Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran yang terstruktur dan terarah dengan tujuan tertentu. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini sangat dibutuhkan dalam menunjang karir dan masa depan. Penddikan juga sangat dibutuhkan sebagai media untuk menimbah ilmu dan pengetahuan. Tanpa adanya pendidikan, maka manusia akan buta terhadap ilmu, berkomunikasi, dan memahami setiap aspek kehidupan. Secara umum, pendidikan terbagi atas dua bagian, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan informal merupakan jalur nonformal yang dapat ditempuh atau diterima dari luar sekolah. Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang hanya bisa didapatkan melalui jalur bersekolah atau lewat bangku sekolah dan kuliah. Di Indonesia, pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Setiap warga negara berhak menerima pendidikan yang layak sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan undang-undang dasar 1945. Sehingga pemerintah berkewajiban memberikan fasilitas pelayanan pendidikan kepada warganya. Berbagai fasilitas dan program terkait pendidikan telah diluncurkan pemerintah. Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang sifatnya memberikan kenyamanan kepada warganya. Contoh program yamg telah dicanangkan pemerintah

yaitu mulai dari program wajib belajar sembilan tahun (WAJAR), meningkatkan alokasi dana pendidikan, memberikan dana bantuan operasional sekolah (dana BOS), dana alokasi khusus (DAK), sampai dengan pendidikan gratis bagi sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang diluncurkan pemerintah provinsi dan kabupaten. Di Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Sidenreng Rappang, pendidikan gratis hingga tingkat SMA/sederajat telahh dicanangkan. Program ini sangat disambut baik oleh masyarakat, yang dibuktikan oleh peningkatan jumlah siswa yang sangat tinggi, khususnya pada tingkatan SMS/sederajat. Peningkatan ini tidak sebanding dengan peningkatan sarana dan prasarana sekolah. Selain itu, pelaksanaan program ini yang masih kurang memadai dan terstruktur dengan baik, khususnya terkait dana atau anggaran untuk sekolah-sekolah. Sehingga tenaga pengajar dalam hal ini guru dipaksakan untuk menambah jam mengajar dengan gaji yang tetap. Selain itu, kurangnya sistem manajerial keuangan oleh kepala sekolah dan bendahara dana gratis menyulitkan tenaga pendidik untuk mendapatkan tunjangan yang baik. Sebagian pengambil kebijakan pengalokasian dana gratis masih belum memahami program ini. Akhirnya, alokasi anggaran kurang tersalurkan dengan tepat. Sebagian besar pengambil kebijakan di sekolah melupakan tingkat kesejahteraan tenaga pengajarnya. Sehingga program pendidikan gratis dengan kualitas pendidikan yang tinggi akan sulit untuk tercapai.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dirumujskanlah masalah pada bagian berikut ini. 1. Bagaimana pendidikan di Indonesia khususnya di Kabupaten Sidenreng Rappang? 2. Bagimana pelaksanaan program pendidikan gratis di Kabupaten Sidenreng Rappang? 3. Bagaiman pengaruh pendidikan gratis terhadap tingkat kesejahteraan guru di SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini dapat dirinci pada bagian berikut ini. 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan di Indonesia khususnya di Kabupaten Sidenreng Rappang. 2. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanan program pendidikan gratis di Kabupaten Sidenreng Rappang. 3. Untuk mengetahui dan menganalisa bagiamana pengaruh dan peran pendidikan gratis terhadap tingkat kesejahteraan guru di SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa sumbangan pemikiran kepada beberapa pihak sebagai berikut.
3

1. Sebagia masukan kepada lembaga pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan di Indonesia. 2. Sebagai masukan dalam pengembangan program pendidikan khususnya

pelaksanaan pendidikan gratis. 3. Sebagai masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat SMA/Sederajat. 4. Sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan mutu dan kesejahteraan tenaga pengajar atau guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS


A. Tinjauan Pustaka Teori yang dipaparkan dalam penelitian ini merupakan kerangka berpijak untuk menentukan arah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Teori yang menuntun dalam penelitian ini meliputi teori pendidikan, teori kesejahteraan serta studi pustaka lainnya yang berhubungan dengan pokok masalah penelitian. Studi tentang pendidikan yang keterkaitannya dengan guru sangat penting dalam mengkaji kesejahteraan tenaga pendidik. Hal ini memiliki korelasi yang kuat karena peran guru dalam pendidikan sangatlah penting. Kesejateraan guru yang baik tentu akan berpengaruh pada tingkat kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu

pendidikan klasik, pendidikan pribadi, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional. 1. Pendidikan Klasik Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis

dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. 2. Pendidikan Pribadi Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensipotensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),

3.

