Anda di halaman 1dari 18

TANDA BAHAYA DAN KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL

Dalam melaksanakan manajemen kebidanan, bidan harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya dalam kehamilan jika tidak terdeteksi dapat menyebabkan kematian. Setiap kunjungan ANC bidan harus mengajarkan kepada ibu untuk mengenali tanda bahaya ini dan mendorong ibu untuk datang ke klinik jika mengalami tanda-tanda bahaya tersebut. Pengenalan tanda bahaya ini perlu juga diberitahukan pada keluarga. Agar dapat membuat keputusan segera untuk mendapatkan pelayanan kebidanan. Jika sudah terdeteksi tanda bahaya, maka bidan dapat membuat assesment dan rencana penatalaksanaan yang sesuai. Enam tanda bahaya selama periode kehamilan

Perdarahan pervaginam Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang Perubahan visual secara tiba-tiba (mata berkunang-kunang) Pembengkakan pada wajah dan tangan Sakit abdomen atau nyeri pada ulu hati yang hebat Pergerakan bayi berkurang tidak seperti biasanya atau bahkan tidak ada pergerakan

Perdarahan pervaginam Perdarahan melalui vagina pada kehamilan jarang sekali merupakan hal yang normal. Pada saat yang dini dalam masa kehamilan, para ibu mungkin akan melihat adanya perdarahan sedikit atau bintik darah sekitar waktu pertama kali haid mereka berhenti. Perdarahan ini adalah perdarahan implementasi (penanaman) dan hal itu adalah normal. Cara mendeteksinya seorang bidan harus meminta ibu untuk menjelaskan sifat-sifat perdarahannya, kapan mulai terjadi flek, berapa banyak darah yang sudah hilang, apa warna darah tersebut, adakah gumpalan darah beku dan lain-lain. Pada waktu-waktu lain dalam masa kehamilan, perdarahan ringan mungkin bisa merupakan suatu pertanda dari cervix yang rapuh. Perdarahan jenis ini bisa merupakan hal yang normal atau bisa juga sebagai pertanda adanya infeksi. Cara pengumpulan datanya lakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, denyut, serta tonus jantung bayi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak pernah boleh dianggap normal adalah perdarahan yang merah, berat dan menyakitkan. Perdarahan seperti ini bisa menjadi pertanda telah terjadi abortus kehamilan, atau kehamilan ektopik. Tugas bidan adalah melakukan pemeriksaan luar, raba dan rasakan kelembutan abdominal bagian bawah, lakukan pemeriksaan inspekulo (jika memungkinkan) Pada usia kehamilan selanjutnya, perdarahan abnormal adalah merah, banyak dan kadangkadang walaupun tidak selalu, bertalian dengan rasa nyeri. Perdarahan jenis ini bisa menjadi

