Anda di halaman 1dari 7

KBR68H, Jakarta Tim Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi dijadwalkan kembali ke tanah air besok.

. Tim tersebut ke Cina setelah membawa kotak hitam Merpati MA-60. Pesawat merpati jenis itu jatuh di Kaimana, Papua Barat pada akhir pekan lalu. Namun menurut Ketua KNKT, Tatang Kurniadi sejauh ini belum didapatkan informasi apapun dari hasil penyelidikan kotak hitam. Meskipun ada informasi yang didapatkan, tapi data itu tidak bisa dipublikasikan. "FDR itu adalah rahasia yang tidak perlu diinformasikan. Hanya untuk kepentingan ivestigasi saja'" KNKT membawa kotak hitam pesawat Merpati MA-60 ke Cina, setelah sebelumnya berhasil menemukan kotak hitam pesawat Merpati M 60 yang jatuh di Perairan Kaimana, Papua Barat. Kotak hitam berguna untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Terutama saat pilot melakukan kontak terakhir dengan operator di bandara Kaimana.

Baru-baru ini, Presiden meminta keterangan sejumlah menteri dan bekas menterinya untuk menjelaskan perihal pembelian pesawat buatan Cina, MA-60. Mendadak pesawat ini menarik perhatian garagara pesawat Merpati jenis itu jatuh di perairan Kabupaten Kaimana, Papua dengan menewaskan 27 penumpangnya. Gara-gara itu, kejadian naas itu, terkuak dugaan jika proses pembelian pesawat itu menyalahi prosedur dan mark up. Bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan harga 15 unit pesawat buatan Cina itu dibeli dengan harga sekitar 160 juta dolar dengan rincian harga setiap pesawatnya mencapai 11,2 juta dolar. Tapi, kata Kalla, Merpati mengaku menghabiskan biaya hingga 220 juta dolar atau ada selisih 60 juta dolar. Beberapa kalangan melihat rangkaian proses pembelian pesawat ini sebagai sebuah kejanggalan. Bagaimana penjelasan Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines Sardjono Jhony Tjitrokusumo soal kecurigaan adanya salah prosedur pembelian dan mark up? Berikut wawancara KBR68H dengan Sardjono Jhony. Bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla melihat ada kejanggalan dalam pembelian pesawat ini. Tanggapan anda? Saya tidak melihat kejanggalan itu karena ketika mulai mengelola Merpati Mei 2010, segala sesuatunya sudah ada di situ. Termasuk hasil audit BPKP dan dokumen-dokumen pembelian pesawat. Menyinggung harga, memang kita mengeluarkan 11.206.000 dollar untuk satu pesawat. Harga itu belum termasuk dengan simulator dan

spare part yang kita dapat. Itu yang menyebabkan ada perbedaan angka dari 160 juta dolar menjadi 220 juta dolar. Merpati tidak pernah menerima uang. Merpati cuma menerima pesawat dari pabrikan. Uang itu juga tidak pernah masuk Indonesia karena uang itu sudah ada di Bank Exim Cina. Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu menolak. Tapi kenapa pesawat itu tetap sampai ke Indonesia? Saya tidak tahu Pak Jusuf Kalla menolak atau tidak. Begitu juga dengan yang lain. Saya hanya mengerti masalah teknis. Saya melihat dokumen pembelian ada. Pesawat kita teliti dan hasilnya laik, maka kita beli. Kebetulan Merpati membutuhkan pesawat 50 sitter. Ada yang mempertanyakan, Indonesia punya pesawat jenis serupa, tapi kenapa yang dipilih Cina? CN tidak sejenis dengan MA. CN itu 30 sitter, MA yang kita beli 50 sitter. Sejak awal kita sudah berbicara dengan PT. DI. Waktu itu, PT. DI menyatakan tidak memproduksi 50 sitter dan mereka tidak keberatan kita membeli ke Cina. Apa pertimbangan untuk membeli pesawat buatan Cina? Apa karena harganya lebih murah ketimbang pesawat serupa buatan negara lain? Harganya beda jauh, tapi tidak berarti kualitas rendah dan tidak aman. Cina bisa menjual lebih murah karena bisa mengadakan sendiri material pembuatan pesawat. Pabrik pembuat MA-60, Xian Aircraft

