Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KIMIA DASAR II (RESPONSI) SEMESTER II

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

HELEN MARGARETH / 6209004 TIFFANY ARDELIEN / 6209038 DANIEL / 6209080 YOLA EVIANTI / 6209098 MELINDA IRVINA / 6209126

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Larutan adalah suatu sistem homogen dalam suatu campuran terdapat molekulmolekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-komponen

penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati. Komponen suatu larutan terdiri dari dua jenis, yaitu suatu pelarut dan zat terlarut dengan perbandingan tertentu. Pelarut merupakan komponen yang utama terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan zat terlarut terdapat dalam jumlah yang relatif kecil. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur.

Berdasarkan daya hantar listriknya (didasarkan pada daya ionisasi) , larutan terbagi menjadi dua golongan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Seorang ahli kimia dari Swedia, Svante August Arrhenius (1859 1927) menjelaskan bahwa larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion2

ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation dan anion). Hal ini dapat terjadi dikarenakan larutan elektrolit mengandung senyawa ion atau senyawa kovalen polar yang dapat terhidrolisis (bereaksi dengan air). Dalam senyawa kovalen, elektron digunakan bersama, namun jika unsur yang saling berikatan kovalen memiliki beda keelektronegatifan yang besar, elektron dari unsur yang memiliki keelektronegatifan kecil akan tertarik ke unsur yang memiliki keelektronegatifan lebih besar, sehingga terdapat serah terima elektron, ikatan kovalen seperti ini yang disebut kovalen ion atau elektrokovalen, dan yang merupakan larutan elektrolit berupa senyawa kovalen yang bersifat polar. Larutan elektrolit terbentuk dari suatu zat yang larut atau terurai kedalam bentuk ion-ion dan membuat larutan menjadi konduktor elektrik. Dikarenakan Ion merupakan atom-atom yang bermuatan elektrik, sehingga arus listrik dapat mengalir melalui ion ion tersebut. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi. Contohnya pada larutan HCl terjadi reaksi elektrolisis, larutan HCl di dalam air mengurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-). Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin. Namun HCl dalam keadaan murni berupa molekul-molekul tidak mengandung ion-ion, maka cairan HCl murni tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Larutan elektrolit sendiri diklasifikasikan menjadi dua, yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit digunakan derajat ionisasi yaitu jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu larutan. Derajat ionisasi () didapat dari perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Makin besar harga , makin kuat keelektrolitan larutan tersebut.

1.1 Elektrolit Kuat


Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar arus listrik kuat, karena zat terlarut yang berada didalam pelarut (biasanya air), seluruhnya dapat terurai menjadi ion-ion dengan harga derajat ionisasi adalah satu ( = 1) Dikarenakan banyaknya ion yang dihasilkan, larutan ini dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, (daya hantarnya kuat). Jika diuji dengan alat uji elektrolit dapat memberikan nyala lampu terang dan timbul gelembung. Persamaan reaksi ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan (reaksi irreversible). Larutan elektrolit kuat biasanya berupa larutan asam kuat, basa kuat dan garam, antara lain : Asam kuat, larutan asam kuat merupakan zat asam yang terionisasi 100% dalam larutan. Karena itu, larutan ini dapat menghasilkan ion hidrogen yang banyak untuk dapat menhantarkan listrik dengan baik. antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 . Basa kuat, larutan basa kuat merupakan zat basa yang zat terlarutnya terdisosiasi 100% menjadi ion logam dan ion hidroksida dalam larutan. Karena itu, larutan ini juga dapat menghasilkan ion hidroksida yang banyak untuk dapat menghantarkan 4

listrik dengan baikyaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, antara lain : NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 . Larutan Garam yang mempunyai kelarutan tinggi, larutan garam sendiri merupakan larutan dimana zat terlarutnya bersifat netral dan terdisosiasi menjadi ion-ion pembentuk garamnya di dalam larutan (kation dan anion). Jenis dan konsentrasi (kepekatan) suatu larutan dapat berpengaruh terhadap daya hantar listriknya, larutan garam yang termasuk elektrolit kuat terdiri dari garam yang terdisosiasi sempurna, antara lain : NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3 .