Teknologi Pendidikan Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai

persamaan

dengan

pendidikan

klasik

tentang

peranan

pendidikan

dalam

menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan

kompetensi

atau

kemampuan-kemampuan

praktis,

bukan

pengawetan

dan

pemeliharaan budaya lama. Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidangbidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. 4. Pendidikan Interaksional Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
7

Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. Selain dari teori pendidikan di atas Suwardi Lubis(2011) menyatakan Teori pendidikan dan psikologi modern merupakan hasil usaha manusia yang bersifat ilmiah berdasarkan temuan, eksperimen serta pengalaman empiris yang didasari nilainilai manusia yang dianut pada suatu saat dan suatu tempat. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa pendidkan yang berorientasi pada guru merupakan proses belajar-mengajar dalam rangka memperoleh ilmu dan pengetahuan yang berbasis budaya dan teknologi yang didukung oleh sarana dan tunjangan yang memadai. Berdasarkan teori-teori pendidikan yang telah ada, beberapa ahli mendefinisikan pendidikan sebagai berikut.

Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Carter V.Good a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education.

Pendidikan ialah:

a. Seni, praktik, atau profesi pengajar. b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

a.

Keprofesionalan guru Modal utama peningkatan mutu pendidikan terletak pada keprofesionalan

guru. Terutama memiliki kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan profesional secara penuh. Wajah guru menentukan wajah pendidikan. . Mutu pendidikan yang ditentukan salah satunya keprofesionalan guru, guna mencapai keprofesionalan tersebut guru juga perlu berorganisasi. Organisasi yang diperlukan adalah yang kuat dengan jumlah anggota banyak, pengurus yang amanah. Juga harus independen artinya tidak dibawah pengaruh pihak lain dan kekuasaan suatu pihak. Organisasi juga harus demokratis, dimana pengambilan keputusan dari bawah, dan

10

memberikan manfaat baik menyalurkan aspirasi, memperjuangkan hak dan meningkatkan keprofesionalan guru dalam membela dan melindung. Selain itu, subtansi perjuangan seperti penyerapan, penyaluran dan perjuangan aspirasi akan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Ditambah dengan peningkatan kesejahteraan dan kualitas profesi. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Kedudukan guru sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
11

ketakwaan, dan akhlak mulia. (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik guru diperoleh melalui pendidikan program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: (a) merencakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. (b) meningkatkan dan

mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak obyektif
12

dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai guru karena : (a) meninggal dunia; (b) mencapai batas usia pension (60 tahun); (c) atas permintaan sendiri; (d) sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugas secara terus menerus selama 12 (dua belas) bulan; atau (e) berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara guru dan penyelenggara pendidikan. Guru dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru karena : (a) melanggar sumpah dan janji jabatan; (b) melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama; (c) melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 (satu) bulan atau lebih secara terus menerus. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan : (a) menetapkan dan menegakkan kode etik guru; (b) memberikan bantuan hukum kepada guru; (c) memberikan perlindungan profesi guru; (d) melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan (e) memajukan pendidikan nasional.

13

Dewan

kehormatan

guru

dibentuk

oleh

organisasi

profesi

guru.

Dewan kehormatan guru dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Sanksi terhadap guru berupa : (a) teguran; (b) peringatan tertulis; (c) penundaan pemberian hak guru; (d) penurunan pangkat; (e) pemberhentian dengan hormat; atau (f) pemberhentian tidak dengan hormat. Guru yang dikenai sanksi mempunyai hak membela diri. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional mempunyai misi melaksanakan tujuan UU, yaitu: 1. mengangkat martabat guru 2. menjamin hak dan kewajiban guru 3. meningkatkan kompetensi guru 4. memajukan profesi serta karir guru 5. meningkatkan mutu pembelajaran 6. meningkatkan mutu pendidikan nasional 7. mengurangi kesenjangan ketersediaan duru antardaerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi; 8. mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antardaerah; 9. meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Guru sebagai tenaga professional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
14