pertanda adanya placenta previa atau placenta abruption. Pada kasus plasenta previa jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala semasa kehamilan adalah normal dan sering merupakan ketidaknyamanan yang umum dalam kehamilan. Sakit kepala yang mungkin mengindikasikan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang berlangsung terus menerus dan tidak bisa hilang dengan jalan istirahat. Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang sangat berat, seorang ibu bisa merasakan bahwa penglihatan/pemandangan matanya bisa kabur atau ibu tersebut melihat adanya bintik hitam dihadapan matanya. Sakit kepala berat dalam masa kehamilan merupakan gejala dari preeklampsia. Pentalaksanaan dengan cara menanyakan kepada ibu apakah ia mengalami edema/pembengkakan pada wajah/tangan atau terjadi masalah penglihatan. Periksa tekanan darah, protein urine, refleks dan edema. Periksa suhu badannya dan jika suhunya naik pertimbangkan untuk memeriksa darah untuk mengetahui apakah ada penyakit/parasit malaria. Masalah penglihatan Oleh karena pengaruh-pengaruh hormonal, akuitas visual (ketajaman penglihatan) seorang ibu bisa berubah pada saat kehamilan. Perubahan kecil dalam masa ini adalah normal. Masalah penglihatan yang bisa mengindikasikan kondisi yang mengancam jiwa ialah perubahan tiba-tiba dalam penglihatan, seperti kekaburan penglihatan atau melihat adanya bintik-bintik dihadapan mata. Perubahan-perubahan seperti ini bisa dibarengi dengan sakit kepala berat. Perubahan penglihatan yang tiba-tiba bisa merupakan pertanda adanya preeklamsia. Pada kasus ini lakukan pemeriksaan tekanan darah, protein urine, refleks dan edema. Pembengkakan di wajah atau tangan Hampir setengah dari jumlah seluruh wanita pasti mengalmi sedikit pembengkakan yang sifatnya normal pada kaki dan telapak kaki yang biasanya muncul pada akhir (sore) hari dan biasanya akan hilang setelah istirahat atau dengan meninggikan kaki sedikit. Pembengkakan yang bisa mengindikasikan adanya masalah yang serius ialah bila pembengkakan tersebut berada di wjaah dan tangan, dan tidak mau hilang setelah istirahat, dan hal ini disertai dengan keluhan-keluhan fisik lainnya. hal ini bisa merupakan pertanda adanya anemia, kegagalan kardiak atau pre eklampsia. Penanganan yang dilakukan, tanyakan kepada ibu apakah ia mengalami sakit kepala dan gangguan penglihatan, evaluasi derajat pembengkakan, verivikasi haemoglobin ibu (atau warna dari konjungtiva/telapak tangannya) dan tanyakan tentang tanda-tanda/gejala anemia lainnya. Sakit abdominal yang berat

Rasa sakit abdominal yang tidak ada hubungannya dengan persalinan normal biasanya adalah tidak normal. Rasa sakit abdominal yang mungkin bisa mengindikasikan masalah yang mengancam jiwa ialah rasa sakit yang parah, terus berlanjut dan tidak bisa diperingan dengan jalan istirahat. Hal ini bisa berarti adanya apendicitis (radang usus buntu), penyakit radang panggul, kehamilan ektopik, abortus, gastritis, penyakit kantung empedu, abrupsi plasenta (plasenta lepas sebelum waktunya), infeksi saluran kemih atau infeksi-infeksi lainnya. Mintalah ibu untuk menjelaskan sifat nyeri badomen tersebut, kapan terjadinya, seberapa sakitnya dan lain-lain. Tanyakan apakah ada tanda-tanda/gejala lain yang menyertai seperti muntah-muntah, diare, demam dan sebagainya. Lakukan pemeriksaan tekanan darah, suhu, denyut jantung janin, denyut nadi. Lakukan pemeriksaan luar, dalam, raba dan rasakan kelembutan abdominalnya atau kelembutan rebound (pantulannya), periksa untuk mengetahui Costo-Vertebral Angle Tenderness (CVAT) atau nyeri pada daerah tulang dada dan tulang punggung. Periksa urine untuk mengetahui kadar proteinnya. Pergerakan bayi berkurang tidak seperti biasanya Pada saat bayi tertidur pergerakannya akan sedikit melambat, bayi seharusnya bergerak sedikitya 3 kali dalam 3 jam. Pergerakan tersebut akan lebih mudah dirasakan ketika berbaring atau beristirahat dan pada waktu ibu cukup makan dan cukup minum Jika bayi bergerak sebelumnya dan sekarang tidak bergerak lagi, tanyakan pada ibu, kapankah terakhir kalinya bayi tidak bergerak?. Lakukan perabaan untuk mengetahui dan merasakan pergerakan janin dan dengarkan denyut jantung janin KOMPLIKASI KEHAMILAN Hiperemesis adalah muntah-muntah yang berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Penyebab

