Anda di halaman 1dari 3

DEMAM TIFOID

Oleh Kevin Christian N, 0906554320


PENDAHULUAN Demam tifoid atau yang dikenal dengan penyakit tifoid merupakan salah satu penyakit yang umum secara global di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella dan masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. EPIDEMIOLOGI Setiap tahunnya diestimasikan terdapat kurang lebih 16-33 juta kasus demam tifoid dan sekitar 216.000 kematian pada daerah-daerah endemik. Indonesia merupakan salah satu daerah endemik dari demam tifoid. Insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-19 tahun. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/58/Fievre_typhoide.png/ 800pxFievre_typhoide.png

ETIOLOGI Demam typhoid timbul akibat dari infeksi bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan. Adapun bakteri golongan Salmonella yang menyebabkan demam tifoid adalah Salmonella typhi, Salmonella paratyphi tipe A, B, dan C. Pada umumnya infeksi oleh Salmonella paratyphi memberikan gejala yang lebih ringan. Cara penyebaran Salmonella ini biasanya melalui muntahan, urine, dan kotoran dari penderita tifoid yang terbawa oleh lalat. Lalat kemudian mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, buah, dan lain-lain. Makanan dan minuman terkontaminasi inilah yang kemudian masuk ke tubuh manusia. PATOGENESIS Saat bakteri masuk ke dalam tubuh manusia, sebagian bakteri akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lolos masuk ke usus lalu berkembang biak di sana. Di dalam usus terdapat respons imunitas humoral dari mukosa usus namun jika respons kurang baik maka bakteri akan dapat menembus sel-sel epitel ke lamina propria. Di lamina propria bakteri akan berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Salmonella ini dapat hidup dalam makrofag dan selanjutnya akan terbawa sampai plak Peyeri ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. Kemudian melalui duktus torasikus bakteri dalam makrofag ini akan masuk ke sirkulasi darah menyebabkan bakteremia pertama yang asimtomatik dan menyebar ke seluruh organ tubuh terutama limpa dan hati. Di organ-organ ini bakteri akan meninggalkan makrofag dan berkembang di

luar sel dan selanjutnya masuk lagi ke sirkulasi darah menyebabkan bakteremia kedua kalinya dengan disertai tanda dan gejala infeksi sistemik. Di hati, bakteri masuk ke kandung empedu, berkembang biak, dan disekresikan keluar bersama cairan empedu secara intermitten oleh ke lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk ke sirkulasi kembali menembus usus. Proses fagosit kembali terjadi dan kali ini makrofag yang teraktivasi sudah lebih hiperaktif dan saat fagositosis terjadi pelepasan mediator inflamasi yang menimbulkan gejala inflamasi sistemik seperti demam, malaise, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental dan koagulasi. Dalam plak Peyeri maakrofag akan menyebabkan reaksi hiperplasia jaringan karena hipersensitivitas. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi karena erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri yang nekrosis dan hiperplasia karena akumulasi sel mononuklear. Proses ini bisa berkembang ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. TANDA DAN GEJALA Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama umumnya ditemukan keluhan serupa penyakit infeksi umumnya yaitu demam, pusing, anoreksia, mual, muntah, diare, rasa tidak enak di perut, batuk, dan nyeri otot. Pada PF hanya didapatkan suhu meningkat. Sifat demamnya meningkat perlahan-lahan terutama sore dan malam. Dalam minggu kedua gejala semakin jelas berupa demam, bradikardia relatif, lidah berselaput, hepatomegali, splenomegali, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. TATA LAKSANA Untuk demam tifoid sampai saat ini masih dianut trilogi tatalaksana yaitu : Istirahat dan perawatan Tirah baring dan perawatan bertujuan mengurangi komplikasi. Tirah baring dan perawatan sepenuhnya di tempat termasuk makan, minum, mandi, dan buang air akan membantu dan mempercepat massa penyembuhan. Kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan harus dijaga. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik. Diet dan terapi penunjang Diet merupakan hal yang cukup penting dalam penyembuhan tifoid karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan proses penyembuhan semakin lama. Pemberian bubur saring kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar lalu akhirnya diberikan nasi disesuaikan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring ditujukan untuk mencegah komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Pemberian antimikroba Kloramfenikol Obat pilihan utama demam tifoid di Indonesia. Dosis yang diberikan 4x500mg perhari bisa peroral maupun intravena. Obat diberikan sampai 7 hari bebas panas. Rata-rata penggunaan obat ini menurunkan demam setelah 7 hari. Penelitian oleh Moehario LH dkk pada 2002-2008 menunjukkan 90% bakteri masih peka terhadap obat ini. Tiamfenikol Dosis dan efektivitas mirip dengan kloramfenikol namun komplikasi hematologi seperti kemungkinan anemia aplastik lebih rendah dibandingkan kloramfenikol. Demam biasa turun pada hari ke 5-6.

Kotrimoksazol Efektivitas obat ini dilaporkan sama dengan kotrimoksazol. Dosis untuk orang dewasa adalah 2x2 tablet diberikan 2 minggu. Amoksisilin dan Ampisilin Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah dari kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan 50-150 mg/ kgBB selama 2 minggu. Sefalosporin generasi 3 Hingga kini sefalosporin generasi 3 yang efektif untuk tifoid adalah seftriakson. Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100cc diberikan setengah jam perinfus sekali sehari selama 3-5 hari. Azitromisin Obat ini efektif terutama untuk kasus MDR Salmonella atau NARST. Azitromisin diketahui secara signifikan mengurangi kegagalan dan durasi rawat inap. Obat ini dapat menghasilkan konsentrasi di jaringan tinggi meskipun konsentrasi dalam darah rendah. Obat ini tersedia dalam bentuk peroral maupun intravena. KOMPLIKASI Demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi seperti: Komplikasi intestinal: Perdarahan usus Perforasi usus Ileus paralitik Pankreasitis Kompliasi ekstra-intestinal: Miokarditis Anemia hemolitik Trombositopenia Pneumonia Pleuritis Hepatitis Kolesistitis Glomerulonefritis Pielonefritis Artritis Neuropsikiatrik DAFTAR PUSTAKA 1. Kasper DL, Fauci AS, Longo DN, Braunwald E, Hauser S, Jameson JL. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: Mc-Graw Hill, 2005. 2. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2009; p.2797-2802. 3. WHO. Diarrhoeal diseases (updated february 2009). World Health Organization, 2009.

Anda mungkin juga menyukai