jenjang pendidikan tertentu. Guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) dimaksudkan bahwa peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. b. Kesejahteraan guru Kesejahteraan guru sebagai masalah utama bukan hanya bagi 'mutu hidup' guru sendiri, tetapi yang lebih penting 'mutu pendidikan'. mengajar guru carannya untuk membuat bahan pelajaran yang paling cocok, efektif, dan tanpa biaya, untuk digunakan di laboratorium bahasa. Sistim tersebut hanya perlu lima-belas sampai tiga-puluh minit sehari di luar jam kelas. Siswa jelas sangat tertarik untuk meningkatkan pengetahuan mereka sendiri tetapi mereka juga mengatakan bahwa sistimnya tidak akan dapat dilaksanakan oleh karena mereka harus menggunakan semua waktu di luar kelas untuk "mencari makan" (moonlighting). Berarti agar guru rajin melaksanakan pentaloka, seminar, penataran, dan lain-lain, (tujuannya meningkat kemampuan dan pengetahuan guru) penulis jelas percuma tanpa menghadapi kesejahteraan. Selain waktu yang disediakan untuk menyiapkan bahan
15

pengajaran - cara menyampaikan bahan dan perhatian pelajar juga sangat di pengaruhi. Misalnya penulis sering mencontohkan 'cara mengajar secara aktif' waktu penulis menjalankan kegiatan-kegiatan di sekolah SMA. Seringkali guru-guru mengatakan bahwa mereka ingin mengajar secara libih aktif tetapi kalau mereka mengajar seperti penulis mencontohkan mereka akan terlalu capai untuk mengajar siswa siang di sekolah lain (atau sampai malam di rumah). Guru-guru sering mengaku bahwa mereka harus melaksanakan tugasnya di sekolah sambil menjaga kesehatannya, supaya dapat bekerja di tempat lain (sekali lagi masalahnya - mencari makan). Tetapi tidak semudah itu definisi sejahtera bagi guru karena kesejahteraan guru diluar aspek financial juga dituntut dalam sebuah keadaan dimana guru merasa aman dan tidak terancam dalam menjalankan proses pendidikan maupun dalam lingkungan sekitar yang membuat guru merasa bebas dan secara maksimal ketika membuat bahan ajar yang akan disampaikan dikelas tempat guru mengajar, karena itu juga mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa.

c.

Hubungan kesejahteraan guru dalam mempengaruhi keprofesionalan guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan. Baik tidaknya kualitas pendidikan

sebagian besar tergantung pada guru. Karena itu, beban guru sangatlah berat. Karenanya merupakan satu hal yang wajar jika kesejahteraan guru harus diperhatikan. Tetapi kesejahteraan guru bukanlah semata-mata adanya kenaikan gaji, melainkan juga berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan. Mungkin kita harus dapat

16

memahami bahwa seiring dengan peningkatan biaya pendidikan di daerah, maka porsi pembangunan fisik pendidikan akan terlihat jelas. Jika dilihat dari kecilnya anggaran sektor pendidikan secara nasional, pembangunan fisik harus ditekan seminimal mungkin. Tapi nyatanya justru saat ini banyak bangunan SD yang rusak lebih-lebih untuk SMA dan tidak layak digunakan untuk belajar. Pembangunan fisik gedung memang terlihat secara kasatmata tetapi tidak demikian halnya pembangunan di bidang-bidang spritual, seperti pembinaan mental dan pencapaian pembelajaran siswa. Akan tetapi keduanya saling berhubungan. Seorang guru tidak akan merasa tenteram atau damai hatinya jika bangunan sekolah tempat ia mengajar dalam keadaan reyot, jalan ke sekolah itu becek, sedangkan langit-langit ruangan kelasnya rendah, tembok retak dan sebagainya. Karenanya, untuk masa sekarang, sarana pendidikan tersebut seharusnya

direhabilitasi secara bertahap. Kalaupun mau membangun gedung sekolah baru, harus benar-benar dengan pertimbangan akal, keperluan, dan memenuhi standar sebuah sekolah. Jangan membangun sekolah seperti dulu, banyak yang tidak memenuhi standar, seperti sempitnya lahan bagi sebuah bangunan sekolah. Bukankah kesejahteraan guru sebenarnya cukup baik dibandingkan dengan pekerjaan di sektor lain. Misalnya, soal gaji mereka. Pekerjaan guru, dan tentu saja gajinya, memang tidak bisa disamakan dengan pekerjaan lain-apalagi dibandingkan dengan pegawai negeri lain. Guru harus bekerja 24 jam. Setiap saat tanggung jawab sosialnya dituntut. "Di negara-negara maju, seperti Singapura, gaji guru memang
17

