Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua makhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran darah, metabolisme vitamin, dan fungsi otak. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi sepanjang siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan dan mengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang, homeostasis, reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang terdapat pada sistem endokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang seringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut usia (lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit lainnya, ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta meningkatnya pelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun dan lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domain kondisi lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata skor kesehatan fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar indeks massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara drastis. Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini khususnya pada diabetes militus yaitu karena kebanyakan di rumah sakit ditemui orang yang menderita DM adalah lansia dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi penyakit DM pada lansia. Dan juga mengetahui komplikasi DM pada lansia.

B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui dan meningkatkan wawasan mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia khususnya pada DM. 2. Mengetahui konsep penyakit gangguan endokrin atau penyakit metabolik. 3. Mengetahui dan memberi gambaran asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia terutama penyakit DM.

C. Ruang Lingkup Penulisan Pada makalah ini, penyusun membatasi ruang lingkup penulisan yaitu asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia.

D. Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia dengan literatur yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan, internet, dan diskusi dari kelompok.

E. Sistematika Penulisan Penyusunan makalah ini terdiri dari IV (empat) bab yang disusun secara sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan teoritis. BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan. BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Perubahan Sistem Endokrin Yang Terjadi Pada Lansia Menurut Nugroho (1995), perubahan yang terjadi pada lansia yaitu : a. Produksi hampir semua hormon menurun b. Penurunan kemampuan mendeteksi stres c. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan dengan orang yang lebih muda d. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah e. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follice stimulating hormone selama menopause, yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis f. Penurunan kadar progesteron g. Penurunan kadar aldesteron serum sebanyak 50% h. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%

B. Gangguan Endokrin yang umum terjadi pada Lansia Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita pada akhir masa dewasa memasuki apa yang dinamakan kimakterium; perubahan-perubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan

berkurangnya kekurangan hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis dan osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia yang berumur 70 tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan kompliksai pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini dapat menyebabkan stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
3

Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan, yaitu: 1. Menopouse Dalam Baziad (2003), menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse menurut pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa tua. Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Di Indonesia monepouse terjadi antara 49-50 tahun. Periode mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak teratur. Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode sebelum dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti klinis yang lebih penting. Menurut Hurd, periode transisi ini biasanya berlangsung sampai periode pasca menopouse. Periode pasca menopouse biasanya disertai dengan insidensi kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan ginekologik pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk pengobatan pengganti hormon.

2. Andropouse Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia produksi testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti. Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul. Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, para ahli berpendapat bahwa tidak ada hubungan langsung antara keluhan dengan kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja
4

aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat mendapatkan keturunan.

3. Diabetes Militus a. Pengertian Menurut Stockslager (2007) diabetes militus pada lansia adalah suatu penyakit kekurangan atau resistensi insulin yang kronis. Diabetes militus ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Peranan insulin di tubuh adalah untuk mengangkut glukosa ke dalam sel untuk bahan bakar atau simpanan glikogen. Insulin juga merangsang sintesis protein dan penyimpanan asam lemak bebas dalam jaringan adiposa. Kekurangan insulin menghambat kemampuan tubuh untuk mengakses nutrisi yang penting untuk bahan bakar dan simpanan. Menurut Stanley (2005) diabetes militus pada lansia adalah intoleransi glukosa dan resistensi insulin dengan gangguan fungsi sel beta (diabetes) adalah usia terkait dan merupakan salah satu dari lima kondisi teratas kronis yang mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua. diabetes tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikontrol dan dikelola orang dewasa dengan diabetes paling belajar untuk menguasai rejimen pemantauan dan pengobatan yang melibatkan partisipasi klien. banyak berkaitan dengan usia perubahan mungkin akan dificult untuk orang yang lebih tua untuk mematuhi rencana perawatan. orang ini tidak mencerminkan bahwa perawatan harus didelegasikan kepada orang lain; dalam manfaat, perawat harus bekerja dengan tekun wiht klien untuk mengimbangi terkait usia dificits dan mempromosikan kemampuan klien untuk melakukan sebanyak aktivitas perawatan diri mungkin. Menurut Stockslager (2007) diabetes militus tipe 2 sering menyerang pada lansia karena sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap insulin yang mengurangi kemampuan lansia untuk

memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pangkreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah hiper glikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia.

