Anda di halaman 1dari 70

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Latihan Berstruktur Pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat (Penelitian Tindakan

pada Siswa Kel


BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Diantara berbagai masalah yang ada, masalah kualitas pendidikan/hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku belajar-mengajar yang positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk memperoleh pembelajaran yang berhasil maka guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu guru sebagai elemen penting dalam proses belajar mengajar harus berperan aktif dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan refleksi terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga siswa merasa tidak bosan dan bahkan selalu termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Dari hasil observasi dan diskusi awal dengan beberapa guru matematika di SMP Negeri 6 Kulisusu pada tanggal 21 Februari 2008 diperoleh informasi bahwa prestasi belajar mereka masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN matematika tahun ajaran 2006/ 2007 masih rendah yaitu 5,08. Selain itu juga siswa menunjukan sikap yang kurang bersemangat mengikuti pelajaran. Mereka tidak bersemangat dalam belajar. Hal ini berdasarkan wawancara dengan siswa, mereka mengatakan bahwa mereka merasa bosan belajar matematika, akhirnya mereka menjadi malas belajar. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Dari kondisi ini guru sebaiknya melakukan refleksi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Rendahnya perolehan rata-rata prestasi belajar matematika, salah satunya disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan guru yang hanya menggunakan metode ceramah, diskusi informasi, karena metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing maka keberhasilan belajar bergantung pada ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara tujuan pokok dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian guru yang mengajarkan materi tersebut. Dalam kurikulum matematika diharapkan sebaiknya membangkitkan kreativitas siswa agar siswa tersebut belajar aktif, dimungkinkan konsep-konsep matematika yang diajar sudah dipahami dengan baik. Oleh sebab itu dalam memilih metode sebaiknya guru mengacu pada cara kerja siswa aktif sehingga diharapkan metode mengajar yang digunakan lebih efektif. Untuk dapat mengarahkan siswa sehingga dapat bekerja aktif dalam pembelajaran, maka alternatif solusi yang kami tawarkan adalah dengan menerapkan metode latihan berstruktur pada pembelajaran matematika. Alasan kami menawarkan metode latihan berstruktur sebagai alternatif solusi atas permasalahan yang diahadapi di SMPN Negri 6 Kulisusu karena melalui metodi ini diharapkan dapat

membangkitkan kreatifitas siswa dan siswa dapat belajar lebih akatif sebab merekan lebih banyak berperan dalam pembelajaran. Metode ini akan membimbing siswa agar lebih mudah memahami pelajaran matematika karena pembelajarannya terstruktur mulai dari hal-hal yang sederhana sampai pada hal-hal yang lebih lompleks, sehingga pemahaman siswa juga lebih mendalam. Dengan menerapkan metode ini maka diharapkan nilai UAN siswa SMP Negeri 6 Kulisusu akan meningkat. Olehnya itu Metode latihan berstruktur merupakan salah satu metode mengajar yang seharusnya diterapkan oleh guru di SMP Naegeri 6 Kulisusu untuk mengatasi masalah dalam proses belajar mengajar. Melalui metode ini siswa dalam mempelajari materi pelajaran dimodelkan atau dipresentasikan lebih dahulu oleh guru secara tahap demi tahap dan terstruktur mulai dari materi yang sifatnya sederhana menuju ke materi yang sifatnya lebih kompleks. Agar setiap siswa dapat menyelesaikan masalah pada konsep yang kompleks maka diberikan pelatihan lanjutan namun masih berada dibawah bimbingan guru. Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Latihan Berstruktur Pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah Apakah melalui penerapan metode latihan berstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat? D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat melalui metode latihan berstruktur. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Bagi guru, dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep bilangan berpangkat sehingga dapat dipahami oleh siswa dengan baik. 2.Bagi siswa, sebagai bahan evaluasi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar utamanya hasil belajar matematika. 3.Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. 4.Bagi peneliti: menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan keilmuan. 5.Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang menyangkut topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini. BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Proses Belajar-Mengajar Menurut Usman (1993:4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya, sedangkan menurut Whitaker dalam Sumanto (1990) menjelaskan bahwa belajar adalah proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi dalam diri siswa ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang dimaksudkan dalam belajar adalah adanya perubahan tingkah laku anak didik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak terampil menjadi terampil. Proses belajar-mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Hal senada diungkapkan Usman (1993:6) bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses belajarmengajar merupakan kegiatan memberi, membimbing atau mengarahkan dan menerima ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dari guru sebagai pendididik kepada siswa sebagai peserta didik. 2. Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yakni prestizie yang berarti apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Pada dasarnya prestasi belajar itu diperoleh melalui proses belajar, dimana proses belajar bukan hanya mencatat, membaca dan tidak pula hanya sekedar menghafal melainkan harus dimengerti dan dipahami tentang apa dan bagaimana sesuatu itu dipelajari. Winkel (1984:162) mengartikan kata prestasi sebagai bukti keberhasilan usaha yang dicapai, sedangkan Nasution (2001:39) menyatakan bahwa prestasi adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan, sehingga prestasi belajar adalah prestasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang yang dicapai karena telah melakukan usaha belajar yang optimal. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor internal tersebut meliputi prasyarat belajar yaitu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, ketrampilan belajar yang dimiliki siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian, dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita dan hubungannya dengan orang lain. Faktor eksternal antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar adalah hasil-hasil yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar. Hasil-hasil yang dicapai siswa tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) aspek kognitif yang mencakup ketramplan intelektual, strategi-strategi kognitif dan informasi verbal, (2) afektif yang berhubungan dengan sikap, dan (3) psikomotor yang berhubungan dengan ketrampilan-ketrampilan motorik. Hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru baik dilakukan melalui tes tertulis maupun lisan. Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi

belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar dan merupakan interaksi antar berbagai faktor. Jika dikaitkan dengan Matematika, maka prestasi belajar matematika merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika setelah proses belajar-mengajar matematika dalam selang waktu tertentu yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari hasil belajar matematika. Prestasi belajar matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prestasi yang akan diperoleh sisiwa pada pokok bahasan bilangan berpangkat setelah siswa diajar dengan model pembelajaran terstruktur. Jadi prestasi belejar metematika disini adalah tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika tentang bilangan berpangkat setelah proses belajar-mengajar dengan metode latihan berstruktur dalam waktu tertentu yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari hasil belajar matematika tentang bilangan berpangkat. 3. Metode Latihan Berstruktur Metode latihan berstruktur merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu (Roestiyah :2001). Pemberian latihan dilakukan setelah siswa memperoleh konsep yang akan dilatihkan. Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal-soal yang sederhana ke soalsoal yang lebih kompleks. Hal ini dilakukan dengan bimbingan dari guru, dimana guru terlebih dahulu memberikan contoh cara menyelesaikan soal secara berstruktur dengan baik. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk menyelesaikan soal-soal yang sejenis dengan soal yang telah diselesaikan oleh guru. Dengan metode latihan berstruktur, para siswa akan merasa terbimbing secara baik dan dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dengan benar. Dalam kaitannya dengan metode mengajar, Slameto (1995) mengungkapkan bahwa metode latihan berstruktur ini merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kecakapan mental dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya melalui latihan yang dibuat secara berstruktur, sehingga siswa terlatih untuk berpikir secara lebih sistematis, logis, teliti, dan teratur . Selanjutnya Slameto (1995) menjelaskan tujuan metode latihan berstruktur secara khusus sebagai berikut: 1. Siswa memiliki ketrampilan motorik/gesit seperti menghafal, menggunakan alat-alat dan lainlain. 2. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan dan mengurangi. 3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal yang lain seperti hubungan sebab akibat tujuan belajar. Apabila seorang guru akan menerapkan secara terpadu metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung akan nampak pada saat membimbing siswa melakukan pengetahuan dan keterampilan secara terstruktur dan pada saat membimbing pelatihan lanjutan. Menurut Roestiyah (2001) menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: 1.Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan maksud dan tujuan latihan sebelum siswa melakukannya. 2.Menggunakan latihan hanya untuk materi/konsep yang dilakukan secara otomatis siswa tanpa menggunakan pertimbangan yang mendalam seperti menghafal, menghitung dan lain-lain. 3.Dalam latihan pendahuluan guru harus lebih dahulu harus menekankan pada diagnosa, karena

pelatihan permulaan tersebut belum diharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran 4.Guru harus memperhitungkan waktu atau masa latihan agar siswa tidak merasa bosan. Untuk melaksanakan pembelajaran ini digunakan model pembelajaran langsung. Dalam melaksanakan pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting yang dirangkum dalam tabel di bawah: Fase Peran Guru 1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2.Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan 3.Membimbing pelatihan 4.Mengecek pemahaman dan umpan balik 5.Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan 1. Guru menjelaskan indikator pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran 2.Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap 3.Guru merencanakan dan membimbing pelatihan awal 4.Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari Tabel 1. Sintaks (fase-fase) Model Pengajaran Langsung (Nur, 2000) 4.Materi Bilangan Berpangkat a.Pangkat bulat positif Definisi: Apabila n adalah sebuah bilangan bulat positif dan a bilangan real maka didefinisikan sebagai perkalian n faktor yang masing-masing faktornya adalah a (Noermandiri dan Sucipto, 2000:2). Sifat-sifat bilangan dengan pangkat bulat positif (Noermandiri dan Sucipto: 2002:2-8) a)Sifat 1 Jika m dan n adalah bilangan bulat positif dan a R, maka b)Sifat 2 Jika a (a 0) dan m dan n adalah bilangan bulat positif, maka: c)Sifat 3 Jika m dan n adalah bilangan bulat positif dan a R, maka d)Sifat 4 Jika n adalah bilangan bulat positif dan a,b R, maka e)Sifat 5 Jika n adalah bilangan bulat positif dan dan a,b R dan , maka b.Pangkat 0 dan pangkat bulat negatif Sifat-sifat bilangan dengan pangkat 0 dan pangkat bulat negatif f)Sifat 6