dibedakan dan jauh lebih tinggi. Guru SD seharusnya paling tidak memperoleh gaji Rp 1,5 juta per bulan, ujar Drs. Djauzak Ahmad, mantan guru dan mantan Direktur Pendidikan Dasar Depdikbud.(impiandalamhati.blogspot.com:2010) Sejauh mana gaji yang tinggi dapat menjamin mutu pendidikan? Dengan gaji guru yang baik, maka sang guru dituntut untuk memperbaiki mentalnya dan melaksanakan didaktik metode yang baik. Dengan demikian, mutu pendidikan baru dapat diharapkan. Yang sering menjadi pertanyaan balik dari pemerintah adalah darimana pemerintah memperoleh uang untuk meningkatkan gaji mereka? Daerah yang mampu seharusnya bisa membuat langkah awal. Itu sebabnya perlu otonomi daerah, sehingga daerah memiliki kreativitas tersendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan. Contohnya adalah pemberian THR (tunjangan hari raya) yang diberikan di Riau dan DKI Jakarta. Jika perlu berikan tiap bulan. Selain kesejahteraan guru dan perbaikan sarana pendidikan, hal lain yang harus dibuat daerah pada sektor pendidikan sehubungan dengan otonomi daerah adalah melengkapi peralatan pendidikan, seperti buku dan alat peraga. Persoalan di dunia pendidikan memang sangat kompleks. Bahkan, dunia pendidikan di negeri ini seperti benang kusut yang sulit memulainya dari mana. Akan tetapi, soal kesejahteraan guru, memperbaiki sarana pendidikan dasar, dan melengkapi peralatan pendidikan, tetap harus dikedepankan meskipun dilakukan secara bertahap. Mengapa pendidikan dasar mendapat tekanan khusus dibandingkan jenjang pendidikan lain? Karena pendidikan SMA ini yang paling parah. Sarananya saja paling banyak rusak dibandingkan SMP dan SD. Belum lagi menyangkut soal
18

pelaksanaan proses belajarnya. Dengan telah disahkannya undang-undang pendidikan nasional, penulis berharap agar dana sebesar 20% dari APBN benar-benar direalisasikan dan diberikan untuk dunia pendidikan di negeri ini, bukan hanya sampai dan diselewengkan oleh koruptor bangsa ini. Telah sedikit teruraikan dalam LBM, bahwa sangat jelas bahwa hubungan antara kesejahteraan seorang guru itu sangat berpengaruh besar terhadap tingkat keprofesionalan seorang guru itu pula. Kurang terjaminnya nasib guru dan masih kurangnya aggaran yang dialokasikan oleh pemerintah dalam dunia pendidikan, adalah penyebab yang paling besar pengaruhnya. Semua itu dapat dilihat secara jelas, banyak guru-guru yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan (guru honorer ) tidak segera diangkat untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Namun penjelasan penulis diatas belum cukup untuk membuktikan bahwa hubungan antara kesejahteraan dengan keprofesionalan seorang guru tersebut sangatlah erat. Mari ambil saja contoh, seorang guru honorer yang bernama Bapak. Suwarto telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Sidenreng Rappang. Selama bertahun-tahun tersebut Bapak Suwarto mengajar layaknya seorang guru PNS pada umumnya. Jam ataupun tanggung jawab yang harus dipikul oleh Bapak Suwarto sama dengan seorang guru PNS, padahal jika dilihat dari segi pendapatannya sangat jauh berbeda. Itulah yang mengakibatkan adanya kesenjangan yang terjadi di antara Bapak Suwarto dengan para guru yang telah benar-benar menjadi PNS. Maka dari hal tersebut Bapak Suwarto terpaksa mencari pekerjaan sambilan, demi dapat memenuhi
19

