Anda di halaman 1dari 5

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI MOLEKULER TOLBUTAMID

Disusun oleh: Aloysius Singgih Janu (088114058) Aspianto (088114169) Jimmy Peter Chua (098114018) Leonardus Nito K. (098114019) Anthony Felix (098114021) Topan Pamungkas (098114022) Ina Juni Natasia (098114023) Willygis Danu Patria (098114028) A.A. Istri Yulianty Suryasmi (098114029) KELAS A FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Diabetes tipe II terjadi sekitar 9 kali lebih sering daripada diabetes tipe I pada orang dewasa. Diabetes tipe II sebenarnya produksi insulin yang dihasilkan pankreas normal, tetapi reseptor di otot kurang peka sehingga diperlukan jumlah insulin yang lebih banyak dari biasanya (Mutschler, 1991). Tolbutamida merupakan antidiabetika oral turunan sulfonilurea, obat ini bekerja memacu pembebasan insulin oleh sel pankreas. Obat ini hanya berkhasiat jika produksi insulin tubuh masih dapat diproduksi, atau dengan kata lain obat ini tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin (Mutschler, 1991). Ion kanal K+ ATP pada sel B terdiri dari 4 reseptor sulfonil urea tipe 1 (SUR1) dan 4 KIR 6.2 yang disusun membentuk kompleks hetero-oktamerik.

Struktur kompleks hetero oktamerik SUR1 dan KIR 6.2 (kanal kalium) (Anonim a, 2012)

KIR 6.2 merespon perubahan perbandingan (ATP:ADP) pada sitoplasma sel B dan mengatur kanal kalium. SUR1 mempunyai tempat berikatan untuk sulfonilurea seperti tolbutamid yang bertindak sebagai blocker kanal K+ ATP. Dengan merasakan peningkatan ATP atau tolbutamid, kanal K+ tertutup dan membran mulai terdepolarisasi. VGCC (kanal kalsium) kemudian teraktivasi akibat proses depolarisasi dari membran plasma sehingga kanal ini terbuka dan ion Ca2+ masuk kedalam sitoplasma. Kemudian peningkatan jumlah ion Ca2+ pada sitoplasma meningkatkan eksositosis insulin yang kemudian dilepaskan ke pembuluh darah (Krishnan, 2011).

Bagian bagian protein dan reseptor yang berperang dalam pengobatan diabetes melitus (Anonim b, 2012)

Mekanisme pelepasan insulin oleh tolbutamid (Anonim a, 2012)

Insulin yang telah dilepaskan oleh sel beta tersebut kemudian masuk ke pembuluh darah lalu menempel ke reseptor insulin pada sel otot perifer. Kemudian terjadi autofostorilasi pada reseptor insulin dan fosforilasi tirosin. Protein yang telah terfosforilasi ini kemudian menyediakan tempat menempel pada domain beberapa protein (misalnya fosfatidilinositol 3kinase (PI(3)k); Grb 2 dan SHP2; dan Crk) yang mengaktivasi jalur sinyal berbeda (dashed lines). Ini kemudian menghasilkan translokasi glukosa transporter (GLUT4) dan meningkatkan pemasukan glukosa oleh sel (Anonim c, 2012).

Gambar pengikatan ke reseptor insulin (Anonim c, 2012)

Daftar pustaka
Anonim a, 2000, http:/journals.prous.com, diakses tanggal 17 Maret 2012 Anonim b, 2012, www.medicinexplained.org, diakses tanggal 17 Maret 2012 Anonim c, 2012, http://www.jbc.org/content/277/46/43545/F1.expansion, diakses tanggal 17 Maret 2012 Krishnan, K., 2011, Role of TRPV1 channel and P2Y1 receptor in Ca2+ signalling in -cells: A study by single cell microfluorometry, Department of Physics, Chemistry and Biology, Swedia Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, 349, ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai