Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN


Karakteristik Fisik Bahan Hasil Pertanian (Bentuk & Ukuran)
Oleh :
Nama : Tunggul Sagala
NPM : 240110090113
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 13 September 2011
Waktu : 13
00
17
00
Asdos :
LABORATORIUM TEKNIK PASCA PANEN
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik di lahan maupun
dalam proses penanganan pasca panen. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya faktor fisik, mekanik, termis, biologis dan kimia. Apalagi
bila penanganan pasca panen salah, hal itu malah dapat memperparah kerusakan bahan
tersebut. Jadi untuk mengatasi masalah itu, kita memerlukan pengetahuan dan
pemahaman tentang karakteristik bahan hasil pertanian tersebut dan salah satu
karakteristik yang perlu diketahui adalah karakteristik fisik dari bahan tersebut. Dengan
mengetahui karakteristik fisik suatu bahan maka kita dapat menentukan perlakuan apa
yang harus kita lakukan agar kualitasnya tetap terjaga.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan bentuk suatu bahan hasil pertanian berdasarkan ukuran,
kebundaran, kebulatan
2. Menentukan hubungan antara bentuk suatu bahan hasil pertanian dengan
volume dan luas permukaannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian adalah dua karakteristik fisik yang
tidak dapat dipisahkan dalam hal objek fisik suatu bahan dan keduanya diperlukan
untuk pendeskripsian karakteristik fisik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa kriteria
yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian,
yaitu:
2.1 Bentuk Acuan (Charted Standard)
Dalam metode ini, permukaan dari potongan memanjang dan melintang sampel
atau bahan diukur dan kemudian dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang sudah ada
pada bentuk acuan.
Bentuk Deskripsi
Bundar (Round) Menyerupai bentuk bulatan (Spheroid)
Oblate Datar pada bagian batang dan pucuk / puncak
Membujur (Oblong) Diameter vertikalnya lebih besar dari horisontal
Kerucut (Conic) Meruncing ke arah bagian puncak
Bujur telur (Ovate) Seperti telur dan melebar pada bagian pangkal
Berat sebelah/miring (lopsided) Poros antara pangkal dan puncak miring
Bujur telur terbalik (Oboveta) Seperti telur terbalik
Bulat panjang (Elliptica) Menyerupai bentuk elips (bulat memanjang)
Kerucut terpotong (Truncate) Kedua ujungnya mendatar atau persegi
Tidak seimbang (Unequal) Separuh bagian lebih besar dari yang lain
Ribbed Potongan melintang sisi-sisinya menyerupai sudut
Teratur (Regular) Bagian horisontalnya menyerupai lingkaran
Tidak Teratur (Irregular) Potongan horisontalnya menyerupai lingkaran
2.2 Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda
padat.Nilai kebundaran suatu bahan berkisar dari 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu
bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar
Persamaan 1 :
Dimana: Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dari bahan dalam posisi bebas
Ac = luas permukaan lingkara terkecil yang membatasi
Atau bisa juga dengan menggunakan persamaan
( )
( )
2
2
2
2
2
1
luar jari jari
dalam jari jari
r
r
Roundness


Persamaan 2:
Dimana: r = jari-jari lengkungan
N = jumlah sudut yang ada
R = jari-jari lingkaran maksimum
2.3 Kebulatan (Sphericity)
Sphericity dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter bola yang
mempunyai volume yang sama dengan objek dengan diameter bola terkecil yang dapat
mengelilingi objek.Seperti halnya nilai kebundaran, nilai kebulatan suatu bahan juga
berkisar antara 0-1. Apabila nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian mendekati 1
maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat)
( )
terpanjang diameter
rata rata geometri diameter
a
c b a
Sphericity

