Anda di halaman 1dari 3

HIV/AIDS Sulsel Mengarah Epidemi

IGN sawabi | Jumat, 12 Desember 2008 | 17:28 WIB

MAKASSAR, JUMAT - Penyakit HIV/AIDS di Sulawesi Selatan dalam dua tahun terakhir, sudah mengarah pada Concentrated Level Epidemic dengan ditemukannya peningkatan kasus lebih dari lima persen pada kelompok sub populasi tertentu. "Ini sungguh mengkhawatirkan, karena penularan HIV/AIDS bukan hanya melalui hubungan seks, namun pengguna narkoba jenis suntik (IDUs) cukup memberikan dampak signifikan," jelas kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Asikin di Makassar, Jumat. Menurut dia, dari seribu lebih orang yang terinfeksi virus HIV/AIDS, sekitar separuhnya berdomisili di Kota Makassar. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sulsel, selama tahun 1996 hingga 2007 lalu secara komulatif tercatat kasus HIV/AIDS sebanyak 1.844 orang, terdiri atas 532 penderita AIDS dan 1.312 orang mengidap HIV. Peningkatan kasus HIV/AIDS ini lebih banyak disebabkan kecenderungan meningkatnya pemakaian narkoba suntik, di kalangan pemakai. Kebiasaan IDUs, juga menggeser penyebab utama penularan HIV/AIDS selama ini, yaitu melalui hubunga seks. Sementara berdasarkan faktor risiko, sesuai data Dinas Kesehatan, kasus HIV/AIDS banyak dipengaruhi oleh faktor risiko Homo dan Heteroseksual. Berkaitan hal itu, ia mengimbau agar keluarga yang memiliki anggota yang dicurigai mengidap HIV/AIDS, agar tidak malu memeriksakan ke puskesmas terdekat atau ke rumah sakit yang telah menyediakan konseling untuk HIV/AIDS. Hal senada dikemukakan Koordinator Konselor Voluntary Counselling and Testing (VCT) Time care, Support and Treatment (CST) di Rumah Sakit Wahidin, Machmud. Menurutnya, selama 2008, penderita HIV/AIDS yang meninggal mencapai 16 orang. Pasien itu, berjenis kelamin laki-laki, dan masih dalam usia produktif. Sumber : file:///H:/HIV_files/hivaids.sulsel.mengarah.epidemi.htm

Hasil Analisis: A. Faktor-Faktor Penyebab dari Penyakit HIV/AIDS: 1. Faktor Vertikal, yaitu dari Ibu yang terinfeksi HIV ke anak (selama mengandung, persalinan, menyusui). 2. Faktor Transeksual (homoseksual maupun heteroseksual). 3. Factor Pergaulan. 4. Faktor Horizontal, yaitu kontak antar darah atau produk darah yang terinfeksi (asas sterilisasi kurang diperhatikan terutama pemakaian jarum suntik bersama-sama secara bergantian, tattoo, tindik, transfuse darah, transplantasi organ, tindakan hemodialisis, perawatan gigi). 5. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual. B. Interaksi Host, Agent, Environment: 1. Host : Pengguna Narkoba suntik, Kaum Remaja 2. Agent: a. human immunodeficiency virus ( HIV ). b. Infeksi dari jenis-jenis bakteri patogenik. c. Infeksi dari jenis-jenis jamur patogenik. d. Infeksi dari jenis-jenis virus. 3. Environment: a. Adanya lokalisasi, perilaku seks bebas dan penggunaan narkotika jenis suntikan. 4. Interaksinya : Adanya factor host yaitu manusia yang berperilaku buruk dan memicu meningkatnya Agent penyebab HIV AIDS. Faktor lingkungan juga mendukung merubah inang menjadi lebih rentan (lingkungan sosial) C. Riwayat Alamiah Penyakit: 1. Tahap I (Susceptibility/fase rentan): a. Hubungan seksual yang tidak sehat dan berganti-ganti pasangan. b. Penggunaan Narkoba suntik. c. Transfuse darah yang tidak melalui uji klinik. 2. Tahap II ( Fase Presymtomatic ): Tahap ini berlangsung 6 minggu hingga beberapa bulan bahkan tahun setelah infeksi. Pada saat ini sedang terjadi internalisasi HIV ke intraseluler. Pada tahap ini aktivitas penderita masih normal. 3. Tahap III ( Fase Klinik ): Berat badan menurun tetapi tidak sampai 10%, pada selaput mulut terjadi sariawan berulang, terjadi peradangan pada sudut mulut, dapat ditemukan infeksi bakteri pada saluran nafas bagian atas namun penderita dapat melakukan aktivitas meski terganggu. Penderita lebih banyak berada di tempat tidur meskipun kurang 12 jam per hari dalam bulan terakhir. 4. Tahap IV ( Disability/Fase Terminal ):

Terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%, diare yang lebih dari 1 bulan, panas yang tidak di ketahui sebabnya lebih dari 1 bulan, kandidiasis oral, oral hairy leukkoplakia, tuberculosis paru, dan pneumonia bakteri. Penderita berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari selama sebulan terakhir. Penderita diserbu berbagai jenis macam infeksi sekunder; misalnya pneumonia pneumokistik karinii, toksoplasmosi otak, diare akibat kriptosporodiosis, penyakit virus sitomegalo, infeksi virus herpes, kandidiasis pada esophagus, trachea, bronkus, atau paru, serta infeksi jamur yang lain misalnya histoplasmosis, koksidiomikosis. Ditemukan juga beberapa jenis malignansi, termasuk keganasan kelenjar getah bening dan sarcoma Kaposi. Hiperaktivitas komplemen menginduksi sekresi histamine. Histamine menimbulkan keluhan gatal pada kulit degan diiringi mikroorganisme di kulit memicu terjadinya dermatitis HIV. D. Model Epidemiologi yang digunakan:

Anda mungkin juga menyukai