Anda di halaman 1dari 20

1. Identitas Jabatan a. Nama Jabatan : PERAWAT b. Itak/kode 2.

Uraian Tugas Uraian tugas seorang perawat yaitu upaya yang dilakukan oleh seorang perawat dalam memproses bahan kerja (adanya pasien yang sakit) menjadi hasil yang berupa jasa yaitu pelayanan perawatan dan informasi dengan menggunakan perangkat kerja (suntik, gunting, senter, stetoscop,tensimeter, thermometer axila dsb) yang digunakan pada kondisi-kondisi tretentu. Peran atau tugas seorang perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidak terpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut:
1. Pemberi Perawatan Langsung (care giver); perawat memberikan

bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan.
2. Pendidik; perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada

klien dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga.
3. Pengawas Kesehatan; perawat harus melakukan home visit atau

kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.
4. Konsultan; perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam

mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
5. Kolaborasi; perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program

maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.

6. Fasilitator; perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap

pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidak pemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.
7. Penemu Kasus/Masalah; perawat mengidentifikasi masalah keamanan

secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.
8. Modifikasi Lingkungan; perawat harus dapat memodifikasi lingkungan

baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan. Care Giver : Pada peran ini perawat diharapkan mampu 1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. 2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

3. Hasil Kerja Hasil kerja adalah produk yang capai oleh suatu jabatan. Hasil kerja seorang perawat yaitu ada 2 (dua), berupa jasa pelayanan dan informasi yang diberikan kepada pasien.

a. Jasa pelayanan a) Jasa Pelayanan Keperawatan didasarkan pada pelayanan 24 jam yang diberikan oleh perawat. Ini dapat dimodifikasi melalui tingkat ketergantungan pasien. Sehingga, jasa pelayanan yang dibayarkan pasien per hari tergantung dari tingkat ketergantungan pasien. Pasien dengan tingkat ketergantungan tinggi akan berbeda dengan pasien yang memiliki tingkat ketergantungan sedang atau rendah. dan Jasa Perawat, dapat diambilkan dari prosentase dari pendapatan Jasa Pelayanan Keperawatan itu, yang kita sebut sebagai Jasa Langsung. b) Jasa Tindakan Perawatan didasarkan didasarkan pada Jasa Pelayanan yang didapat dari aktifitas keperawatan yang spesifik dan mandiri. Terhadap hal ini, kita membutuhkan standar baku bahasa intervensi keperawatan sehingga tidak menimbulkan tanda tanya bagi profesi lain. b. Sistem Informasi Sumber Daya Keperawatan

INPUT

PROSES

OUTPU T

Sistem informasi sumber daya manusia keperawatan (nursing human resources information system) memberikan informasi kepada Subsistem
Subsistem perencana seluruh manajer di rumah sakit yang berkaitan dengan sumber daya Subsistem an tenaga kep. an Subsistem transaksi Gambar berikut (gambar 1) adalah rancangan pengembangan rekruitme sistem informasi sumber daya manusia keperawatan di rumah sakit. n& seleksi Subsistem pengelola Basi an tenaga kep. s an tenaga pemroses manusia keperawatan (MCLeod, J.R., Schell, J.P., 2008).

Sumbersumber internal

Sumbersumber lingkung an

Subsistem intelegens i SDM Kep.

Dat a NHR IS

Subsistem Kompensa si Subsistem pengemba ng an karir Subsistem pelaporan lingkunga n

P E N G G U N A

Subsistem riset SDM Kep.

Gambar 1. Bagan Arus Data Menjadi Informasi untuk Sistem Informasi Sumber Daya Keperawatan Rumah Sakit 1. Input Data input diperoleh dari sumber-sumber internal yang berupa sistem pemrosesan transaksi dan sistem riset sumber daya manusia keperawatan yang melakukan studi-studi khusus pada sumber daya manusia (MCLeod, J.R., Schell, J.P., 2008). Data input yang lain diperoleh dari sumber-sumber lingkungan yang mengandung permasalahan-permasalahan SDM yang berupa sistem pemrosesan transaksi, sistem riset sumber daya manusia keperawatan yang melakukan studi-studi khusus pada sumber daya manusia, dan sistem intelegensi sumber daya manusia keperawatan (MCLeod, J.R., Schell, J.P., 2008).