Untuk setiap a bilangan real, dan a 0, maka berlaku g)Sifat 7 Untuk setiap bilangan real a dan bilangan bulat n, berlaku: . c.Pangkat tak sebenarnya (Harta, 2005:95-107) , bentuk dengan m,n bilangan bulat dan n 1, dinamakan bilangan bulat berpangkat tak sebenarnya. Bilangan berpangkat tak sebenarnya adalah suatu bilangan yang bila ditarik akarnya menghasilkan suatu bilangan bulat yang berpangkat pecahan. Untuk , maka = 0 asalkan m dan n positif. d.Bilangan kuadrat sempurna Bilangan kuadrat sempurna adalah suatu bilangan yang apabila ditarik akarnya menghasilkan suatu bilangan bulat. e.Operasi pangkat tak sebenarnya Penyederhanaan bentuk akar Untuk bilangan a dan b tidak negatif berlaku: Perpangkatan dan perkalian bentuk akar Untuk a bilangan rasional dan m,n dan k adalah bilangan bulat berlaku Pembagian bentuk akar Untuk b , a dan b bilangan tidak negatif, berlaku dan 5. Hipotesis Penelitian Tindakan Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian tindakan yaitu : Melalui metode latihan berstruktur prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat dapat ditingkatkan. BAB III METODE PENELITIAN 1. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Kulisusu pada tanggal 7 April sampai dengan 12 Mei 2008 semester genap tahun pelajaran 2007/2008. 2 Faktor yang Diteliti Ada beberapa faktor yang ingin diteliti untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di atas. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a.Faktor siswa; untuk melihat prestasi belajar siswa dalam mempelajari matematika. b.Faktor guru; untuk melihat bagaimana materi pelajaran dipersiapkan dan bagaimana teknik guru dalam menerapkan model pembelajaran problem posing. c.Faktor sumber belajar; untuk melihat apakah sumber pelajaran yang tersedia dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan. 3. Prosedur penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus, dimana tiap-tiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui prestasi siswa dalam belajar matematika, sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal, sedangkan observasi adalah untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar

matematika. Tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut: a.Perencanaan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu: 1)Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 2)Membuat lembar observasi, 3)Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang baik. 4)Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa. 5)Menyiapkan jurnal untuk refleksi diri. b.Pelaksanaan tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang termuat dalam RPP yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: a.Siklus I 1) Perencanaan Kegiatan yang dilakukan selama perencanaan tindakan kelas dengan menerapkan metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung pada siklus I yaitu: a)Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kelas b)Menganalisis dan merumuskan masalah yang terjadi untuk dibenahi dalam pelaksanaan tindakan c)Merencanakan perbaikan atau perencanaan tindakan 2). Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan atau pelaksanaan perbaikan mencakup 2 (dua) tahap yakni sebagai berikut a)Menyiapkan pelaksanaan tindakan yang terdiri dari beberapa langkah yaitu: (1) membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan, (2) menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan (3) menyiapkan cara mengambil dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan, dan (4) peneliti menetapkan keyakinan untuk melaksanakan dan berkolaborasi dengan guru bidang studi Matematika dalam melakukan tindakan perbaikan. b)Melaksanakan tindakan dengan menerapkan secara terpadu metode latihan berstruktur pada materi pokok bilangan berpangkat (RPP 1 dan RPP 2). 3). Observasi Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan tindakan melalui penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Di samping itu juga akan dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan pada materi pokok bilangan berpangkat (RPP1 dan RPP2). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. 4). Refleksi dan tindak lanjut Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi akan dikumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan kegiatan yaitu : a)Mengkaji perubahan-perubahan aktivitas dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setiap individu b)Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya c)Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya

d)Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah bila nilai yang dicapai siswa secara individu 6,5 dan secara kelompok 7,5 (Usman, 1993:96). b. Siklus 2 1) Perencanaan Kegiatan yang dilakukan selama perencanaan pada siklus 2 adalah: a)peneliti menetapkan/merumuskan kelebihan dan kekurangan yang telah dicapai dalam siklus 1 b)peneliti meninjau/merevisi kembali Rencana pelaksanaan pembelajaran pada RPP 1 dan RPP 2. 2)Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan secara terpadu metode latihan berstruktur pada materi pokok bilangan berpangkat dan bentuk akar (RPP 3 dan RPP 4). 3)Observasi/Evaluasi Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan melalui penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan pada materi bilangan berpangkat dan bentuk akar (RPP 3 dan RPP 4). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. 4)Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi dikumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan kegiatan yaitu : a)Mengkaji perubahan-perubahan aktivitas dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setiap individu b)Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya c)Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya d)Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah bila nilai yang dicapai siswa secara individu 6,5 dan secara kelompok 7,5 (Usman, 1993:96). c. Siklus 3 1) Perencanaan Kegiatan yang akan dilakukan selama perencanaan pada siklus 3 adalah: a)peneliti menetapkan/merumuskan kelebihan dan kekurangan yang telah dicapai dalam siklus 2 c)peneliti meninjau/merevisi kembali Rencana pelasanaan pembelajaran pada RPP 3 dan RPP 4 2)Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan pembelajaran dengan melaksanakan secara terpadu metode latihan berstruktur pada materi pokok bilangan berpangkat dan bentuk akar (RPP 5 dan RPP 6). 3)Observasi/Evaluasi Pada tahap ini akan dilakukan observasi terhadap pelaksanakan tindakan melalui penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu juga akan dilakukan evaluasi terhadap daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan pada materi pokok bilangan berpangkat (RPP 5 dan RPP 6). Hasil yang didapatkan pada observasi/evaluasi selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. 4)Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi/evaluasi dikumpul dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilakukan kegiatan yaitu : a) Mengkaji perubahan-perubahan aktivitas dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setiap individu b) Melakukan analisis tentang tindakan yang telah diberikan, baik keunggulan maupun kelemahan/kegagalannya c) Menetapkan metode/strategi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya d) Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah bila nilai yang dicapai siswa secara individu 65 dan secara kelompok 75 (Usman, 1993:96). 4. Model penelitian tindakan kelas

Gambar 1. Desain penelitian tindakan kelas (Jatmika, 2003: 9) 5. Cara pengambilan data a.Sumber data dalam penelitian ini meliputi data dari siswa, guru, dan proses pembelajaran b.Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi: (a) aktivitas siswa selama proses pembelajaran, (b) pengelolaan pengajaran guru selama proses pembelajaran. Data kuantitatif adalah data hasil prestasi belajar siswa pada materi pokok bilangan berpangkat yang meliputi nilai pretest, nilai hasil belajar siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 serta nilai posttest c.Cara pengambilan data dilakukan melalui: (a) untuk data aktivitas siswa diperoleh dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, (b) data pengelolaan pengajaran oleh guru diperoleh dengan menggunakan lembar observasi terhadap pengelolaan pengajaran dan (c) data prestasi belajar siswa diperoleh melalui pretest, tes siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 serta posttest 6. Teknik analisis data Data-data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran distribusi hasil belajar Matematika yang diajarkan dengan penerapan metode latihan berstruktur baik melalui tes setiap siklusnya, pretest, maupun posttest. Adapun rumus yang digunakan yaitu: a.Penilaian hasil tes Rentang nilai yang akan digunakan untuk tes obyektif dalam penelitian ini adalah 0 sampai dengan 100, maka penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus: (Usman, 1993:136)

Menentukan nilai rata-rata (Sudjana, 1986:67) Dengan = Nilai rata-rata = Nilai tiap-tiap siswa n = Jumlah siswa b.Standar deviasi (Sudjana, 1986:95) c.Menghitung Persentase siswa yang gagal dalam mengikuti tes (Usman, 1993:139) d.Menentukan persentase peningkatan hasil belajar setelah diberikan pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur menggunakan rumus : (Rusel, 1974: 23) Dengan : P = Persentase peningkatan hasil belajar Ni = Nilai siswa setelah diberikan pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur Nf = Nilai siswa sebelum diberikan pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur e.Menentukan persentase rata-rata peningkatan hasil belajar setelah diberikan pengajaran dengan penerapan secara terpadu metode latihan berstruktur menggunakan rumus : (Rusel, 1974: 94) BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Data Hasil Penelitian

Data hasil belajar siswa dapat disajikan dalam tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1. Data hasil belajar matematika pada pokok bahasan bilangan berpangkat No Urut Kode Siswa Tes Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tes Akhir

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai 1 AA 7 23.33 4 33.33 7 58.33 7 58.33 20 66.67 2 AE 12 40.00 8 66.67 9 75.00 9 75.00 22 73.33 3

DE 11 36.67 7 58.33 7 58.33 9 75.00 24 80.00 4 FR 10 33.33 6 50.00 8 66.67 8 66.67 20 66.67 5 BR 6 20.00 8 66.67 8 66.67 9 75.00 24 80.00 6 AR 6 20.00 9 75.00 8 66.67 9 75.00 23

76.67 7 AS 7 23.33 6 50.00 7 58.33 8 66.67 17 56.67 8 EB 11 36.67 7 58.33 8 66.67 9 75.00 23 76.67 9 ER 11 36.67 8 66.67 9 75.00 9 75.00 26 86.67 10 EK 14 46.67 6 50.00 7 58.33 7

58.33 17 56.67 11 EV 8 26.67 6 50.00 7 58.33 8 66.67 23 76.67 12 FI 8 26.67 9 75.00 9 75.00 10 83.33 26 86.67 13 HE 11 36.67 8 66.67 10 83.33 9 75.00 26 86.67 14 IR 9 30.00 8 66.67 9

75.00 9 75.00 25 83.33 15 BO 11 36.67 8 66.67 7 58.33 9 75.00 22 73.33 16 AL 12 40.00 9 75.00 10 83.33 11 91.67 27 90.00 17 ASR 7 23.33 7 58.33 7 58.33 8 66.67 20 66.67 18 AL 8 26.67 8

66.67 9 75.00 9 75.00 24 80.00 19 SAM 8 26.67 7 58.33 7 58.33 9 75.00 21 70.00 20 SY 7 23.33 6 50.00 6 50.00 10 83.33 25 83.33 21 NA 5 16.67 4 33.33 6 50.00 7 58.33 17 56.67 22 NI 8

26.67 7 58.33 9 75.00 10 83.33 25 83.33 23 NO 9 30.00 6 50.00 8 66.67 9 75.00 21 70.00 24 RA 10 33.33 6 50.00 7 58.33 8 66.67 22 73.33 25 SAM 8 26.67 7 58.33 6 50.00 9 75.00 27 90.00 26

SAN 7 23.33 7 58.33 7 58.33 8 66.67 21 70.00 27 SAR 9 30.00 8 66.67 9 75.00 10 83.33 26 86.67 28 SRF 11 36.67 7 58.33 7 58.33 9 75.00 25 83.33 29 SEP 11 36.67 8 66.67 7 58.33 9 75.00 18

