikan oleh produk ini adalah memberikan keamanan dan kenyamanan pada saat melakukan hubungan intim (safe and comfort zone). Namun karena produk tersebut menjamin keamanan maka secara tidak langsung menyatakan bahwa hubungan seks bebas itu aman jika menggunakan kondom. Disitulah letak berbahayanya. Berbahaya dalam artian norma masyarakat. Produksi kondom menjadi sebuah sarana pelegalan hubungan seks bebas dan hal itu bagi sebagian besar masyarakat dianggap salah. Bagi para pekerja atau pelaku bisnis dalam perusahaan SSL, memproduksi Durex adalah suatu hal yang benar sekaligus salah. Benar, karena dapat mencegah berbagai penyakit seksual terutama HIV AIDS. Salah, karena dengan begitu para pebisnis tersebut membenarkan seks bebas (mereka dihadapkan kepada norma masyarakat dan pada norma hati nurani). Excusing lainnya yang mungkin terjadi dalam pemasaran produk Durex adalah Ignorance. Di beberapa wilayah/negara, isu mengenai seks dan segala hal yang berhubungan dengan seks adalah hal yang sangat tabu dan tidak boleh diperbincangkan secara terangterangan. Oleh karena itu Durex harus memasarkan produknya secara diam-diam. Tidak jarang harus melalui proses penggelapan barang. Excusing yang ketiga adalah Active Involvement. Pada suatu kasus, produksi kondom yang gagal memenuhi standar dialihkan menjadi bahan untuk membuat produk lainnya. Misalnya, bahan dasar untuk membuat karet rambut. Staff atau pekerja dalam perusahaan tersebut mengetahui penyalahgunaan distribusi tersebut (seharusnya barang yang gagal memenuhi standar dibuang atau dibuat ulang/kembali menjadi bahan dasar kondom) tidak melaporkannya karena tugas dari para staff tersebut

hanyalah mendistribusikannya saja. 2.3.3 Dilema Etika Bagaimanapun juga di dalam bisnis sebenarnya juga mengenal yang namanya etika. Namun, dibalik dunia bisnis yang profitable ini ternyata seringkali juga ditemukan adanya penyimpangan etika atau sering disebut dengan dilemma etika bisnis. Yang biasanya mempunyai dilemma cukup banyak adalah bisnis yang banyak menuai kontroversi dari masyarakat. Contohnya seperti bisnis senjata, bisnis minuman alkohol, bisnis alat kontrasepsi, bisnis rokok, dan sebagainya. Dalam makalah ini kami akan menganalisis contoh kasus bisnis perusahaan kondom merek durex, bagaimana dilemma etika bisnis yang dihadapi perusahaan ini dan bagaimana perusahaan ini berusaha memenuhi hal tersebut. Dan seperti yang telah kita pelajari ada beberapa poin yang menjadi dilemma etika bisnis yaitu : perusahaan beroperasi lebih dari 1 negara, kemungkinan untuk memanipulasi pajak dan fiskal, transfer teknologi baru, perbedaan aturan dan standar di berbagai negara. Berikut hasil analisis kami mengenai dilemma pemenuhan etika oleh perusahaan multinasional SSL international plc khususnya untuk produk utamanya, kondom merek durex. Perusahaaan beroperasi lebih dari 1 negara Durex dipasarkan di berbagai negara, sekitar 150 negara di belahan dunia. Dengan banyaknya perusahaan yang tersebar di seluruh dunia menyebabkan persaingan bisnis yang sangat kompetitif satu sama lain. Sehingga pemimpin perusahaan tersebut sulit untuk melakukan koordinasi langsung di setiap negara. Karena kesulitan inilah di setiap cabang perusahaan ada pimpinan cabang, namun tidak semua pimpinan cabang mempunyai persepsi yang sama dalam menjalankan perusahaan. Sehingga terkadang bisa terjadi missed communication antara induk perusahaan dan cabang perusahaan. Di 150 negara tersebut tidak semuanya cabang perusahaan ini berhasil. Di beberapa negara yang modern dan terbuka yang bisa berhasil memenuhi targetnya. Contohnya : Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, China, India, dan sebagian besar negara di Eropa. Kemungkinan untuk memanipulasi pemenuhan pajak dan fiskal. Penjualan kondom Durex di tahun 2008 meningkat sebesar 8,4 % menjadi 185.5 million5. Ekspansi jaringan distribusi produk kondom ke China dan Eropa Timur inilah
5 Berdasarkan data dari SSL web business review penjualan 185.5 million adalah hasil penjualan kondom durex saja, belum termasuk produk produk merek durex yang lainnya.