Pengumpulan data awal ini dapat diperoleh sejak awal rumah sakit berdiri maupun pada saat proses berlangsungnya kegiatan rumah sakit, kemudian data-data yang diperlukan didokumentasikan kedalam sebuah database. Kita harus bisa mendefinisikan tujuan akhir dari informasi yang hendak kita buat. Pihak manajemen puncak (eksekutif) harus memberikan pedoman kepada pihak manajemen informasi untuk membuat sebuah sistem informasi yang dikehendaki. Setelah itu, pihak manajemen informasi dapat memutuskan untuk mengumpulkan data yang seperti apa untuk dapat menghasilkan informasi seperti yang diharapkan oleh pihak eksekutif. 2. Proses Proses pengolahan data menjadi informasi terjadi suatu kegiatan didalam manajemen data. Kegiatan yang terjadi didalam manajemen data adalah sebagai berikut (Yahya, B.N., 2001): a. b. data. c. Pemeliharaan data, digunakan untuk menjamin akurasi dan Pengumpulan (pendokumentasian) data. Pengujian data, digunakan supaya tidak terjadi inkonsistensi

kemutakhiran data. d. Keamanan data, berfungsi untuk menghindari kerusakan serta

penyalahgunaan data. e. Pengambilan data, ini bisa dalam bentuk laporan, digunakan

untuk memudahkan pengolahan data yang lain. Proses pengolahan data menjadi suatu informasi memerlukan proses khusus dengan menggunakan metode perhitungan yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Kita harus mengetahui keiniginan informasi dari pihak eksekutif, sehingga pengolahan data yang ada dapat menimbulkan cost yang efektif dan efisien (Yahya, B.N., 2001).

3. Output Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu diklasifikasikan berdasarkan beberapa subsistem. Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan output data menjadi 6 subsistem yaitu subsistem perencanaan tenaga keperawatan, rekruitmen dan seleksi tenaga keperawatan, a. pengelolaan tenaga keperawatan, kompensasi, pengembangan karir, dan pelaporan lingkungan. Subsistem perencanaan tenaga keperawatan. Perencanaan tenaga keperaatan merupakan suatu proses yang kompleks sehingga pelu teliti dalam menetapkan jumlah dan kualitas tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan kebutuhan tenaga di suatu unit keperawatan didasarkan pada klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian b. asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan, dan perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Subsistem rekruitmen dan seleksi tenaga keperawatan. Subsistem rekrutmen dapat berupa rekrutmen internal, rekrutmen eksternal dan alternatif rekrutmen. Subsistem personality. Proses atau tahapan seleksi yaitu penerimaan pendahuluan, tes-tes penerimaan, wawancara seleksi, evaluasi medis, dan keputusan penerimaan. seleksi terdapat kriteria yaitu pendidikan formal, pengalaman kerja, pelatihan/kursus, karakteristik fisik / personil, dan

c.

Subsistem pengelolaan tenaga keperawatan.

Subsistem pengelolaan tenaga keperawatan dapat digunakan untuk mengidentifikasi angka turn over perawat, kepuasan kerja perawat, harapan lulus ners baru, dan perencanaan karir.

d.

Subsistem kompensasi.

Subsistem ini dikembangkan untuk penetapan penghargaan untuk tenaga keperawatan dengan melalui metode ranking, metode klasifikasi jabatan, metode perbandingan faktor, metode ranking angka dan bayaran berdasarkan ketrampilan. Kriteria kompensasi dapat berupa biaya hidup, produktivitas, skala upah yang berlaku, kemampuan bayar, kompetensi dan masa kerja. Susbsistem ini juga mengandung unsur pendukung reward system yang berupa job description, performance management system, job classification, mekanisme peninjauan gaji dan perubahan gaji, merit system, bonus atau insentif, reward dan punishment system, dan survey penggajian. e. Subsistem pengembangan karir.