60.00 30 SRI 10 33.33 7 58.33 8 66.67 8 66.67 20 66.67 31 SYU 11 36.67 4 33.33 6 50.00 9 75.00 26 86.67 32 TON 8 26.67 8 66.67 7 58.33 8 66.67 20 66.67 33 DA 9 30.00 7 58.33 10 83.33 9

75.00 23 76.67 34 NIT 10 33.33 9 75.00 9 75.00 8 66.67 23 76.67 35 RAH 9 30.00 7 58.33 7 58.33 8 66.67 21 70.00 36 NUR 10 33.33 7 58.33 8 66.67 7 58.33 20 66.67 Rata-rata 30.46 58.80 64.81

72.22 75.00 Nilai Minimum 16.67 33.33 50.00 58.33 56.67 Nilai Maksimum 46.67 75.00 83.33 91.67 90.00 Standar Deviasi 6.67 10.90 9.782 7.715 9.644 Varian 44.54 118.8 95.68 59.52 93.02 Data diatas selanjutnya diklasifikasikan kedalam 5 kategori ( sangat rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), tinggi (T) dan Sangat Tinggi (ST)) yang disajikan dalam tabel 4.2

Tabel 4.2 Pengkategorian Hasil Belajar Matematika No Urut Kode Siswa Tes Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tes Akhir

N K N K N K N K N K 1 AA 23.33 SR 33.33 SR 58.33 S 58.33 S 66.67 T 2 AE 40.00 R 66.67 T 75.00 T 75.00 T 73.33 T 3 DE

36.67 SR 58.33 S 58.33 S 75.00 T 80.00 T 4 FR 33.33 SR 50.00 R 66.67 T 66.67 T 66.67 T 5 BR 20.00 SR 66.67 T 66.67 T 75.00 T 80.00 T 6 AR 20.00 SR 75.00 T 66.67 T 75.00 T 76.67 T

7 AS 23.33 SR 50.00 R 58.33 S 66.67 T 56.67 S 8 EB 36.67 SR 58.33 S 66.67 T 75.00 T 76.67 T 9 ER 36.67 SR 66.67 T 75.00 T 75.00 T 86.67 ST 10 EK 46.67 R 50.00 R 58.33 S 58.33 S

56.67 S 11 EV 26.67 SR 50.00 R 58.33 S 66.67 T 76.67 T 12 FI 26.67 SR 75.00 T 75.00 T 83.33 T 86.67 ST 13 HE 36.67 SR 66.67 T 83.33 T 75.00 T 86.67 ST 14 IR 30.00 SR 66.67 T 75.00 T

75.00 T 83.33 T 15 BO 36.67 SR 66.67 T 58.33 S 75.00 T 73.33 T 16 AL 40.00 R 75.00 T 83.33 T 91.67 ST 90.00 ST 17 ASR 23.33 SR 58.33 S 58.33 S 66.67 T 66.67 T 18 AL 26.67 SR 66.67 T

75.00 T 75.00 T 80.00 T 19 SAM 26.67 SR 58.33 S 58.33 S 75.00 T 70.00 T 20 SY 23.33 SR 50.00 R 50.00 R 83.33 T 83.33 T 21 NA 16.67 SR 33.33 SR 50.00 R 58.33 S 56.67 S 22 NI 26.67 SR

58.33 S 75.00 T 83.33 T 83.33 T 23 NO 30.00 SR 50.00 R 66.67 T 75.00 T 70.00 T 24 RA 33.33 SR 50.00 R 58.33 S 66.67 T 73.33 T 25 SAM 26.67 SR 58.33 S 50.00 R 75.00 T 90.00 ST 26 SAN

23.33 SR 58.33 S 58.33 S 66.67 T 70.00 T 27 SAR 30.00 SR 66.67 T 75.00 T 83.33 T 86.67 ST 28 SRF 36.67 SR 58.33 S 58.33 S 75.00 T 83.33 T 29 SEP 36.67 SR 66.67 T 58.33 S 75.00 T 60.00 S

30 SRI 33.33 SR 58.33 S 66.67 T 66.67 T 66.67 T 31 SYU 36.67 SR 33.33 SR 50.00 R 75.00 T 86.67 ST 32 TON 26.67 SR 66.67 T 58.33 S 66.67 T 66.67 T 33 DA 30.00 SR 58.33 S 83.33 T 75.00 T

76.67 T 34 NIT 33.33 SR 75.00 T 75.00 T 66.67 T 76.67 T 35 RAH 30.00 SR 58.33 S 58.33 S 66.67 T 70.00 T 36 NUR 33.33 SR 58.33 S 66.67 T 58.33 S 66.67 T Keterangan: N = Nilai K = Kategori SR = Sangat rendah R = rendah S = Sedang T = Tinggi

ST = Sangat tinggi Selanjutnya pengkategorian hasil belajar direkapitulasi pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Rekapitulasi Pengkategorian Hasil Belajar Matematika No Interval Kategori Tes Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tes Akhir

f P (%) f P (%) f P (%) f P (%) f P (%) 1 0 - 39,9 SR 33 91.67 3 8.33 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 40 - 54,9 R 3 8.33 7 19.44 4 11.11

0 0.00 0 0.00 3 55 - 65,9 S 0 0.00 12 33.33 14 38.89 4 11.11 4 11.11 4 66 - 84,9 T 0 0.00 14 38.89 18 50.00 31 86.11 25 69.44 5 85 - 100 ST 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.78 7 19.44 Jumlah 36

100.00 36 100.00 36 100.00 36 100.00 36 100.00 Keterangan: f = frekuensi; P = persentase Dengan menerapkan syarat ketuntasan individual dengan nilai 65 dan ketuntasan klasikal dengan nilai 75%, maka diperoleh data ketuntasan hasil belajar siswa mulai dari tes awal sampai dengan tes akhir seperti disajikan pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 4.5 Data Ketuntasan Belajar Siswa No Urut Kode Siswa Tes Awal Siklus I Siklus II Siklus III Tes Akhir

N K N K N K N K N K 1 AA 23.33 BT 33.33 BT 58.33 BT 58.33

BT 66.67 T 2 AE 40.00 BT 66.67 T 75.00 T 75.00 T 73.33 T 3 DE 36.67 BT 58.33 BT 58.33 BT 75.00 T 80.00 T 4 FR 33.33 BT 50.00 BT 66.67 T 66.67 T 66.67 T 5 BR 20.00 BT 66.67 T 66.67

T 75.00 T 80.00 T 6 AR 20.00 BT 75.00 T 66.67 T 75.00 T 76.67 T 7 AS 23.33 BT 50.00 BT 58.33 BT 66.67 T 56.67 BT 8 EB 36.67 BT 58.33 BT 66.67 T 75.00 T 76.67 T 9 ER 36.67 BT 66.67

T 75.00 T 75.00 T 86.67 T 10 EK 46.67 BT 50.00 BT 58.33 BT 58.33 BT 56.67 BT 11 EV 26.67 BT 50.00 BT 58.33 BT 66.67 T 76.67 T 12 FI 26.67 BT 75.00 T 75.00 T 83.33 T 86.67 T 13 HE 36.67

BT 66.67 T 83.33 T 75.00 T 86.67 T 14 IR 30.00 BT 66.67 T 75.00 T 75.00 T 83.33 T 15 BO 36.67 BT 66.67 T 58.33 BT 75.00 T 73.33 T 16 AL 40.00 BT 75.00 T 83.33 T 91.67 T 90.00 T 17

ASR 23.33 BT 58.33 BT 58.33 BT 66.67 T 66.67 T 18 AL 26.67 BT 66.67 T 75.00 T 75.00 T 80.00 T 19 SAM 26.67 BT 58.33 BT 58.33 BT 75.00 T 70.00 T 20 SY 23.33 BT 50.00 BT 50.00 BT 83.33 T 83.33

T 21 NA 16.67 BT 33.33 BT 50.00 BT 58.33 BT 56.67 BT 22 NI 26.67 BT 58.33 BT 75.00 T 83.33 T 83.33 T 23 NO 30.00 BT 50.00 BT 66.67 T 75.00 T 70.00 T 24 RA 33.33 BT 50.00 BT 58.33 BT 66.67

T 73.33 T 25 SAM 26.67 BT 58.33 BT 50.00 BT 75.00 T 90.00 T 26 SAN 23.33 BT 58.33 BT 58.33 BT 66.67 T 70.00 T 27 SAR 30.00 BT 66.67 T 75.00 T 83.33 T 86.67 T 28 SRF 36.67 BT 58.33 BT 58.33

BT 75.00 T 83.33 T 29 SEP 36.67 BT 66.67 T 58.33 BT 75.00 T 60.00 BT 30 SRI 33.33 BT 58.33 BT 66.67 T 66.67 T 66.67 T 31 SYU 36.67 BT 33.33 BT 50.00 BT 75.00 T 86.67 T 32 TON 26.67 BT 66.67

T 58.33 BT 66.67 T 66.67 T 33 DA 30.00 BT 58.33 BT 83.33 T 75.00 T 76.67 T 34 NIT 33.33 BT 75.00 T 75.00 T 66.67 T 76.67 T 35 RAH 30.00 BT 58.33 BT 58.33 BT 66.67 T 70.00 T 36 NUR 33.33

BT 58.33 BT 66.67 T 58.33 BT 66.67 T 0 14 18 32 32 0 38.89 50.00 88.89 88.89 36 22 36 18 36 4 36 4 Selain data-data diatas, masih ada lagi data yaitu data tentang peningkatan hasil belajar dari siklus ke siklus maupun dari tes awal ke tes akhir seperti disajikan pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

No Urut Kode Siswa Peningkatan dari

S - 1 ke S - 2 S - 2 ke S - 3 Tes awal Ke Tes Akhir

N1 N2 P12 N2 N3 P23 N. awal N. Akhir Peningkatan 1 AA 33.33 58.33 75.00 58.33 58.33 0.00 23.33 66.67 185.71 2 AE 66.67 75.00 12.50 75.00 75.00 0.00 40.00 73.33 83.33 3 DE 58.33 75.00 28.57

58.33 75.00 28.57 36.67 80.00 118.18 4 FR 50.00 66.67 33.33 66.67 66.67 0.00 33.33 66.67 100.00 5 BR 66.67 75.00 12.50 66.67 75.00 12.50 20.00 80.00 300.00 6 AR 75.00 75.00 0.00 66.67 75.00 12.50 20.00 76.67 283.33 7 AS 50.00 66.67 33.33 58.33 66.67