1.2 Elektrolit Lemah


Larutan elektrolit lemah adalah larutan elektrolit dimana zat yang terlarut tidak terionisasi seluruhnya dengan harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 < < 1), sehingga sifat kekonduktorannya buruk karena sedikitnya zat yang mengion atau menghantarkan arus listrik dengan daya yang lemah. Persamaan reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (reaksi bulak-balik/reversible) artinya tidak semua molekul terurai (ionisasi tidak sempurna). Jika diuji dengan alat uji elektrolit, pada proses elektrolisis, larutan elektrolit lemah memberikan nyala redup atau bahkan tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya, dikarenakan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit lemah biasanya berupa larutan asam lemah dan basa lemah,antara lain, Asam lemah, larutan asam lemah merupakan larutan asam yang tidak terionisasi seluruhnya ketika senyawa asam tersebut dilarutkan dalam air, antara lain : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S . Basa lemah, larutan basa lemah merupakan larutan basa yang tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan, antara lain : NH4OH, Ni(OH)2, Al(OH)3 . Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO4, PbI2 .

2. Larutan Non Elektrolit


Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini terbentuk dari senyawa-senyawa yang tidak terionisasi ketika larut di dalam larutan. Jika diuji dengan alat uji elektrolit, tidak akan memberikan nyala lampu dan tidak timbulnya gelembung gas. Contohnya seperti larutan gula (C12H22O11), larutan urea(CO(NH2)2), larutan alkohol (C2H5OH) etanol, larutan glukosa (C6H12O6). Zat non elektrolit dalam larutan, tidak terurai menjadi ion-ion tetapi tetap berupa molekul.

Sifat Koligatif Larutan


Sifat Koligatif Larutan
Kata koligatif berasal dari bahasa latin colligare yang berarti berkumpul bersama. Jadi, sifat koligatif larutan merupakan sifat-sifat larutan yang hanya bergantung pada pengaruh kebersamaan atau banyaknya partikel dan tidak bergantung pada sifat, jenis dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan hanya berlaku apabila larutan bersifat encer dan zat terlarutnya tidak mudah menguap sesuai dengan Hukum Raoult. Keenceran larutan penting agar jarak antar-partikel tidak terlalu dekat sehingga partikel dapat bergerak bebas. Sedangkan zat terlarut yang tidak mudah menguap dimaksudkan agar partikel zat terlarut tidak berubah ke fase gas dan mempengaruhi tekanan uap larutan. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan berdasar kelarutannya, juga berdasar daya ionisasinya menjadi dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, menyebabkan jumlah partikel zat terlarut menjadi besar. Svante August Arrhenius (1859 1927) menjelaskan bahwa larutan elektrolit mengandung atom-atom bermuatan listrik (ion-ion) yang bergerak bebas, hingga mampu untuk menghantarkan arus listrik melalui larutan. Sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu. Untuk harga konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Contoh: membandingkan jumlah partikel dan sifat koligatif larutan non-elektrolit gula dan elektrolit garam.untuk konsentrasi yang sama, jumlah partikel dalam larutan NaCl adalah dua kali lipat jumlah partikel dalam larutan non-elektrolit gula. Pengukuran menunjukkan bahwa Tf larutan NaCl tersebut 7

juga hampir dua kali lipat Tf larutan gula. Secara umum untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar dibandingkan larutan non-elektrolit, yang ditentukan berdasar faktor Vant Hoff (i).

1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh (P)