kebutuhan keluarganya. Sehingga Bapak Suwarto tidak dapat secara maksimal mengajar para muridnya, karena Bapak Suwarto tidak dapat focus hanya pada pembelajaran saja, melainkan Bapak Suwarto harus berfikir juga mengenai profesi lainnya yang ia lakukan demi kebutuhan keluarga. Sedikit cuplikan cerita diatas, semakin memberikan gambaran, bahwa hubungan korelasi antara kesejahteraan dan keprofesionalan seorang guru sangatlah erat. Maka dari hal itu, apabila pemerintah pusat maupun daerah menginginkan putra putrinya dapat maksimal dalam memperoleh pembelajaran, tentunya dengan suasana kelas yang kondusif dan kerja guru yang professional, maka pemerintah harus secepat mungkin memperbaiki kesejahteraan para guru. Salah satunya adalah dengan meningkatkan anggaran APBN maupun APBD untuk dunia pendidikan. Karena bagaimanapun generasi penerus bangsa yang berkualitaslah yang dibutuhkan dalam persaingan global seperti sekarang ini. Oleh sebab itu mengapa faktor kesejahteraan guru sangat mempengaruhi keprofesionalan guru, terutama dalam menjalankan proses belajar mengajar yang dilakukannya disekolah-sekolah atau dilembaga pendidikan yaitu agar mutu peserta didik menjadi lebih baik dan berkualitas. d. Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan nasional dan daerah telah berjalan sejak lama. Pendidikan telah menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia. Pendidikan menjadi jalan yang mempu mengantarkan Indonesia ke arah yang lebih baik. Pendidikan memacu masyarakat dan jiwa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme yang tinggi diiringi

20

semangat pejuang yang sangat besar mampu memberikan hasil yang sangat membahagiakan. Pendidikan mampu membuka jalur pemikiran dan memberikan rasionalisme yang tinggi. Melalui pendidikan, akal pikiran manusia lebih terbuka dan mengarah ke hal yang lebih positif. Atas dorongan itulah maka masyarakat akan cenderung lebih memikirkan masa depan dan tatanan kehidupan mendatang. Masyarakat akan selalu berfikir maju dalam mencapai kesejahteraan. Guru yang telah mendapatkan pendidikan yang luas akan berusaha untuk mensejahterakan kehidupan dirinya dan keluarganya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut maka guru akan berusaha untuk memaksimalkan potensi yang dimiklikinya. Hal itu memberikan asumsi bahwa guru akan memberikan pengajaran yang baik kepada peserta didiknya. Hal yang diberikan guru kepada peserta didik pada saat ini kurang mamadai. Hal itu dibuktikan oleh perolehan hasil perengkingan pendidikan dunia dimana Indonesia menduduki predikat kualitas pendidikan yang sedang. Bila dibandingkan pada tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat 64 kualitas pendidikan dunia. Sedangkan pada tahun 2011 kemarin, peringkat kualitas pendidikan Indonesia merosot ke peringkat 69 dunia. Dari hasil peringkat kualitas pendidikan dunia, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Indonesia mengalami penurunan dalam konteks hasil

pembelajaran. Hasil tersebut tentunya tidak terlespas dari hasil proses pembelajaran. Hasil pembelajaran yang menurun merupakan suatu dampak dari ketidak efektifan
21

dalam proses pembelajaran. Hal itu merupakan imbas dari tehnik pembelajaran yang diberikan guru kepada peserta didiknya. Meski demikian, hasil yang negatif tersebut tentu ada imbas dari pelaksanaan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah. Program atau kurikulum yang belum sesuai dengan standarisasi pelaksanaan turut memberi konstribusi yang besar bagi hasil pelaksanaan pendidikan. Program yang dicanangkan pemerintah dalam hal ini pendidikan gratis yang berpengaruh besar pada hasil pendidikan.

B. Kerangka Pikir Kesejahteraan guru sangat penting untuk mencapai kualitas pendidikan yang memadai. Unsur kecil dalam pelaksanaan tugas seorang guru yaitu adanya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Pembelajaran dapat dapat sukses jika guru diberikan kepuasan untuk menyalurkan pengetahuannya kepada peserta didik. Penunjang yang biasa terdapat dalam pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut : sarana dan prasarana(SP), jaminan kesehatan(JKES), asuransi jiwa(AJ), jaminan keamanan(RA), tunjangan keluarga(IS), gaji intensif(GI), gaji

oprasinal(GO), biaya kelebihan jam ajar(KJ), gaji pokok(GP), jaminan hari tua(JHT) dan gaji pensiun(HP), serta tunjangan sertivikasi(TS) Untuk lebih jelasnya kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini :

