Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

Dosen Mata Kuliah : Drs. Saleman Sianipar, M.Pd : Perkembangan Peserta Didik

D I S U S U N Oleh : Nanang Harianto Muhammad Yasid Sayoko Nababan : Fkip Matematika

Jurusan

Universitas Setia Budi Mandiri Medan (USBM)


BAB II

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR


A. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik di masa kanak-kanak tengah dicirikan oleh variasi yang cukup besar dalam pola pertumbuhan. Variasi ini mungkin karena jenis kelamin, asal etnis, genetika, lingkungan, atau penyakit yang diderita. Sementara anak-anak dari kelompok usia ini mengikuti pola perkembangan dasar yang sama. Kebanyakan gadis mengalami percepatan pertumbuhan sekitar usia 9 atau 10 tahun, sedangkan anak laki-laki mengalami percepatan pertumbuhan yang sama di sekitar usia 11 atau 12 tahun. Anak-anak yang tidak menerima giji yang memadai atau memerlukan perhatian khusus secara medis mungkin berisiko terhambat atau mengalami keterlambatan perkembangan pertumbuhannya. Misalnya, anak-anak yang tinggal di negara-negara di mana giji buruk tidak menjadi masalah cenderung lebih cepat perkembangan dari pada anak-anak yang tinggal di negara dimana malnutrisi merupakan masalah. Perubahan fisik, otak, pengembangan sistem saraf, keterampilan motorik kasar dan halus, dan masalah kesehatan merupakan aspek penting dari perkembangan fisik selama masa kanak-kanak tengah dalam tahap perkembangan sebelumnya.

Perubahan Fisik
pada awal masa kana-kanak tengah, anak-anak biasanya menunjukkan perolehan penampilan baru, dimana tampil lebih ramping dan atletis. Anak perempuan dan laki-laki masih memilki bentuk tubuh dengan proporsi yang sama sampai dengan keduanya mencapai pubertas (puberty), proses dimana dorongan seksual anak-anak tumbuh kuat hingga dia dewasa. Setelah pubertas, karakteristik seksual sekunder mulai tampak, terutama bentuk kurva payudara pada wanita serta suara yang ledbih dalam dan bahu yang lebar pada laki-laki. Hal ini membuat perbedaan antara perempuan dai laki-laki lebih nyata.

Perkembangan Otak dan Sistem Saraf


Pada awal masa kanak-kanak tengah, percepatan pertumbuhan terjadi didalam mata, sehingga pada usia 8 atau 9 tahun, organ tubuhnya hampir sama dengan ukuran anak orang dewasa. Perkembangan otak selama masa kanak-kanak tengah ditandai oleh pertumbuhan stuktur yang spesifik, khususnya lobus frontal. Lobus ini terletak pada bagian depan otak, tepat dibawah tengkorak. Lobus ini fungsinya antara lain bertanggung jawab untuk perencanaan, penalaran, penilain sosial, etika, dan pengambilan keputusan. Lateralisasi dari dua belahan otak juga terus selama masa kanak-kanak menengah, seperti halnya pematangan corpus callosum (gelombang dari serat-serat yang menghubungkan kedua belahan otak), dan daerah lain dari sistem saraf. Saat ini telah terjadi pengembangan hubungan saraf, kemampuan seorang anak untuk melihat dan berfikir tentang kemajuan dunia dari sudut pandangnya, serta egosentris magis secara yang lebih konkrit dan sistematis berfikir.

Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik adalah kemampuan berprilaku atau kemampuan melakukan gerak motorik. Keterampilan motorik butuh (groos motor skills) melibatkan penggunaan gerakan tubuh yang besar. Keterampilan motorik halus (soft motor skills) melibatkan penggunaan gerakan tubuh kecil. Kedua keterampilan motorik kasar dan halus terus mengalami penyempurnaan pada masa kecil menengah. Disamping itu , anak- anak senang menggunakan tangan mereka dengan cara-cara rinci. Dari awal usia pra sekolah, anak-anak belajar dan mempraktikkan keterampilan motorik halus. Anak telah mampu mengelola potongan benda, membuat cetakan, mengubah bentuk, menggambar, melukis, membuat sketsa kasar, dan menulis. Anak-anak juga belajar keterampilan, seperti mengikat tali sepatu, melepas knot, dan menyikat (flossing) gigi mereka.