14.29 23.33 56.67 142.86 8 EB 58.33 75.00 28.57 66.67 75.00 12.50 36.67 76.67 109.09 9 ER 66.67 75.00 12.50 75.00 75.00 0.00 36.67 86.67 136.36 10 EK 50.00 58.33 16.67 58.33 58.33 0.00 46.67 56.67 21.43 11 EV 50.00 66.67 33.33 58.33 66.67 14.29 26.67

76.67 187.50 12 FI 75.00 83.33 11.11 75.00 83.33 11.11 26.67 86.67 225.00 13 HE 66.67 75.00 12.50 83.33 75.00 -10.00 36.67 86.67 136.36 14 IR 66.67 75.00 12.50 75.00 75.00 0.00 30.00 83.33 177.78 15 BO 66.67 75.00 12.50 58.33 75.00 28.57 36.67 73.33 100.00

16 AL 75.00 91.67 22.22 83.33 91.67 10.00 40.00 90.00 125.00 17 ASR 58.33 66.67 14.29 58.33 66.67 14.29 23.33 66.67 185.71 18 AL 66.67 75.00 12.50 75.00 75.00 0.00 26.67 80.00 200.00 19 SAM 58.33 75.00 28.57 58.33 75.00 28.57 26.67 70.00 162.50 20 SY

50.00 83.33 66.67 50.00 83.33 66.67 23.33 83.33 257.14 21 NA 33.33 58.33 75.00 50.00 58.33 16.67 16.67 56.67 240.00 22 NI 58.33 83.33 42.86 75.00 83.33 11.11 26.67 83.33 212.50 23 NO 50.00 75.00 50.00 66.67 75.00 12.50 30.00 70.00 133.33 24 RA 50.00 66.67

33.33 58.33 66.67 14.29 33.33 73.33 120.00 25 SAM 58.33 75.00 28.57 50.00 75.00 50.00 26.67 90.00 237.50 26 SAN 58.33 66.67 14.29 58.33 66.67 14.29 23.33 70.00 200.00 27 SAR 66.67 83.33 25.00 75.00 83.33 11.11 30.00 86.67 188.89 28 SRF 58.33 75.00 28.57 58.33

75.00 28.57 36.67 83.33 127.27 29 SEP 66.67 75.00 12.50 58.33 75.00 28.57 36.67 60.00 63.64 30 SRI 58.33 66.67 14.29 66.67 66.67 0.00 33.33 66.67 100.00 31 SYU 33.33 75.00 125.00 50.00 75.00 50.00 36.67 86.67 136.36 32 TON 66.67 66.67 0.00 58.33 66.67 14.29

26.67 66.67 150.00 33 DA 58.33 75.00 28.57 83.33 75.00 -10.00 30.00 76.67 155.56 34 NIT 75.00 66.67 -11.11 75.00 66.67 -11.11 33.33 76.67 130.00 35 RAH 58.33 66.67 14.29 58.33 66.67 14.29 30.00 70.00 133.33 36 NUR 58.33 58.33 0.00 66.67 58.33 -12.50 33.33 66.67

100.00 Rata-Rata 58.80 72.22 26.68 64.81 72.22 13.22 30.46 75.00 157.38

Keterangan: N1 = nilai siklus 1 P12 = Peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2

N2 = Nilai siklus 2 P23 = Peningkatan dari siklus 2 ke siklus 3

N3 = Nilai Siklus 3

B.Deskriptif Hasil Penelitian 1.Deskriptif nilai tes awal Dari hasil tes yang telah dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan metode latihan berstruktur dapat diperoleh nilai minimum 16,17; nilai maksimum 46,67; rata-rata 30,46; standar deviasi 6,67 dan varian 44,54. hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangkan berdasarkan hasil pengkategorian dari nilai tes awal yang diperoleh siswa dapat disajikan pada

gambar 4.1 berikut ini. Gambar 4.1 Deskripsi hasil belajar siswa sebelum menerapkan metode latihan berstruktur (tes awal). 2.Deskripsi Aktifitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai perolehan siswa pada tiap siklusnya, diperoleh gambaran bahwa pada siklus I dengan menerapkan metode latihan berstruktur dapat diperoleh nilai minimum 33,33; nilai maksimum 75,00; rata-rata 58,80 standar deviasi 10,9 dan varian 118,8. Dari hasil pengkategorian nilai sebagaimana disajikan pada tabel 4.3 diperoleh nilaik formatif siswa bila digambarkan peningkatannya seperti pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.2 Deskripsi Pengkategorian Nilai Formatif Siswa Melalui Metode Latihan Berstruktur Pada siklus I dijumpai 14 dari 36 siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan hasil belajar secara individual, sedangkan secara klasikal ketuntasan belajar hanya mencapai 38,89%. Hal ini menunjukkan bahwa siklus I belum dinyatakan tuntas secara klasikal. Oleh karena itu dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II). Hal ini terjadi karena metode latihan berstruktur merupakan metode pembelajaran baru bagi mereka. Pada siklus II dijumpai 18 dari 36 orang telah mencapai ketuntasan belajar secara individual, sedangkan secara klasikal ketuntasan belajar hanya mencapai 50%. Ini berarti siklus II belum dinyatakan tuntas secara klasikal. Oleh karena itu perlu dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya (Siklus III), tetapi meskipun demikian telah terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar baik secara individu maupun secara klasikal hanya saja hasilnya belum memuaskan. Pada siklus III dijumpai 32 dari 36 orang telah mencapai ketuntasan belajar secara individual, sedangkan secara klasikal ketuntasan belajar telah mencapai 88,89%. Hal ini berarti sampai pada siklus III siswa dapat dinyatakan tuntas secara klasikal dalam pembelajaran. 3.Deskripsi Nilai Akhir Dari hasil tes yang telah dilakukan sesudah pembelajaran dengan menerapkan metode latihan berstruktur (Tes Akhir) dapat diperoleh nilai minimum 58,33; nilai maksimum 91,67; rata-rata 72,22; standar deviasi 7,71 dan varian 59,52. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada 4.1, sedangkan berdasarkan hasil pengkategorian dari nilai tes akhir yang diperoleh siswa dapat disajikan pada gambar 4.3 berikut. Gambar 4.3. Deskripsi hasil belajar siswa sesudah menerapkan metode latihan berstruktur (Tes Akhir) Secara grafik perbandingan antara nilai perolehan hasil belajar siswa sebelum (Tes Awal) dan sesudah (Tes Akhir) pembelajaran dengan menerapkan metode latihan berstruktur dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4. Deskripsi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Pembelajaran Dengan Menerapkan Metode Latihan Berstruktur C.Hasil Pelaksanaan Tindakan

1.Pendahuluan Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan pertemuan awal dengan guru-guru matematika kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu. Pada pertemuan tersebut peneliti melakukan wawancara singkat terhadap guru untuk mengetahui sejauh mana pengalaman dalam melaksanakan pengajaran matematika di kelas VIII, serta untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan. Dari hasil wawancara tersebut peneliti memperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN matematika mereka masih rendah yaitu 5,0. Selain wawancara yang dilakukan dengan guru, maka peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa mereka menyatakan bahwa mereka merasa kurang semangat dalam belajar. Melihat kondisi tersebut, maka kami sebagai peneliti mengadakan observasi awal terhadap proses pembelajaran di sekolah pada tanggal 21 Februari 2008. Dari observasi tersebut peneliti memperoleh beberapa informasi baik dari pihak siswa, pihak guru maupun melalui pengamatan langsung bahwa: 1)Metode mengajar guru monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dengan metode tersebut secara terus menerus. 2)Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, mereka hanya berlaku sebagai pendengar dan pasif ketika guru mengajar, kemudian mereka mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan tulis. 3)Guru tidak menanyakan atau berusaha mengetahui kelemahan siswa dalam pembelajaran, guru juga tidak memantau satu persatu ketika guru memberi latihan kepada siswa, sehingga tidak diketahui perkembangan siswa, apa sudah mengerti atau belum. 4)Siswa juga tidak atau engan bertanya kepada guru tentang hal-hal yang tidak dimengerti dalam pembelajaran. 5)Guru dalam mengajar tidak membimbing siswa secara terstruktur seperti pada pemberian contoh, tidak difariasikan menurut tingkat kesulitannya. 6)Siswa kurang mengerti dalam pembelajaran yang pada akhirnya siswa kurang berminat dalam belajar. Melihat kondisi tersebut, maka peneliti mencoba menawarkan suatu metode pembelajaran baru, yaitu metode latihan berstruktur untuk diterapkan di kelas tersebut. Selanjutnya memberikan informasi tentang tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilakukan sekaligus merencanakan waktu pelaksanaan tindakan dan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian adalah kelas VIII2. Kelas VIII selanjutnya diberikan tes awal. Tes ini dimaksudkan untuk memperoleh skor awal yang merupakan gambaran kemampuan awal siswa. Hasil tes ini juga akan dijadikan acuan apakah kemampuan siswa dalam memahami bilangan berpangkat dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode latihan berstruktur. Format tes awal dapat di lihat pada lampiran.. Dari hasil tes awal tersebut diperoleh pemahaman siswa secara klasikal belum ada yang tuntas, bahkan nilai maksimum yang dapat dijangkau oleh siswa adalah 46,67 untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 41. Data hasil belajar matematika pada pokok bahasan bilangan berpangkat halaman 27. Hal ini menggambarkan kemampuan mereka masih rendah dalam memahami pokok bahasan bilangan berpangkat. Selanjutnya peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk penelitian ini. Rencana pembelajaran ini disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan rancangan metode latihan berstruktur. Guru memberikan masukan-masukan dan perbaikan seperlunya. Setelah itu rencana pembelajaran tersebut diberikan kepada guru yang mengajar di kelas VIII2 untuk dipelajari dan di gunakan dalam pembelajaran pada tiap siklusnya. 2.Tahap Tindakan

