Anda di halaman 1dari 12

Analisis evaluasi Program Kesetaraan paket C menurut model CIPP (Daniel Stuffle beam)

1.

Model Evaluasi CIPP Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (a decision oriented evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan kepada administrator atau leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 huruf yang diuraikan sebagai berikut: a. Contect evaluation to serve planning decision. Seorang evaluator harus cermat dan tajam memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan, mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan program. b. Input Evaluation structuring decision. Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan, mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam mencapainya. Process evaluation to serve implementing decision. Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan program adakah yang harus diperbaiki? Dengan demikian proses pelaksanaan program dapat dimonitor, diawasi, atau bahkan diperbaiki. Product evaluation to serve recycling decision. Evaluasi hasil digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat berkaitan dengan program yang digulirkan? Apakah memiliki pengaruh dan dampak dengan adanya program tersebut? Evaluasi hasil berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu program setelah dilakukan evaluasi secara seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan keputusan (decision making) dan bukti pertanggung jawaban (accountability) suatu program kepada masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni penggambaran (delineating), perolehan atau temuan (obtaining), dan penyediakan (providing) bagi para pembuat keputusan.

c.

d.

Conte 1. Tujuan makro: Menurut UU No.1 Tahun 1974 Suamiisteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat. . Pendidikan Pra Nikah

Input 1. Kurikulum : Mata pelajaran: Kurikulum Program Pendidikan Pranikah mencakup kelompok mata pelajaran: a. Persiapan pernikahan b. Prosesi pranikah c. Pemahaman awal pernikahan d. Hukum pernikahan e. Prosesi pernikahan f. Hak dan kewajiban anggota keluarga g. Medis pranikah laki-laki h. Medis pranikah perempuan i. Problematika rumah tangga j. Finansial k. Manajeman keuangan akhwat

Process 1. Tahapan kegiatan: Sosialisasi

Pendidikan pranikah merupakan sebuah upaya mengurangi perselisihan yang terjadi dalam rumah tangga. Pengetahuan dini terhadap pembinaan rumah tangga baru seperti manajemen keluarga, ekonomi dan tata cara mendidik anak merupakan persiapanpersiapan bagi calon pasangan suami istri memberikan bimbingan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum: konsultasi terhadap calon pasangan suami istri dan masalah perkawinan, sehingga kasus perceraian dalam a. Berpusat pada kebutuhan,dan kepentingan rumah tangga dapat diminimalisir. peserta didik dan lingkungannya b. Berpusat pada

Kegiatan pranikah perlu disosialisasikan kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dalam forum-forum khusus sosialisasi pendidikan pranikah ataupun sosialisasi yang dilakukan oleh KUA terhadap calon pasangan yang akan menikah. Identifikasi Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mengetahui potensi yang tersedia berupa sarana dan prasarana pembelajaran, narasumber/tutor maupun

Product Masyarakat Indonesia memenuhi pendidikan 12 tahun. Menyetarakan lulusan warga belajar kesetaraan dengan pendidikan formal. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Terbukanya kesempatan lulusan kesetaraan dalam dunia kerja.

Fungsi Pendidikan Kesetaraan Pendidikan Kesetaraan Paket A dan B diarahkan untuk mempercepat penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun Pendidikan Kesetaraan Paket C ditujukan untuk memperluas akses pendidikan menengah Pendidikan Kesetaraan untuk meningkatkan ratarata lama belajar dan produktivitas warga negara ( Indeks Pembangunan Manusia/ IPM ) 2. Tujuan dan hasil pendidikan kesetaraan yang ingin dicapai:

c. d.

e. f. g.

perkembangan dan permasalahan yang dihadai di rumah tangga Beragam dan terpadu Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Relevan dengan kebutuhan kehidupan Menyeluruh dan berkesinambungan Partisipatif

peserta didik. Perencanaan proses pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Prinsip pelaksanaan kurikulum a. Didasarkan pada potensi ,karakteristik perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya b. Memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan,pengayaan,atau percepatan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik c. Dilaksanakan dalam

Memberikan pemahaman kepada calon pasangan menganai rumah tangga yang baik Memberikan pemahaman kepada calon pasangan mengenai hak dan kewajiban anggota keluarga. Meminimalisir tingkat perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. .

