Anda di halaman 1dari 29

REFERAT ANESTESI UMUM

PEBIMBING : DR. H SABUR, SP.AN DR. UCU N, SP.AN OLEH : HAIRUNNISA BINTI ARSHAD 030.07.291

SMF ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE 17 OKTOBER 2011-19 NOPEMBER 2011

PENDAHULUAN

Anestesi berasal dari bahasa Yunani an (tidak, tanpa) dan aesthetes (persepsi, kemampuan untuk merasa). Kata anestesi diperkenalkan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesi dibagi menjai dua kelompok yaitu : 1. anestesi lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran 2. anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran.

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik : obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. Anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran.

TEORI

Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar dan hilangnya refleks pelindung yang dihasilkan dari satu atau lebih agen anestesi umum. Berbagai obat dapat diberikan, dengan tujuan keseluruhan untuk memastikan hipnosis , amnesia ,analgesia , relaksasi otot rangka.

TUJUAN ANESTESI
Anestesi memiliki beberapa tujuan termasuk : Sedasi : hilangnya kesadaran Analgesia : hilangnya respon terhadap nyeri Muscle relaxant : relaksasi otot rangka

PERSIAPAN UNTUK ANESTESI UMUM


Anamnesis : Apakah pernah mendapat anesthesia


sebelumnya.

Pemeriksaan fisik : dilakukan pemeriksaan keadaan gigigeligi, tindakan buka mulut. Apakah lidah relative besar, leher pendek dan kaku.

Pemeriksaan laboratorium : atas indikasi yang tepat


sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai, misalnya pemeriksaan darah (Hb, lekosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis.

KLASIFIKASI STATUS FISIK

Menggunakan The American Society of Anesthesiologists (ASA). ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia. ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau
sedang.

ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga


aktivitas rutin terbatas. ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat. ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam. Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.

MASUKAN ORAL (PUASA)


Refleks laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anesthesia. Dewasa : 6-8 jam Anak kecil : 4-6 jam Bayi : 3-4 jam.

PREMEDIKASI

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia diantaranya :
Meredakan kecemasan dan ketakutan Memperlancar induksi anesthesia Meminimalkan jumlah obat anestetik Mengurangi mual muntah pasca bedah Menciptakan amnesia

Sungkup muka : Pemakaian sungkup muka berguna


untuk menyalurkan oksigen atau gas anestesi ke pasien.

Endotracheal tube (ETT) : ETT dapat digunakan untuk


memberikan gas anestesi secara langsung ke trakea dan memberikan ventilasi dan oksigenasi terkontrol.

Sungkup laring (Laringeal mask airway = LMA) :


LMA digunakan untuk menggantikan sungkup muka atau ETT saat pemberian anestesi, untuk membantu ventilasi dan jalur untuk ETT pada pasien dengan jalan nafas sulit.

PERSIAPAN OBAT
a.Sedatif Miloz (Midazolam) : obat induksi tidur jangka pendek. b.Induksi Propofol : untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum. c.Analgesik Fentanil : analgesik dengan kekuatan 100x morfin. d.Pelemah otot Atracurium (Notrixum) : sebagai pelemah otot

TEKNIK ANESTESI UMUM


Induksi anestesi Induksi intravena Induksi intramuskular Induksi inhalasi Induksi per rektal Obat pelemah otot

INDUKSI ANESTESI

Induksi anestesi : Tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan.

S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringoskop pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang. T : Tubes Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan usia > 5 tahun dengan balon (cuffed). A : Airway Pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway) dan pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.

T : Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut
I : Introducer Mandrin atau stillet untuk memandu agar pipa trakea mudah dimasukkan C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia S : Suction Penyedot lender dan ludah

Induksi intravena Induksi intravena agen induksi seperti propofol (recofol, diprivan). Propofol diberikan dengan kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg / kgBB. Penggunaan propofol dikaitkan dengan kurang mual dan muntah pasca operasi dan pemulihan terjadi lebih cepat.

Induksi intramuscular Ketamin (ketalar)yang dapat diberikan secara intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.

Induksi inhalasi Induksi inhalasi hanya dikerjakan dengan halotan (fluotan) atau sevofluran. Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk. Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran, aeran) atau desfluran jarang dilakukan, karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.

Induksi per rektal Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau midazolam.

Pelemas otot Bertindak melumpuhkan otot, termasuk otot-otot pernapasan. Antara pelemas otot yang dapat digunakan adalah suksinil kolin, atrakurium, vekuronium, pankuronium.

OBAT ANESTESI

Analgetik narkotik a.Morfin Dosis dewasa 8-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB) intramuskular Obat ini digunakan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang pembedahan. Kerugiaan penggunaan morfin, pulih pasca bedah lebih lama. Penyempitan bronkus dapat timbul pada pasien asma. Mual dan muntah pasca bedah ada. b.Pethidin Dosis 1mg/kg bb dewasa Menekan tekanan darah dan pernafasan, juga merangsang otot polos.

Barbiturat a.Pentobarbital dan sekobarbital sering digunakan untuk menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi. Obat ini dapat diberikan secara oral atau intra muscular. Pada dewasa dosis 100-200mg Pada bayi dan anak-anak dosis 2mg/kg bb.

Pasien yang mendapat barbiturat sebagai premedikasi biasanya bangun lebih cepat daripada bila menggunakan narkotika.

Antikolinergik Atropin efektif sebagai anti mual dan muntah. Disamping itu efek lainnya adalah melemaskan tonus otot polos organ-organ dan menurunkan spasme gastrointestinal. Dosis 0,4-0,6 mg intramuscular bekerja setelah 1015 menit.

OBAT PENENANG (TRANQUILIZER)


a.Diazepam. Pemberian dosis rendah, bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 mg IM atau 5-10 mg oral dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg IV. b.Midazolam. Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek daripada diazepam. Dosis premedikasi dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. pada orang tua dan pasien lemah, dosisnya 0,025-0,05 mg/kgBB.

OBAT PELUMPUH OTOT

Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. Pada anestesi umum obat ini memudahkan dan mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali.

OBAT PELUMPUH OTOT

a.Pavulon Mulai kerja pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada dewasa. b.Suksametonium (suksinil kolin) Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit. Dosis intubasi 1-1,5 mg/kgBB intravena.

OBAT ANESTESI INHALASI


a. Dinitrogen monoksida(N2O/gas gelak). N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara. Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% : 30%. b.Halotan Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime,dan mudah diuraikan cahaya. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah. Dosis induksi 2-4% dan pemeliharaan 0,5-2%.

OBAT ANESTESI INTRAVENA


a. Propofol Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg). Dosis induksi adalah 2,0-2.5 mg/kg IV, untuk sedasi 25-75 g/kg/min dengan I.V infuse. Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%.

b.Tiopental Merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting Dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dosis yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran. Dosis 3-5 mg/kg.

c.Ketamin Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan rapid acting non barbiturate. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , nyeri kepala, muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin diberikan secara I.V atau I.M. Dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M Dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB

KESIMPULAN

Anestesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi. Sebelum dilakukan anestesi umum, harus dilakukan penilaian pada psien yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta menentukan klasifikasi status fisik menurut The American Society of Anaesthesiologist (ASA). Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan. Jika terdapat kesulitan selama melaksanakan anestesi umum, seperti jalan nafas dan intubasi, harus ditangani dengan benar.

TERIMA

KASIH

Anda mungkin juga menyukai