a.siklus I 1)Perencanaan Sesuai dengan rincian prosedur penelitian pada siklus I, pembelajaran dilakukan dua kali pertemuan tiap siklus (1 kali pertemuan 2 x 40 menit) dengan materi bilangan berpangkat dan metode yang digunakan metode latihan berstruktur. Sub pokok bahasan yang akan diajarkan dalam siklus I menurut RPP adalah pengertian bilangan berpangkat, pangkat bilangan bulat positif, bulat negatif dan nol. Rancangan tindakan pada siklus I ini disusun sebagai berikut: a)Guru melakukan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat dan metode latihan berstruktur dengan memperhatikan hal-hal berikut: Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan motivasi, menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi prasyarat yang harus dimiliki oleh siswa. Guru mendemosntrasikan materi pelajaran tahap demi tahap beserta contohnya Guru memberikan latihan berstruktur dan membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan secara terstruktur. Guru mengecek apakah siswa telah berhasil mengerjakan tugas dengan benar, memberikan umpan balik dan mengarahkan siswa pada jawaban yang benar. Guru memberikan soal-soal latihan lanjutan (soal-soal yang lebih kompleks) kepada siswa Guru mengecek apakah siswa telah berhasil mengerjakan soal-soal lanjutan dengan benar, membimbing dan mengarahkan mereka pada jawaban yang benar. Guru menekankan kembali pada point-point penting yang perlu diingat oleh siswa, memberikan PR dan menutup pelajaran. Bagaimana guru mengelola ruangan dan mengatur waktu dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada RPP yang dibuat pada lampiran .. b)Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengobservasi proses pembelajaran c)Untuk mengetahui hasil belajar sesuai dengan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka guru melaksanakan tes akhir siklus I 2)Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dan diakhiri dengan tes akhir siklus I. Sub pokok bahasan yang dipelajari dalam siklus I ini tentang pengertian bilangan berpangkat, pangkat bulat positif, bulat negatif dan nol. Langkah-langkah pembelajaran yang dalam siklus I adalah: a)Kegiatan pendahuluan yang meliputi guru memberikan motivasi, menyampaikan indikator pembelajaran dan mengingatkan siswa pada materi prasyarat dari pokok bahasan bilangan berpangkat dan menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan yaitu latihan berstruktur. b)Kegiatan inti yang meliputi: guru mendemonstrasikan materi pelajaran secara terstruktur, mengecek apakah siswa telah berhasil mengerjakan tugas dengan benar, memberikan umpan balik dan membimbing siswa pada jawaban yang benar, memberikan latihan lanjutan (soal-soal yang lebih kompleks) pada siswa, dan mengecek apakah siswa telah berhasil mengerjakan soalsoal lanjutan dengan benar, memberikan umpan balik dan mengarahkan pada jawaban yang benar. c)Kegiatan penutup, meliputi: guru mengingatkan kembali pada point-point penting pada siswa, memberikan soal-soal PR kepada siswa dan menutup pelajaran.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran 3)Observasi Hal-hal yang di observasi dalam proses pembelajaran antara lain sikap siswa selama mengikuti pelajaran, keaktifan siswa, sikap dan cara guru dalam membawakan materi pelajaran. Hasil observasi terhadap guru meliputi sebagai berikut: a)Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu latihan berstruktur. b)Guru lupa memberikan motivasi kepada siswa dan indikator pencapaian hasil belajar disampaikan tetapi tidak terinci sehingga terkesan tidak jelas indikatornya c)Guru mengingatkan kembali kepada siswa materi prasyarat, yaitu perkalian dan pembagian bilangan tetapi tidak dijelaskan perkalian dan pembagian yang seperti apa. d)Guru mendemostrasikan materi pengertian bilangan berpangkat, pangkat bulat positif, bulat negatif dan nol dan memberikan contoh secara terstruktur namun masih terkesan kaku dalam membawakannya. e)Guru memberikan soal latihan (sederhana) tentang materi pelajaran, tetapi dalam melakukan pembimbingan belum memadai karena masih kaku dalam mengelola kelas dengan menggunakan metode berstruktur, guru hanya berkeliling memantau siswa bagian depan dan belum nampak tahapannya. f)Guru mempersilahkan kepada beberapa siswa pada masing-masing soal untuk diselesaikan di papan tulis, kemudian mengoreksi dan memberikan umpan balik terhadap soal-soal yang belum dijawab dengan benar. g)Guru memberikan soal-soal latihan lanjutan (masalah yang lebih kompleks) kepada siswa tentang bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya. h)Guru tidak sempat mengecek apakah siswa telah berhasil mengerjakan soal latihan soal-soal lanjutan karena waktunya sudah habis. i)Guru tidak sempat lagi menekankan kembali tentang point-point penting yang perlu diingat karena waktunya sudah habis. j)Soal latihan lanjutan yang belum sempat diperiksa dalam pembelajaran dijadikan PR k)Guru menutup pelajaran l)Guru belum sepenuhnya menguasai kelas karena masih banyak siswa yang cerita dibelakang, guru juga belum sepenuhnya mampu memanajemen waktu. Untuk lebih jelasnya format observasi terhadap guru dapat dilihat pada lampiran .. Adapun hasil observasi terhadap siswa adalah: a)Hanya sebagian kecil siswa memperhatikan guru menyampaikan motivasi dan materi prasyarat kepada mereka, sedangkan yang lain lebih asik dengan aktifitasnya masing-masing, ada yang cerita dengan teman sebangkunya, ada yang masih asik melihat gambar di bukunya dan ada yang duduk santai dengan pandangan kosong yang belum menunjukkan kesiapannya dalam belajar. Ada juga siswa yang masih keliaran. b)Ketika guru menginformasikan kepada siswa bahwa guru akan menggunakan metode mengajar yang baru kepada siswa, yaitu metode pembelajaran terstruktur, siswa mulai berusaha memperhatikan tindakan yang akan dilakukan oleh guru. Siswa menjadi terfokus pada aktifitas guru. Selanjutnya siswa memperhatikan guru mempresentasikan materi pelajaran secara terstruktur, namun masih ada 5 orang yang masih sibuk cerita dibelakang. Kemudian siswa mencatat apa yang telah dijelaskan oleh guru. c)Siswa yang duduk pada deretan depan ketika diberikan soal-soal latihan mulai dari yang mudah mereka mulai aktif mengerjakannya dengan pasangan sebangkunya, mereka sambil

meminta bimbingan guru yang berkeliling memantau mereka dari depan, namun siswa-siswa yang duduk di bagian belakang belum menunjukkan sikap semangatnya dalam belajar, diantara siswa ada berkeliaran mendekati temannya didepan dan ada juga siswa setelah menulis soal membiarkannya begitu saja, ada juga yang tetap cerita dibelakang. d)Siswa tidak langsung memperlihatkan hasil kerjanya kepada guru, mereka agak ragu-ragu untuk memperlihatkan hasil kerjanya, namun setelah guru berkeliling melihat hasil kerja siswa di tempat duduknya, siswa yang belum benar jawabannya diarahkan pada jawaban yang benar siswa yang duduk bagian depan mulai aktif menunjukkan hasil kerjanya pada guru. Setelah itu ada siswa yang mengerjakan soal-soal latihan di papan tulis, tetapi ada juga siswa yang tetap cerita dibelakang. Suasana kelas masih kacau, banyak yang keliaran dan ribut e)Siswa yang duduk pada deretan depan tetap semangat menjawab soal-soal latihan lanjutan yang diberikan oleh guru, namun siswa di bagian belakang tetap belum serius menjawab soalsoal, mereka masih sibuk menulis jawaban latihan yang ditulis di papan tulis, ada juga siswa yang asik cerita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel format observasi terhadap siswa pada lampiran . 4)Evaluasi Setelah selesai materi tentang pengertian bilangan berpangkat, pangkat bulat positif, bulat negatif dan nol selesai dipelajari oleh siswa, selanjutnya diberikan tes siklus I. Bentuk soalnya tidak jauh berbeda dengan soal-soal latihan yang diberikan ketika pembelajaran, lebih jelasnya soal-soal tes siklus I dapat dilihat pada lampiran Hasil tes menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang arti bilangan berpangkat, pangkat bulat positif, bulat negatif dan nol mengalami peningkatan dibanding pada hasil tes awal. Pada tes awal siswa secara umum belum ada yang menguasai materi tentang bilangan berpangkat sedangkan hasil tes siklus I menunjukkan 14 orang dari 36 siswa telah menguasai pengertian bilangan berpangkat, pangkat bulat positif, bulat negatif dan nol atau secara klasikal sekitar 38,89% siswa telah menguasai materi pelajaran, sedangkan pada tes awal 0% siswa yang menguasai materi bilangan berpangkat. Ini menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil pembelajaran , namun hasilnya belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, olehnya itu dilanjutkan lagi pada siklus selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran pada Tabel 4.5 Data Ketuntasan Belajar Siswa pada halaman.. 5)Analisis dan refleksi Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus I, ada beberapa kekurangan baik yang dilakukan oleh guru maupun oleh siswa. Kekurangan yang dilakukan oleh guru antara lain: a)Guru lupa menyampaikan motivasi terhadap siswa dan indikator yang disampaikan tidak rinci sehingga tidak jelas apa yang hendak dicapai dalam pembelajaran tersebut. b)Materi prasyarat yang disampaikan tidak jelas. c)Guru masih kaku dalam mendemonstrasikan materi pelajaran. d)Guru hanya memantau dan membimbing siswa yang duduk pada deretan depan sedangkan di deretan belakang kurang mendapat perhatian sehingga mereka asyik dengan aktivitasnya masingmasing. e)Guru belum mampu memanagemen waktu sehingga ada tahapan pembelajaran yang terlewati. f)Guru belum sepenuhnya menguasai ruangan kelas, sehingga masih banyak siswa yang ribut, keliaran dan tidak memperhatikan pelajaran. Kekurangan yang dilakukan oleh siswa