3
1
Dimana: a = sumbu terpanjang (sumbu mayor)
b = sumbu terpanjang normal ke a (sumbu intermediate)
c = sumbu terpanjang normal ke a dan b (sumbu minor)
Dalam definisi lain Sphericity dapat juga dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Dimana: di = diameter lingkaran terbesar di dalam objek
dc = diameter lingkaran terkecil yang membatasi objek
2.4 Pengukuran Dimensi Sumbu Bahan
Untuk objek-objek berukuran kecil seperti biji-bijian, garis besar proyeksi dari
setiap objek dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat pembesar photo
(photographics enlarger). Namun cara sederhana dapat pula dilakukan dengan metode
proyeksi dengan menggunakan OHP (Overhead Projector).
Berikut cara pengukuran dimensi sumbu suatu bahab dengan OHP :
a) Meletakkan bahan yang akan diproyeksikan pada OHP
b) Meletakkan kertas milimeter block pada tempat dimana hasil proyeksi
OHP tersebut ditampilkan ( meletakkan kertas milimeter block pada layar OHP)
sehingga proyeksi bahan berada dia atas kertas milimeter block tersebut
c) Menggambar proyeksi yang dihasilkan tiap bahan pada kertas milimeter
block sesuai dengan pola garis tepi proyeksi bahan yang dihasilkan OHP
d) Menentukan jari-jari dalam (r
1
) dan jari-jari luar (r
2
) dari proyeksi tiap
bahan tersebut
e) Menghitung kebundaran (roundness) bahan dengan menggunakan
persamaan
2
2
2
1
r
r
Roundness
2.5 Kemiripan Terhadap Benda-benda Geometri
Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan hasil
pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan benda-benda
geometri tertentu, seperti :
Bulat memanjang (prolate spheroid) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah
bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya. Contoh: buah lemon (sejenis jeruk
sitrun).
( )
( )
,
_

+
1
1
]
1

,
_

e
e
b a
b S
a
b
e
b a V
1 2
2
1
2
2
sin 2 2
1
3
4


Kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau
silinder (tabung). Contoh: wortel, mentimun.
( )
( ) [ ]
2
1
2
2 1
2
2 1
2
2 2 1
2
1
) (
3
r r h r r S
r r r r h V
+ +
+ +
,
_

Bulat membujur (oblate spheroid) adalah bentuk yang terjadi kalau sebuah elips
berputar pada sumbu pendeknya. Contoh: buah anggur.
( )
( )

,
_

,
_

+
+
1
1
]
1

,
_



e
e
In
e
b
a S
a
b
e
b a V
1
1
2 2
1
3
4
2
2
2
1
2
2

Dimana: V = volume bahan


S = luas permukaan bahan
a = sumbu memanjang elips (major axes)
b = sumbu membujur elips (minor axes)
e = eksentrisitas
r
1
= jari-jari bagian dasar bahan
r
2
= jari-jari bagian puncak bahan
h = tinggi bahan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat : 1. Jangka sorong untuk mengukur panjang dimensi dan jari-jari bahan
2. Penggaris untuk mengukur jari-jari bahan hasil proyeksi
3. Jangka untuk mengolah data bahan hasil proyeksi
4. Kertas milimeter block untuk media tempat proyeksi bahan
5. Over Head Projector (OHP) alat untuk memproyeksikan bahan
Bahan : Tomat, Kentang , Wortel, Telur, Lemon, dan Jeruk
3.2 Prosedur Percobaan
1. Menentukan kebundaran (roundness) tomat, kentang, wortel dan kacang merah
dengan menggunakan OHP
f) Meletakkan bahan yang akan diproyeksikan pada OHP
g) Meletakkan kertas milimeter block pada tempat dimana hasil proyeksi
OHP tersebut ditampilkan ( meletakkan kertas milimeter block pada layar OHP)
sehingga proyeksi bahan berada dia atas kertas milimeter block tersebut
h) Menggambar proyeksi yang dihasilkan tiap bahan pada kertas milimeter
block sesuai dengan pola garis tepi proyeksi bahan yang dihasilkan OHP
i) Menentukan jari-jari dalam (r
1
) dan jari-jari luar (r
2
) dari proyeksi tiap
bahan tersebut
j) Menghitung kebundaran (roundness) bahan dengan menggunakan
persamaan
2
2
2
1
r
r
Roundness
2. Menentukan kebulatan (sphericity) tomat, kentang, wortel dan kacang merah
a) Mengukur sumbu-sumbu dari tiap bahan yang terdiri dari sumbu a
(sumbu terpanjang / mayor), b (sumbu pertengahan / intermediet) dan c (sumbu
terpendek / minor)
b) Menghitung kebulatan (sphericity) bahan dengan menggunakan
persamaan :
( )
a
c b a
Sphericity
3
1