Menguap merupakan kondisi ketika molekul-molekul zat cair melepaskan diri dari permukaan cairnya dan membentuk fasa gas atau uap. Sedangkan tekanan uap jenuh adalah ukuran kecenderungan molekul-molekul cairan untuk lolos menguap. Tekanan uap jenuh zat cair murni tergantung pada kemampuan molekul zat cair meninggalkan permukaan cairan. Jika dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan pelarut, pada suhu tertentu sebagian molekul pelarut tersebut akan menguap dan memenuhi ruangan. Molekul uap yang dihasilkan menimbulkan tekanan dalam ruangan tersebut. Molekul-molekul cairan dalam fasa uap tadi, tidak selamanya tinggal sebagi fasa uap, melainkan sebagian akan kembali ke fasa cair, sampai tercapai keadaan laju perubahan menjadi gas sama dengan laju perubahan menjadi cair. Pada saat itu terjadi kesetimbangan dinamis, dan tekanan uapnya dinamakan tekanan uap jenuh, yang dinotasikan dengan P. Jika kedalam pelarut tersebut dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap hingga terbentuk larutan kemudian dibiarkan mencapai kesetimbangan pada suhu yang sama dengan suhu jenuh (kesetimbangan) pelarut murni, tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh pelarut dan larutan tersebut disebut tekanan uap jenuh larutan dan diberi notasi P. Bagaimanakah suatu zat terlarut yang tidak mudah menguap dapat menurunkan tekanan uap jenuh pelarutnya? Dalam larutan, zat terlarut mengurangi luas permukaan yang ditempati oleh molekul-molekul pelarut dan sebagai zat terlarut berada di dekat permukaan larutan. Karena zat terlarut bersifat tidak menguap, zat terlarut ini tetap berada di dalam larutan dan menghalangi gerak molekul pelarut. Akibatnya sebagian molekul pelarut yang seharusnya menguap tidak dapat menguap menjadi berkurang sehingga menyebabkan penurunan tekanan uap larutan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa penurunan tekanan uap jenuh larutan (P) merupakan selisih antara tekanan uap pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan.

Dalam kaitannya dengan komposisi larutan, pada tahun 1887 Raoult mendefinisikan hubungan antara tekanan uap suatu larutan dengan tekanan uap pelarut murninya. Bunyi hokum Raoult yaitu: Perbedaan tekanan uap suatu pelarut murni dengan tekanan uap larutan tergantung pada fraksi mol pelarutnya Karena Xp + Xzt = 1, rari pernyataan tersebut, menurut Raoult besarnya penurunan tekanan uap jenuh dirumuskan sebagai berikut:

dimana : P P Xt = penurunan tekanan uap jenuh pelarut = tekanan uap pelarut murni = fraksi mol zat terlarut

2. Penurunan Titik Beku (Tf)


Suatu larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah dibanding dengan titik beku air. Untuk mempelajari hal ini lebih lanjut perlu dipahami tentang titik beku. Yang dimaksud dengan titik beku adakah suhu pada saat fasa zat cair dan fasa padatnya berada bersama-sama (dalam kesetimbangan). Titik beku normal suatu zat cair yaitu titik beku pada tekanan 760 mmHg atau 1 atm. Misalnya air murni membeku pada suhu tetap, yaitu 0 C pada tekanan 1 atm. Penurunan titik beku sebanding dengan besarnya konsentrasi zat terlarut makin besar maka besar maka penurunan titik beku juga semakin besar. Jadi, dengan adanya zat terlarut dalam air maka titik beku air menjadi lebih kecil dari 0 C pada tekanan 1 atm. Bila kita memperhatikan pembuatan es putar, untuk memperoleh suhu yang lebih rendah dan 0 C, yaitu -3C untuk membekukan es krim, maka adonan es putar ditempatkan dalam bejana yang terendam dalam es batu dan air yang telah diberi garam 9

dapur, ketika es di campur dengan garam dapur , sebagian membentuk air garam dan es secara spontan terlarut dalam air garam, akibatnya air garam semakin banyak. Di dalam segumpal es, molekul molekul air terstruktur membentuk tatanan geometrik tertentu dan kaku. Tatanan kaku ini akan rusak dan berubah ketika ditambahkan garam, sehingga molekul molekul air selanjutnya bebas bergerak kemanapun dalam wujud cair, namun merusak sturktur pada molekul molekul es memerlukan energi, sama seperti yang di perlukan untuk meruntuhkannya sebuah bangunan. Untuk sebongkahan es yang hanya kontak dengan garam dan air, energi itu hanya dapat di peroleh kandungan panas dalam air garam. Dalam pembuatannya bejana bersamaan dengan diputar dan diaduknya bejana maka adonan es putar dalam bejana akan membeku, dimana titik beku adonan es putar tersebut beberapa derajat di bawah titik beku air murni. Hal ini terjadi karena terjadi proses perpindah kalor dari adonan es putar ke dalam campuran es batu, air dan garam dapur. Jika air murni dalam suatu wadah direndam dalam es batu dan air yang telah diberi garam, air murni tersebut akan membeku pada suhu tertentu (normalnya 0 C yang diukur pada tekanan 1 atm). Sedangkan pada suhu yang sama, adonan es belum membeku secara sempurna atau bahkan belum membeku. Adanya bahan-bahan atau zat terlarut yang ditambahkan dalam adonan es putar tersebut menghalangi gerak molekul pelarut murni untuk membeku secara normal, sehingga titik beku larutan turun (terjadi penurunan titik beku), akibatnya diperlukan suhu yang lebih rendah untuk membekukannya. Dengan demikian, jelaslah larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah dibanding dengan titik beku air. Selisih antara titik beku pelarut murni dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku larutan yang dilambangkan dengan Tf.

