Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Dosen Pengampu: Bapak Mujiono, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Setia Asri Novelasari 2. Nisrina Dzati Iwani 3. Mufidatul Inayah

1401410026 1401410060 1401410273

Rombel 04

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyan Negara kita, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, dari arti dari semboyan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap daerah di Indonesia sangat berbeda budaya, masyarakat maupun corak kehidupannya. Perbedaan kehidupan akan mempengaruhi kebutuhan pada daerah itu, begitu juga pendidikan pada daerah itu sendiri, sebagaimana kita tahu lulusan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok yang akan terjun ke masyarakat sekolah, keklompok yang akan terjun ke masyarakat tidak jauh dari tempat tinggalnya dan kelompok yang terjun ke tempat pelosok jauh dari masyarakat di sekitarnya. Muatan Lokal atau yang biasa disebut Mulok merupakan program pendidikan yang isi dan media penyampainnya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dianjurrkan kepada siswa (Kemendiknas). Maka dari itu setiap daerah pasti berbeda Mulok-nya karena kebutuhan masyarakat di tiap derah berbeda, misalnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa, tentunya bahasa Jawa tidak cocok diterapkan di Sumatra maupun daerah yang berbeda budaya lainnya di Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu muatan lokal?. 2. Bagaimana mengembangkan muatan lokal?.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Muatan Lokal Yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal adalah suatu program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya dan pola kehidupan, serta kebutuhan pembangunan yang wajib dipelajari murid di daerah tersebut. B. Tujuan Muatan Lokal Kurikulum muatan lokal bertujuan untuk mendukung dan memperkuat pencapaian tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan dasar. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebihtinggi, pelaksanaan kurikulum muatan lokal harus mempertimbangkan keanekaragaman adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa maupun keterampilan fungsional yang menunjukkan adanya ciri khas tradisional di tiap-tiap daerah. Banyak hal yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan pengembangannya melalui program muatan lokal di SD. Murid harus memiliki wawasan yang luas dan mantap mengenai lingkungannya. Mereka harus mampu mengembangkan dan melestarikan SDA, kualitas manusia, dan

kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional dan daerah. Secara lebih rinci, program muatan lokal bertujuan untuk meningkatkan terjadinya hal-hal berikut: a. Mudahnya materi diserap murid Tugas guru antara lain memperkenalkan dan menunjukkan keuntungan dan manfaat bahan muatan likal kepada murid sehingga menjadi pusat perhatiannya. Apabila suatu bahan pelajatan sudah menjadi pusat perhatian murid, hal itu akan mudah diserapnya. b. Pemanfaatan sumber belajar di daerah

Di daerah banyak sekali sumber belajar yang dapat dimanfaatkan, tetapi belum difungsikan karena berbagai alasan. Sumber belajar ini tidak hanya dirancang tetapi juga sumber belajar yang langsung dapat dimanfaatkan, seperti tanam-tanaman, perkebunan, dsb. c. Pengenalan murid terhadap kondisi daerah Murid yang tinggal di daerah tertentu pasti lebih mengenal daerahnya sendiri dibandingkan dengan daerah lain yang belum pernah dilihat dan ditempuhnya. Pengenalan murid itu akan lebih mantap bila sekolah dengan sengaja, berencana, teratur, dan sistematis

memperkenalkan murid pada kondisi aktual di daerahnya. d. Peningkatan pengetahuan murid mengenai daerahnya Setiap daerah memiliki berbagai potensi yang perlu dipelajari dan dikembangkan, baik yang tersimpan dalam lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya maupun yang ada dalam pola kehidupan masyarakatnya. Program muatan lokal ini dapat meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kemahiran murid yang bersifat lokal. e. Bantuan murid pada dirinya dan orang tuanya. Program muatan lokal dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan kemahiran lokal pada murid, misalnay berternak ikan di air tawar, beternak ayam, bertenun dan anyam-menganyam. Pengetahuan dan kemahiran tersebut dapat digunakan murid untuk meringankan beban tanggungan orang tuanya dan menolong dirinya sendiri. f. Pemecahan masalah disekitarnya Program muatan lokal tidak dimaksudkan untuk menolong orang tua murid atau murid sendiri, melainkan dapat pula digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat. g. Keakraban murid dengan lingkungannya Murid yang benar-benar mengenal lingkungannya akan mengetahui tempat-tempat orang bertanam padi, beternak ayam, berkebun jeruk, berjualan, berdagang, menenun kain, membuat tempe dan lain-lain.