Masih belum jelas Faktor psikis dan hormonal

Gejala Hiperemesis ringan/tingkat 1


Berat badan menurun Badan lemas dan lemah Nafsu makan berkurang Perasaan nyeri di ulu hati

Belum terdapat tanda-tanda dehidrasi

Hiperemesis sedang/tingkat 2

Sudah ada tanda-tanda dehidrasi Badan menjadi kurus Kulit keriput kering, kadang-kadang ada kekuningan (akibat kadar keton dalam tubuh) Lidah kering dan kotor Mulut berbau Nadi cepat, suhu tinggi Air seni berkurang Albuminuria (terdapat albumin dalam urine) dan asetonuria (terdapat aseton dalam urin)

Hiperemesis berat/tingkat 3

Gangguan kesadaran Gelisah, samnolen, koma Nadi kecil dan cepat, suhu tinggi Dehidrasi

Penatalaksanaan

Penderita ditempatkan di ruangan yang tenang dengan pengunjung dibatasi Ibu dan keluarga diberikan penjelasan tentang proses kehamilan Pemberian makanan dan minuman dihentikan Pasang infus larutan glukosa 5%, yang perlu diperhatikan : jumlah air seni (urine), jumlah cairan yang dimuntahkan, jumlah cairan yang diberikan melalui infus Diberikan suntikan penenang Setelah 48 jam perawatan dan keadaan umum baik dapat dimulai pemberian makanan dan minuman Keadaan umum semakin baik dan penderita sudah kuat boleh mobilisasi (bangun dari tempat tidur)

Perdarahan dalam kehamilan Adalah keluarnya darah pervaginam yang belum jelas penyebabnya. Perdarahan antepartum/kehamilan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Saat terjadinya perdarahan Trimester 1 : abortus, KET Trimester 2 : mola hidatidosa Trimester 3 : plasenta previa, solusio plasenta

Kala 1 : plasenta previa, solusio plasenta Kala 2 : ruptur uteri, trauma jalan lahir Kala 3 : retensio plasenta Kala 4 : atonia uteri, retensio plasenta Prinsip dasar penanganan perdarahan

Harus segera dilariakn ke RS yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah dan operasi Tidak diperbolehkan melakukan pemeriksaan dalam

Abortus adalah

Terminasi/pengakhiran kehamilan oleh karena berbagai faktor penyebab dimana janin dalam keadaan belum mampu hidup Umur kehamilan 20 minggu atau kurang Berat janin 500 gram atau kurang

Macam-macam abortus Abortus spontan


Abortus complitus Abortus incomplitus Missed abortion Abortus habitualis Abortus insipiens

Abortus provokatus

Abortus indikasi medis Abortus kriminalis (abortus yang disengaja untuk digugurkan, dan ini merupakan kejahatan)

Derajat abortus Diagnosis Imminens Perdarahan Sedikit/sedang Servix Tertutup Besar uterus Sesuai usia kehamilan Gejala lain Tes kehamilan positif, kram, uterus lunak Sesuai atau lebih Kram, uterus kecil dari usia lunak kehamilan

Insipiens

Sedang-banyak

Terbuka

Incomplit

Sedikit-banyak

Terbuka (lunak)

Lebih kecil dari usia kehamilan Lebih kecil dari usia kehamilan Lebih kecil dari usia kehamilan

Sedikit atau tidak ada Missed abortion Sedikit dan berwarna kehitaman Complit

Lunak tidak terbuka Agak kenyal dan tertutup

Kram, keluar jaringan, uterus lunak Tidak ada, kram, uterus kenyal Menghilangkan sebagian gejala kehamilan, uterus tidak membesar, embrio mati

Kehamilan ektopik Adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, kehamilan ektopik biasanya baru memberi gejalagejala yang khas kalau sudah terganggu. Sehingga kalau membahas kehamilan ektopik biasanya yang dimaksud adalah kehamilan ektopik terganggu. Gejala-gejala yang penting