dimana : Tf = penurunan titik beku (0C) m Kf = molalitas larutan (m) = tetapan penurunan titik beku molal 10

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati proses terjadinya titik beku misalnya : Pembuatan es putar /es krim sendiri. Pada saat musim dingin, garam (NaCl/CaCl2) ditabur untuk mencegah pembentukan es sehingga jalan menjadi tidak licin, penambahan garam akan menurunkan titik beku sehingga es akan mencair dan mudah dibersihkan. Penambahan zat antibeku (etilena glikol) pada radiator mobil sehingga air dalam radiator mobil pada musim dingin tidak membeku sehingga mesin mobil dapat berjalan dengan baik dimusim dingin. Pada kejadian es lemon, akan lebih mudah cepat membeku dibanding jeruk karena kandungan gulanya lebih rendah. Pada proses pembekuan air laut (larutan garam), pelarut air akan membeku terlebih dahulu di permukaan membentuk gunung es. Air laut di bawah gunung es akan menjadi lebih pekat, dan titik bekunya akan menurun. Untuk proses pembekuan larutan secara umum, pembekuan seperti air laut di atas dapat berlanjut di mana kristal-kristal es terperangkap di dalamnya.larutan pekat ini akhirnya akan membeku, dan terbentuklah suatu es berkabut yang mudah pecah.

3. Kenaikan Titik Didih Larutan (Tb)


Suatu zat cair dikatakan mendidih jika tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan udara luar (diatas permukaan zat cair). Jadi, titik didih adalah temperatur tetap pada saat zat cair mendidih. Titik didih normal dari suatu zat cair ialah suhu dimana tekanan uap jenuhnya sama dengan 1 atm. Misalnya titik didih air = 100 0C, artinya pada tekanan 1 atm air mendidih pada suhu 1000 C. apabila zat cair mendidih, maka timbulnya gelembung-gelembung udara yang terbentuk secara terus-menerus diberbagai bagian dalam zat cair itu dapat diamati. Bila volume tertentu air dipanaskan pada tekanan 1 atm, maka air akan mendidih pada suhu 100 0C. suhu itu tidak berubah walaupun air tetap dipanaskan, karena kalor yang diperoleh dari pemanasan digunakan untuk merubah fase air dari cair menjadi uap air. Dengan adanya zat-zat terlarut dalam suatu zat cair, misalnya gula, urea, maka titik 11

didihnya akan naik. Kenaikan titik didih sebanding dengan besarnya konsentrasi. Semakin besar konsentrasi zat terlarut, maka kenaikan titik didih juga semakin besar, dan sebaliknya. Tekanan uap jenuh larutan yang terbentuk akan lebih rendah dari pada tekanan uap jenuh pelarut murninya (air). Agar larutan yang baru ini dapat mendidih kembali diperlukan tambahan kalor untuk membuat tekanan uap jenuhnya menyamai tekanan udara luar. Dengan demikian, larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari pelarut murninya. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni itu disebut kenaikan titik didih larutan (Tb). Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa adanya zat terlarut akan mengakibatkan kenaikan titik didih larutannya. Kenaikan titik didih larutan dirumuskan oleh Raoult sebagai berikut :

dimana : Tb = kenaikan titik didih (oC) m Kb = molalitas larutan = tetapan kenaikan titik didih molal

4. Tekanan Osmosis ()
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi lebih rendah (encer) ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi (pekat) melalui membran semi permeable yang hanya dapat ditembus oleh molekul-molekul pelarut. Contoh membran semi permeable adalah dinding sel organisme hidup dan gelatin, sedangkan Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) itu sendiri.