Kesehatan
Pada usia dini biasanya muncul penyakit khas bagi anak-anak seperti pilek, batuk, dan sakit perut. Aneka penyakit ini cenderung berkurang frekuensinya pada masa kanakkanak. Hal ini disebabkan karena peningkatan ketahanan tubuh, peningkatan kebersihan, dan perbaikan gizi. Walaupun anak-anak obesitas yang tidak pada resiko kesehatan yang sama seperti orang dewasa gemuk, anak-anak harus menguasai kebiasaan makan yang efektif dan latihan sedini mungkin untuk mengurangi resiko kemudian obesitas dan masalah kesehatan yang terkait. Sebagian besar anak-anak menjadi cacat dan meninggal pada anak usia tengah adalah akibat dari cedera kecelakaan. Di Amerika Serikat, tahun hampir 22.000.000 anak-anak yang terluka dalam aneka bentuk kecelakaan setiap tahun. Untuk anak-anak, kecelakaan yang mematikan paling umum akibat dari serudukan kendaraan bergerak. Luka-luka terjadi disekolah biasanya merupakan hasil dari bermain dan olahraga yang mengandung resiko kecelakaan.

B. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif yang terjadi antara usia 7 dan 11 tahun disebut oleh piaget sebagai tahap operasi konkret (concrete operations stage). Piaget menggunakan istilah operasi untuk mengacu pada kemampuan reversibel anak belum dikembangkan. Reversible (reversible) oleh piaget dimaknai sebagai tindakan mental atau fisik yang dapat terjadi pada lebih dari satu cara atau arah yang berbeda. Pada saat operasi konkret, anak-anak tidak dapat berfikir baik secara logis maupun abstrak. Dalam pandangan piaget, anak-anak pada awal tahap operasi konkret menunjukan konsevasi atau kemampuan untuk meliat bagaimana sifat fisik tetap konstan sebagai tampilan dan mengubah bentuk. Tidak seperti anak-anak prasekolah, anak-anak usia sekolah memahami bahwa jumlah yang sama dari tanah liat hitam yang diberi bentuk yang berbeda tetap sama jumlahnya. Seorang anak operasional konkret akan memberi tahu bahwa lima bola golf adalah sama dengan dengan jumlah lima buah kelereng, tapi bola golf lebih besar dan akan menggunakan lebih banyak tempat dari padapada kelereng, kecuali kelerengnya sama besarnya dengan bola golf.

Model perkembangan kognitif piaget telah mengundang kontoversi dan banyak diperdebatkan akhir-akhir ini. Hasil penelitian eksperimental telah melahirkan temuan baru yang bertentangan dengan aspek-aspek tertentu dari teori piaget. Sebagai contoh, ahli teori konitif seperti Robert Siegler telah menjelaskan fenomena konservasi itu tidak tiba-tiba alias lambat. Aturan perubahan progresif yang di alami oleh anak guna memecahkan masalah, bukan perubahan mendadak dalam kapasitas dan skema kognitif.

Ingatan
Anak sekolah usia lebih baik pada keterampilan mengingat daripada rata-rata anakanak yang berusia di bawahnya. Lebih dari sekedar memahami dunianya, anak-anak yang lebih tua lebih tertarik pada saat encoding dan mengingat informasi. Di sekolah, anak-anak yang lebih tua juga belajar bagaimana menggunakan perangkat mnemonik atau strategi memori. Menciptakan lirik lucu, merancang akronim, chunking fakta (menyusun daftar panjang item kedalam tiga atau empat kelompok), dan melatih mengingat fakta (mengulangi berkali-kali) membantu anak-anak mengingat jumlah yang semakin rumit dan jenis informasi.

Anak yang Cerdas


Psikolog inteligensi dan otoritas lainnya sangat tertarik pada kecerdasan anak. Beberapa psikolog menunjukan bahwa sifat multifaset kecerdasan memerlukan perbedaan antara kecerdasan dasar (IQ akademis) dan kecerdasan terapan (IQ praktis). Misalnya, Howard Gardner berpendapat bahwa anak-anak menunjukan kecerdasan ganda (multiple intelligences), termasuk kemampuan dibidang musik, gerakan yang kompleks, dan empati. Demikian pula, Robert Strenberg mengemukakan teori kecerdasan yang menyatakan bahwa kecerdasan terdiri dari tiga faktor (triarchcic theory), yaitu: keterampilan pengelolahan informasi, konteks, dan pengalaman,. Ketiga faktor menentukan kognisi atau prilaku yang cerdas.