a)Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru menyampaikan motivasi, materi prasyarat maupun materi pelajaran. b)Masih ada siswa yang belum mempunyai kesadaran belajar, hal ini terlihat ketika pembelajaran dimulai, masih ada yang ribut, keliaran, tidak memperhatikan pelajaran dan ada juga yang cerita dengan temannya. c)Masih ada siswa yang tidak berani menanyakan kesulitannya pada guru, bahkan kaku ketika guru memperhatikannya dalam mengerjakan soal. d)Masih banyak siswa yang belum berani menuliskan jawabannya di papan tulis, terbukti tidak ada yang mengangkat tangan ketika dipersilahkan menuliskan jawabannya di papan tulis, mereka mau kerja kecuali dipaksa oleh guru kedepan. e)Masih ada kebiasaan mengerjakan tugas di sekolah, ada siswa yang menyelesaikan PR nanti di sekolah, mencontohi pekerjaan temannya. Hasil tes siklus I menunjukkan 14 orang dari 36 orang telah dinyatakan tuntas secara individu, tetapi secara klasikal ketuntasan belajar 38,89% belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75%. Dari hasil analisis data dan refleksi di atas maka pada tindakan siklus I penerapan pendekatan pembelajaran belum mencapai kondisi yang ditetapkan dalan indikator kinerja sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus II dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a)Guru hendaknya memperhatikan kondisi ketertiban siswa sebelum memulai pembelajaran agar dalam pembelajaran semua siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran. b)Guru hendaknya memberikan motifasi kepada siswa agar siswa mau dan tertarik pada matematika. Selain itu juga guru hendaknya dalam mengingatkan materi prasyarat dijelaskan rinciannya. c)Guru hendaknya bersikap lebih santai dalam pembelajaran, jangan terkesan kaku dalam membawakan pembelajaran karena akan mempengaruhi kondisi siswa. d)Guru hendaknya mampu menguasai kelas, sehingga semua kegiatan siswa terfokus pada pembelajaran yang dibawakan oleh guru. e)Guru hendaknya mampu memanagemen waktu sehingga tidak ada langka pembelajaran yang terlewati dan tidak terkesan terburu-buru dalam pembelajaran. f)Dalam memberikan pemantauan dan pembinaan kepada siswa saat siswa mengerjakan soal jangan hanya di bagian depan saja, kalau bisa sampai pada deretan belakang, sehingga siswa yang duduk bagian belakang juga aktif mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. b.Siklus II 1)Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti bersama guru membuat rancangan tindakan untuk siklus II, berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I disusun rancangan tindakan sebagai berikut: a)Guru melakukan proses pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut: Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan motifasi kepada siswa, membahas PR yang belum bisa diselesaikan oleh siswa, dan menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya. Guru memantau seluruh aktifitas siswa sampai pada siswa yang duduk pada deretan belakang agar mereka lebih aktif dan bersemangat dalam belajar. Guru mengarahkan agar siswa tidak ragu-ragu untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Guru tetap menjaga stabilitas kelas agar proses pembelajaran tetap kondusif dan siswa tetap

konsentrasi dalam belajar. Guru mampu memanajemen waktu agar langkah-langkah pembelajaran tetap terlaksana sesuai rencana pembelajaran. b)Selama proses pembelajaran peneliti kembali mengobservasi proses pembelajaran, baik terhadap guru maupun terhadap siswa. c)Untuk mengetahui hasil belajar sesuai dengan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka guru melaksanakan tes siklus II. 2) Pelaksanaan tindakan Tahap pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun berdasarkan metode pembelajaran latihan bertuktur yang telah disediakan oleh peneliti dengan melakukan perbaikan sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat di lihat pada lampiran halaman . 3)Observasi Sejalan dengan pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti kembali mengobservasi langsung kegiatan guru dan siswa yang merupakan aplikasi dari pelaksanaan pembelajaran berstruktur. Adapun kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus I telah diantisipasi oleh guru matematika yang mengajar di kelas VIII2 yang tidak lepas dari dukungan siswa. Selanjutnya hasil observasi pada guru mata pelajaran adalah sebagai berikut: a)Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan motifasi kepada siswa, kemudian membahas PR yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh siswa dan menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. b) Guru mengingatkan kembali materi pertemuan minggu lalu, mengingatkan point-point penting yang perlu diingat pada pertemuan sebelumnya. c)Guru memberikan penjelasan tentang materi pelajaran tentang cara mengubah bilangan yang berpangkat negatif menjadi pangkat positif dan sebaliknya secara terstruktur mulai dari contoh khusus sampai kepada kesimpulan bentuk umumnya. Contoh yang diberikan sudah menunjukkan urutan secara terstruktur mulai dari contoh sederhana sampai pada contoh yang rumit. d)Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara berpasangan oleh siswa dengan teman sebangkunya, dimulai dari soal-soal yang sederhana sampai pada soal-soal yang lebih kompleks, kemudian guru berkeliling memantau dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya secara terstruktur. e)Guru mempersilahkan kepada beberapa siswa pada masing-masing soal untuk diselesaikan di papan tulis, kemudian mengoreksi dan memberikan umpan balik terhadap soal-soal yang belum dijawab dengan benar. f)Guru memberikan soal-soal latihan lanjutan (masalah yang lebih kompleks) kepada siswa tentang cara mengubah bilangan berpangkat negatif menjadi pangkat positif dan sebaliknya. g)Guru mengecek siswa yang telah mengerjakan soal-soal lanjutan dengan menyuruh siswa menyelesaikannya di papan tulis, mengoreksi dan membimbing siswa pada jawaban yang benar, namun tidak semuanya dapat dibahas karena waktunya sudah habis. h)Guru menekankan kembali point-point penting yang perlu diingat tentang cara mengubah bilangan yang berpangkat bulat negatif menjadi pangkat bulat positif dan sebaliknya. i)Soal latihan lanjutan yang belum sempat diperiksa dalam pembelajaran dijadikan PR dan guru menambahkan beberapa soal sebagai tambahan tugas di rumah j)Guru menutup pelajaran

k)Guru belum sepenuhnya menguasai kelas karena masih ada siswa yang cerita dibelakang. Untuk lebih jelasnya tentang hasil observasi terhadap guru dapat dilihat pada lampiran hal Hasil observasi terhadap siswa dapat digambarkan sebagai berikut: a)Setelah guru meningkatkan keterampilan pengelolaan kelas, maka sebagian besar siswa mulai menyadari dan tertarik terhadap proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Hal ini terbukti pada siswa yang duduk dibelakang mulai tertarik terhadap pembelajaran, dimana sebelumnya pada tahap siklus I hanya aktif dengan kesibukkannya sendiri, cerita dan keliaran. b)Sudah semakin banyak siswa yang aktif dalam pembelajaran, hal ini terbukti makin banyak siswa yang bertanya dan menunjukkan jawabannya kepada guru ketika guru memantau dan mengarahkan siswa pada jawaban yang benar pada saat diberikan soal-soal latihan. c)Semakin banyak siswa yang mau menuliskan jawabannya di papan tulis ketika guru meminta mereka menuliskan jawabannya di papan tulis. Untuk lebih jelasnya tentang hasil observasi terhadap siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran.. hal 4)Evaluasi Setelah siswa menerima pelajaran tentang cara mengubah bilangan yang yang berpangkat bulat negatif menjadi bilangan pangkat bulat positif dan sebaliknya selama dua kali pertemuan, selanjutnya diadakan tes akhir siklus II berdasarkan materi pelajaran pada siklus II. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan hasil belajar siswa setelah diajar sampai pada siklus II. Format tes tindakan siklus II dapat di lihat pada lampiran..halaman Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami bilangan berpangkat terkhiusus pada cara mengubah bilangan berpangkat bulat negatif menjadi pangkat bulat positif dan sebaliknya dapat ditingkatkan bila dibangkan dengan hasil tes yang diperoleh siswa pada siklus I. Ini terbukti pada siklus I siswa yang memperoleh nilai diatas 6,5 atau yang dinyatakan tuntas secara individu hanya 14 orang atau secara klasikal sekitar 38.89% siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran sedangkan pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas secara individu 18 orang dari 36 orang atau secara klasikal siswa dinyatakan mencapai ketuntasan belajar sebanyak 50%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran pada Tabel 4.5 Data Ketuntasan Belajar Siswa pada halaman.. 5)Analisis dan Refleksi Rangkaian selanjutnya pada siklus II ini adalah melakukan analisis data dan refleksi. Analisis data dan refleksi dilakukan oleh guru bersama peneliti. Untuk itu peneliti mengadakan pertemuan dengan guru mata pelajaran untuk memantau dan menganalisis rangkaian kegiatan pada siklus II. Pada pertemuan tersebut peneliti melaporkan hasil observasi pada tindakan siklus II kepada guru, selanjutnya bersama-sama melakukan analisis dan refleksi. Pada pelaksanaan tindakan siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan metode latihan berstruktur sudah berjalan sesuai dengan harapan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun namun belum maksimal karena guru belum sepenuhnya mampu memanagemen waktu dalam pembelajaran sehingga masih ada langkah-langkah pembelajaran yang belum berjalan maksimal karena waktunya telah habis. Selain itu guru perlu meningkatkan lagi kemampuan mengusai kelas agar tidak ada lagi yang cerita dibelakang, namun kalau dibandingkan dengan situasi pada siklus I jauh lebih meningkat ketertiban kelasnya. Ketika guru membawakan atau meperesentasekan materi pelajaran tidak terkesan kaku lagi, guru sudah terlihat lebih luwes dalam menjelaskannya, pemberian latihan berstrukturnya sudah sesuai dengan rencana pembelajaran . Kemudian ketika guru memantau dan memberikan umpan balik