d.

e.

f.

g. h.

suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang demokratis,saling menghargai,terbuka,dan hanga Dilaksanakan dengan menggunakan multi strategi ,dan multi media ,sumber belajar dan teknologi yang memadai, lingkungan sebagai sumber belajar Mendayagunakan kondisi alam,sosial,dan budaya serta kekayaan daerah. Mencakup seluruh kompetensi mata pelajaran ,muatan lokal dan pengembangan diri dilaksanakan dalam keseimbangan dan keterikatan Fleksibel dalam ruang,waktu,strategi belajar Dilaksanakan secara konstruktif Dilaksanakan secara induktif membangun pengetahuan melalui pengalaman empirik

adalah : 1) Rombongan belajar, jumlah maksimal peserta didik per rombongan belajar adalah : Program Paket A setara SD/MI : 20 peserta didik Program Paket B setara SMP/MTs : 25 peserta didik Program Paket C setara SMA/MA : 30 peserta didik Penetapan jumlah tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya satuan pendidikan. 2) Penyelenggara pembelajaran berkewajiban menyediakan: Pendidik sesuai dengan tuntutan mata pelajaran.

2. Sarana prasarana: Proses belajar mengajar pendidikan panikah umumnya dilaksanakan di KUA tetapi juga dapat dilakukan di berbagai lokasi yang memiliki standar sarana pendukung meliputi :lahan dan bangunan,buku pelajaran,buku perpustakaan,alat peraga, media pembelajaran. 3. Peserta didik: Peserta didik pendidikan pranikah : a. Pasangan Usia Subur. b. Masyarakat yang akan melaksanakan pernikahan. c. Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut:

Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll, Waktu seperti pengrajin,

Jadual tutorial minimal 2 hari per minggu. Sarana dan prasarana pembelajaran. 3) Buku teks pelajaran, modul dan sumber belajar lain Buku teks pelajaran dan modul dipilih oleh pendidik dan satuan pendidikan untuk digunakan sebagai panduan dan sumber belajar. Rasio buku teks pelajaran dan modul untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran. Pendidik menggunakan buku penunjang pelajaran berupa

buruh, dan pekerja lainnya, Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir, Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita, Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban Napza, dan anak Lapas. Peserta didik kesetaraan paket C:

buku panduan pendidik, buku referensi, buku pengayaan, dan sumber belajar lain yang relevan. Pendidik membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan.

Penilaian hasil pemebelajaran Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

Lulus Paket B/SMP/MTs, Putus SMA/M.A, SMK/MAK, Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,

Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)

pembelajaran. Pengawasan proses pembelajaran Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

4. Pendidik:

Pendidikan minimal SPG/SGO/Diploma II dan yang sederajat untuk Paket A dan Paket B, dan Diploma III untuk Paket C. Guru SD/MI untuk Paket A, guru SMP/MTs untuk Paket B dan guru SMA/M Aliyah untuk Paket C. Tenaga lapangan Dikmas untuk latar belakang jurusan pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran. Kyai, ustadz di pondok pesantren dan tokoh masyarakat dengan kompetensi yang sesuai dengan pelajaran yang berkaitan.

Nara Sumber Teknis (NST)dengan kompetensi/kualifikasi sesuai dengan mata pelajaran keterampilan yang diampunya, seperti penyuluh pertanian atau kelompok tani nelayan andalan (KTNA)

Pengelolaan Pengelolaan dilakukan oleh pengelola program kesetaraan baik itu pengelola PKBM, SKB, yayasan atau yang lainnya.

