Anda di halaman 1dari 2

Strategi Adaptasi Petani (Peasant) Terhadap Pola Pengelolaan Hutan Hari ini ---Refleksi pada Hutan Rakyat di Gunung

kidul-Julian Steward menggaris bawahi bahwa kebudayaan merupakan feed back manusia atas habitat alamiah dan habitat yang telah termodifikasikan. Perlaku adaptif ini dapat dilihat pada pengorganisasian kerja dan bentuk-bentuk teknologi sebagai kepanjangan tangan manusia dalam interaksinya dengan alam lingkungannya. Berbekal pada perilaku tebang butuh sebagai inti permasalahan bagi kelestarian Hutan Rakyat, Arupa memfasilitasi terbentuknya KTHR di Girisekar sebagai Unit Managemen kelestarian Hutan Rakyat dan berhasil mensertifikasikan pohon-pohon Hutan Rakyat dengan berpayung pada Koperasi Wana Manunggal. KWML menaungi 3 paguyuban (payung organisasi KTHR di tingkat Dusun) di 3 Kecamatan di 3 Desa. Hutan Rakyat di 2 tempat lainnya di Fasilitasi olek Sorea dan PKHR. Teknologi GPRS dan digital maping digunakan untuk memetakan luasan HR dan menginventaris pohon-pohon yang disertifikasi. Kegiatan ini berlangsung sejak 2006 dan terus berjalan hingga sekarang. Langkah berikutnya; dibentuklah 4 KUB Woodcraft berbahan dasarkan kayu dari HR di ketiga desa HR yang sarat teknologi ( managemen dan alat). Sampai di sini, tampaknya apa yang digaris bawahi oleh Julian Steward menemukan bentuk dan aktualisasinya. Jika hal teoritis praktis ini ditarik lebih jauh dan dikaitkan dengan ujarujar Erick wolf, Polanyi dan Scott akan menemukan hal yang berbeda dengan Involusi pertaniannya Geertz yang bersubyek penderita tanah, sawah, padi, dan tebu. Gagasan Scott, dengan idiom dahulukan selamat telah berhasil menjadikan para petani berkesan lembam karena anti spekulasi yang bertolak belakang dengan para pelaku ekonomi hari ini yang penuh dengan spekulasi. Anti spekulasi karena resiko besar VS berspekulasi karena ada keuntungan besar. Lebih jelas lagi KTHR VS KUB. Gagasan Polanyi, bahwa setiap petani mempunyai tanggung jawab-tanggung jawab sosial yang penting. Masyarakat sering menjadikan kegiatan menyumbang sebagai alasan untuk melakukan penebangan dan/atau melakukan kegiatan cadangan lainnya diluar sektor pertanian. Adanya sangsi sosial menguatkan kohesi sosial untuk saling bergotong royong, yang berlebih diwajibkan untuk menyokong yang kurang jika tidak dilakukan atau terjadi kepincangan maka akan muncul kontrol sosial yang bersifat samar namun berakibat pada sangsi sosial yang berakibat fatal berupa pengasingan sosial. Dianggap mempunyai pesugihan, tuyul dsb. Gagasan Erick Wolf, protes sosial para petani biasanya berpusat pada mithos tentang tatanan sosial yang lebih adil. Hal ini agak sedikit bertentangan dengan idiom selamat miliknya Scot. Meskipun ada sintese untuk keduannya, yaitu: jika tatanan yang dianggap tak adil itu sudah mengancam keselamatan (menimbulkan kematian dan kelaparan) hal ini terjadi jika jaminan sosial (Polanyi) sudah tidak ada lagi maka Scott berpendapat setiap petani wajib mempunyai lahan minimal untuk memenuhi dan menjamin kemampuannya untuk memenuhi kewajibankewajiban sosialnya. Sedangkan Julian Steward menawarkan sintese antara KTHR dan KUB, bahwa teknologi dan

organisasi adalah paket yang pertama sebagai core dari kebudayaaan dan yang kedua sebagai pheriperalnya.

Anda mungkin juga menyukai