2 MODUL KESEHATAN POKOK BAHASAN: MALPRAKTEK TENAGA PERAWATAN
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan ataupun rumah sakit di somasi, diadukan atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan mencekam para tenaga kesehatan yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tenaga kesehatan dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut dipahami mengingat berabad-abad tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi paternalistik yang asimitris kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam kesejajaran. Masalahnya tidak setiap upaya pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek.
B. TUJUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Sertelah akhir pembelajaran mahasiswa mampu memahami tentang malpraktek dan dapat mencegah terjadi malpraktek dalam bidang pelayanan kesehatan oleh tenaga perawatan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti proses pembelajaran ini mahasiswa dapat 1. Menjelaskan pengertian malpraktek 2. Menjelaskan jenis-jenis malpraktek di bidang pelayanan kesehatan 3. Menjelaskan cara-cara pembuktian malpraktek 3 4. Menjelaskan tentang tanggung jawab hukum 5. Memahami upaya pencegahan malpraktek dan mengetahui cara menghadapi tuntutan hukum.
C. LINGKUP BAHASAN 1. Pengertian malpraktek 2. Malpraktek di bidang hukum 3. Pembuktian malpraktek 4. Tanggung jawab hukum 5. Upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan malpraktek.
D. PROSES, METODA, DAN ALAT BANTU 1. Metoda a. Ceramah dan tanya jawab b. Curah pendapat/brainstorming 2. Alat Bantu a. OHP b. Spidol c. Transparan d. White Board 3. Proses Tahap Pencairan ................................................................................ (15) Kegiatan 1: Perkenalan, menciptakan suasana belajar yang kondusif (5) Fasilitator melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Memperkenalkan diri Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topik pelajaran Fasilitator memberi motivasi. Kegiatan 2 : Menggali pemahaman (10) 4 Fasilitator menggali sejauh mana pengetahuan linatih terhadap materi yang akan diberikan.
Tahap Belajar ................................................................................... (60) Kegiatan : Penjelasan materi (60) Fasilitator menjelaskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan, untuk mencapai tujuan khusus, dilanjtkan dengan tanya jawab. Tahap Evaluasi .................................................................................. (10) Fasilitator memberikan pertanyaan kepada peserta yang bersedia menjawab atau ditunjuk. Tahap Penutup .................................................................................. (5) Kegiatan : Rangkuman (5) Fasilitator merangkum secara keseluruhan apa yang disampaikan dan menjelaskan materi ini dan mahasiswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
E. EVALUASI 1. Evaluasi dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan selama proses pembelajaran 2. Evaluasi formatif dilakukan selama proses belajar dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah disampaiakan.
F. BAHAN RUJUKAN 1. Ameln,F., 1991, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta. 2. Dahlan, S., 2002, Hukum Kesehatan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 3. Guwandi, J., 1993, Malpraktek Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 5 PENYAJIAN MATERI KEGIATAN BELAJAR 1 PENGERTIAN MALPRAKTEK A. TUJUAN Setelah selesai sesi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tentang malpraktek serta berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi tenaga perawatan.
B. MATERI POKOK Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut: 1. Pengertian malpraktek. 2. Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan.
C. URAIAN MATERI 1. Pengertian malpraktek. Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).
6 2. Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan. Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893). 7 KEGIATAN BELAJAR 2 MALPRAKTEK DIBIDANG HUKUM
A. TUJUAN Setelah selesai sesi ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis malpraktek hukum dibidang pelayanan kesehatan.
B. MATERI POKOK Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas dalam modul ini adalah jenis-jenis malpraktek hukum dibidang pelayanan kesehatan.
C. URAIAN MATERI Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative malpractice. 1. Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni : a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela. b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence). Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).
8 Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan. 2. Civil malpractice Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain: a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan. b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya. c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna. d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan. Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
9 3. Administrative malpractice Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi. 10 KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUKTIAN MALPRAKTEK DIBIDANG PELAYANAN KESEHATAN
A. TUJUAN Setelah selesai sesi ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang cara-cara pembuktian dalam gugatan/tuntutan hukum dalam malpraktek pelayanan kesehatan.
B. MATERI POKOK Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut: 1. Pembuktian secara langsung 2. Pembuktian secara tidak langsung
C. URAIAN MATERI Dari definisi malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengeta- huan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan ter- hadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara tenaga kesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaat verbintenis).
11 Sebagai contoh adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari pasien yang menderita radang uretra setelah pemasangan kateter. Apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab hukum kepada tenaga perawatan? Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis bukan merupakan resiko yang melekat terhadap pemasangan kateter? Apakah tenaga perawatan dalam memasang kateter telah sesuai dengan prosedur profesional ?. Hal-hal inilah yang menjadi pegangan untuk menentukan ada dan tidaknya malpraktek. Apabila tenaga perawatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan. Dalam hal tenaga perawatan didakwa telah melakukan ciminal malpractice, harus dibuktikan apakah perbuatan tenaga perawatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni : a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang praduga. Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni : 1. Cara langsung Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
12 a. Duty (kewajiban) Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah bertindak berdasarkan 1) Adanya indikasi medis 2) Bertindak secara hati-hati dan teliti 3) Bekerja sesuai standar profesi 4) Sudah ada informed consent. b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan. c. Direct Causation (penyebab langsung) d. Damage (kerugian) Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien). 2. Cara tidak langsung Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria: a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai 13 b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory negligence. Misalnya ada kasus saat tenaga perawatan akan mengganti/ memperbaiki kedudukan jarum infus pasien bayi, saat menggunting perban ikut terpotong jari pasien tersebut . Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan fakta yang secara tidak langsung dapat membuktikan kesalahan tenaga perawatan, karena: a. Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada kelalaian tenaga perawatan. b. Membetulkan jarum infus adalah merupakan/berada pada tanggung jawab perawat. c. Pasien/bayi tidak mungkin dapat memberi andil akan kejadian tersebut. 14 KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 TANGGUNG JAWAB HUKUM
A. TUJUAN Setelah selesai sesi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang pertanggung jawaban dalam hukum dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan.