Diabetes militus tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis hepatik. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan resistensi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistensi dipercaya terjadi setelah insulin berkaitan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pada pulau langerhands kurang sensitif tehadar kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu untuk menghambat produksi glukosa dihati.

b. Etiologi Menurut Wasilah Rochmah dalam Ilmu Penyakit Dalam (1997) penyebab timbulnya diabetes militus pada lansia yaitu : a. b. Fungsi saluran pangkreas dan seresi insulin yang kurang. Perubahan-perubahan karena usila sendiri yang berkaitan dengan resistensi, insulin, akibat kurangya massa otot dan perubahan vaskuler. c. Aktivitas fisis yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan. d. Keberadaan penyakit lain,sering menderita stress, operasi dan istirahat lain. e. f. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan. Adanya faktor keturunan

c. Tanda & Gejala menurut Stockslager (2007) tanda dan gejala timbulnya diabetes pada lansia yaitu : 1) Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada pasien lansia) 2) Kehilangan selera makan 3) Inkontinesia 4) Penurunan penglihatan 5) Konfusi atau derajat delirium
6

6) Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas lambung) 7) Retinopati atau pembentukan katarak 8) Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat kerusakan sirkulasi perifer; kemungkinan kondisi kulit kronis, seperti selulitis atau luka yang tidak kunjung sembuh; turgot kulit buruk dan membran mukosa kering akibat dehidrasi 9) Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan

kemungkinan nyeri perifer atau kebas 10) Hipotensi ortostatik

d. Patofisiologi Menurut Meinner (2005) yaitu keadaan hiperglikemia bahwa hasil dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya merupakan kelompok penyakit metabolik dikenal sebagai militus diabetes. diabetes adalah salah satu kondisi Cronic paling umum yang mempengaruhi populasi orang dewasa yang lebih tua, dan kejadian adalah usia diperkirakan akan meningkat. penyakit ultimatly menghasilkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ seperti ginjal jantung, mata saraf dan pembuluh darah. penyakit endokrin dapat bermanifestasi dalam bentuk resistensi hormon bukan ketiadaan, suatu kondisi di mana jaringan merespon hormon tidak memadai. penyebab diabetes melitus tipe 2 tidak diketahui, tetapi berteori bahwa kedua genetika dan anvironment memainkan peran inportant. variabel yang paling penting yang terkait dengan tipe 2 diabetes melitus adalah obesitas dan resistensi insulin. resistensi insulin diduga terkait dengan setidaknya dua faktor: hiperglikemia dan obesitas. klien obesitas dengan diabetes tipe 2 memiliki tingkat insulin endogen (hiperinsulinemia), yang pada gilirannya menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin pada jaringan target. itu seolah-olah tubuh berusaha untuk mengimbangi glukosa tidak memasuki sel dengan meningkatkan produksi insulin.

e. Komplikasi Menurut Mansjoer (2000) dalam Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid I: 1) Akut a). b). c). Koma hipoglikemia Ketoasidosis Koma hiperosmolar nonketotik

2) Kronik a). Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. b). Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retmopati diabetik, nefropati diabetik. c). d). e). Neuropati diabetik. Rentan infeksi, seperti : Tb. Paru, gingivitis dan isk. Kaki diabetik.

f. Pemeriksaan diagnostik Menurut Stockslager (2007) pemeriksaan diagnostik pada lansia adalah : 1) Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa memberikan diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi glukosa oral lebih membantu menegakkan diagnosis karena lansia mungkin memiliki kadar glukosa puasa hampir normal tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan setelah makan. Diagnosis biasanya dibuat setelah satu dari tiga kriteria berikut ini terpenuhi : a) Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi b) Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi c) Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200 mg/dl atau lebih

2) Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA1C ), yang menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam 3 bulan sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapi antidiabetik. Pemeriksaan ini sangat berguna, tetapi peningkatan hasil telah ditemukan pada lansia dengan toleransi glukosa normal. 3) Fruptosamina serum, yang menggambarkan kadar glukosa serum rata-rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indikator yang lebih baik pada lansia kurang menimbulkan kesalahan. g. Penatalaksanaan Menurut Stockslager (2007) pasien yang menderita diabetes militus type 2 dapat memerlukan obat antidiabetik oral untuk merangsang produksi insulin endogen, meningkatkan sensitifitas insulin ditingkat selular, menaikkan glukoneogenis hepatik, dan memperlambat absorbsi karbohidrat di GI. Untuk beberapa pasien, kadar glukosa darah dapat dikontrol dengan diet dan perubahan gaya hidup saja. Terdapat berbagai golongan obat untuk diabetes militus type 2 yang dapat membantu. Obat-obatan ini mencakup generasi ke 2 sulfonilurea ( seperti gliburida dan glivizida ), inhibitor alfa glikosida ( seperti karbosa dan maglitol ), biguanida ( seperti metformin ), glitazon ( seperti rosiglitazon ) dan meglinitida ( repaglinida ). Olahraga merupakan sarana yang penting dalam menangani diabetes type 2. Aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki toleransi glukosa dan meningkatkan pengendalian gerak badan. Penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga sedang dapat memperlambat atau mencegah awitan diabetes type 2 pada kelompok resiko tinggi.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