Terlambat haid Nyeri perut yang hebat Perdarahan sedikit pervaginam Pusing sampai syok Perut tegang Bila diperiksa dalam nyeri di serviks Pada cavum douglasi teraba ada tumor yang kenyal

Mola hidatidosa Adalah tumor jinak dari chorion Gejala


Perdarahan pervaginam kadang-kadang sedikit/banyak Rahim lebih besar dari usia kehamilan Tidak ada tanda-tanda adanya janin, tidak ada ballotement, tidak ada DJJ Hiperemesis lebih sering

Plasenta previa Adalah plasenta yang implantasinya tidak normal/letak rendah sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Gejala

Perdarahan tanpa rasa nyeri, biasanya timbul setelah bulan ketujuh

Kepala anak masih tinggi Sering terdapat kelainan letak

Bahaya untuk ibu


Perdarahan yang hebat Infeksi sepsis

Bahaya untuk anak


Hipoksia Perdarahan dan syok

Solusio plasenta Adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya, biasanya terjadi antara minggu ke 22 dan lahirnya anak. Gejala

Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his Anemia dan syok Rahim keras seperti papan dan nyeri jika dipegang Palpasi sukar dilakukan karena rahim yang keras Fundus uteri makin lama makin naik Bunyi jantung janin biasanya tidak ada Pada pemeriksaan dalam teraba ketuban yang tegang terus menerus

Penyulit solusio plasenta


Timbul dengan segera perdarahan dan syok Timbul agak lambat kelainan pembuluh darah karena hipofibrinogenaemi (gangguan pembuluh darah) dan gangguan faal ginjal

Nyeri ulu hati yang menetap Bila nyeri menetap disertai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah, maka pasien dianjurkan untuk dirawat di RS. Komplikasi Kehamilan DEFINISI KEGUGURAN & KELAHIRAN MATI Keguguran (Aborsi Spontan) adalah kehilangan janin karena penyebab alami sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Kelahiran Mati (Stillbirth) adalah kehilangan janin karena penyebab alami pada saat usia kehamilan mencapai lebih dari 20 minggu.

Seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan berapapun dan langsung bernafas atau jantungnya berdenyut spontan, dikatakan lahir hidup. Jika kemudian bayi tersebut meninggal, maka dikatakan sebagai kematian bayi baru lahir (kematian neonatus). Sekitar 20-30% wanita hamil mengalami perdarahan atau kram minimal 1 kali selama 20 minggu pertama kehamilan. Sekitar separuhnya menyebabkan keguguran. Sekitar 85% keguguran terjadi pada trimester pertama dan biasanya disebabkan oleh kelainan pada janin. 15% sisanya, terjadi pada minggu ke 13-20; duapertiganya terjadi akibat kelainan pada ibu dan sepertiganya penyebabnya tidak diketahui. Sebelum terjadinya keguguran, wanita hamil biasanya mengalami spotting (bercak perdarahan) atau perdarahan dan keputihan dari vagina. Rahimnya berkontraksi, menyebabkan kram. Jika terjadi keguguran, maka perdarahan, keputihan dan kram menjadi lebih berat. Pada akhirnya, sebagian atau seluruh isi rahim akan keluar. Pada keguguran stadium awal, dengan USG bisa diketahui apakah bayi masih hidup. Setelah keguguran, USG dan pemeriksaan lainnya digunakan untuk melihat apakah semua isi rahim telah keluar. Jika seluruh isi rahim telah keluar, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Jika hanya sebagian isi rahim yang keluar, maka dilakukan kuretase untuk membersihkan rahim. Jika janin telah mati tetapi tetap berada dalam rahim (missed abortion), maka janin dan plasenta harus dikeluarkan melalui kuretase. Untuk missed abortion stadium lanjut, bisa digunakan obat yang menyebabkan kontraksi rahim sehingga rahim mengeluarkan isinya (misalnya oksitosin). Jika perdarahan dan kram terjadi pada kehamilan 20 minggu (ancaman aborsi), maka dianjurkan untuk menjalani tirah baring. Wanita tersebut tidak boleh bekerja dan tidak boleh melakukan hubungan seksual. Tidak diberikan hormon karena hampir selalu tidak efektif dan bisa menyebabkan cacat bawaan, terutama pada jantung atau organ reproduksi. Ancaman aborsi bisa terjadi jika leher rahim (serviks) membuka terlalu dini akibat kelemahan pada jaringan fibrosa. Kadang pembukaan servikal ini bisa ditutup melalui pembedahan dengan menjahitnya, yang nanti akan dibukan sesaat sebelum persalinan. Aborsi septik adalah infeksi yang sangat serius. Isi rahim harus segera dikeluarkan dan infeksi harus diatasi dengan antibiotik dosis tinggi.

KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan Ektopik (Kehamilan Diluar Kandungan) adalah suatu kehamilan dimana janin berkembang diluar rahim, yaitu di dalam tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (saluran leher rahim), rongga panggul maupun rongga perut. Dalam keadaan normal, sebuah sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium (indung telur) dan masuk ke dalam tuba falopii. Di dalam tuba, dengan dorongan dari rambut getar yang melapisi tuba, dalam waktu beberapa hari, sel telur akan mencapai rahim. Biasanya sel telur dibuahi di dalam tuba falopii tetapi tertanam di dalam rahim. Jika tuba tersumbat (misalnya karena infeksi), maka sel telur akan bergerak secara lambat atau tertahan. Sel telur yang telah dibuahi tidak pernah sampai ke rahim dan terjadilah kehamilan ektopik. Resiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat pada: - Kelainan tuba falopii - Sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik - Pemakaian DES (dietilstilbestrol) - Kegagalan ligasi tuba (prosedur sterilisasi, dimana dilakukan pengikatan atau pemotongan tuba). Kehamilan ektopik biasanya terjadi pada salah satu tuba falopii (kehamilan tuba). Kehamilan ektopik bisa berakibat fatal dan harus segera diatasi. Gejala dari kehamilan ektopik adalah spotting dan kram. Gejala ini timbul karena ketika janin mati, lapisan rahim dilepaskan seperti yang terjadi pada menstruasi yang normal. Jika janin mati pada stadium awal, maka tidak terjadi kerusakan tuba falopii. Jika janin terus tumbuh, bisa menyebabkan robekan pada dinding tuba sehingga terjadi perdarahan. Jika perdarahan terjadi secara bertahap, bisa menimbulkan nyeri dan kadang menimbulkan penekanan pada perut bagian bawah akibat penimbunan darah. Biasanya setelah sekitar 6-8 minggu, penderita tiba-tiba merasakan nyeri yang hebat di perut bagian bawah, lalu pingsan. Gejala ini biasanya menunjukkan bahwa tuba telah robek dan menyebabkan perdarahan hebat ke dalam perut. Kadang kehamilan ektopik sebagian terjadi di dalam tubah dan sebagian di dalam rahim. Keadaan ini menyebabkan kram dan spotting. Janin memiliki ruang untuk tumbuh, sehingga kehamilan ektopik biasanya baru pecah di kemudian hari, biasanya pada minggu ke 12-16. Jika hasil pemeriksaan darah dan air kemih menunjukkan positif hamil tetapi rahim tidak membesar, maka diduga telah terjadi kehamilan ektopik. Pada USG rahim tampak kosong dan di dalam rongga panggul atau rongga perut terlihat darah. Laparoskopi digunakan untuk melihat kehamilan ektopik secara langsung. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan kuldosentesis, yaitu pengambilan contoh darah yang tertimbun akibat kehamilan ektopik melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat dinding vagina ke dalam rongga panggul. Berbeda dengan darah vena atau arteri, darah ini tidak membeku.