B. MATERI POKOK Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar akan dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut: 1. Contractual liability 2. Vicarius liability 3. Liability in tort
C. URAIAN MATERI Seperti dikemukakan di depan bahwa tidak setiap upaya kesehatan selalu dapat memberikan kepuasan kepada pasien baik berupa kecacatan atau bahkan kematian. Malapetaka seperti ini tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Yang perlu dikaji apakah malapetaka tersebut merupakan akibat kesalahan perawat atau merupakan resiko tindakan, untuk selanjutnya siapa yang harus bertanggung gugat apabila kerugian tersebut merupakan akibat kelalaian tenaga perawatan. Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain: 1. Contractual liability Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider baik tenaga
15 kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan. 2. Vicarius liability Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian perawat sebagai karyawannya. 3. Liability in tort Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas haya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad 31 Januari 1919).
Ilustrasi kasus Di ruang UGD datang seorang pasien yang habis bermain perahu selancar dengan keluhan telinganya terdengar bunyi gemuruh. Setelah diperiksa oleh seorang dokter residen, dokter tersebut memberi instruksi kepada seorang siswa perawat untuk memberikan tetes telinga kepada pasien. Dokter bermaksud memberikan obat tetes telinga glycerine dan acid carbol, tetapi tidak mencatatnya pada kartu pasien. Pasien komplain karena setelah mendapat obat tetes telinga (yang meneteskannya teman si pasien) ternyata obat tersebut mengakibatkan kerusakan sebagian kendang telinga dan pendengarannya rusak secara permanen. Pada saat mengajukan bukti-bukti dokter menyatakan bahwa ia telah memerintahkan untuk diberikan guttae pro auribus acid carbol atau glyserine dan acid carbol drops. Si murid perawat yang baru berpengalaman 18 bulan di rumah sakit tersebut mendengarnya dokter mengatakan memberikan instruksi acid carbol. Hakim perpendapat bahwa dokter telah lalai dalam memberikan instruksi kepada seorang murid perawat yang tidak kompeten untuk melakukan serta disalahkan cara instruksinya (tidak di tulis dalam kartu pasien). 16 Lebih lanjut Hakim mengatakan bahwa dalam memberikan instruksi kepada seorang murid perawat, maka dokter harus menjaga agar instruksinya itu dimengerti sepenuhnya. Dokter itu seharusnya sebelum memberikan instruksi harus yakin benar dan mengecek kembali bahwa murid perawat tersebut cukup kompeten untuk melakukannya dan tahu apa yang dimaksudkan (Hanson v. The Board of Managemen of the Perth Hospital and Another, 1938). 17 KEGIATAN BELAJAR 5 UPAYA PENCEGAHAN DAN MENGHADAPI TUNTUTAN MALPRAKTEK
A. TUJUAN Setelah sesi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan langkah- langkan dalam upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan/gugatan malpraktek.
B. MATERI POKOK Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut: 1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan 2. Upaya menghadapi tuntutan/gugatan pasien .
C. URAIAN MATERI 1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga perawatan karena adanya mal praktek diharapkan para perawat dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni: a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upaya- nya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis). b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent. c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis. d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter. e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
18 f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya. 2. Upaya menghadapi tuntutan hukum Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga perawatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian perawat. Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka tenaga perawatan dapat melakukan : a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan. b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengaju- kan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa. Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya. Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan 19 dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan. 20
SOAL UNTUK EVALUASI
1. Sebutkan arti kata malpraktek dan jelaskan definisi dari malpraktek profesi kesehatan ? 2. Apa yang Saudara ketahui tentang ethical malpractice dan yuridical malpractice ? 3. Sebutkan jenis-jenis malpraktek dibidang hukum dalam pelayanan kesehatan ? 4. Mengapa pembuktian malpraktek dalam pelayanan kesehatan itu tidak mudah ? 5. Apa yang harus dibuktikan oleh pasien dalam gugatan perdata agar gugatan perdata berhasil ? 6. Apa yang dimaksud dengan pembuktian tidak langsung ? 7. Sebutkan upaya pencegahan agar tidak terjadi malpraktek ? 8. Sebutkan upaya menghadapi tuntutan hukum di pengadilan ?
KATA KUNCI 1. Mal berati salah dan praktek berarti tindakan, mal praktek berarti tindakan yang salah. Ada kelalaian Menerapkan pengetahuan dan keterampilan Lazim diterapkan Di wilayah tertentu 2. Ethical malpractice tindakan yang salah ditinjau dari aspek kode etik profesi, sedangkan yuridical malpractice ditinjau dari aspek hukum 3. Criminal malpractice Civil malpractice Administrative malpractice. 21 4. Yang membuktikan penggugat yang awam terhadap masalah profesi tenaga kesehatan 5. 4 D 6. Doktrin res ipsa loquitur 7. Upayanya: Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, Semua prosedur medik hendaknya dilakukan dengan informed consent. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya. 8. Formal defance dan legal defance.