A. Pengkajian Pengkajian keperawatan menurut Rumaharbo, (1999). Pada lansia penderita diabates melitus yang perlu dikaji ialah sebagai berikut : a. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral). b. Pengkajian nutrisi termasuk berat badan dan pola baru-baru ini menurun atau naik, pola diet keseharian, perubahan dalam arti rasa atau bau, gigi, dan kemampuan untuk membeli dan menyiapkan makanan. Karena diabetes yang tidak dikontrol mengakibatkan keseimbangan cairan dan makanan terganggu, penting untuk mengkaji klien dengan tanda-tanda dan gejala mual, muntah, rasa lapar, dan haus, dan mengingatkan bahwa hiperglikemia dapat menghasilkan gejala halus pada lansia. c. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis. d. Pengkajian kondisi saat ini sangat penting. Perawat harus menanyakan apakah hidup sendiri sendiri atau dengan orang lain, jika dapat menyiapkan makanan sendiri, dan jika ada sumber keuangan yang memadai untuk makanan dan tempat tinggal. orang dewasa yang lebih tua yang hidup sendiri mungkin makan sedikit dan kurang gizi karena isolasi sosial atau gangguan fungsional. e. Perawat harus menentukan apakah transportation untuk layanan kesehatan tersedia untuk klien.Ini penting untuk menilai kemampuan klien untuk mempelajari sebelum mengkaji pengetahuan tentang diabetes dan

manajemen. mempelajaridengan bervariasi, dan mengetahui persiapan klien dan memfasilitasidengan pembelajaran diabetes. Beberapa orang lebih suka

10

belajar dengan metode visual, yang lain dengan mendengarkan, dan dengan pendekatan kontak langsung. f. Perawat harus mengkaji kondisi kulit klien, melihat turgor kulit dan perhatian khususnya pada kaki, dan siku. karena daerah ini mempunyai risiko lebih besar untuk kerusakan kulit karena tekanan. Perawat harus mengkaji keutuhan kulit, warna, adanya pembengkakan, debit, bau, turgor, kekeringan, mengelupas, dan luka. Kulit di daerah perianal dapat memberikan informasi tentang status kulit saat ini dan praktik kebersihan secara umum. Klien dengan hyperglycemia rentan terhadap infeksi ragi dan jamur di daerah ini. kebersihan yang buruk bisa mempengaruh individu untuk infeksi saluran kencing atau vagina. g. Pemeriksaan Diagnostik 1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress. 2) Gula darah puasa normal atau diatas normal. 3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. 4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. 5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan Menurut Meinner, (2005) yang Mengalami Diabetes Melitus tipe 2 : 1) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebiasaan makan berlebihan atau kurangnya pola olah-raga teratur. 2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penyempitan aliran arteri 3) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan metabolik 4) Kurang pengetahuan : perawatan diri dan kemampuan memanajemen diabetes berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi 5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi darah