3. Menentukan volume dan luas permukaan teroritis tomat, kentang, wortel dan kacang
merah
a) Menentukan kemiripan tiap bahan tersebut terhadap bentuk-bentuk
geometri seperti bulat memanjang (prolate spheroid), bulat membujur (oblate
spheroid) dan kerucut berputar atau silinder
b) Dengan menggunakan data pengukuran sumbu a, b, dan c pada
penghitungan kebulatan (sphericity), maka kita dapat menghitung volume dan
luas permukaan teoritis bahan dengan persamaan yang sesuai dengan kemiripan
bahan tersebut terhadap bentuk geometri yaitu
kerucut berputar atau silinder
( )
( ) [ ]
2
1
2
2 1
2
2 1
2
2 2 1
2
1
) (
3
r r h r r S
r r r r h V
+ +
+ +
,
_

Bulat memanjang (prolate spheroid)


( )
( )
,
_

+
1
1
]
1

,
_

e
e
b a
b S
a
b
e
b a V
1 2
2
1
2
2
sin 2 2
1
3
4

Bulat membujur (oblate spheroid)


( )
( )

,
_

,
_

+
+
1
1
]
1

,
_



e
e
In
e
b
a S
a
b
e
b a V
1
1
2 2
1
3
4
2
2
2
1
2
2

BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Praktikum
Kelompok 1
- Roundness
Tomat 1 R
1
= 52 mm ; R
2
= 82 mm
Rd = (52)
2
/ (82)
2
= 0,36
Tomat 2 R
1
= 62 mm ; R
2
= 80 mm
Rd = (62)
2
/ (80)
2
= 0,60
Tomat 3 R
1
= 54 mm ; R
2
= 72 mm
Rd = (54)
2
/ (72)
2
= 0,5
Rd
rata-rata
= 0,48
- Sphericity
Tomat 1 a = 69,4 mm ; b = 51 mm ; c = 49,6 mm
Sphericity = (69,4 x 51 x 49,6)
1/3
/ 69,4= 0,806
Tomat 2 a = 62 mm ; b = 56,1mm ; c = 55 mm
Sphericity = (62 x 6,1 x 55)
1/3
/ 62 = 0,929
Tomat 3 a = 58 mm ; b = 51,1mm ; c = 50 mm
Sphericity = (58 x 51,1x 50)
1/3
/ 58 = 0,912
Sphericity
rata-rata
= 0,822
- Kemiripan
Wortel 1 R
1
= 39 mm ; R
2
= 14,4 mm ; h = 198 mm
S = (39 + 14,4) [198
2
+ (39 14,4)
2
]
1/2
= 3347,20 mm
2
V = (/3) 198 (39
2
+ 39x14,4 + 14,4
2
) = 4748,12 mm
3
Wortel 2 R
1
= 35 mm ; R
2
= 14 mm ; h = 202 mm
S = (35 + 14) [202
2
+ (35 14)
2
]
1/2
= 3126,30 mm
2
V = (/3) 202 (35
2
+ 35x14 + 14
2
) = 4042,41 mm
3
Wortel 3 R
1
= 41.6 mm ; R
2
= 12.4 mm ; h = 158 mm
S = (41.6 + 12,4) [159
2
+ (10 34,4)
2
]
1/2
= 2725,79 mm
2
V = (/3) 158 (41,6
2
+ 41,6x12,4+ 12,4
2
) = 3971,23 mm
3
S
rata-rata
= 3066,43 mm
2
V
rata-rata
= 4253,92 mm
3
Kelompok 2
- Roundness
Telur 1 R
1
= 50 mm ; R
2
= 640 mm
Rd = (50)
2
/ (60)
2
= 0,69
Telur 2 R
1
= 47 mm ; R
2
= 61 mm
Rd = (47)
2
/ (61)
2
= 0,59
Telur 3 R
1
= 45 mm ; R
2
= 73 mm
Rd = (45)
2
/ (73)
2
= 0,37
Rd
rata-rata
= 0,55
- Sphericity
Jeruk 1 a = 65 mm ; b = 63 mm ; c = 48 mm
Sphericity = (65 x 63 x 48)
1/3
/ 65 = 0,85
Jeruk 2 a = 70 mm ; b = 68 mm ; c = 54 mm
Sphericity = (70 x 68 x 54)
1/3
/ 70 = 0,87
Jeruk 3 a = 63 mm ; b = 62 mm ; c = 50 mm
Sphericity = (63 x 62 x 50)
1/3
/ 63 = 0,88
Sphericity
rata-rata
= 0,86
- Kemiripan
Lemon 1 a