Pengetahuan murid dapar dijadikan objek program muatan lokal. Makin sering murid belajar dan bekerja dengan objek lingkungannya, makin akrab murid itu dengan kondisi lingkungannya sehingga mereka tidak asing dalam lingkungannya sendiri.

C.

Mengapa Muatan Lokal? Negara indonesia di huni oleh berbagai suku bangsa yang tersebat diberbagai pulau yang terentang dari sabang sampai merauke. Ia memiliki aneka kebudayaan, sosial ekonomi, dan alam fisik yang perlu dipelihara keselamatan dan dijaga kelestariannya. Keanekaan itu merupakan kekayaan dan nilai tersendiri bagi bangsa Indonesia. Untuk menghadapi keanekaan itu, sekolah harus memperbaiki orientasi, sikap dan nilai yang tepat terhadap lingkungan alam, sosial dan budaya tersebut. Sekolah bertanggung jawab untuk memadukan kebutuhan murid dan tuntutan pembangunan ke dalam bahan pelajaran yang berwawasan lingkungan. Dalam hal ini, sekolah harus menjabarkan bahan pelajaran bermuatan lokal itu dengan cara mekanisme yang dapat memenuhi kedua kebutuhan ( murid dan masyarakat ). Bila materi pelajaran berwawasan lingkungan, maka murid merasa akrab dengan lingkungannya. Kebutuhan yang sudah terpenuhi

menimbulkan kebutuhan baru yang menuntut pikiran kritis dan analisis baru. Murid harus didorong berfikir kritis dan analisis, sehingga potensi murid dapat berkembang maksimal. Pelajaran muatan likal di perlukan di SD untuk: 1. Pelestarian kebudayaan 2. Pengembangan kebudayaan 3. Pengubahan nilai dan sikap terhadap lingkungan. Dilihat dari sudut kewajiban sekolah, muatan lokal harus diberikan karena: 1. Merupakan tugas dan tanggung jawab sekolah 2. Memberikan pendidikan yang berwawasan lingkungan

3. Dapat memenuhi kebutuhan murid dan pembangunan masyarakat di lingkungan tertentu. Dilihat dari sudut kepentingan murid, muatan lokal harus diberikan karena: 1. Dapat mengakrabkan murid dengan lingkungannya 2. Melatih murid berpikir kritis dan analisis 3. Dapat mengembangkan potensi yang tersimpan pada setiap murid D. Pengembangan muatan lokal Landasan Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal adalah sebagai berikut: a. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah b. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional c. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan d. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi e. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan f. Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan g. Permendiknas No. 22 dan 23/2006 h. Permendiknas No. 41 Thn 2007 tentang Standar Proses i. Permendiknas No. 24 Thn 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana j. Permendiknas No. 19 Thn 2007 tentang Standar Pengelolaan k. Permendiknas No. 20 Thn 2007 Standar Penilaian Pendidikan Selain itu juga tingkat kemampuan berpikir anak dari konkrit ke abstrak dan tingkat rasa penasaran insting anak menjadi dasar pengembangan muatan lokal. Keanekaragaman budaya juga merupakan dasar pengembangan muatan lokal, karena Indonesia mempunyai beragam budaya bangsa yang semuanya mempunyai corak khusus dan khas.

E. Pola Pengembangan Muatan Lokal a. Pendekatan politik Pendekatan politik bertolak pada asumsi bahwa pelajaran mempunyai otonomi masing masing. Sehingga mata pelajaran dipandang sebagai suatu

sistem yang mempunyai komponen ciri, tujuan, metode tertentu. Cara yang ditempuh adalah: 1) Membentuk suatu disiplin tersendiri Intinya muatan lokal menjadi semakin sama dengan mata pelajaran lainnya karena kebutuhan dari daerah itu sendiri. 2) Mengisikan dan mengaitkan secara okasional Muatan lokal hanya sebagai tampilan saja, tidak teratur dan sistematis, caranya adalah dengan memasukkan pada mata pelajaran yang sudah tersedia. b. Pendekatan terpadu Pendekatan ini beranggapan bahwa semua mata pelajaran merupakan satu kesatuan, saling terpadu dan berhubungan satu sama lain. Hal tersebut sejalan dengan memasukkan muatan lokal dalam kurikulum yang berlaku, caranya: 1) Membentuk gagasan pokok Guru dapat menyusun gagasan pokok yang bersumber dari kehidupan masyarakat sebagai inti program muatan lokal. 2) Mengaitkan pokok bahasan dengan pola kehidupan Guru mempelajari GBPP kemudian mengambil pokok atau sub bahasan yang mungkin dapat dikaitkan dengan gagasan pokok dalam kehidupan masyarakat. c. Pendekatan disiplin ganda Pendekatan ini akan memodifikasi kurikulum yang berlaku dan membangun baru.