11

C. Intervensi Keperawatan Menurut Meinner 2005, Asuhan keperawatan dari klien dewasa yang lebih tua dengan diabetes tipe 2 sering kompleks. Biasanya masalah banyak harus dealth dengan: oleh karena itu penting untuk memprioritaskan masalah klien. Secara umum, masalah muncul atau mengancam jiwa krisis seperti hiperglikemia berat, hipoglikemia, dan sepsis adalah prioritas utama. Setelah krisis diselesaikan, perawat dapat menyediakan pendidikan untuk mendukung manajemen diabetes. Pendidikan. Perawat memberikan koordinasi atau pendidikan tentang berbagai topik diabetes dianjurkan seperti pengobatan, patofisiologi diabetes, pemantauan glukosa darah dan keton urin, hipoglikemia dan hiperglikemia, perawatan kaki, komplikasi, diet diabetes , produk perlengkapan dan intruksi pada saat menghubungi perawatan kesehatan. Pengajaran difasilitasi jika klien yang lebih tua dan orang lain yang signifikan secara aktif terlibat dalam belajar (misalnya, setelah klien menunjukkan pemantauan glukosa atau insulin teknik injeksi untuk perawat). Sarana bantu pengajaran seperti buklet dan selebaran dapat meningkatkan belajar. Diet. Walaupun diet merupakan terapi untuk diabetes, mungkin sulit untuk membujuk orang dewasa yang lebih tua untuk melakukan pola diet. Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan diet termasuk keuangan terbatas, isolasi sosial, dan kurangnya motivasi. Perencanaan diet dengan ahli diet terdaftar dapat membantu dalam mencapai tujuan diet. Tujuan diet termasuk mencapai gizi yang baik dan mencapai atau mempertahankan berat badan ideal sekaligus mengurangi resiko hiperlipidemia, aterosklerosis hipertensi. Ketika rencana diet didirikan, intervensi keperawatan diarahkan untuk mendukung rekomendasi ahli gizi melalui penilaian pemahaman klien tentang dan kepatuhan terhadap rencana tersebut. insulin dan obat lain, fungsi kognitif klien yang lebih tua, visi, motivasi, kemampuan untuk secara akurat menyusun dan mengelola insulin, situs akses, dan dukungan keluarga perlu dipertimbangkan sebelum terapi insulin dimulai. instruksi tertulis tentang rejimen pengobatan harus disediakan untuk klien dan signifikan nya. perawat harus menjelaskan bahwa insulin humulin tidak setara terhadap insulin lain.

12

perawat harus memperhatikan klien dan nya penting lainnya mempersiapkan dosis insulin yang ditentukan; mengamati klien untuk suntik insulin, dan tidak jika klien menyusun jumlah akurat dari insulin, menyuntikkan ke tempat yang tepat, dan membuang jarum tajam dalam wadah tusukan bukti. masalah ketangkasan visi atau manual umum di antara orang dewasa yang lebih tua yang dapat mengganggu pengiriman insulin yang tepat dapat diidentifikasi melalui observasi. Perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup diperlukan untuk individu dengan diabetes. Sulit untuk mengelola penyakit kronis yang mempengaruhi diet, olahraga, berat badan, obat, seksualitas dan keuangan. Pengelolaan yang tepat diabetes membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan organisasi tim ahli yang mencakup klien sebagai inti dari tim. Menghindari rokok dan alkohol diyakini meningkatkan manajemen diabetes. Kemampuan klien yang lebih tua untuk beradaptasi dengan perubahan gaya hidup perlu dievaluasi frekuensi sehingga dukungan tambahan dapat diberikan bila diperlukan.

13

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Dalam Maryam (2008), perubahan fisik yang terjadi dalam proses penuaan antara lain: sel, kardiovaskuler, respirasi, persarafan, musculoskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, pendengaran, pengelihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori, intelegensi, personality dan adjustment (pengaturan) pencapaian (achievement). Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya. Ada beberapa gangguan penyakit endokrin dan penyakit metabolik yang disebabkan oleh proses penuaan, yaitu: menopouse, andropouse, dan diabetes melitus. Pemberian asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia difokuskan pada upaya pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia secara umum bertujuan untuk memberi pengertian mengenai penurunan fungsi tubuh dan perawatan penyakit pada sistem endokrin lansia. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.

14

B. Saran Adapun saran yang dapat kelompok berikan adalah : 1. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada lansia yang perlu ditekankan. 2. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarga tentang penyuluhan dan pencegahan komplikasi. 3. Untuk keluarga lansia semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajianpengkajian yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam asuhan keperawatan, karena peningkatan penyembuhan lansia, melakukan prosedur diagnostik, pemeriksaan-pemeriksaan dan melakukan perawatan tindak lanjut sangat penting bagi lansia maupun perawat. 4. Hendaknya mahasiswa keperawatan dapat menerapkan dan membandingkan ilmu yang telah didapat di kampus berupa teori dengan kasus di ruangan, yang nantinya mahasiswa mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan dengan sebaik-baiknya agar menjadi perawat yang profesional.

15

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause Edisi 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Meinner, Sue E. 2006. Gerontologic nursing. USA : St Louis Stanley, mickey. Kathryn A. Blair. Patricia gauntlett. 2005. Gerontological nursing. USA : Davis company Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Depertemen Penyakit Dalam Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas UI

16

Anda mungkin juga menyukai