C. Konsep Diri
Menurut Erikson, tugas perkembangan masa kanak-kanak menengah adalah untuk mencapai industri atau perasaan kompeten secara sosial. Kompetisi dan penyesuaian sosial menandai tahap perkembangan ini. Anak yang berhasil mengembangkan industri akan membantunya membangun rasa percaya diri atau sikap evaluatif terhadap diri sendiri yang pada gilirannya membangun rasa percaya diri yang diperlukan untuk membentuk hubungan sosial yang efektif dan abadi. Kebanyakan anak laki-laki dan perempuan mengembangkan rasa percaya diri yang positif, seperti dalam hal pemahaman, pemaknaan, dan pengendalian diri di tengah-tengah masa kanak-kanak mereka. Mereka pun mendapatkan dukungan dan dicintai oleh orang tua, guru, dan teman-teman membuat anak merasa berada dibawah asuhan untuk pemgembangan yang kompeten. Ketika keterampilan dirasakan kurang disatu bidang, anak-anak dalam kelompok usia ini biasanya mencari kawan-kawan yang lain dimana mereka lebih unggul. Unggul di suatu bidang memberikan kontribusi untuk merasakan keseluruhan harga diri dan milik anak dalam dunia sosial. Sebagai contoh, seorang anak

yang tidak suka matematika bisa menggunakan waktu untuk bermain piano sebagai hobi hingga menemukan bakat musik tertentu. Pengalaman lebih positif bahwa anak-anak yang unggul dalam satu bidang atau lebih, semakin besar kemungkinan mereka akan mengembangkan rasa percaya diri yang diperlukan untuk menghadapai tantangantantangan sosial yang baru. Harga diri, pengaturan diri, dan kepercayaan diri anak pada akhirnya membentuk sebuah konsep diri.

D. Kognisi Sosial
Sebagai manusia yang tumbuh dewasa, peserta didik meningkatgkan perkembangan dalam kognisi sosial (social cognition) atau pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman tentang kehidupan masyarakat dan aturan-aturan perilaku sosial. Hubungan dengan rekan memainkan peran utama dalam penentuan gelombang yang tepat atau fine-tuning kognisi sosial pada anak usia sekolah. Anggota kelompok sebaya biasanya dari ras dan status sosial ekonomi yang sama. Memang, kebanyakan anggota kelompok sebaya hidup di lingkungan yang secara etnis tidak didiversifikasi. Kegiatan kompetitif diantara rekan-rekan, seperti program dan tugas kelompok di sekolah membantu anak- anak mengembangkan kualitas hubungan. Juga, kegiatan kompetitif seperti olahraga tim bermakna membantu anak-anak usia sekolah utnutk menemukan talenta atletik serta bagaimana mengelola konflik. Akhinya, kognisi sosial remaja muncul sebagai hasil hubungan jangka panjang yang terbentuk berdasarkan kepercayaan. Sepanjang pengalaman ini, anak-anak yang lebih tua memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi dunianya dan lingkungan sosial dengan segala aturannya. Pada waktu tertentu anak-anak menjadi lebih baik untuk memprediksi perilaku sosial yang sesuai dan bisa diterapkan.

E. Hubungan Keluarga
Meskipun anak-anak usia sekolah menghabiskan waktu lebih lama dan jauh dari rumah daripada yang mereka lakukan ketika semasa kanak-kanak, hubungan mereka yang paling penting terus di bentuk rumah. Masa kanak-kanak tengah adalah tahap transisi, fase ketika orang tua mulai berbagi kekuasaan dan pengambilan keputusan dengan anak-anak mereka. Namun demikian, karena anak-anak memiliki pengalaman terbatas pada hal-hal yang menarik ketika berhadapan dengan situasi dan masalah orang dewasa. Orang tua harus terus membuat aturan dan menetapkan batas-batasnya. Sebagai contoh, sangat mungkin untuk berbagi kekuasaan orang tua membiarkan anak-anak mereka merundingkan peran yang akan di terampilkan. Tentu saja agaknya tidak mungkin berbagi kekuasaan orang tua dalam menentukan kemungkinan atau ketidakmungkinan anak-anak bermain dengan menggunakan alat-alat yang jelas-jelas beresiko sangat tinggi. Disiplin, meski tidak slalu identik dengan hukuman, tetap merupakan masalah di masa kanak-kanak menengah. Pernyataan yang sering diperdebatkan di kalangan ilmu sosial selama beberapa dekade, terutama berkaitan dengan peran disiplin dalam mengajar nilai-nilai, moral, integritas, dan pengendalian diri anak. Saat ini pihak yang paing setuju hukuman mungkin memberikan nilai kurang bagi yang berperilaku negatif dan sebaliknya memberikan penguatan positif untuk perilaku yang dapat ditrima secara memuaskan.