Biasanya harus dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan kehamilan ektopik. Pada kehamilan tuba, biasanya dibuat sayatan ke dalam tuba dan janin serta plasenta diangkat. Tuba dibiarkan terbuka agar penyembuhan terjadi tanpa pembentukan jaringan parut karena jaringan parut bisa menyebabkan penderita sulit untuk hamil lagi. Prosedur ini kadang dilakukan melalui suatu laparoskopi. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba dan tidak dapat diperbaiki, maka tuba harus diangkat. Jika tidak terdengar denyut jantung janin, pada kehamilan tuba stadium awal bisa diberikan obat metotreksat.

ANEMIA Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil, volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal. Selama hamil, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebuhan janin dan dirinya sendiri. Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi di dalam makanan. Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin B yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah. Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tingggi. Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang cukup untuk janin dan dirinya sendiri. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan tablet folat. Untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit, pengobatannya masih bersifat kontroversial; kadang perlu dilakukan transfusi darah.

INKOMPATIBILITAS Rh Inkompatibilitas Rh adalah suatu ketidaksesuaian Rh di dalam darah ibu hamil dan darah bayinya.

Sebagai akibat dari inkompatibilitas Rh, tubuh ibu akan membentuk antibodi terhadap sel-sel darah merah bayi. Antibodi menyebabkan beberapa sel darah merah pecah dan kadang menyebabkan penyakit hemolitik (sejenis anemia) pada bayi. Golongan darah ditentukan berdasarkan kepada adanya molekul-molekul pada permukaan sel darah merah. Golongan darah Rh terdiri dari beberapa molekul tersebut. Salah satu dari molekul tersebut adalah Rh-nol-D, yang biasanya menyebabkan inkompatibilitas Rh. Jika sel darah merah memiliki molekul Rh-nol-D, maka dikatakan Rh-positif; jika tidak memiliki molekul Rh-nol-D, dikatakan Rh-negatif. Inkompatibilitas Rh terjadi jika ibu memiliki darah dengan Rh-negatif dan janin memiliki Rhpositif yang berasal dari ayahnya. Darah janin bisa bercampur dengan darah ibu melalui plasenta (ari-ari), terutama pada akhir kehamilan dan selama persalinan. Sel darah janin dianggap sebagai benda asing oleh tubuh ibunya, sehingga ibu menghasilkan antibodi untuk menghancurkannya. Kadar antibodi pada tubuh ibu terus bertambah selama kehamilan dan antibodi ini bisa melewati plasenta lalu masuk ke tubuh janin dan menghancurkan sebagian sel darah merah janin. Akibatnya bisa terjadi penyakit hemolitik pada janin (eritroblastosis fetalis) atau pada bayi baru lahir (eritroblastosis neonatorum). Tetap pada kehamilan pertama, anak yang dilahirkan jarang mengalami kelainan ini karena biasanya tidak terjadi kontak yang berarti antara darah janin dan darah ibu. Pada setiap kehamilan berikutnya, ibu menjadi lebih sensitif terhadap darah Rh-positif dan menghasilkan antibodi lebih dini. Penghancuran sel darah merah pada tubuh janin bisa menyebabkan anemia dan peningkatan kadar bilirubin (limbah hasil penghancuran sel darah merah). Jika kadar bilirubin ini sangat tinggi, bisa terjadi kerusakan otak. Pada pemeriksaan kehamilan biasanya dilakukan penyaringan untuk menentukan golongan darah ibu. Jika ibu memiliki Rh-negatif, dilakukan pemeriksaan golongan darah ayah. Jika ayah memiliki Rh-positif, dilakukan pengukuran kadar antibodi Rh pada ibu. Darah ibu dan darah bayi bisa mengadakan kontak selama persalinan sehingga tubuh ibu membentuk antibodi. Karena itu sebagai tindakan pencegahan, diberikan suntikan immunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu yang darahnya memiliki Rh-negatif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif (bahkan juga setelah mengalami keguguran atau aborsi). Pemberian suntikan ini menyebabkan hancurnya sel-sel dari bayi yang mungkin mensensitisasi ibu, sehingga biasanya kehamilan berikutnya tidak berbahaya. Tetapi sekitar 1-2% ibu yang mendapatkan suntikan ini tetap mengalami sensitisasi, kemungkinan karena sensitisasi terjadi lebih dini. Untuk mencegah terjadinya sensitisasi dini, suntikan bisa diberikan pada kehamilan 28 minggu dan setelah persalinan. Dengan mengukur kadar antibodi Rh pada ibu secara periodik, bisa diambil tindakan untuk mengantisipasi gangguan pada janin. Jika kadar antibodi Rh terlalu tinggi, dilakukan amniosentesis (pengambilan contoh cairan