22

Skema kerangka pikir


Profesionalisme Pendidikan

layanan

Jenis Fasilitas

SP

JKES

AJ

RA

IS

GI

GO

KJ

GP

JHT

HP TS

Akumulasi Kesejahteraan

sejahtera

Belum sejahtera

23

C. Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang sifatnya relatif tentang apa saja yang diamati dalam upaya memahaminya. Hipotesis ada kemungkinan benar, dan juga kemungkinannya ditolak atau salah. Berpatokan pada pengertian hipotesis tersebut, dalam hubungannya dengan penelitian ini, dapatlah dirumuskan sebuah hipotesis yang akan diiuji kebenarannya yaitu : Analisis program pendidikan gratis terhadap kesejahteraan guru SMA 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang belum mensejahterahkan. Hipotesis tersebut di atas, perlu diuji dengan menggunakan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut : 1. Hipotesis dinyatakan diterima apabila hasil analisis data menunjukkan 85 % atau lebih guru mencapai nilai paling tinggi 6,5 dari skala penilaian 1-10. 2. Hipotesis dinyatakan ditolak apabila hasil analisis data menunjukkan 85 % atau lebih guru mencapai nilai 6,5 dari skala penilaian 1-10.

24

BAB III METODE PENELITIAN


A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel yaitu program pendidikan gratis sebagai dependen variable (variabel terikat) dan tingkat kesejahteraan guru sebagai independen varible (variabel bebas). 2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif meliputi dua bagian yakni deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian ini didahului dengan perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan terakhir dengan membuat kesimpulan. B. Definisi Operasional Variabel Analisis pendidikan gratis terhadap kesejahteraan guru yang dimaksudkan di sini adalah kesejahteraan berdasarkan tinggi rendah, atau ada tidaknya perbedaan gaji, tunjangan, jaminan dan sebagainya yang diperoleh guru setelah diberlakukannya program pendidikan gratis dengan mengacu pada standarisasi pendidikan serta dalam persamaan atau kesetaraan pangkat dan golongan serta jabatan.

25

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 32 orang yakni 12 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Jadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 32 orang guru. Untuk lebih jelsnya keadaan populasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini. 3.1.Keadaan Guru SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai populasi penelitian. No. 1. 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 12 20 32

2. Sampel Karena populasi sangat kecil, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi, di mana seluruh populasi dijadikan sebagai objek penelitian. Atau dengan kata lain penelitian ini menggunakan sampel total.

26

D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpuulkan data digunakan tehnik wawancara. Selain hal tersebut pembagian angket quessioner merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini. Angket yang dibagikan kepada guru menggunakan pertanyaan pilihan ganda dengan bagian pendeskripsian pada setiap akhir pertanyaan. Angket tersebut juga diberikan kepada kepala sekolah dan pengelolah keuangan sekolah. Hasil angket untuk kepala sekolah dan pengelolah keuangan tersebut hanya dijadiikan sebagai data pendukung penelitian.

E. Teknik Analisis Data Data penelitian yang terkumpul melalui instrumen tes atau angket diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk persentase. Data penelitian yang terkumpul melalui intrumen kuesioner diolah dengan menggunakan statistik kualitatif. Untuk hasil quesioner guru diberi skor satu, dengan ketentuan jawaban yang mendukung adanya pemberian pendukung kesejahteraan diberi skor satu dan jawaban yang mendapatkan penunjang kesejahteran diberi skor nol. Dengan demikian skor maksimal yang diperoleh dari pertanyaan yang objektif adalah 25 jika semua soal dijawab dengan mendapatkan penunjang kesejahteraan. Jadi untuk mendapatkan nilai akhir setiap guru sampel, skor perolehan dikali 10 (sepuluh) kemudian dibagi dengan skor maksimal (ideal).

27

SM N = SI X 10

Keterangan: SM = skor mentah SI = skor ideal 10 = nilai tertinggi guru Menentukan persentase tingkat kesejahteraan pada pendidikan gratis adalah 85 % atau lebih yang mencapai nilai paling rendah 6,5 dari skala penilaian 1 10.

28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan dalam dua bentuk analisis yaitu (1) hasil kauntitatif dan (2) hasil kualitatif. Hasil kuantitatif dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil yang dinyatakan dalam bentuk angka yang menjelaskan analisis pendidikan gratis terhadap kesejahteraan guru SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang. Sedangkan hasil kualitatif adalah hasil rumusan penelitian dalam bentuk pernyataan yang menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan gratis tingkat kesejahteraan guru SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang. Data kualitatif dianalisis berdasarkan persentase pernyataan guru sampel terhadap angket serta hasil wawancara kepada beberapa guru sampel.

1.