F. Persahabatan
Persahabatan, khususnya persahabatan bagi anak sesama jenis merupakan fenomena umum yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dasar. Bagi peserta didik jenjang sekolah dasar teman berfungsi sebagai teman sekelas, sepetualang, tempat curahan hati, dan sebagai pantulan kepribadian. Teman juga berfungsi saling membantu untuk mengembangkan harga diri dan rasa kompetensi dalam dunia sosial, termasuk lingkungan di sekolah. Peserta didik laki-laki dan perempuan mengambil manfaat besar dalam hubungan pertemanan mereka, termasuk dalam kerangka kepentingan pergaulan sosial yang lebih besar. Di antara mereka pun terdapat perbedaan usia, ukuran tinggi badan, gemuk atau langsing, periang atau cenderung melankolis, dan sebagainya. Mereka samasama memiliki peluang besar untuk menikmati kegiatan kelompok, seperti skating, naik sepeda, bermain dirumah, dan membangun kekuatan bersama. Hubungan mereka dengan sepermainanya juga dapat menyebabka penyesuaian bagi berkembangnya keprihatinan dan kekhawatiran atas popularitas. Kesadaran akan perbedaan ras atau lainnya bisa mungkin dan bisa juga tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Inteloransi atau ketiktoleranan bagi anak-anak yang tidak terarah mirip dengan prasangka atau persepsi negatif tentang kelompok orang lain. Sementara rekan-rekan dan teman-teman dapat memperkuat stereotip prasangka, bagi anak akhirnya menjadi kurang kaku dalam sikap mereka terhadap anak-anak dari latar belakang lainnya.,

G. Tekanan Teman Sebaya


Banyak ahli psikologi perkembangan atau pengamat perkembangan anak mempertimbangkan tekanan teman sepermainan (peer pressure) membawa konsekuensi negatife dan hubungan persahabatan secara sekaligus dari rekan mereka. Peserta didik yang paling rentan terhadap tekanan teman biasanya memiliki harga diri yang rendah. Peserta didik mengadopsi norma-norma kelompok itu sebagai milik mereka dalam upaya untuk meningkatkan harga dirinya. Ketika peserta didik tidak mampu menolak pengaruh rekanrekan mereka, terutama dalam situasi ambigu atau membingungkan, mereka mungkin mulai merokok, minum alkohol, mencuri, atau mengasingkan diri dari teman-temannya. Peserta didik yang menolak tekanan teman sebaya sering tidak populer.

H. Seksualitas
Pada anak sekolah dasar, termasuk pada usia dini, minat seksiual merupakan perpanjangan dari sensasi yang menyenagkan dari ingin tahu, bukan hasil dari oritisme. Pada masa kecil menengah, hasrat seksual menjadi lebih terarah pada tujuan tertentu. Rasa ingin tahu dan eksperimen seksual jelas dan bahkan terus meningkatkan frekuensinya selama mereka berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya. Hubungan antara sesama

anak usia sekolah dasar dan pola permainan mereka banyak diwarnai oleh hasrat seksual ini. Kebanyakan permainan seks (sexplay, tidak dalam makna hubungan seks) bagi anak berusia 10-11 tahun adalah antara teman yang sama jenis, meskipun mereka banyak bicara tentang lawan jenis. Permaina seks secara homoseksual umumnya mereka lakukan dalam bentuk memamerkan alat kelamin satu sama lain dan ini tidak benar-benar berarti homoseksual. Sebai anak remaja awal, peserta didik jenjang sekolah dasar memperoleh dan mempraktikan keterampilan sosial dan emosional untuk mempersiapkan hubungan sosial yang diperlukan dan akan berkembang selam masa remaja.

