Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR TANAH GRUMUSOL TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Pentingnya peranan struktur tanah pada pertumbuhan tanaman telah lama disadari oleh para praktisi pertanian ataupun pakar pertanian. Pengolahan tanah, yang merupakan teknologi pertanian yang paling awal dan paling banyak dikenal merupakan salah satu wujud pemahaman manusia akan pentingnya peranan struktur tanah dalam tindakan budidaya pertanian. Dapat dikemukakan bahwa struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman lewat pengaruhnya terhadap perkembangan akar tanaman dan terhadap proses-proses fisiologi akar tanamn. Proses fisiologi akar tanaman yang dipengaruhi oleh struktur tanah termasuk absorbsi tanah, absorbsi air dan respirasi. Disamping itu struktur tanah juga berpengaruh terhadap pergerakan air dan sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah. Di Indonesia terdapat jenis tanah grumusol yang terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperature tahunan rata-rata 25 C dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau. Bahan induknya terbatas pada tanah bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang sudah mengalami pelapukan seperti kapur, batu napal, tuff, endapan alluvial, dan abu vulkanik. Kandungan bahan organic umumnya antara 1,4 4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Tanah yang kaya akan kapur kebanyakan hitam, sedang tanah-tanah yang berwarna kelabu biasanya bersifat asam. Mengenai kandungan basanya, jenis tanah ini mengandung unsure-unsur Ca dan Mg tinggi, bahkan dalam beberapa keadaan dapat pula terbentuk konkresi kapur dan akumulasi kapur lunak. Konkresi kapur terdapat di lapisan atas dan makin berkembang tanahnya makin dalam letaknya, jumlah serta besarnyapun bertambah. Seringkali bersama-sama dengan kapur lunak membentuk lapisan kapur yang dapat mencapai tebal satu meter. Konkresi besi juga kadang-kadang terdapat dalam profil tanah. Temperatur untuk terjadinya tanah grumusol yaitu 15,5C 26,5 C. Bahan induk pada umumnya clay stone, disamping bahan sedimentasi misalnya : alluvium, collovium,

marl. Bahan yang umum : batuan kapur, marl shale, gabbio, diabase, supertline, basalt, volcanic ash, dan tuff Soil Survey Staff mengusulkan nama vertisol untuk jenis tanah yang masih dikenal dengan nama grumusol. Grumusol diusulkan oleh Oakes dan Y. Thorp (1950) untk tanah lempung berwarna kelam yang bersifat fisik berat. Nama ini beasal dari istilah grumus (gumpal keras) meliputi tanah-tanah yang dinamakan Margalite Soils, Black Earths, Regur, juga Black Cotton sSoils di India, Tirs di Maroko dan juga Rendzina di beberapa Negara Eropa. Ciri-ciri tanah ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Tekstur lempung dalam bentuk yang mencirikan tanpa horizon eluvial dan iluvial strukstur lapisan atas granuler, sering seperti bunga kubis (cauli flower structure), dan lapisan bawah menggumpal atau pejal 4. 5. 6. 7. 8. mengandung kapur koefisien ekspansi (pemuaian) tinggi jika diubah kadar airnya seringkali mikro reliefnya terjadi peninggian-peninggian setempat yang teratur extremely plastic, bila lembab keras dan sangat keras bila kering bahan induk berkapur, napal, shell, marl, dan berlempung sehingga kedap air (impermeable) 9. warna kelabu, kelam atau chroma kecil

10. pH netral sampai alkalis 11. KPK dan base saturation tinggi 12. pada jeluk 30 cm ke bawah menunjukan adanya slicken side (cermin sesar) besi juga kadang-kadang terdapat dalam profil tanah. Berdasarkan factor pembentuk tanah yang dominant dapat dibedakan macammacam grumusol (Dames, 1950 cit. ) sebagai berikut : a) Grumusol pada batu kapur dan batu kapur bernapal : yang perkembangannya ditentukan oleh susunan dan struktur batu kapur serta kadar lempung yang tinggi, sehingga mempunyai sifat plastisitas, pemuaian dan pengkerutan terkecil di antara tanah grumusol lainnya.