yang dapat memungkinkan penjualan Durex mencapai target perusahaan. Karena kami juga menemukan data bahwa pengguna kondom di belahan dunia diperkirakan mencapai 6 9 juta kondom setiap tahun6, bisnis ini bisa menjadi bisnis kompetitif karena keuntungannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang kami temukan, pada tahun 2008 net income yang diterima oleh SSL sebesar 41.3 million7. Sedangkan menurut laporan tahunan dari SSL sendiri total penjualan seluruh produk mereka sebesar 533.9 million. Biaya operasional produksi yang dikeluarkan sebesar 74.6 million. Pajak yang ditanggung perusahaan atau tax ratenya adalah 28%. Dari data yang ada kami menyimpulkan bahwa untuk produk utamanya yaitu kondom durex tidak ditemukan adanya penyelewengan pajak. Sebuah perusahaan besar etikanya tidak menyelewengkan pajak karena pajak yang diberikan pasti sangat besar dan banyak diperlukan oleh pemerintah.

Adjusted to constant foreign currency exchange rates and including 100 per cent of the China Durex business 31 Mar 2008 Durex Scholl footcare Scholl footwear Locally owned brands Total branded consumer Other m 217.7 113.6 76.1 71.4 478.8 55.1 Mar 2007 m 199.0 103.2 69.2 73.1 444.5 54.8 Growth % 9.4 10.1 10.0 (2.3) 7.7 0.5 6.9

Total sales 533.9 499.3 Source: SSL Web Business review.pdf, from www.ssl-international.com

Transfer teknologi baru Untuk menerima teknologi baru perusahaan mempunyai tantangan bagaimana memperkenalkan produk barunya tersebut kepada konsumen dengan tepat. Jika perusahaan tidak mengenalkan penggunaan teknologi baru itu dengan tepat, dapat menyebabkan salah persepsi dari konsumen. Contohnya saja anak muda di Indonesia yang tahu bagaimana cara menggunakan kondom hanya ada 27%. Penggunaan kondom

Mark Mohan, Group Finance Director SSL International Plc. 31 maret 2008 6 http://www.salon.com/rubber-match by Andrew Leonard 7http:// www.wikipedia.com/SSL_international

juga banyak disalah artikan, buktinya dengan peningkatan terjadinya seks bebas dalam kasus prostitusi ataupun seks pra-nikah. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya tujuan produk ini untuk mencegah penularan penyakit HIV AIDS, dan untuk alat kontrasepsi sebagai salah satu program keluarga berencana. Tetapi perusahaaan tidak terlalu mempedulikan hal itu yang terpenting produk mereka laku keras di pasaran sehingga keuntungan yang didapat semakin besar. Bahkan sekarang publikasi produk kondom merek durex sudah ada lewat online. Ada dua alamat website, www.durex.com website yang ini isinya lebih banyak mengenalkan mengenai inovasi jenis produk produk dari durex dan www.durexnetwork.org mengenai social responsibility dari durex itu sendiri. Website yang membahas mengenai inovasi produk mereka yang lebih gencar dipublikasikan karena ini merupakan salah satu srategi pemanfaatan teknologi sebagai salah satu tujuan sarana pemasaran iklan. Bisa kita simpulkan bahwa perusahaan yang memproduksi durex kurang memperhatikan etika moralitas penggunaan produknya, yaitu kondom. Ini bisa dikarenakan perusahaan memandang dunia bisnis hanya dari kacamata global, kurang memeperhatikan bahwa belum tentu di semua negara bisa menerima produk teknologi baru seperti kondom dengan cepat dan tepat. Perbedaan aturan dan standar di berbagai negara Di setiap negara mempunyai standar, kebiasaan, dan aturan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan inilah yang menjadi kendala suatu perusahaan untuk memenuhi etika bisnis. Contohnya saja di Indonesia, kebudayaan masyarakat masih mentabukan yang namanya seks. Di Indonesia diakui kurang sekali dalam pendidikan seks. Padahal, hal ini sangat penting untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, seperti bagaimana hubungan seks yang sehat dan aman, sehingga terhindar dari penyakit menular seksual ataupun untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan. Apalagi di desa, membicarakan seks saja malu apalagi untuk membeli kondom. Sehingga tidak heran jika di desa sering kita temui satu keluarga mempunyai anak lebih dari lima. Contoh lainnya misalnya di kawasan Afrika, karena kebanyakan di daerah ini adalah masyarakat yang berpendapatan rendah atau sama sekali tidak berpendapatan. Akses untuk mendapatkan pendidikan seks sangat sulit apalagi akses untuk membeli kondom. Sehingga kasus pengidap penyakit HIV/AIDS di Afrika sangat banyak jumlahnya dibanding dengan negara lainnya. Kebudayaan di Afrika juga masih tergolong belum modern, bahkan menikah di umur yang masih sangat belia, 13 tahun. Ini adalah hal