I. Sters
Anak laki-laki dan perempuan pada tahun-tahun bersekolah disekolah dasar, termasuk didalam kelas tidak kebal terhadap stres dari dunia kehidupan mereka. Pekerjaan rumah (homework) yang diperoleh dari sekolah, kesulitan membantu atau berhubungan dengan teman-teman, perubahan lingkungan dan sekolah, orang tua yang berkerja dalam takaran waktu yang panjang, sering menimbulkan stres bagi mereka. Hal ini ikut menentukan perkembangan mereka menuni insan dewasa. Lebih dari itu, sangat disayangkan beberapa anak terkena penyebab stres yang lebih berat, seperti perceraian, kekerasan fisik, dan pelecehan seksual.

Pencarian
Perceraina atau terpecahnya unit keluarga sangat dekat dengan peningkatan derajat stres pada anak-anak. Pada gilirannya mereka akan merasa depresi, rasa bersalah, marah, mudah tersinggung, pemberontak, atau cemas.

Kekerasan fisik
Kekerasan pada anak adalah penderitaan yang menimbulkan rasa sakit, cidera, atau membahayakan anak secara disengaja oleh pihak lain. Kekerasan ini merupakan penyalahgunaan tindaakan seseorang kepada anak-anak, yang didalamnya juga tercakup pelecehan emosional dan psikologis, termasuk penghinaan, memperlakukan, melakukan penolakan, bersikap dingin, kurangnya perhatian, pengabaian, isolasi, dan terorisasi. Di dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, istilah perlindungan bermakna segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan darikekerasan dan diskriminasi. Orang dewasa yang melakukan kekerasan secara fisik dan emosional kepada anakanak akan membuat mereka menderita karena perasaan kecemasan yang mendalam, rasa malu, rasa bersalah, dan merasa dikhianati. Anak-anak yang mengalami tekanan fisik dan emosional akan merasa tidak berdaya di atas kebelumberdayaannya. Jika pengalam pahit semacam itu, terutama trauma dan susana emosional yang menyakitkan dalam takaran frekuensinya yang sangat sering, anak-anak sebagai korban dapat tetekan dan melahirkan rasa dendam yang mendalam, bahkan depresi setelah menjadi orang dewasa.

Pelecehan Seksual Anak


Bentuk tindakan lain yang dapat dikategorikan sebagai pelecehan terhadap anak secara emosional adalah pelecehan seksual kepada anak-anak. Pelecehan semacam ini dikenal sebagai pelecehan terhadap anak, dimana pelecehan seksual itu terjadi ketika seorang remaja atau orang dewasa membujuk atau memaksa anak atau berpartisipasi dalam aktivitas seksual. Pelecehan seksual adalah cara terburuk yang mungkin membuat sesak nafas yang terus terbayang oleh anak-anak. Bentuk pelecehan seksual itu mulai dari menyentuh sederhana untuk penetrasi. Dalam makna umum pelecehan seksual secara inses bisa diterima makna sebagai tindakan seorang diluar keluarga, seperti keluarga teman, guru, pimpinan regu pramuka, pimpinan kelompok seminat, dan lain-lain. Para pelaku inses biasanya laki-laki dan korban biasanya adalah gadis-gadis di menjelang usia remaja awal. Pelaku kekerasan seksual pada anak dari luar keluaraga yang disebut pedofilia , biasanya bertindak lebih kejam lagi. Pedofilia ini merupakan satu bentuk gangguan psikologis yang menakutkan, karena biasanya membawa korban anak-anak yang begitu banyak, bahakn sampai penganiayaan fisik atau kematian. Beberapa alternatif tindakan yang mungkin dilakukan oleh anak-anak adalah menghindari, memperkecil peluang bermain sendirian, menghindari tinggal pada ruang tertutup dengan orang dewasa yang tidak bertanggung jawab, dan sebagainya.

Pandangan para ahli filsafat Menurut : - socrates - Aristoteles - plato

Dosen Mata Kuliah

: Drs.Chairuddin, M.Pd : Filsafat Pendidikan

D I S U S U N Oleh : Nanang Harianto Muhammad Yasid Sarito Uli Tinambunan : Fkip Matematika

Jurusan

Universitas Setia Budi Mandiri Medan (USBM)

Anda mungkin juga menyukai