= 58 mm ; b = 39 mm
e = [1-(39/58)
2
]
1/2
= 0,74
S = 2 x (39)
2
+ 2 x ((58 x 39)/0,74)sin
-1
0,74 = 92629,4 mm
2
V = (4/3) ( x 58 x 39
2
) = 3696,75 mm
3
Lemon 2 a

= 53 mm ; b = 40 mm
e = [1-(40/553)
2
]
1/2
= 0,65
S = 2 x (40)
2
+ 2 x ((53 x 40)/0,65)sin
-1
0,65 = 84248 mm
2
V = (4/3) ( x 50 x 40
2
) = 3552,09 mm
3
Lemon 3 a

= 60 mm ; b = 40 mm
e = [1-(40/60)
2
]
1/2
= 0,74
S = 2 x (40)
2
+ 2 x ((60 x 40)/0,74)sin
-1
0,74 = 98271,9mm
2
V = (4/3) ( x 60 x 40
2
) = 4021.12mm
3
S
rata-rata
= 91716,43 mm
2
V
rata-rata
= 3756,65 mm
3
Kelompok 3
- Roundness
Kentang 1 R
1
= 35,5 mm ; R
2
= 64 mm
Rd = (35,5)
2
/ (64)
2
= 0,59
Kentang 2 R
1
= 36 mm ; R
2
= 46 mm
Rd = (36)
2
/ (46)
2
= 0,61
Kentang 3 R
1
= 36 mm ; R
2
= 941 mm
Rd = (36)
2
/ (41)
2
= 0,77
Rd
rata-rata
= 0,65
- Sphericity
Tomat 1 a = 65,4 mm ; b = 54 mm ; c = 52,3mm
Sphericity = (65,4 x 54 x 52,3)
1/3
/ 65,4 = 0,70
Tomat 2 a = 64,2 mm ; b = 55,1 mm ; c = 53,1mm
Sphericity = (64,2 x 55,1 x 53,1)
1/3
/ 64,2= 0,89
Tomat 3 a = 60,9 mm ; b = 51,5 mm ; c = 48,5 mm
Sphericity = (60,9 x 51,5 x 48,5)
1/3
/ 60,9 = 0,87
Sphericity
rata-rata
= 0,82
- Kemiripan
Jeruk 1
a

= 67,1 mm ; b = 51,1 mm
e = [1-(51,1/67,1)
2
]
1/2
= 0,64
S = 2 x (67,1)
2
+ x ((51,1
2
)/0,64) ln ((1+0,64)/(1-0,64)) = 47831,77 mm
2
V = (4/3) ( x 67,1
2
x 51,1) = 963239,59 mm
3
Jeruk 2
a