yang biasa padahal di umur belasan awal alat reproduksi masih berkembang dan belum siap sehingga rentan tertular penyakit seksual. Begitu pula dengan regulasi atau kebijakan pemerintah di setiap negara satu berbeda dengan negara lain. Maka bisnis kondom antara negara satu dengan negara lain berbeda, tidak semuanya bisa didapatkan bebas di pasaran karena seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa culture masyarakat juga mempengaruhi pemasaran suatu produk, contohnya dulu di awal Indonesia mengenal yang namanya kondom, tidak mudah untuk mendapatkannya, hanya tersedia di apotek besar dan orang yang membelipun masih canggung, tetapi sekarang seiring perkembangan zaman di Indonesia akses untuk mendapatkan kondom sudah semakin mudah. Untuk standar produk sudah ditentukan dari negara asal, bahan baku produksi juga sudah ada aturan dan syaratnya. Ini merupakan strategi perusahaan untuk menjaga kualitas produk dan kepercayaan konsumen. Untuk mengatasi dilema yang ada SSL tetap berkomitmen terus melakukan pengembangan koordinasi yang koherensif. SSL membagi bentuk koordinasi tersebut dalam empat tingkatan yaitu pasar, lingkungan kerja, lingkungan hidup, dan komunitas. Di tingkat pasar perusahaan mengutamakan kepedulian kepada konsumen dengan memberikan produk yang aman dan efektif. Maka dari itu SSL mempunyai system manajemen dan prosedur yang berkualitas dan legal. SSL juga tidak sembarangan memilih supplier bahan baku produksi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi supplier antara lain memenuhi standar kualitas, aman dan sehat, tidak melanggar kode etik dan isu HAM. Berbagai standar ini demi menjaga brand produk dan menjaga kepercayaan para konsumen untuk terus menggunakan produk dari perusahaan tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa durex adalah produk import yang asalnya dari Inggris (Uni Eropa). Durex juga telah terdaftar dalam REACH yang didirikan oleh Uni Eropa (Registration, Evaluation, Authorisation and Restriction of Chemicals) bahwa kondom durex produk yang aman untuk digunakan maupun diimpor ke luar negeri. Perusahaan multinasional ini mempekerjakan sekitar 5.350 karyawan ahli dan professional di berbagai negara. 3.460 di Asia Pasifik, 1.840 di Eropa, 50 di Amerika 8. Di tingkat lingkungan kerja perusahaan memenuhi standar human resource global yang
8 Diambil dari SSL web business review.pdf, merupakan download laporan tahunan perusahaan tersebut kepada konsumennya. www.sslinternational.com/about_ssl/corporate_responsibility