Subsistem pengembangan karir ada beberapa jenis yaitu training pengenalan, orientasi, pendidikan ditempat kerja, pendidikan berlanjut, training manajemen, dan pengembangan organisasi. Subsistem ini juga dikembangkan mengenai jenjang karir perawat yaitu perawat klinik I (umum), perawat klinik II (dasar), perawat klinik III (lanjut), perawat klinik IV (khusus). f. Subsistem pelaporan lingkungan.

Subsistem pelaporan lingkungan dapat berupa hasil studi-studi yang berkaitan dengan masalah-masalah sumber daya manusia keperawatan yang ada di rumah sakit. Sistem informasi manajemen sumber daya manusia keperawatan bertujuan menghasilkan informasi yang berguna untuk rumah sakit dan pengguna lainnya. Kemudahan informasi tentang sumber daya manusia keperawatan akan mempermudah dan mempercepat dalam pengambilan keputusan. 4. Bahan kerja

5. Perangkat Kerja Perangkat kerja merupakan alat atau sarana yang dibutuhkan seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Tenaga perawat sebagai tulang punggung rumah sakit membutuhkan fasilitas dalam mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Perawat lebih mudah menyelesaikan tugasnya apabila didukung dengan fasilitas yang lengkap Kelengkapan fasilitas dalam penelitian ini adalah alat-alat yang dibutuhkan perawat untuk melaksanakan dan mendukung dalam melaksanakan tugasnya. pelaksanaan tugasnya sebagai perawat seperti, alat-alat vital (Stetoscope, tensimeter, suntik, senter, gunting, dll) serta alat-alat penunjang lainnya (Jaket pengikat, alat terapi, dll). a. Stethoscope Secara sederhana dapat dikatakan alat medis bahwa untuk stethoscope merupakan

mendengarkan suara yang dihasilkan di dalam tubuh. Dalam bahasa kedokteran dikatakan bahwa stethoscope adalah sebuah instrumen yang digunakan dalam auskultasi untuk memeriksa organ dada seperti jantung dan paru-paru, dengan menyampaikannya ke telinga pemeriksa. b. Tensimeter Tensimeter atau blood pressure monitor ( BP monitor ) adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah. Penderita hipertensi membutuhkan tensimeter untuk memantau tekanan darahnya, terutama untuk mengetahui efek dari obat antihipertensi yang diminum, serta efek diet dan olah raga terhadap tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dilakukan dengan cara : a. Memompa manset yang digulungkan di lengan atas. Fungsi : menjepit pembuluh darah arteri brachial hingga tidak ada sedikit pun darah yang mengalir menuju ke lengan bawah dan jari-jari. b. Menurunkan tekanan pada manset secara perlahan hingga pembuluh darah arteri terbuka lagi dan darah dapat mengalir menuju ke lengan bawah. Tekanan dimana darah pertama kali bisa melewati jepitan manset dicatat sebagai tekanan darah sistolik. Angka ini ditulis sebagai angka pertama tekanan darah. Misal : 110/80. c. Selanjutnya tekanan pada manset terus diturunkan (dilonggarkan) hingga diameter pembuluh arteri kembali normal dan darah bebas mengalir tanpa hambatan. Tekanan dimana darah pertama kali bisa mengalir tanpa hambatan dicatat sebagai tekanan darah diastolik. Angka ini ditulis sebagai angka terakhir tekanan darah. Misal : 110/80. Karena tekanan darah kita bervariasi sepanjang hari, maka anda dianjurkan untuk mengukur tekanan darah pada waktu yang sama untuk mengetahui efek obat antihipertensi yang anda minum. Tekanan darah akan lebih tinggi pada pagi dan siang hari ketika aktivitas sehari-hari lebih banyak dan berlangsung dalam kecepatan lebih tinggi. Pada sore dan malam hari tekanan darah cenderung turun.