= 65,2 mm ; b = 48,1 mm
e = [1-(48,1/65,2)
2
]
1/2
= 0,67
S = 2 x (65,2)
2
+ x ((48,1)/0,637) ln ((1+0,637)/(1-0,67)) = 44366,87 mm
2
V = (4/3) ( x 65,2
2
x 48,1) = 856068,76 mm
3
Jeruk 3
a

= 63,2 mm ; b = 51,5 mm
e = [1-(51,5/63,2)
2
]
1/2
= 0,64
S = 2 x (63,2)
2
+ x ((51,5
2
)/0,64) ln ((1+0,64)/(1-0,564)) = 32632,09 mm
2
V = (4/3) ( x 63,2
2
x 51,5) = 861211,40 mm
3
S
rata-rata
= 41610,24 mm
2
V
rata-rata
= 893506,58 mm
3
Kelompok 4
- Roundness
Telur 1 R
1
= 45 mm ; R
2
= 66 mm
Rd = (45)
2
/ (66)
2
= 0,46
Telur 2 R
1
= 45 mm ; R
2
= 72 mm
Rd = (45)
2
/ (672)
2
= 0,39
Telur 3 R
1
= 48 mm ; R
2
= 65 mm
Rd = (48)
2
/ (65)
2
= 0,54
Rd
rata-rata
= 0,46
- Sphericity
Jeruk 1 a = 62,9 mm ; b = 69 mm ; c = 42,6 mm
Sphericity = (62,9 x 69 x 542,6)
1/3
/ 62,9 = 0,87
Jeruk 2 a = 62,7mm ; b = 62 mm ; c = 41,6 mm
Sphericity = (62,7 x 62 x 41,6)
1/3
/ 62,9 = 0,81
Jeruk 3 a = 70 mm ; b = 69 mm ; c = 49,8 mm
Sphericity = (70 x 69 x 49,8)
1/3
/ 70 = 0,88
Sphericity
rata-rata
= 0,85
- Kemiripan
Wortel 1 R
1
= 30,5 mm ; R
2
= 12,3 mm ; h = 160 mm
S = (30,5 + 12,3) [160
2
+ (30,5 12,3)
2
]
1/2
= 27257,97 mm
2
V = (/3) 160 (30,5