b)

Grumusol pada marl, oalcareous shales dan batu kapur loam : yang terjadi di peguningan bergelombang di Madura yang seringkali mengalami peremajaan akibat erosi, dan pelapukan yang cepat terhadap bahan induk bertekstur halus, berkadar kapur tinggi dan terletak di daerah bergelombang. Tanah atas lempung berwarna coklat kelam dengan pH 7,8 mengandung konkresi kapur. Lapisan bawah (subsoil) setebal rata-rata 30 cm, bertekstur lempung geluhan, pH 8,2 kaya konkresi kapur. Di bawahnya lagi batu lempung pasiran berwarna kelabu berbercak coklat.

c)

Grumusol pada sediment tuff tertier : di Gunung Kidul mempunyai cirri-ciri : susunan horizon dari atas ke bawah lempung berwarna kelabu yang peka terhadap erosi dan mengandung konkresi besi. Di bawahnya batuan induk yang telah mengalami pelapukan tipis, pH 6 6,5, tanpa konkresi kapur, tetapi kadarnya dalam ekstrak HCl cukup besar.

d)

Grumusol pada lahar : terdapat di lembah dan kaki pegunungan, terbentuk karena endapan lahar muda di daerah yang tinggi di pegunungan berapi dimana curah hujan tinggi dan merata mengalami pencucian yang hebat, sehingga aliran tetap air tanah melarutkan garam, menghanytutkan silica turun, danmenyebabkan terbentuknya lempung montmorilonit.

e)

Grumusol endapan alluvial : berkembang pada dataran alluvial yang keadaan iklimnya cocok pada endapan vulkanik dan napal yanh halus.

f)

Grumusol bergaram (saline) : terdapat di Jawa Timur yang keadaan iklimnya sangat kering dengan curah hujan tahunan 1000 mm dan 6 bulan kering, berkembang pada tuff basalitik kuarter membentuk solum hitam yang dalam dengan pH tanah atas 7,2 dan makin ke bawah pHnya naik sampai 8,7 padajeluk 50 cm. Lempung dalam lapisan garam mengalami dispersi; tanah Grumusol banyak terdapat di Nusa Tenggara Sifat tanah grumusol yang telah lama dijadikan tanah pertanian adalah kadar asam

fosfat yang rendah, grumusol muda mengandung abu vulkan atau sisa-sisa batuan bernapal yang kaya akan fosfat. Dalam beberapa hal ada korelasi antara kadar fosfat dan kadar kapur, artinya tanah yang kaya akan fosfat biasanya alkalis, sehingga unsure hara itu tidak siap untuk diserap. Umumnya tanah yang telah berkembang juga miskin akan

unsure hara N, meskipun dalam batas yang lebih luas. Kurangnya bahan yang dikandung disertai kekurangan unsure N dalam tanah. Sifat-sifat fisik tanah grumusol yang sangat berat menyebabkan jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi dan bahaya longsoran (soil creep). Hal ini mengakibatkan relief tanah di tempat yang lebih tinggi menjadi bergelombang dan di dataran membentuk bukit-bukit kecil yang cembung yang pernah ditemukan di pulaui Sumba yang sangat kering yang dinamakan gilgai. Dengan mengatur drainase, irigasi dan pengolahan tanah disertai pemupukan bahan organic untuk memperbaiki struktur tanah, jenis tanah ini dapat memberi hasil kapas, padi, tebu, dan berbagai tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Rosmarram, A., D. Shidieq, dan Suntoro W. A. 1988. Klasifikasi Tanah. Fakultas Pertanian. Surakarta. Islami, T., W. H Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Ikip Semarang Press. Semarang.

PAPER DASAR-DASAR ILMU TANAH PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR TANAH GRUMUSOL TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Disusun oleh : Nama : Eka Kartika Sari Nim Gol : 03/171237/PN/09918 : B-4

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA JOGJAKARTA 2004

Anda mungkin juga menyukai