Pembiayaan Pembiayaan dilakukan secara top down pada saat akan pelaksanaan ujian. Sementara dalam pelaksanaan proses pembelajaran pembiayaan dilakukan sesuai dengan kebijakan dari lembaga. Namun

jika terdapat warga belajar yang dikategorikan kurang mampu, biaya warga belajar dapat ditanggung oleh pihak lembaga dengan persyaratan tertentu. Analisis evaluasi program menurut kelompok kami : Context: Secara definisi undang-undang no. 20 tahun 2003, pendidikan kesetaraan merupakan jalur pendidikan non-formal, namun kenyataan di lapangan sistem pengelolaan dari pendidikan kesetaraan banyak yang menggunakan sistem pengelolaan pendidikan formal. Banyak kenyataan di lapangan yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan non-formal. Kini, pendidikan kesetaraan tidak beda halnya dengan pendidikan formal, yang membedakan hanya penyelenggaran pendidikan kesetaraan tidak dilakukan di sekolah sehingga pendidikan kesetaraan masih dalam jalur pendidikan non-formal. Solusi: dalam proses pengelolaan pendidikan kesetaraan harus banyak penguatan pada unsur pendidikan non formal. Maksud penguatan unsur penguatan pendidikan nonformal, pengelola harus mempunyai konsep pengembangan peserta didik berupa pendidikan keahlian bukan hanya mata ajar yang telah ditetapkan. Hal itu ditujukan untuk menguatkan identitas bahwa pendidikan kesetaraan merupakan bagian dari jalur pendidikan non formal yang berprinsip pendidikan sepanjang hayat.

Dalam definisi program kesetaraan ada kalimat yang mengandung keterampilan fungsional bahkan disana ada penekanannya juga, namun dalam kenyataannya sekarang kontek keterampilan fungsional tidak ada wujudnya. Yang mana program kesetaraan yang berjalan sekarang hanya bertujuan hanya untuk memberikan materi-materi dari mata pelajaran yang akan di UN kan. Berarti seolah-olah program kesetaraan sekarang tidak mempunyai ciri khas pendidikan non formal, itu menunjukan bahwa adanya kelemahan dalam pengelolaan program kesetaraan.

Solusi: keterampilan fungsional seharusnya dijalankan seiring pemberian materi mata pelajaran yang ada, sehingga outputyang dihasilkan dari program kesetaraan memiliki nilai tambah yang sudah seharusnya menjadi ciri khas dari pendidikan non-formal dan juga menjadi penguat definisi yang sudah ada. Sehingga nantinya tidak ada paradigma masyarakat bahwa materi dalam program kesetaraan tidak memiliki perbedaan dengan kurikulum yang ditawarkan di pendidikan formal yang statis.

Dalam fungsi kesetaraan kontek diatas menyatakan bahwa pendidikan kesetaraan paket A dan B diarahkan untuk mempercepat penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun Pendidikan, jika diarahkan hanya untuk mempercepat saja maka kualitas output program kesetaraan cenderung lebih rendah daripada pendidikan formal, karena peserta didik hanya bertujuan untuk mempercepat penuntasan belajarnya tidak untuk peningkatan keterampilan. Solusi: proses dalam program kesetaraan seharusnya tidak hanya memberikan materi-materi mata pelajaran yang akan di UN kan saja, tetapi adanya keterampilan yang diberikan untuk meningkatkan produktivitas output dari program kesetaraan itu sendiri.

Input Kurikulum Kurikulum program kesetaraan memang mengacu pada pendidikan formal, namun pada dasarnya program kesetaraan berada pada jalur non-formal sehingga harus berpusat pada kebutuhan potensi, pengembangan, kepentingan dari peserta didik. o Solusi Kurikulum Program Paket A,B,C mencakup kelompok mata pelajaran yang akan diujiankan juga mencakup mata pelajaran yang mampu memberi bekal bagi pesrta didik, misal mata pelajaran TIK, dan juga adanya mata pelajaran khusus yang ditujukan bagi mereka yang akan langsung turun didunia kerja misal adanya kelas-kelas tertentu yang berisi materi mengenai kewirausahaan,dan materi-materi lain yang dirasa perlu dalam menunjang kemampuan pserta didik. Melihat prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang ada, tentu saja telah mewakili hal-hal yang dianggap penting dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Hanya saja pada pelaksanaannya sudahkah kurikulum saat ini menggunakan prinsip pengembangan kurikulum yang ada? Hal ini dikarenakan pada kurikulum yang ada saat ini, mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik tidak semua dipelajari, sehingga ada perbedaan mata pelajaran yang dipelajari di tempat satu dan di tempat yang lain.

