Anda di halaman 1dari 4

Edisi XXVII, Jumadil Akhir 1433 H, Minggu III April 2012 M

Artikel ini dapat di akses di http://yysalishlah.blogspot.com Sumbangan materi, kritik & Saran ke: yysailishlah@yahoo.com

esibukan sudah menjadi rutinitas kehidupan umat manusia di saat ini. Yang pelajar disibukkan dengan tugas sekolah yang menumpuk, para suami disibukkan dengan tugas memenuhi nafkah keluarga, para istri disibukkan dengan tugas rumah tangga, anak-anak sibuk bermain. Sejak bangun tidur sampai kita tidur lagi, entah berapa porsi waktu yang kita gunakan untuk mengingat Alloh, yang telah memberikan berjuta kenikmatan hidup pada kita? Bahkan lebih miris bila ada sebagian umat Islam yang mengingat Alloh hanya ketika bulan Romadhon saja, atau lebih parah lagi tidak pernah mempedulikanNya sepanjang hayatnya. Ibnul Qayyim Rahimahullahu dalam kitabnya Badaiful Fawaid 2/189 mengatakan bahwa Barangsiapa merenungkan sebagian hidayah (petunjuk) Alloh Subhanahu wa Taala yang tersebar di alam raya ini, dia akan mempersaksikan bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi selain Alloh Subhanahu wa Taala. Dialah Dzat Yang Maha Mengetahui urusan yang ghaib dan yang tampak, Yang Maha Perkasa lagi

Mahabijaksana. Lebih lanjut Alloh telah menegaskan bahwa Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran 190-191). Saudaraku, apa yang kita rasakan saat merenenungkan ayat tersebut? Adakah kita merasakan ajakan Alloh Azza wa Jalla untuk memikirkan ciptaan-Nya, yang mana bila kita lakukan maka Dia akan memberi tanda/petunjuk-Nya kepada kita? Bila dengan hati dan pikiran yang jernih kita merenungi ayat tersebut kemudian mencoba mengikutinya maka akan terasa tanda-tanda itu bicara pada kita. Tandatanda itu membukakan bukti-bukti kebesaranNya.
Mohon tidak dibaca pada saat khotib sedang berkhotbah

Sebagai contoh sederhana, kita tahu akan sebuah daun tumbuh-tumbuhan yang ada di alam ini. Saking banyaknya daun di sekitar kita, bisa jadi kita tak pernah meliriknya, tidak memikirkan pelajaran apa yang dapat kita petik dari kehidupan daun. Mungkin saat mengenyam ilmu di sekolah yang berkaitan dengan ilmu biologi atau IPA, ada sedikit pengetahuan akan kehidupan daun yang kita peroleh dari ulasan guru, baik adanya stomata atau mulut daun, tentang proses fotosintesis, manfaatannya buat alam, manusia, hewan juga tanaman itu sendiri. Tetapi mungkin kita menelaahnya hanya sebatas itu, tanpa pernah menyentuh hal ini dari sudut pandang iman. Oleh karenanya, mari sejenak kita perhatikan daun. Ya, sejenak saja dari sekian banyak waktu yang akan kita habiskan. Kita pasti tahu bahwa sang daun sejak tumbuh ia memiliki peran penting untuk proses kehidupannya sendiri dan tak diragukan lagi teramat banyak manfaat bagi sekitarnya termasuk untuk kita. Kita pun pasti sangat faham saat sang daun luruh ke bumi, ia tetap memberi manfaat sebagai kompos dan humus yang menyuburkan tanah. Alloh SWT berfirman dalam surat AlKhafi ayat 39 yang berbunyi :"dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan Masya Alloh, La Quwwata Illa Billah (sungguh atas kehendak Alloh semua itu terwujud). Tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan

Alloh, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanmu lebih sedikit dari padamu". Selain memiliki sistem proses fotosintesis yang rumit dan luar biasa, sesungguhnya daun bukanlah organ tanaman sederhana seperti yang terlihat mata. Daun memang organ tumbuhan yang yang rentan, mudah patah, maupun terkoyak, namun daun-daun itu tidak akan kering meskipun terkena panasnya sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia berada pada suhu 40C, meskipun hanya sebentar, warna kulitnya akan berubah menjadi hitam terbakar, dan bahkan pingsan karena menderita dehidrasi. Tetapi daun mampu tetap hijau menyejukkan di bawah panas matahari yang menyengat tanpa terbakar selama ber bulan-bulan. Teriknya matahari yang hampir semua makhluk menghindar darinya, namun oleh daun justru dimanfaatkan energinya untuk sumber dalam fotosintesis. Karbondioksida (CO2) adalah gas beracun yang mematikan bagi semua makhluk hidup, tapi oleh daun justru di rubah menjadi bahan baku produksi karbohidrat, di mana karbohidrat inilah yang menjadikan makhluk hidup yang mengkonsumsinya memiliki tenaga. Saat asupan berupa hal-hal yang secara langsung layak kita hindari karena sebuah hal yang buruk, yaitu terik matahari dan gas beracun berupa karbondioksida (CO2), seketika itu pula justru daun memproduki udara segar yang bermanfaat, yaitu oksigen (O2), yang mana dengan produk ini membuat udara menjadi segar