mengutamakan keamanan pekerja. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman memungkinkan menghasilkan sumber daya manusia yang berbakat, berkualitas, berkembang, jujur dan terbuka. Visi dari SSL sendiri adalah Successful, Socially responsible, Lively dengan menerapkan prisnsip ABC (Attitude-Behaviour-Culture). Komunikasi antara pekerja dan pemimpin perusahaan sangat terbuka karena perusahaan ini menginginkan feedback tidak hanya dari konsumen tetapi juga dari para pekerjanya. SSL mempunyai majalah yang dikhususkan untuk pekerjanya ( Be Inspired, Insight). Contoh bahwa perusahaan ini menerapkan strategi manajemen yang aman dan sehat : salah satu commercial office SSL di Budapest menerima The Healthy Workplace award dari kamar dagang Amerika Serikat. Selain itu SSL juga berkomitmen untuk peduli terhadap lingkungan hidup. SSL ikut berpartisipasi dalam World Environment Day bulan Juni 2007, program bertemakan perubahan iklim global ini diselsenggarakan oleh United Nations Environment Programme (UNEP). Kegiatan yang dialkukan oleh perusahaan ini antara lain : cabang di Thailand melakukan penghematan listrik dengan mematikan lampu otomatis jika pabrik kosong, cabang di India melakukan penghijauan, cabang di Redruth tidak lagi menggunakan tenaga kerja dibawah umur. Produsen kondom durex ini juga mempunyai komunitas yang kegiatannya dinamakan Durex Network. Biasanya bekerjasama dengan organisasi dan pemerintah sekitar. Program program yang didirikan oleh komunitas yang ada di dalam Durex Network antara lain : Yaari Dosti, proyek kegiatan ini adalah untuk merubah kebiasaan para pemuda di India untuk lebih menghargai persamaan gender. SSL merupakan penyumbang dana program H yang kegiatannya seputar isu penyakit seks menular seperti HIV/AIDS. Bekerjasama dengan Students Partnership Worldwide (SPW), sebagian karyawan SSL meluangkan waktu mereka untuk member pengetahuan tentang HIV/AIDS, sexual and reproductive health, environmental and educational issues. Dan terkadang juga mengunjungi lokasi yang rentan terhadap isu tersebut, seperti di Nambia dan Zimbabwe.

2.4 Kontroversi seputar kondom di masyarakat Dalam kehidupan masyarakat, banyak hal yang dan persepsi berbeda yang dapat memunculkan kontoversi antara yang pro dan kontra. Seperti tentang penggunaan kondom.

Baik secara global maupun di Indonesia secara khususnya, Durex sebagai salah satu merek dan produk dari alat kontrasepsi berupa kondom pun sempat terkena imbas dari kontorversi terhadap kondom. Secara global, seperti di India yang menganggap bila kondom terlalu mudah didapat maka kasus seks bebas dan perkosaan akan meningkat secara signifikan. 9 Bahkan di Amerika Serikat sekalipun, kontoversi didalam kalangan masyarakatnya akan produk kondom ini pun cukup menjadi perhatian yang serius, terutama mengenai strategi pemasaran yang dilakukan oleh para produsen kondom. Dengan alasan yang sama dengan masalah yang menjadi keprihatinan secara global bahwa dengan semakin mudahnya masyarakat luas mendapatkan akses untuk mendapat kondom, dikhawatirkan akan meningkatkan kasus seks bebas dan kasus perkosaan. Seperti survey yang dilakukan di Amerika Serikat yang mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 9 % dari sebuah survey tang dilakukan terhadap 1600 remaja di tingkat sekolah menengah atas terhadap permintaan kondom di Amerika Serikat.10 Di Indonesia, kontroversi terhadap kondom pun juga merupakan sebuah hal yang menjadi salah satu isu yang cukup mengkhawatirkan. Seperti kasus yang terjadi di Indonesia baru baru ini yang mengakibatkan pro dan kontra yang cukup serius di masyarakat. Ketika itu salah seorang penyanyi di Indonesia mengedarkan album barunya dengan bonus kondom di dalam kemasan albumnya. Hal ini mengundang kontroversi yang hebat karena banyak pihak menganggap bahwa dengan hal tersebut maka akan mempermudah mendapatkan kondom bahkan terhadap kalangan remaja sehingga akan menimbulkan peningkatan terhadap seks bebas di Indonesia. Padahal, tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan kondom juga sebagai salah satu pencegah penularan HIV/AIDS di Indonesia. Dengan mulai berkembangnya jaman, dan tentu pola kultur kebudayaan masyarakat Indonesia, maka kondom merupakan salah satu media pencegah yang paling sederhana. Terutama dengan meningkatnya kasus seks bebas di Indonesia. Kondom tidak bisa disebut sebagai salah satu hal yang meningkatkan kasus seks bebas dan perkosaan di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya, tapi bentuk pendidikan dan pengawasan lah yang menyebabkan hal tersebut. Dan hal inilah yang sedang diperjuangkan oleh para produsen kondom di seluruh dunia bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah kondom merupakan salah satu cara mencegah semakin tersebarnya salah satu dari banyak bentuk penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini, dan penyakit itu timbul akibat
9 http://www.condomman.com/articles/condom-use/crezendo-india-controversial-condom 10 http://query.nytimes.com/gst/fullpage.html? sec=health&res=9906E4DB1531F932A25752C0A962958260