Industry Co. Ltd, sudah memproduksi berbagai jenis pesawat sejak 1958. Pabrik ini pula yang mencukupi kebutuhan militer negaranya. Beberapa pabrik pesawat dunia, seperti Boeing, mempercayakan pembuatan beberapa bagian pesawatnya kepada pabrik tersebut. Contohnya, Boeing 747 800 Dreamliner yang kemarin baru di luncurkan Boeing. Selain itu, Airbus 320 maupun 330, beberapa komponen pesawatnya dibuat XAIC. Artinya, kualitas perusahaan Cina tersebut setara dengan PT. DI, begitu ya? Tidak, dia setara dengan Airbus dan Boeing. Tapi, kita membeli ke perusahaan Cina bukan karena itu. Tapi karena PT. DI tidak memproduksi yang kita butuhkan. Bekas Menristek BJ Habibie mengkritik karena pesawat itu tidak mendapat sertifikasi FAA. Malah CN 235 mendapat sertifikasi. Yang mendapat sertifikasi itu CN 235 buatan Kasa atau Nurtanio? Sepanjang yang saya tahu, CN235 buatan Nurtanio tidak mendapat sertifikasi jaminan keamanan. Yang mendapat sertifikasi buatan Spanyol. Belum ada keputusan untuk meng-grounded jenis MA ini? Saya minta semua pihak, termasuk pers untuk bersabar menunggu penyelidikan. Pemeriksaan flat data recorder dan kockpit voice recorder belum selesai. Kita juga harus menunggu kesimpulan Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi KNKT. Kami tidak ingin semua menuduh kecelakaan Merpati di Kaimana, Papua karena pesawat yang

tidak laik. Apa jadinya jika kami meng-grounded dan ternyata penyebab jatuhnya pesawat bukan karena masalah kelaikan? Merpati dan keluarga penumpang akan menjadi korban. Sulit bagi Merpati untuk memulihkan nama baik. Artinya, rencana untuk mendatangkan pesawat sejenis masih ada? Sesuai kontrak yang sudah dibayar, kita membeli 15 pesawat. Baru dikirim 13 dan masih menunggu 2 pesawat lagi. Sudah tidak ada lagi uang keluar dan sudah tidak berencana membeli lagi hingga 2016 mendatang. Itu tadi wawancara KBR68H dengan Direktur Utama PT. Merpati Nusantara Airlines Sardjono Jhony Tjitrokusumo.

Interkini.com Tim SAR telah menemukan 19 korban dan kotak hitam pesawat Merpati Nusantara Airlines jenis M-60 yang jatuh di dekat Bandara Utarom, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, Sabtu (7/5) sekitar pukul 14.00 Wita. Kepala Bandara Utarom, Kaimana, Gagarin Mardiansyah yang dihubungi melalui telepon seluler dari Jayapura, Minggu menjelaskan, saat terbang pesawat itu mengangkut 21 penumpang dan enam awak pesawat. Dari 19 korban yang sudah ditemukan, enam orang yang belum teridentifikasi. Para korban yang sudah ditemukan, katanya, sebagian besar masih disemayamkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kaimana. Kemungkinan besok Senin (9/5) baru dikirim ke keluarga masing-masing di berbagai tempat. Dari korban yang telah diidentifikasi, satu korban diketahui sebagai anggota Polres Aimas, Sorong dan jenazahnya telah diberangkatkan dengan pesawat terbang dan telah tiba di Bandara DEO Sorong untuk dimakamkan keluarganya di Sorong. Dia mengatakan, Tim SAR yang dibantu tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menemukan kotak hitam di sekitar perairan jatuhnya pesawat, 500 meter dari Bandara Utarom Kaimana. Kotak hitam itu pun tadi siang dibawa tim KNKT Departemen Perhubungan dibawa ke Jakarta untuk penyelidikaan lebih lanjut sebab-sebab jatuhnya pesawat MNA buatan Cina tahun 2000 itu. Tim SAR, Senin (9/5) melanjutkan pencarian korban sisa. Keterangan lain yang diperoleh menyebutkan, dari 21 penumpang, dua penumpang di antaranya bayi berumur tiga tahun telah ditemukan dan evakuasi ke RSUD Kaimana, sedangkan enam awak pesawat termasuk pilot belum ditemukan. Menurut dia, saksi mata telah melihat pesawat hendak mendarat, tetapi tiba-tiba kehilangan kontak dan jatuh di tepian laut, sekitar 500 meter dari Bandara Utarom, Kaimana. Jatuhnya pesawat naas itu diduga kuat cuaca buruk akibat hujan deras dan angin kencang. Hanya, untuk mengungkap lebih tepat penyebab kecelakaan, pihak Merpati masih harus menunggu hasil penyelidikan kotak hitam yang telah dibawa

tim KNKT ke Jakarta pada Minggu siang menggunakan pesawat terbang. Kondisi badan pesawat dilaporkan patah berkeping-keping Pemerintah Kabupaten Kaimana telah mendirikan Posko penanganan korban jatuhnya pesawat MNA jenis M-60 di dekat Bandara Utarom. [Antaranews.com]

Anda mungkin juga menyukai