Ada 2 jenis tensimeter, yaitu : a. Tensimeter air raksa : merupakan tensimeter konvensional yang di luar negeri sudah tidak boleh digunakan lagi karena bahaya dari air raksa, jika sampai alat pecah dan air raksanya terpapar kulit atau saluran pernafasan.

b. Tensimeter digital : merupakan tensimeter modern yang akurat, dianjurkan untuk digunakan di rumah untuk memantau tekanan darah sehari-hari. Berbeda dengan tensimeter air raksa yang memerlukan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda tekanan sistolik dan diastolik, tensimeter digital menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya. 6. Tanggung Jawab Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan inimenunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi. Tanggung jawab atau akuntabilitas sangat penting dalam menentukan mutu kinerja perawat dan bidan. Hal ini membutuhkan proses mental untuk menjadikan Perawat bekerja secara profesional. Perawat harus waspada serta meningkatkan kinerjanya mengingat tanggung jawab dan akontabilitas berhubungan dengan kegiatan atau tindakan mereka. Mereka perlu memonitor dan mengevaluasi semua hasil pekerjaan yang telah dilakukannya, dan selalu berupaya meningkatkan serta menjaga mutu pelayanannya. Tanggung jawab tersebut antara lain : a. Menempatkan kebutuhan pasen di atas kepentingan sendiri. b. Melindungi hak pasen untuk memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas dari perawat atau bidan. c. Selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian serta menjaga perilaku dalam melaksanakan tugasnya.

Di bawah ini dapat dilihat struktur dalam melaksanakan tanggung jawab :

Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan para staf harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing perawat serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya. Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan guna memperoleh hasil pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi. Yang perlu diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas tentang uraian tugas dan spesifikasinya serta dapat dicapai berdasarkan standar yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen, dimana mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk mempertahankannya, perawat dan bidan hendaknya mampu dan selalu melakukan introspeksi serta arahan pada dirinya sendiri (self-directed), merencanakan pengembangan diri secara kreatif dan senantiasa berusaha

meningkatkan kualitas kinerjanya. Hal ini diperlukan agar mereka dapat mengidentifikasi elemen-elemen kritis untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja klinis mereka, guna memenuhi kepuasan pasen dan dirinya sendiri dalam pekerjaannya. Mencatat respon dan perkembangan pasen dengan lengkap dan benar merupakan salah satu tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugasnya. 7. Wewenang Dimana wewenang ini meliputi hak dan kewajiban pemegang jabatan untuk mengambil sikap atau tindakan tertentu.
a. Hak Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari praktik keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kekuasaan. Dua hal dasar yang harus dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak perawat yang mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum serta menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah. Selain mendapatkan perlindungan hukum secara legal, perawat berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya agar mencapai tujuan keperawatan yang maksimal. Jadi kepada klien dan keluarga yang berada dalam lingkup keperawatan tidak hanya memberikan informasi kesehatan klien kepada salah satu profesi kesehatan lainnya saja, akan tetapi perawat berhak mengakses segala informasi mengenai kesehatan klien, karena yang berhadapan langsung dengan klien tidak lain adalah perawat itu sendiri. Hak perawat yang lain yaitu melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi. Ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan dimana profesi lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi.