12

Larutan Isotonis adalah keadaan dimana jika ada dua cairan yang memiliki memiliki konsentrasi/tekanan osmotik yang sebanding maka akan tercipta keseimbangan, tidak ada perpindahan kompartemen (solute) dari satu cairan satu ke cairan yang lain. Dalam dunia medik, normal saline, merupakan cairan isotonis karena memiliki konsentrasi garam yang hampir sama dengan konsentrasi garam pada darah, cairan infus IV glukosa - NaCl (Glukosa 10%), larutan intravena digoxin. Larutan Hipotonis adalah keadaan dimana suatu larutan memiliki konsentrasi /tekanan osmotik larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain, atau suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Dalam dunia medik contoh larutan hipotonis adalah setengah normal saline (1/2 NS), glukosa pada cairan infus IV Glukosa NaCl (Glukosa 10%) adalah bersifat hipotonis, sebelum ditambahkan NaCl, Larutan sterilisasi NaCl (hipotonis 0,45%) yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan. Larutan Hipertonis adalah keadaan dimana suatu larutan memiliki konsentrasi /tekanan osmotik larutan yang lebih tinggi dari larutan yang lainnya, atau suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Dalam dunia medik lartan hipertonis dapat berupa larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat 13

hipertonis karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah, larutan intravena digoxin yang digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Menurut VANT Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal :

Karena tekanan osmotik = , maka :

dimana :

M R T

= tekanan osmotik (atmosfer) = konsentrasi larutan (mol/liter) = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK = suhu mutlak (K)

CATATAN : Dalam rumus penentuan sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan non elektrolit. Namun, untuk larutan elektrolit dikalikan dengan faktor Vant Hoff (i) ( dimana : n = jumlah kation dan anion = derajat ionisasi )

14

Penyimpangan Hukum Raoult


Larutan yang mematuhi Hukum Raoult sepenuhnya disebut larutan ideal. Pada kenyataannya, hanya larutan non-ideal yang kita temui. Oleh karena itu, penerapan Hukum Raoult merupakan suatu pendekatan selama larutan encer dan zat terlarutnya tidak mudah menguap, namun diluar dari pada itu, disebut dengan penyimpangan Hukum Raoult. Terjadinya penyimpangan disebabkan adanya ikatan antara partikel-partikel zat terlarut dengan pelarut. Jika ikatan antar partikel zat terlarut dengan pelarut cukup kuat, sulit bagi partikel pelarut untuk melepaskan diri ke fase gas. Akibatnya, tekanan uap sebenarnya lebih kecil dari perkiraan oleh Hukum Raoult. Sebaliknya, jika ikatan tersebut lemah, maka partikel pelarut mudah melepaskan diri ke fase gas. Dengan demikan, tekanan uap sebenarnya menjadi lebih besar dari yang diperkirakan.

15

Daftar Pustaka
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/jenis-jenis-larutan-danlarutan-elektrolit/ http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100130043311AAVPp0t http://kimia-asyik.blogspot.com/2009/11/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.html http://sahri.ohlog.com/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html http://bayuoevo.blogspot.com/2009/11/contoh-makalah-kimia.html http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=69&fname=kb1_2.htm http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/ http://tami-randejeneng.blog.friendster.com/ http://kimiamifkho.wordpress.com/2009/07/22/sifat-koligatif-larutan-non-elektrolit/ http://erniatisholihah.mabhak.sch.id/2009/09/15/kemolalan-sifat-koligatif-larutan/ http://www.physicsforums.com/showthread.php?t=128262 http://www.newton.dep.anl.gov/askasci/gen01/gen01672.htm http://www.facebook.com/note.php?note_id=156655475758 http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/pendahuluan-infus.html

16

Anda mungkin juga menyukai