Selain itu hingga saat ini pelaksanaan kurikulum belum terarahkan dengan proses pembelajaran menggunakan multi strategi, multi media,sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta lingkungan sebagai sumber belajar sebagaimana yang telah tertulis dalam prinsip pelaksanaan kurikulum. o Solusi Kurikulum dalam program kesetaraan diarahkan untuk merealisasikan prinsip pelaksanaan dan pengembangan kurikulum. Meskipun dalam pelaksanaannya memang dirasa sulit namun jika dilakukan secara terarah dan terus menerus maka bukan tidak mungkin kurikulum yang ideal tersebut mampu di aplikasikan dalam proses pembelajaran. Sarana prasarana Dalam hal sarana prasarana program kesetaraan memang bisa dilakukan dimana saja, bahkan tidak sedikit jika program kesetaraan dilakukan di gedung sekolah formal. Hal ini memang bukan suatu permasalahan besar namun jika hingga waktu yang akan datang program kesetaraan ini terus dilakukan dalam keadaan seperti ini dalam arti tidak ada kemajuan dalam hal sarana prasarana, maka sistem pendidikan kesetaraan tidak akan berkembang. Proses pembelajaran mungkin akan tetap berjalan namun pemahaman materi oleh peserta didik tentu akan lain dengan peserta didik formal. Hal ini dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu yang pada ujungnya masyarakat awam hanya akan memandang pendidikan kestaraan secara sebelah mata. Apalagi dalam hal sarana prasarana ini pemerintah menyebutkan bahwa dalam program kesetaraan memerlukan adanya buku pelajaran, perpustakaan dan alat peraga. Namun jika semua dilaksanakan secara meminjam secara terus menerus apakah proses pembelajaran dapat dilakukan secara efektif? o Solusi Pemerintah memberi perhatian khusus mengenai pendidikan kesetaraan terutama mengenai sarana prasarana hal ini dikarenakan agar peserta didik merasa memiliki gedung yang dijadikan tempat belajar mereka. Selain itu agar dalam proses pembelajaran peserta didik dapat menggunakan hak mereka dalam mempergunakan perpustakaan, alat peraga, dll.,dan dengan memiliki gedung sendiri proses pembelajaran tentu saja dapat dilakukan secara lebih nyaman.

Peserta didik Sasaran dalam program kesetaraan paket c disebutkan yaitu:

Lulus Paket B/SMP/MTs, Putus SMA/M.A, SMK/MAK, Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri, Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan) Melihat poin ketiga sudah seharusnya poin ketiga ini dihilangkan karena tersirat bahwa poin ketiga telah masuk kedalam poin keempat dimana poin keempat ini penjelasannya sudah lebih rinci dibanding dengan poin ketiga. Selain itu dalam poin ketiga ini terdapat kata yang kurang sesuai dimana disana disebutkan bahwa sasaran paket c tidak menempuh sekolah karena pilihannya sendiri, rasa-rasanya memilih untuk tidak melanjutkan sekolah formal karena pilihan sendiri atau bukan, tidak menjadi suatu urusan bagi kriteria calon peserta didik kesetaraan paket c. o Solusi Dihilangkannya poin tiga dari kriteria sasaran paket c, karena dirasa kurang perlu hal ini dikarenakan melihat poin keempat telah menjabarkannya secara lebih lengkap dan jelas dibanding poin ketiga dari sasaran program kesetaraan. Process Sosialisasi Pendidikan kesetaraan perlu disosialisasian, agar masyarakat yang merupakan sasaran dari kesetaraan dapat mengetahui dan mengikuti program kesetraan sesuai kebutuhannya (paket A, B dan C). Apalagi mungkin hingga saat ini masih ada masyarakat yang belum mengetahui mengenai kesetraan. o Solusi : Adanya sosialisasi baik oleh pemerintah maupun swasta, lewat iklan layanan masyarakat, spanduk, pamflet, dll., yang berisikan tentang kesetaraan dan bagaimana cara mendaftar menjadi warga belajar di sana, selain itu beri slogan-slogan yang berisikan bahwa lulusan pendidikan kesetaraan dapat melanjutkan ke pendidikan selanjutnya baik dalam bidang formal maupun nonformal.

Anda mungkin juga menyukai