Hasil Kualitatif Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dan dianalisis menurut

tehnik dan prosedur statistik deskriptif. Data yang dianalisis dari wawancara dua orang guru sampel menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan gratis belum mampu mensejahterakan guru. Hasil tersebut diperoleh dari seorang guru honor yang mengatakan bahwa dia hanya meperoleh tunjangan operasional dari dana gratis. Tapi dana yang diberikan tersebut tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dana operasional yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan dan

29

dana tersebut tidak rutin setiap bulannya, hanya pertriwulan, itu pun kalau ada! jelas seorang guru honorer yang tidak ingin privasinya dibeberkan dengan alasan bahwa takut hal itu mengancam pekerjaannya sebagai seorang guru. Pertnyataan tersebut juga dibenarkan oleh seorang guru yang telah terangkat menjadi pegawai negeri sipil. Tapi data dan keterangan tersebut belum cukup untuk menetukan hasil penelitian ini.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini. Pada penelitaian ini, belum dapat disimpulkan hasil penelitian secara rinci. Data-data yang minim yang didapatkan pada saat penelitian menyulitkan penulis menyelesaikan penelitian ini. Belum adanya izin dari pengambil kebijakan akibat tidak dapatnya kepala sekolah ditemui karena kesibukan dan ketidakstabilan kesehatan. Sehingga guru sampel tidak ingin memberikan keterangan jelas terkait penelitian ini. Sampel tidak dapat memberikan informasi karena tidak adanya izin penulis dari kepala sekolah.

30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan Berdasarkan analisis kajian pustaka dengan berdasar pada teori dan fakta yang objektif yang terjadi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa program pendidikan gratis kurang mensejahterakan guru akibat manajerial program pendidikan yang masih kurang memadai. Disamping itu pelaksanan yang kurang efektif mendorong untuk menurungkan kualitas pendidikan pada saat ini. Apabila dikaji berdasarkan hasil penelitian analisis pendidikan gratis terhadap kesejahteraan guru di SMA Negeri 1 Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang belum dapat ditarik kesimpulan yang kongkret. Hal ini terjadi karena masih sangat minimnya data yang diperoleh penulis pada objek penelitian. Peneliti mendapat berbagai hambatan yang sangat sulit karena tidak dapat menemui kepala sekolah objek penelitian untuk mendapat izin penelitian. Selain itu, singkatnya priode atau tenggang waktu yang diberikan kepada penulis mengakibatkan tujuan penelitian belum dapat tercapai. Artinya penelitian ini tidak terlaksan dengan baik. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini masih gagal.

B. Saran Berdasarkan tulisan ini maka berikut akan dikemukakan beberapa saran: 1. Kesuksesan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru sehingga perhatian terhadap guru agar lebih ditingkatkan.
31

2. Pemerintah hendaknya menjalankan program yang telah dicanangkannya dengan baik. 3. Pentingnya penelitian bagi peningkatan mutu pendidikan sehingga sangat diharapkan dukungan dan perhatian segala pihak kepada para peneliti.

32

Daftar Pustaka
Dangnga, Siri Muhammad. & Ida, Nur. 2010. Bahan Kuliah Metode Penulisan Ilmiah. Umpar: Fakultas Ekonomi. Hernowo. 2008. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan. Bandung: Mizan Learning Center. .. 2008. Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Indonesia Legal Center Publising. Saleh, Muwafik. 2009. Bekerja dengan Hati Nurani. Malang: Erlangga. Rose, Colin. 2002. Buku Pintar Accelerate Learning. Bandung: Kaifa. Meier, Dave. 2002. Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa . 2004. Awekening Genius in the Classroom. Batam: Interaksara. Ahira, anne. 2011. Teori Pendidikan
.on line:,

(http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/teori-

pendidikan.htm, diakses 17 januari 2012). Lubis, Suardi. 2011. Teori Pendidikan Modern. Artikel,2011-12: Pusat Berita dan Informasi, (on line),

33

(http://www.waspada.co.id/index.php/modules/templates/plugins/co ntent/plugins/content/highslide/graphics/index.php?option=com_co ntent&view=article&id=184062:teori-pendidikan-moderen&catid=25:artikel&Itemid=44, diakses 15 januari 2012). Hanapi, Hasnan. 2011. Dana Pendidikan Gratis Sidrap.
Media

http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=27340:
On Line www.ujungpandangekspres.com, diakses 15 januari 2012.

34

Daftar Riwatat Hidup

35

Anda mungkin juga menyukai