kurangnya pendidikan dan pengawasan bukan karena kondom. Jadi seperti yang saya sebutkan diatas seperti kasus penyanyi Indonesia tersebut yaitu Julia Perez yang mengedarkan album barunya dengan bonus kondom di dalamnya mungkin memang terkesan berlebihan, tetapi tidak seharusnya kesalahan dan masalah yang ada dijustifikasikan karena adanya kondom tersebut. Karena masalah dan kontroversi yang terjadi lebih kearah etika dari sang penyanyi yang mengedarkan album tersebut. Ada sedikit fakta yang jarang diekspos dan diperlihatkan bila terjadi kontroversi mengenai masalah kondom, yaitu jurnal yang mendukung pemakaian kondom seperti dimuat New Journal of Medicine (1994) menyatakan bahwa dari uji klinis pada 245 pasangan heteroseksual dimana pasangannya mengidap HIV. Terdapat 124 pasangan yang selalu menggunakan kondom secara konsisten dalam setiap hubungan seks dan hasilnya tidak ditemukan adanya penularan HIV kepada pasangannya selama kurun waktu penelitian satu tahun. Sedang 121 pasangan lainnya tidak menggunakan kondom secara konsisten. Hasilnya ditemukan penularan HIV pada 12 orang pasangannya. Uji klinis ini memberikan bukti yang kuat bahwa kondom efektif uuntuk mencegah penularan HIV. Pendapat tentang penggunaan kondom ini diperkuat oleh US National Institute of Health yaitu dengan meneliti kondom yang terbuat dari lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya virus HIV/AIDS, hepatitis dan herpes.11

11 Radar Banjarmasin online news 6 Desember 2008

BAB III Kesimpulan Kondom Durex dijual di 150 negara di seluruh dunia dengan 17 pabrik baik yang merupakan milik sendiri sepenuhnya atau yang merupakan kerjasama dengan pihak lain, di delapan negara dan memiliki kantor di 35 negara. Kesuksesan Durex dalam dunia perkondoman dikarenakan pencapaian-pencapaiannya yang spektakuler yaitu dengan menjadi pembuat kondom berpelumas pertama, kemudian kondom anatomis pertama, serta kondom non-lateks pertama. Durex juga menerapkan nilai-nilai dalam perusahaannya seperti social responsibility yaitu dengan turut serta bekerjasama dengan World Health Organization, UNAIDS, dan United Nations Population Fund dalam upayanya mencegah dan memerangi HIV dan AIDS. Durex menerapkan prinsip etika bisnis, dimana terdiri dari 1. Utilitarianism, Durex dapat memberikan jaminan kesehatan, aman dipakai, serta meminimalisir resiko yang dapat diperoleh melalui hubungan seks. 2. Rights and Duties, dengan merealisasikan Durex Network dan REACH (Registration, Evalution, Authorisation, and Restriction of Chemicals) dengan Uni Eropa. 3. Justice and Fairness, 4. Ethics of Care, Pasar mengurus keseluruhan rantai distribusi bahan baku, perkiraan penyedia barang dari pihak ketiga, proses produksi, distribusi kepada konsumen, serta pertanggungjawaban dan komunikasi yang efektif terhadap konsumen. Tempat Kerja memberikan reward kepada para pekerja, komunikasi serta pengembangan (tunjangan kesehatan serta keamanan kerja). Komunitas berhubungan dengan kegiatan sosial yang dilakukan SSL kepada masyarakat global dab komunitas lokal. Contohnya, seperti kegiatan Durex Network yang menjalin kerjasama dengan komunitas kesehatan skala lokal,nasional, dan global. Lingkungan merujuk kepada komitmen SSL untuk memberikan perhatian serta partisipasi dalam pembangunan berkelanjutan terhadap lingkungan. Komponen dalam etika bisnis juga terjadi karena di luar kontrol manusia (aktor bisnis internasional), yakni Ignorance, Inability, Active Involvement, Seriousness of Wrong. Dilemanya, adanya perbedaan kultur sehingga setiap negara belum dapat menerima kondom, alaupun laporan keuangan SSL lengkap tetapi tidak ada angka yang kongkrit untuk membiayai pajaknya, masih banyak yang menganggap sex education itu tabu. Kontroversi, ada 2 sisi, negatifnya peningkatan prostitusi, pemerkosaan, free sex. Positifnya, berkurangnya penularan penyakit seksual, dan menekan angka aborsi.

Anda mungkin juga menyukai