kepada siswa, guru sudah bisa memantau sampai pada siswa yang duduk pada deretan belakang, namun belum maksimal karena masih ada siswa yang belum serius mengikuti proses pembelajaran, mereka cerita dibelakang. Ketika siswa diberikan soal-soal latihan lanjutan, hanya sebagian yang langsung mengerjaknnya yaitu siswa yang duduk pada deretan depan sedangkan pada bagian belakang masih menulis koreksi jawaban pada latihan soal-soal yang lebih mudah yang ditulis di papan tulis, dan ada juga yang sedang cerita. Jika melihat hasil tes yang dicapai oleh siswa pada siklus II, maka 18 orang dari 36 orang sudah mencapai nilai diatas 65 atau dikatakan tuntas secara individu namun secara klsikal ketuntasan belajar yang dicapai 50% yang mengalami peningkatan 11,11% dari siklus I. hasil ini belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klsikal yang diharapkan yaitu 75%, olehnya itu penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus III ini diharapkan kekurangankekurangan dalam pembelajaran siklus II dapat diperbaiki dan hasil yang telah diperoleh siswa dapat ditingkatkan lagi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam siklus III ini adalah: a)Guru hendaknya memaksimalkan pengusaan kelas, sehingga semua aktifitas siswa ketika pembelajaran terfokus pada kegiatan pembelajaran. b)Guru hendaknya memaksimalkan managenen waktu sehingga semua langkah-langkah pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga hasilnya juga bisa maksimal. c)Guru hendaknya memusatkan juga pembinaan dan perhatian pada siswa yang duduk pada deretan belakang sehingga mereka dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. d)Guru hendaknya bersikap tegas pada siswa yang selalu cerita dibelakang dan mengganggu konsentrasi belajar. c.Siklus III 1)Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti bersama guru membuat rancangan tindakan untuk siklus III, berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus II disusun rancangan tindakan sebagai berikut: a)Guru melakukan proses pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut: Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan motifasi kepada siswa, membahas PR yang belum bisa diselesaikan oleh siswa, dan menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. Guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya. Guru memantau seluruh aktifitas siswa sampai pada siswa yang duduk pada deretan belakang agar mereka lebih aktif dan bersemangat dalam belajar. Guru tetap menjaga stabilitas kelas agar proses pembelajaran tetap kondusif dan siswa tetap konsentrasi dalam belajar. Guru memaksimalkan lagi memanajemen waktu agar langkah-langkah pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat. Guru lebih bersikap tegas terhadap siswa yang tidak memperhatikan kegiatan pembelajaran, terutama siswa-siswa yang duduk pada deretan belakang, ketika pembelajaran berlangsung mereka sibuk dengan urusan masing-masing. b)Selama proses pembelajaran peneliti kembali mengobservasi proses pembelajaran, baik terhadap guru maupun terhadap siswa. c)Untuk mengetahui hasil belajar sesuai dengan kemampuan siswa yang sesungguhnya, maka guru melaksanakan tes siklus III. 2)Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun berdasarkan metode pembelajaran latihan bertuktur yang telah disediakan oleh peneliti dengan melakukan perbaikan sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II. Kesalahan-kesalahan yang terjadi berdasarkan hasil refleksi pada siklus II diperbaiki pada siklus III. Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dapat di lihat pada lampiran halaman . 3)Observasi Sejalan dengan pelaksanaan tindakan siklus III, peneliti kembali mengobservasi langsung kegiatan guru dan siswa yang merupakan aplikasi dari pelaksanaan pembelajaran berstruktur. Adapun kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus II telah diantisipasi oleh guru matematika yang mengajar di kelas VIII2 berdasarkan masukan-masukan atau perbaikan dari kesalahankesalahan pada siklus sebelumnya dan juga yang tidak lepas dari dukungan siswa. Selanjutnya hasil observasi pada guru mata pelajaran adalah sebagai berikut: a)Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan motifasi kepada siswa, kemudian membahas PR yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh siswa dan menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. b)Guru mengingatkan kembali materi pertemuan minggu lalu, mengingatkan point-point penting yang perlu diingat pada pertemuan sebelumnya. c)Guru memberikan penjelasan materi pelajaran tentang arti bilangan berpangkat pecahan dan bentuk akar beserta operasinya. Contoh yang diberikan sudah menunjukkan urutan secara terstruktur mulai dari contoh sederhana sampai pada contoh yang rumit d)Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara berpasangan oleh siswa dengan teman sebangkunya, dimulai dari soal-soal yang sederhana sampai pada soal-soal yang lebih kompleks, kemudian guru berkeliling memantau dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya secara terstruktur. e)Guru mempersilahkan kepada beberapa siswa pada masing-masing soal untuk diselesaikan di papan tulis, kemudian mengoreksi dan memberikan umpan balik terhadap soal-soal yang belum dijawab dengan benar dan mengarahkanya pada jawaban yang benar. f)Guru memberikan soal-soal latihan lanjutan (masalah yang lebih kompleks) kepada siswa tentang arti bilangan berpangkat pecahan dan bentuk akar, serta operasinya. g)Guru mengecek siswa yang telah mengerjakan soal-soal lanjutan dengan menyuruh siswa menyelesaikannya di papan tulis, meminta tanggapan dari siswa lain atas jawaban temannya di papan tulis, mengoreksi dan membimbing siswa pada jawaban yang benar. h)Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan diawali dengan menekankan kembali point-point penting yang perlu diingat oleh siswa, memberikan soal-soal PR kepada siswa yang ada di buku pegangan mereka terkait dengan materi yang dipelajari. i)Pada pembelajaran siklus III ini guru lebih bersikap tegas terhadap siswa sehingga siswa makin serius dalam pembelajaran, termasuk siswa yang selalu cerita di belakang. j)Guru sudah maksimal dalam memanagemen waktu sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. k)Guru belum sepenuhnya menguasai kelas karena masih ada siswa yang cerita dibelakang. Untuk lebih jelasnya tentang hasil observasi terhadap guru dapat dilihat pada lampiran .. halaman Lembar obsesrvasi terhadap siswa sebagai berikut: a)Setelah guru meningkatkan keterampilan pengelolaan kelas, maka sebagian besar siswa menyadari dan tertarik terhadap proses pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Hal ini terbukti

pada siswa yang duduk dibelakang mulai tertarik terhadap pembelajaran dan aktif mengikuti pembelajaran termasuk mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru, dimana sebelumnya pada tahap siklus II hanya aktif dengan kesibukkannya sendiri, cerita dan keliaran. b)Sudah semakin banyak siswa yang aktif dalam pembelajaran, hal ini terbukti makin banyak siswa yang bertanya dan menunjukkan jawabannya kepada guru ketika guru memantau dan mengarahkan siswa pada jawaban yang benar pada saat diberikan soal-soal latihan. c)Semakin banyak siswa yang mau menuliskan jawabannya di papan tulis ketika guru meminta mereka menuliskan jawabannya di papan tulis. Untuk lebih jelasnya tentang hasil observasi terhadap siswa pada siklus III dapat dilihat pada lampiran.. hal 4)Evaluasi Setelah siswa menerima pelajaran tentang arti bilangan yang berpangkat pecahan dan operasinya selama dua kali pertemuan, selanjutnya diadakan tes akhir siklus III berdasarkan materi pelajaran pada siklus III. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan hasil belajar siswa setelah diajar sampai pada siklus III. Format tes tindakan siklus III dapat di lihat pada lampiran..halaman Hasil tes pada siklus III menunjukkan bahwa kemampuan siswa memahami arti bilangan berpangkat pecahan, bentuk akar dan operasinya jauh lebih meningkat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari siklus I dan siklus II. Hal ini terbukti pada siklus I siswa yang memperoleh nilai diatas 65 atau yang dinyatakan tuntas secara individu hanya 14 orang dan secara klasikal sekitar 38.89% siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran, sedangkan pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas secara individu 18 orang dari 36 orang dan secara klasikal siswa dinyatakan mencapai ketuntasan belajar hanya 50%, sedangkan pada siklus III siswa yang memperoleh nilai 65 keatas atau yang dinyatakan tuntas secara individu sebanyak 32 orang dari 36 orang dan ketuntasan secara klasikal 88,89%. Ini menunjukkan peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan siklus I dan II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 Data Ketuntasan Belajar Siswa pada halaman.. 5)Analisis dan refleksi Langkah selanjutnya yang dilakukan pada siklus III adalah melakukan analisis refleksi, yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bersama dengan peneliti. Dalam analisis tersebut peneliti melaporkan hasil observasi pada tindakan siklus III, selanjutnya guru bersama peneliti melakukan analisis dan refleksi. Pada tindakan siklus III ini pelaksanaan pembelajaran dengan latihan berstruktur telah berjalan maksimal sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, karena kekurangan-kekurangan baik pada siklus I maupun pada siklus II telah diantisipasi oleh guru mata pelajaran. Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun berdasarkan metode latihan berstruktur sudah berjalan secara maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan, namun masih ada hal-hal yang masih perlu dimaksimalkan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya yaitu manajemen ruangan kelas. Pada siklus III tetap masih ada juga siswa yang belum serius dalam belajar, ada beberapa orang yang punya kesibukan tersendiri dibelakang, yaitu cerita dengan temannya, namun ketika didekati oleh guru mereka segera mengalihkan suasana pura-pura mengerjakan soal. Ini dapat diantisipasi dengan ketegasan dari guru dalam memantau aktifitas siswa. Berdasarkan hasil tes siklus III yang diperoleh oleh siswa menunjukkan hasil yang sangat maksimal yaitu ada 32 dari 36 orang siswa memperoleh nilai 65 keatas, dan secara klasikal 88,89% siswa dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar, jika dibandingkan dengan hasil tes

pada siklus II hanya 18 orang siswa (50%) memperoleh nilai 65 keatas, ini menunjukkan kenaikan sebesar 38,89%. Berdasarkan hasil analisis pada siklus III ini, menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran latihan berstruktur dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan berpangkat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, walaupun berdasarkan hasil refleksi terhadap aktifitas guru maupun siswa masih perlu ditingkatkan terutama dalam managemen ruang kelas dan ketertiban siswa, namun hasilnya bagi siswa sudah nampak selama kegiatan kegiatan pembelajaran diberikan pada siswa. Dapat dikatakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan berstruktur dalam belajar matematika pada pokok bahasan bilangan berpangkat memberikan hasil yang cukup baik pada hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami konsep bilangan berpangkat, yaitu 88,89% siswa telah menguasai 65% materi yang diajarkan. Jadi berdasarkan analisis dan refleksi maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berakhir pada siklus III, dan sesuai dengan perencanaan awal bahwa penelitian direncanakan dalam tiga siklus, dan hasilnya cukup memuaskan yaitu minimal 75% siswa telah menguasai 65% materi yang telah dipelajari. Dengan demikian maka tujuan penelitian ini telah tercapai yakni dengan menerapkan metode pembelajaran latihan berstruktur dalam belajar matematika pada pokok bahasan bilangan berpangkat maka pemahaman siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu dapat ditingkatkan. D.Pembahasan 1.Aktifitas Belajar selama Menerapkan Metode Latihan Berstruktur Aktifitas belajar siswa merupakan bentuk keterlibatan siswa secara langsung atau tidak dalam proses belajar mengajar. Bentuk keterlibatan siswa ini tergantung pada perencanaan yang telah dibuat oleh guru yang mengajar sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, guru menerapkan metode latihan berstruktur berdasarkan solusi yang ditawarkan peneliti untuk memperbaiki hasil belajar siswa dan membangkitkan aktifitas siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan metode latihan berstruktur dalam siklus I, masih ditemukan banyak kekurangan, misalnya guru masih terkesan kaku dalam menjalankan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pembelajaran berdasarkan metode latihan bersturktur. Selain itu juga guru masih belum maksimal mengelola kelas, masih banyak siswa yang belum serius mengikuti tahapan pembelajaran yang diharapkan. Guru juga belum sepenuhnya mampu memanagemen waktu sehingga ada fase pembelajaran yang terlewatkan yaitu fase latihan lanjutan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktifitas siswa selama pembelajaran meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I aktifitas siswa masih belum menunjukkan keseriusan dalam belajar, hal ini karena mereka masih terbiasa dengan metode pembelajaran langsung yang selalu diterapkan oleh guru matematika selama proses pembelajaran terhadap siswa. Hal ini membuat siswa merasa bosan dalam belajar matematika, karena metode yang digunakan monoton dan semua aktifitas belajar didominasi oleh guru, siswa hanya pasif mendengarkan guru mempresentasekan materi pelajaran, kemudian siswa mencatat apa yang ditulis oleh guru. Boleh dikata siswa tidak pernah dilibatkan untuk aktif dalam pembelajaran. Ketika guru menerapkan metode latihan berstruktur, dimana metode ini memberikan ksesempatan kepada siswa sepenuhnya untuk berkreasi menjawab soal-soal latihan secara terstruktur dibawah bimbingan dan pengarahan dari guru, mulai dari soal-soal yang sederhana sampai pada soal-soal yang lebih kompleks, sebagian siswa mulai tertarik dan aktif dalam