F. Dasar pengembangan muatan lokal Satuan pendidikan perlu memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik tentang kekhasan yang ada di lingkungannya melalui pembelajaran muatan lokal. Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Standar Isi yang disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mengakomodasi beranekaragam jenis muatan lokal yang dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP), serta perangkat penilaian, dan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk muatan lokal yang dilaksanakan. Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu : a. Pengembangan untuk jangka jauh Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas. b. Pengembangan untuk jangka pendek Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat. Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Perluasan muatan lokal Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya. 2. Pendalaman muatan lokal Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara,

mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang telah dewasa. c. Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada: 1) Kekreatifan guru. 2) Kesesuaian program 3) Ketersediaan sarana dan prasarana 4) cara pengeloaan 5) Kesiapan siswa 6) Partisipasi masyarakat setempat 7) Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi dapat dilaksanakan dengan empat cara: a) Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal. b) GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat. c) Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada. d) Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.

G. Pengembangan muatan lokal mengacu pada GBPP Mendasarkan kepada pola penetapan kehidupan, dan

mempelajarinya kemudian menguraikannya. Penyusunan jaringan gagasan pokok didasarkan pada tingkat kemampuan berpikir dan perkembangan fisik, mental sosial serta kesediaan alokasi waktu. H. Pengembangan muatan lokal berbasis pola kehidupan Membutuhkan kerja sama yang rapi antara dewan guru, kepala sekolah, penilik sekolah dan yang lainnya yang seharusnya bekerja di bawah koordinasi kemendiknas. Kerja sama tersebut akan berdampak positif, yaitu

penyerapan informasi potensi daerah dan pengembangannya akan berjalan maksimal. I. Pengembangan muatan lokal berdasar pada aspek kehidupan Pengembangan muatan lokal tidak dapat diselesaikan hanya dengan pengembangan yang mengacu pada GBPP dan pola kehidupan, hal ini karena masih banyaknya aspek kebudayaan daerah itu sendiri yang berbeda dan tidak dapat dikaitkan dengan kedua pengembangan tersebut. Aspek tersebut memerlukan waktu alokasi tersendiri untuk ekstrakurikuler. J. Pengembangan muatan lokal berbasis kurikulum Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Pengembangan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Ada dua pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi pelaksanaan KTSP yaitu: a. Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan Kondisi Sekolah Saat Ini Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang memang tidak mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah: 1) Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah 2) Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata Pelajaran Muatan Lokal tersebut ke dalam SK dan KD 3) Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah bisa menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal

dari sekolah lain atau tetap menggunakan Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai. b. Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah 2) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal 3) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal 4) Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal 5) Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Lebih lanjut langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah. Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:

1)

Rencana

pembangunan

daerah

bersangkutan

termasuk

prioritas

pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable

development); 2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan; 3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya. b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan local Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk: 1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; 2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu; 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta; 4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari; c. Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada criteria berikut: 1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; 2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; 3) Tersedianya sarana dan prasarana 4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa 5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan 6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; 7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah. d. Menentukan Mata Pelajaran

Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek

pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP: 1) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkahlangkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut: a) Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah

menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. b) Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai. c) Pengembangan silabus secara umum Pihak yang teribat dalam Pengembangan Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal.

Bila dirasa tidak mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama dengan dengan unsur-unsur Depdiknas seperti Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh masyarakat. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing; b. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal; c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing; d. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan; e. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam: a. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal; b. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran; c. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian/pelajaran. Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah: a. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan; b. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan

keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu;

c. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari nara sumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai aspek, antara lain: sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi. Sebagai salah satu kurikulum dalam dunia pendidikan, Muatan Lokal dalam pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara lain dari segi: peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana, bahkan kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di minimalisir dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan bagi para pengajar, lebih memantapkan kurikulum, dengan evaluasi yang berkesinambungan dan sebagainya. Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air.

B. Saran Muatan lokal itu perlu diberikan kepada peserta didik agar lebih mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Ansyar, Mohd.1996/1997.Pengembangan Muatan Lokal.Semarang.Depdikbud http://puguhgitajanuar.blog.uns.ac.id/?p=23 http://bandono.web.id/2010/10/06/511.php

Anda mungkin juga menyukai