Budi Rahardjo Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung 2012 email: br@paume.itb.ac.id
Pendahuluan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK / Information Technology and Communication / ICT) diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian negara dengan berkembangnya perusahaan yang berbasis TIK. Ada banyak kesempatan untuk membuat aplikasi, layanan, dan content yang berbasis TIK ini. Perusahaan yang berbasis TIK dapat dimulai dengan ukuran yang kecil, hanya beberapa orang saja, dan dapat dimulai dari rumah atau bahkan tempat koskosan. Namun pengembangan perusahaan yang berbasis TIK ini tidak mudah. Salah satu masalah yang sering diungkapkan adalah pendanaan perusahaan yang baru dibuat startup ini. Meskipun modal awal yang dibutuhkan untuk memulai startup di bidang TIK tidak terlalu besar, tetapi tetap dibutuhkan modal. Modal umumnya dibutuhkan untuk operasional, yaitu menggaji pekerja, sewa tempat kerja (kantor, lab), serta hosting server dan sewa akses internet. Sementara modal awal dalam bentuk perangkat (komputer, notebook, software) biasanya sudah dimiliki oleh para pendiri. Modal operasional biasanya dibutuhkan agar perusahaan dapat berjalan tanpa pendapatan selama satu tahun. Berdasarkan pengalaman kami, biaya operasional untuk sebuah perusahaan dengan pekerja sebanyak 10 orang (atau belasan orang) di Bandung adalah sekitar Rp. 20 juta/bulan. Biaya ini dapat ditekan jika kantor dan akses internet menggunakan fasilitas kampus (sebagai bagian dari technopark, misalnya) atau jumlah pekerja masih sedikit (misalnya baru dua orang founder saja). Dengan kata lain secara umum investasi yang dibutuhkan pada tahap awal adalah sekitar Rp. 240 juta rupiah. Bagi para pendiri startup TIK jumlah ini cukup signifikan tetapi bagi venture capital jumlah ini mungkin terlalu kecil. Jumlah ini dapat juga dipecah-pecah sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber pendanaan. Untuk itu perlu dikaji alternatif-alternatif pendanaan startup TIK ini.
Dipresentasikan pada Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi, e-Indonesia Initiatives (e-II) Forum ke 8, Institut Teknologi Bandung, 24 April 2012
Pendanaan Startup
Ada beberapa alternatif pendanaan startup TIK; bank, friends & family, venture capital, dan sumber pendanaan lainnya. Berikut ini sedikit uraian mengenai sumber pendanaan tersebut.
Bank
Kebiasaan orang dalam mencari modal untuk usaha adalah meminjam dari bank. Masalahnya startup TIK ini biasanya dikembangkan oleh mahasiswa (atau fresh graduate) yang belum memiliki aset untuk diagunkan dan juga belum memiliki track record. Kebanyakan aset dari startup TIK adalah dalam bentuk intellectual property. Bank sendiri belum memiliki pengalaman dan kemampuan untuk menilai risiko kredit usaha di bidang TIK sehingga mereka cenderung konservatif dalam menilai. Sebagai contoh, belum ada metoda untuk menilai valuasi dari sebuah startup TIK. Akibatnya, secara umum, startup TIK akan sulit mendapat pendanaan dari bank. Secara umum pendanaan dengan menggunakan bank pada tahap startup ini memang tidak terlalu direkomendasikan. Bagi para pendiri perusahaan, risiko terlalu besar untuk meminjam uang dari bank (dan menggadaikan aset yang ada). Bank dapat digunakan jika perusahaan sudah melewati masa startup dan menuju siklus yang lebih mature. Lupakan bank pada tahap startup.
Venture Capital Venture Capital (VC) merupakan sumber pendanaan yang formal. VC biasanya
melakukan investasi dengan melihat berbagai hal; (1) para pendiri (founder, inovator), (2) potensi model bisnis, dan (3) kondisi startup saat ini. Ada yang mengatakan bahwa investor sebetulnya invest kepada orang, para pendirinya, bukan pada bisnisnya semata. Ini ada benarnya. Pengalaman saya juga demikian. Model bisnis dapat berubah, tetapi pendiri susah berubah. Itulah
3 sebabnya jika para pendiri memiliki karakter yang buruk maka akan susah mendapatkan pendanaan. VC berbeda dengan bank karena mereka berani mengambil risiko yang tinggi dengan catatan bahwa mereka akan keluar dengan segera setelah starup ini berhasil melalui proses startup dengan menghasilkan nilai yang tinggi. Mereka kemudian menjual saham kepemilikan ke pihak lain (venture capital lain, bursa saham, pendiri, dan bank) yang lebih fokus kepada fase berikutnya dari startup. Untuk mendapatkan perhatian dari VC para startup ini harus memiliki koneksi atau memiliki model bisnis yang menarik sehingga muncul di radar VC. Koneksi dapat dimulai melalui pertemanan atau mungkin juga salah satu founder pernah mendapat pendanaan dari VC sebelumnya (sehingga dikenal). Para VC ini biasanya cukup sibuk dan memiliki jaringan yang cukup luas sehingga startup yang mengharapkan pendanaan dari VC harus dapat mempresentasikan model bisnisnya dengan sesingkat mungkin.
Penutup
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan sedikit pencerahan mengenai alternatif pendanaan. Semoga dengan memahami alternatif yang ada, akan lebih banyak startup bidang TIK yang dihasilkan dan tentunya menjadi sukses. Selain aspek pendanaan, tentu saja masih ada aspek lain yang menentukan kesuksesan sebuah startup seperti misalnya masalah sumber daya manusia (SDM) dan ekosistem bisnis di lingkungan sekitarnya, tetapi ini merupakan pembahasan di tulisan lain.