mengikuti tahapan pembelajaran yang diarahkan oleh guru. Sedangkan siswa yang lain, terutama siswa yang berada pada deretan belakang masih mengikuti kebiasaan lama, masih belum mengikuti instruksi dari guru untuk mengerjakan latihan yang diberikan, mereka masih sibuk cerita dengan teman sebangkunya, keliaran dan ada juga yang menghayal. Hal ini terjadi karena mereka belum mengetahui metode baru yang diterapkan oleh guru, apalagi guru belum maksimal menerapkannuya, bahkan guru juga masih kaku dalam membimbing siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan, guru hanya bisa memantau dan membimbing siswa yang berada pada deretan depan. Berdasarkan data-data yang diperoleh pada siklus I, baik kegagalan maupun kelemahankelemahan yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran, menjadi bahan acuan pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktifitas siswa dan hasil belajar yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan maka dilanjutkan pada siklus II dengan menetapkan langkah-langkah membantu siswa melalui memperbanyak latihan soal dengan berbagai macam variasi, guru memaksimalkan memantau dan membimbing siswa secara keseluruhan, meningkatkan pengelolaan kelas, meningkatkan managemen waktu dan penyempurnaan fase pelatihan lanjutan. Pada siklus II cara guru membawakan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I, pada siklus II guru sudah tidak terkesan kaku lagi, guru juga sudah mampu memanagemen waktu, shingga pelatihan lanjutan dapat terlaksana namun masih belum maksimal karena ada soal-soal yang tidak sempat dibahas. Guru sudah mampu juga mengelola kelas karena siswa yang ribut sudah mulai berkurang, namun masih perlu ditingkatkan lagi. Aktifitas belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan dari tahapan siklus I. Pada siklus II siswa sudah mulai banyak yang tertarik dengan metode latihan berstruktur. Pada siklus II semakin banyak siswa yang aktif dalam pembelajaran. Ada yang bertanya kepada guru dan ada juga yang memperlihatkan hasil kerjanya kepada guru ketika guru membimbing siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan bersturktur. Ketika dipersilahkan untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, banyak siswa yang mengangkat tangannya. Pada siklus III guru telah menunjukkan kemampuan mengajar yang cukup maksimal, namun siswa yang ribut tetap ada, tetapi tidak mempengaruhi konsentrasi siswa lain. Pada tahap ini semua fase-fase pembelajaran terlaksana secara maksimal. Sedangkan aktifitas siswa jauh lebih meningkat lagi karena kekurangan-kekurangan baik kekurangan pada siklus I maupun pada siklus II berusaha diperbaiki dan diantisipasi pada siklus III sehingga hasinya lebih maksimal. Pada tahap ini hampir semua siswa tertarik dan aktif mengikuti fase-fase pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. 2.Ketuntasan Belajar Siswa Selama Metode Latihan Berstruktur Pada siklus I, nilai rata-rata yang dicapai oleh seluruh siswa adalah 58,80. Pada siklus ini juga dijumpai 14 siswa yang dinyatakan tuntas belajar secara individual, namun secara klasikal baru mencapai 38,89%. Ini berarti bahwa secara klasikal siklus I belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan. Kenyataan ini cukup beralasan karena siswa baru pertama kalinya guru mengajar dengan menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran. Meningkatnya aktifitas siswa diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa yang dicapai dalam mencapai standar ketuntasan baik secara individual maupun secara klasikal. Pada siklus II nilai rata hasil belajar siswa adalah 64,81 dan jumlah siswa yang dinyatakan tuntas belajar secara individu 18 orang dari 36 siswa. Seperti pada siklus I, siklus II ketuntasan secara klasikal belum tercapai karena baru mencapai 50%. Proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus III). Dengan terus mengajak siswa untuk berperan dalam pembelajaran dan membantu siswa untuk

menerapkan metode latihan berstruktur, maka pada siklus III dicapai hasil belajar yang paling tinggi bila dibandingkan dengan siklus I dan II baik aktifitas siswa, pencapaian nilai rata-rata hasil belajar maupun pencapaian ketuntasan belajar secara individu dan klasikal. Pada siklus III, nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa 72,22. Selain itu dari 36 orang siswa dijumpai 32 orang siswa yang dinyatakan tuntas secara individu dan 88,89% tuntas secara klasikal. Dengan demikian proses pembelajaran berakhir pada siklus III. Berdasarkan kenyataan-kenyataan si atas, maka salah satu upaya untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa sekaligus meningkatkan kualitas hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan metode latihan berstruktur. Hal ini cukup beralasan karena dari ketiga siklus yang dilakukan, aktifitas siswa terus meningkat secara nyata diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru matematika perlu menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran matematika terutama pada pokok bahasan bilangan berpangkat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maupun kualitas hasil belajar siswa. 3.Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pengetahuan awal siswa merupakan modal dasar siswa yang dibawa oleh siswa sebelum menerima materi pelajaran yang akan disajikan oleh guru. Pengetahuan awal ini sangat penting diukur oleh guru sebelum melakukan pembelajaran terutama dalam menerapkan metode pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Oleh karena itu, peneliti melakukan tes awal pengetahuan siswa. Dari hasil pengukuran ini diperoleh informasi bahwa pengetahuan awal siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu tentang materi yang akan diajarkan berkisar 16,67 sampai 46,67 dengan rata-rata 30,46 serta standar deviasi 6,67, kategori ini sangat rendah. Dengan menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran, yang dilakukan selama tiga siklus, dimana hasil evaluasi akhir diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa berkisar 56,67 sampai 90,00 dengan rata-rata 75,00 dan standar deviasi 9,64 dengan kecendarugan dikategorikan tinggi. Dari kedua hasil pengukuran di atas, nampak bahwa baik dilihat dari perolehan nilai terendah, nilai tertinggi maupun nilai rata-rata terjadi peningkatan, yaitu untuk nilai terendah dari 16,67 menjadi 56,67 (meningkat 40 point), untuk nilai tertinggi dari 46,67 menjadi 90,00 (meningkat 43,33 point) dan nilai rata-rata meningkat dari 30,46 menjadi 75,00 (meningkat 44,54). Selain peningkatan hasil belajar siswa dalam tinjauan tes awal dan tes akhir, peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa pada tes tiap akhir siklusnya. Dari hasil tes formatif diperoleh bahwa nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I rata-ratanya 58,80 dan siklus siklus II rata-ratanya 64,81 peningkatannya mencapai 6,01 point, dari siklus II rata-ratanya 64,81 dan siklus III rata-ratanya 7,22 peningkatannya mencapai 7,41 point. Dari gambaran hasil belajar siswa yang diuraikan di atas, yang meningkat pada tiap siklusnya, memberikan keyakinan kuat bahwa metode latihan berstruktur cocok untuk digunakan dalam pembelajaran matematika terutama pada pokok bahasan bilangan berpangkat. Dengan demikian metode latihan berstruktur dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan bilangan berpangkat. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan Dari hasil penelitian dengan menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan bilangan berpangkat seperti yang telah diuraikan pada Bab IV tentang hasil dan pembahasan, dapat

disimpulkan: Dengan menerapkan metode latihan berstruktur pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan berpangkat dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII2 SMP Negeri 6 Kulisusu. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa setiap siklus nilai siswa selalu meningkat, pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 keatas ada14 orang dari 36 atau sebanyak 38,89% siswa dinyatakan tuntas secara klasikal namun belum memenuhi indikator kinerja dan pada siklus II meningkat menjadi 18 orang dari 36 siswa memperoleh nilai 65 keatas atau sekitar 50% siswa dinyatakan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, namun juga belum mencapai indikator kinerja sedangkan pada siklus III jauh lebih mengalami peningkatan yaitu dari 18 orang menjadi 32 orang yang memperoleh nilai 65 keatas atau sebanyak 88,89% siswa dinyatakan tuntas secara klasikal dalam pembelajaran, dan hasil ini telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan.. B.Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan kepada: 1.Guru mata pelajaran matematika agar mengkaji materi mata pelajaran matematika yang cocok untuk diterapkan metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung. 2.Guru mata pelajaran matematika untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih strategi pembelajaran yang relevan dengan materi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan bagi siswa. 3.Pihak sekolah agar memfasilitasi kebutuhan guru dan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan strategi pembelajaran yang digunakan. 4.Sekolah memperhatikan ketersediaan sarana pembelajaran yang memadai, misalnya buku-buku pelajaran di perpustakaan yang bisa di pinjam ketika pembelajaran berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajara. Rineka Cipta: Jakarta. Harta, Idris. 2005. Matematika Bermakna untuk SMP/MTs Kelas IX. Mediatama. Surakarta. Hudoyo, Herman. 1996. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK. Nasution, S. 2001. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT. Jakarta: Bumi Aksara. Noermandiri, BK dan Sucipto, Endar. 2000. Matematika untuk SMU Kelas I. Jakarta: Erlangga. Nur, Muhammad. 2000. Pengajaran Langsung. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya: Surabaya. Purwanto, Ngalim. 1995. Ilmu Pendidikan: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Roestijah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta. Rusel. 1974. Sistem Pengajaran Modul. Jakarta: Rosda Karya.

Rusmansyah. 2005. Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam Meningkatkan Pemahaman siswa Terhadap Konsep Persamaan Kimia. Laporan Hasil Penelitian, PMIPA Unlam: Banjarmasin. Slameto. 1998. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana. 1986. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Usman, Moh. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Grasindo: Jakarta Posted by HASMAN, S. Pd. at 5:35 PM

Anda mungkin juga menyukai