dan oksigen itulah zat yang kita hirup ketika bernafas detik demi detik selama hidup. Dapat dibayangkan, dalam batas penalaran manusia, seandainya di dunia ini Alloh tidak menciptakan daun, akan kemana kita memperolah pasokan oksigen yang mencukupi miliaran umat di dunia ini. Subahanalloh, ini adalah sebuah keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Alloh subhanAlloh wa ta'alla menciptakan segala sesuatu dengan ilmu yang tidak tertandingi. Saudaraku, tidakkah kita bisa mengambil hikmah/pelajaran dari siklus kehidup daun ini? Ada sebuah tanda yang Alloh tunjukkan pada kita tentang kehidupan daun. Mari kita garis bawahi, bahwa sejak tumbuh hingga gugur ke bumi ia bermanfaat untuk sekitarnya. Tidakkah kita menginginkan kehidupan kita bisa bermanfaat sebagaimana kehidupan sang daun, walaupun harus selalu menerima asupan berupa hal-hal yang menyakitkan ? Dalam sebuah kisah Sahabat Rasulullah, Abu Bakar r.a., berkata pada putri Rasulullah SAW, Siti Aisyah r.a. saat beliau sudah wafat. Anakku,adakah sunnah Baginda Rasulullah yang belum aku laksanakan? Wahai ayahanda, Anda adalah ahli sunnah yang selalu mengerjakan setiap sunnah Rasulullah kecuali satu, yaitu beliau biasa menyuapi pengemis buta di pinggir pasar.. Abubakar pun segera melakukan aktivitas yang biasa dilakukan Rasulullah itu semasa hidup beliau. Betapa berkecamuk hati Abubakar, ternyata pengemis buta yang disuapi itu justru

selalu mengumpat dan mencaci maki Rasulullah. Belum selesai rasa kagetnya, Abu Bakar r.a lebih kaget karena sang pengemis membentak. Ini siapa? Aku yang biasa menyuapimu tiap pagi kata Abu Bakar., Bukan, jika disuapi olehnya, tak kesulitan tangan ini memegang dan mulut ini mudah mengunyah makanan. Dia memotong kecil-kecil makanan dan menyuapinya dengan tangannya kata pengemis. Mengingat betapa Rasulullah selalu penuh kelembutan walaupun terhadap orang yang mencaci dan memfitnahnya, sambil terbata-bata Abu Bakar berkata Memang aku bukanlah beliau. Aku hanyalah sahabatnya. Orang mulia itu sudah meninggal dunia, ia adalah Muhammad Rasulullah SAW Pengemis buta itu pun menangis, Jadi selama ini yang menyuapi aku dengan penuh kelembutan adalah orang yang aku fitnah dan caci. Dia pun menyatakan keIslamannya di hadapan Abu Bakar r.a. Kisah lain diriwayatkan dari Jabir berkata, Rasulullah saw bersab-da,Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. (HR. Thabrani dan Daruquthni) Mari sejenak kita renungi pula hadits ini, dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Alloh? dan amal apakah yang

paling dicintai Alloh swt? Rasulullah saw menjawab,Orang yang paling dicintai Alloh adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Alloh adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Kemudian Rosululloh melanjutkan.. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid iniyaitu Masjid Madinahselama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Alloh akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Alloh akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Alloh akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan). (HR. Thabrani) Subhanalloh, mereka kata Rasulullah, adalah sebaik-baik manusia. Mereka mendapatkan cinta Alloh karena kebaikan dan manfaat hidupnya terhadap orang lain. Para sahabat pada masa Nabi memahami secara mendalam sebuah kaidah usul fiqih yang menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri.

Tidakkah kita ingin mendapat cinta Alloh dengan menjadi bagian dari Khairunnas anfauhum linnas? Kurasa tak ada seorang pun yang tak menginginkan dicintai Alloh. Bila demikian, mari kita tengok diri kita, apa saja yang sudah diperbuat sepanjang perjalanan hidup kita, adakah yang kita lakukan telah bermanfaat tak hanya untuk diri pribadi tetapi berguna pula untuk orang lain? Bagaimana peran kita selama ini sebagai anak, sebagai suami atau isteri, sebagai ayah atau bunda, sebagai bagian dari masyarakat, sebagai pengajar, pekerja, pedagang, pencari ilmu, atau peran apa pun yang saat ini sedang dilakoni? Dan, apa pula yang kita ingin orang lain sebutkan tentang diri kita saat meninggalkan kefanaan dunia? Bila perjalanan hidup kita masih statis tak berbuah, masih jauh dari bermanfaat untuk kehidupan sekitar, mulai saat ini mari menyusun langkah dan menata aktivitas kita dengan berorientasi pada kemanfaatan untuk orang banyak. Dengan segenap potensi yang Alloh karuniakan, mari kita berjuang menjadi pribadi yang dicintai-Nya. Indah sekali rasanya bila hidup kita diwarnai semangat untuk selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain. Elok juga rasanya bila ajal telah tiba mengakhiri aktivitas kita di dunia, namun nilai kemanfaatan dari apa yang kita lakukan tetap dirasakan oleh mereka yang masih berkelana di dunia. Wallohualam Bishshowwab

Anda mungkin juga menyukai