+ 30,5 x12,3+ 12,3
2
) = 397123,78 mm
3
Wortel 2 R
1
= 35mm ; R
2
= 18 mm ; h = 160 mm
S = (35+ 18) [160
2
+ (35 18)
2
]
1/2
= 30034,68 mm
2
V = (/3) 160 (35
2
+ 35 x18+ 18
2
) = 421067,03 mm
3
Wortel 3 R
1
= 30 mm ; R
2
= 12 mm ; h = 180 mm
S = (30 + 12) [180
2
+ (30 12)
2
]
1/2
= 32140,65 mm
2
V = (/3) 180 (30
2
+ 30 x 312 + 312
2
) = 455627,7 mm
3
S
rata-rata
= 29811,1 mm
2
V
rata-rata
= 424606,17 mm
3
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yang kami lakukan dalm praktikum adalah mengukur
panjang dan jari-jari dari beberapa bahan pertanian, yaitu tomat, kentang, wortel,
lemon, telur,dan jeruk agar kita dapat mengetahui karakteristik fisik bahan tersebut.
Setelah mendapatkan data, yang pertama diolah adalah menhitung kebundaran
dari masing-masing bahan tersebut. data yang digunakan untuk menghitung
kebundaran ini berasal dari gambar hasil proyeksi OHP. Dari hasil perhitungan terlihat
bahwa nilai kebundaran tomat paling tinggi dan wortel paling rendah. Ini menunjukkan
bahwa tomat merupakan bahan hasil pertanian yang paling mendekati bundar diantara
tiga bahan yang lain yang juga berarti bahwa tomat memiliki ketajaman sudut yang
paling kecil dari ketiga bahan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan perbandingan antara
jari-jari dalam dan jari-jari luar dari tomat yang mendekati 1. Jadi untuk menentukan
kebundaran suatu bahan hasil pertanian yang perlu kita perhatikan adalah perbandingan
jari-jari bahan tersebut bukan selisih jari-jarinya.
Selanjutnya adalah menghitung kebulatan dari keempat bahan tersebut. Data
yang digunakan untuk mengukur kebulatan adalah hasil pengukuran langsung terhadap
panjang tiga sumbu buah tersebut. seperti halnya kebundaran, tomat tetap merupakan
buah dengan nilai kebulatan yang paling baik, paling mendekati 1. dari sini kita bisa
mengetahui bahwa hubungan antara kebulatan dan kebundaran adalah linier, dimana
bila kebundaran suatu bahan sangat kecil maka kebulatan bahan tersebut juga akan
kecil dan tidak munngkin mendekati 1.
Setelah itu barulah menghitung voluma dan luas dari tiap bahan tersebut. Untuk
wortel, bahan diasumsikan berbentuk kerucut berputar atau silinder karena tidak
memenuhi kriteria buah yang bulat memanjang apalagi bulat melintang. Tetapi untuk
tomat, kentang dan kacang merah kita mencoba menggolongkan buah tersebut sebagai
bahan yang bulat memanjang dan bulat melintang.
Untuk volume, hasil volume bahan yang diperoleh bila kita mengasumsikan
buah tersebut berbentuk bulat memanjang lebih kecil dibanding volume bila kita
mengasumsikan buah tersebut berbentuk bulat membujur. Ini karena pada asumsi bulat
memanjang bahan dianggap elips yang berputar pada sumbu panjangnya sehingga yang
berputar adalah sumbu yang membujur, oleh sebab itu rumus yang digunakan untuk
menghitung luas pada asumsi buhan bulat memanjang adalah b
2
. sedangkan untuk
asumsi bulat membujur bahan dianggap berputar pada sumbu membujur sehingga yang
berputar adalah sumbu terpanjangnya maka jadilah dalam rumus a
2
, dan hal inilah yang
mengakibatkan mengapa nilai volume bahan dengan asumsi bulat membujur lebih
besar daripada bahan dengan asumsi bulat memanjang. Dari kedua asumsi tersebut kita
dapat melihat bahwa keduanya sama-sama menunjukkan bahwa volume lemon yang
paling kecil sedangkan bahan yang memiliki volume terbesar adalah kentang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Nilai kebundaran suatu bahan ditentukan dari besarnya perbandingan antara
jari-jari dalam dengan jari-jari luar. Semakin kecil (mendekati 1) perbandingannya
maka semakin baguslah kebundaran bahan tersebut
Nilai kebundaran suatu bahan akan membuat suatu persamaan linier dengan
nilai kebulatannya dimana bila nilai kebulatan suatu bahan mendekati 1 maka nilai
kebundaranya juga akan mendekati 1.
Bahan dengan selisih panjang sumbu a, b dan c yang besar dimana a jauh
berbeda dengan b dan c merupakan buah jenis kerucut berputar. Sedangkan untuk
nilai a, b dan c yang tidak jauh berbeda kita dapat menggolongkannya kedalam
bulat membujur
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sangat disarankan untuk
melakukan pengukuran yang lebih teliti karena praktikum kali ini menyangkut
banyak nilai-nilai yang sangat kecil.
Pada saat pengukuran nilai roundness suatu bahan, penggambaran bentuk bahan
pada kertas milli meter blok sangatlah berpengaruh terhadap nilai dari jari-jari
bahan tersebut, jadi sangat disarankan untuk lebih teliti dalam hal pengerjaan
bagian ini.
Daftar Pustaka
Zein, Sudaryanto dkk. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Bandung: Pustaka
Giratuna

Anda mungkin juga menyukai