Perawat berhak untuk dapat memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan. b. Kewajiban Perawat Dalam melaksanakan praktik keperawatan perawat berkewajiban untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar praktek keperawatan, kode etik, dan SOP serta kebutuhan klien atau pasien dimana standar profesi, standar praktek dan kode etik tersebut ditetapkan oleh organisasi profesi dan merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan. Perawat yang melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan atau tindakan. Hal ini juga tergantung situasi, jika lingkungan kita juga tidak memungkinkan maka kita sebagai perawat dapat menerangkan alasan yang tepat. Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan karena disis lain perawat juga wajib menghormati hakhak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Perawat wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Jika dalam konteks ini memang agak membingungkan, kami hanya bisa menjelaskan seperti ini, pelaksanaan gawat darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan jiwa klien. 8. Korelasi Jabatan

9. Kondisi lingkungan kerja Sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambapan, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lainlain. Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja. A. Jenis Kondisi Kerja 1) Kondisi Fisik Dari Lingkungan Kerja Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut. Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. yang kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang lainnya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk di dalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan

macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusipolusi, ciri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja. Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut. a. Faktor-faktor lingkungan kerja meliputi :
a)

Illumination

Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna menbdapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetpai tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.
b)

Temperature

Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.

c)

Noise

Menurut newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
d)

Motion

Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
e)

Pollution

Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas. Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai.
f)

Aesthetic Factors

Menurut newstrom (1996:469-478) faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan baubauan yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya.
2) Kondisi Psikologis Dari Lingkungan Kerja

Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologi. Menurut newstrom (1996:494) Psychological conditions of the work environment that can affect work performance include feelings of privacy or crowding, the status associated with the amount or location of workspace, and the amount of control over thework environment. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.
a.

Faktor-faktor dari kondisi psikologis meliputi


a) Feeling of privacy

Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain untuk beberapaorang, sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.
b) Sense of status and impotance

Menurut Newstrom (1996: 478), para karywan tingkat bawah senang dengan desain ruang yang terbuka karena memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkomunikasi secara informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.
3) Kondisi Sementara Dari Lingkungan Kerja

Menurut Newstrom (1996:480), The temporal condition-the time structure of the work day. Some of the more flexible work schedules have developed in an effort to give workers a greater sense of control over the planning and timing of their work days

Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja. Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara meliputi:
a.

Shift

Menurut Newstrom (1996:481) dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift psore, dan shift malam. Dan berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.
b.

Compressed work weeks

Menurut Newstrom (1996:481), maksudnya adalah mengurangi jumlah hari kerja dalam seminggu, tetapi menambah jumlah jam kerja perhari. Mengurangi hari kerja dalam seminggu mempunyai dampak yang positif dari karyawan yaitu karyawan akan merasa segar kembali pada waktu bekerja karena masa liburnya lebih lama dan juga dapat mengurangi tingkat absensi dari karyawan.
c.

Flextime

Menurut Newstrom (1996:481) adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Kondisi kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih meningkat. Kondisi kerja yang baik merupakan kondisi kerja yang bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya

penerangan, maupun polusi seta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan jam kerja.
10. Resiko Bahaya

Bahaya utama untuk perawat adalah penyakit menular, cedera otot dan tulang, gangguan tidur. a. Penyakit menular Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan dengan cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine, kotoran manusia, muntahan dan lain-lain sehingga mendapat penularan. Media penularan yang sering terjadi adalah sebagai MEDIA PENULARAN Penularan melalui cairan darah Penularan melalui udara atau busa Penularan melalui kontak tubuh PENYAKIT MENULAR Hepatitis B, hepatitis C, AIDS Flu menular, TBC, SARS Penyakit kulit biasa, radang, infeksi

kulit Penularan melalui mulut(berkontak Radang infeksi perut,hepatitis A dengan cairan urine dan kotoran manusia)

b. Sakit Otot Dan Tulang

Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan menepuk-nepuk punggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluarkan tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau berulang-ulang, mudah menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang, apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka akan menambah resiko dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.
d. Gangguan Tidur

Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek, tidur kurang lelap, kesulitan tidur.

11. Syarat Jabatan Kualifikasi yang harus di penuhi pemegang jabatan untuk dapat melakukan pekerjaan atau pemangku pekerjaan sebagai perawat 12. Fungsi Pekerja

Anda mungkin juga menyukai