Posted on Oktober 3, 2008 by SufiMuda Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Salah satu adab seorang murid kepada gurunya adalah tidak melawan gurunya secara lahir dan tidak menolaknya dalam batin. Orang yang durhaka secara lahir berarti meninggalkan adabnya. Orang yang menolak secara batin berarti menolak pemberiannya. Bahkan, sikap tersebut bisa menjadi permusuhan dengan gurunya. Karena itu, dia harus bisa menahan diri untuk tidak menentang guru secara lahir maupun secara batin dan banyak membaca doa: Wahai Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman terlebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hasyr: 10). Apabila melihat dari gurunya ada sesuatu yang dibenci dalam agama, hendaklah dia mencari tahu mengani hal itu dengan perumpamaan agar tidak menyebabkan gurunya kurang senang kepadanya. Manakala melihat sesuatu aib pada gurunya, hendaklah murid menutupi serat berprasangka buruk terhadap dirinya sendiri dan menakwilkan bahwa gurunya dalam batas agama. Apabila dia menemukan alas an bagi gurunya yang dibenarkan dalam agama, maka hendaklah dia memohonkan ampun untuk gurunya dan mohon agar gurunya diberi taufik, sadar, dan terpelihara. Jangan menganggap gurunya tersesat dan jangan memberitahukan hal itu kepada orang lain. Ketika kembali kepada gurunya pada hari atau waktu yang lain, hendaklah dia menganggap bahwa kekeliruan gurunya itu telah hilang, dan sesungguhnya gurunya telah berpindah ke tingkatan yang lebih tinggi yang belum dijangkaunya. Kekeliruan terjadi karena kelalaian, suatu kejadian atau pemisah di antara dua keadaan. Karena pada tiap-tiap dua keadaan itu ada pemisah dan kembali kepada kemurahan agama, seperti tanah kosong diantara dua kampong atau halaman di antara dua rumah. Selesai dari tingkatan pertama dan akan memasuki tingkatan berikutnya. Pindah dari suatu kewalian kepada tingkat kewalian yang berikutnya. Dia melepas sebuah mahkota kewalian dan mengenakan mahkota kewalian yang lain, yang lebih tinggi dan lebih mulia. Setiap hari, kedekatan mereka bertambah kepada Allah SWT. Apabila guru sedang marah dan wajahnya terlihat tidak menyenangkan, janganlah meninggalkannya. Tetapi dia harus memeriksa batinnya, mungkinkah dia telah melakukan adab yang kurang baik terhadap gurunya atau telah melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah SWT dengan meninggalkan perintah atau melakukan pelanggaran?. Dia harus memohon ampun dan barutaubat kepada-Nya. Dia juga harus bertekad tidak akan mengulanginya, meminta maaf kepada guru, merendahkan diri di hadapannya, menyenangkannya dengan tidak akan melawannya, menemaninya selalu, dan menjadikannya sebagai perantara antara dia dengan Tuhannya, serta jalan yang akan menyampaikannya kepada-Nya. Seperti orang yang hendak datang kepada raja, sedang raja tidak mengenalinya, maka dia harus berusaha untuk setiap halangan yang menghadangnya, atau mengajak salah seorang yang dekat dengan raja untuk menunjukkan bagaimana caranya dapat berjumpa dengan raja. Dia harus belajar adab dan tata cara
bercakap-cakap dengan raja atau hadiah apa yang sesuai untuknya, atau sesuatu yang tidak dimilikinya dan apa yang mesti diperbanyak. Selanjutnya, dia harus mendatangi istana dari pintu depan. Jangan lewat pintu belakang sehingga nanti akan dicela dan mendapatkan kehinaan serta tidak memperoleh apa yang dia inginkan dari sang raja. Sesungguhnya, setiap orang yang hendak memasuki sebuah istana mesti ada tata cara dan ada pelayan atau petugas yang akan membimbing tangannya atau memberikan isyarat kepadanya untuk mempersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan. Dia mesti mengikuti supaya tidak mendapatkan kehinaan atau dituduh sebagai orang yang tidak beradab dan bodoh.
1. Memulai memberi salam dan minta izin masuk 2. Sedikit bicara di hadapannya 3. Tidak berbicara selama tidak ditanya oleh gurunya 4. Tidak menanyakan sesuatu sebelum minta izin kepada grunya terlebih dahulu 5. Tidak menyanggah guru dengan perkataan si Fulan yang berbeda dengan yang engkau katakan atau semacam itu 6. Tidak menyanggah pendapat guru bila berbeda denganmu, sehingga menjatuhkan martabatnya dan mengurangi barokah 7. Jangan bertanya kepada teman di majlisnya dan jangan tertawa ketika berbicara dengannya 8. Tidak menoleh ke kanan atau ke kiri tetapi duduk sambil menundukan pandangannya dengan tenang dan sopan seakan-akan ia dalam sholat 9. Tidak banyak bertanya kepada gurunya ketika sedang jemu atau bersedih, walupun dengan berdasarkan dugaan yang kuat 10. Apablia guru berdiri maka siswapun berdiri untuk menghormatinya 11. Tidak mengikuti guru dengan berbicara dan menanyainya 12. Tidak bertanya di jalan, tetapi tunggulah sampai ia tiba di rumahnya atau tempat duduknya 13. Tidak berburuk sangka kepadanya mengenai perbuatan-perbuatan yang lahirnya adalah mungkar menurut siswa. Guru lebih tahu tentang rahasia-rahasianya (Sumber : Kitab Maroqil 'Ubudiyah Karya Muhammad Nawawi Al-Jawi)