ketuban untuk dianalisa). Kadar bilirubin pada contoh cairan ketuban diukur. Jika kadarnya terlalu tinggi, dilakukan transfusi darah pada janin. Transfusi tambahan biasanya diberikan setiap 10-14 hari sampai kehamilan 32-34 minggu. Setelah lahir, biasanya diberikan 1 atau beberapa kali transfusi. Pada kasus yang tidak terlalu berat, transfusi biasanya baru dilakukan setelah bayi lahir.

ABRUPSIO PLASENTA Abrupsio Plasenta adalah pelepasan plasenta yang berada dalam posisi normal pada dinding rahim sebelum waktunya, yang terjadi pada saat kehamilan bukan pada saat persalinan. Plasenta mungkin tidak menempel seluruhnya (kadang hanya 10-20%) atau menempel seluruhnya. Penyebabnya tidak diketahui. Abrupsio lebih sering ditemukan pada wanita yang menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes atau penyakit rematik dan wanita pemakai kokain. Terjadi perdarahan rahim yang berasal dari sisi tempat menempelnya plasenta. Perdarahan eksternal terjadi jika darah keluar melalui vagina, tetapi jika darah terperangkap di belakang plasenta, akan terjadi perdarahan tersembunyi. Gejala yang timbul tergantung kepada luasnya pelepasan plasenta dan banyaknya darah yang hilang. Gejalanya berupa: - perdarahan vagina - nyeri perut yang timbul secara tiba-tiba - nyeri kram perut - nyeri jika perut ditekan. Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan USG. Abrupsio plasenta menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan zat gizi untuk janin dan bisa menyebabkan kematian janin. Sedangkan ibu bisa mengalami perdarahan yang serus, DIC (disseminated intravascular coagulation, bekuan darah di dalam pembuluh darah), gagal ginjal dan perdarahan ke dalam dinding rahim. Keadaan ini lebih sering terjadi pada wanita hamil yang mengalami pre-eklamsi) dan bisa merupakan petunjuk bahwa janin berada dalam keadaan gawat atau telah meninggal. Penderita segera dirawat dan menjalani tirah baring. Jika gejalanya berkurang, penderita mulai latihan berjalan dan mungkin boleh pulang. Jika gejalanya semakin memburuk, dilakukan persalinan dini untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

PLASENTA PREVIA Plasenta Previa adalah plasenta yang tertanam di atas atau di dekat serviks (leher rahim), pada rahim bagian bawah.

Di dalam rahim, plasenta bisa menutupi lubang serviks secara keseluruhan atau hanya sebagian. Plasenta previa biasanya terajdi pada wanita yang telah hamil lebih dari 1 kali atau wanita yang memiliki kelainan rahim (misalnya fibroid). Pada akhir kehamilan, tiba-tiba terjadi perdarahan yang jumlahnya bisa semakin banyak. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan USG. Jika perdarahannya hebat, dilakukan transfusi darah berulang. Jika perdarahannya ringan dan persailinan masih lama, bisanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring. Hampir selalu dilakukan operasi sesar karena cenderung terjadi pelepasan plasenta sebelum waktunya, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen dan ibu bisa mengalami perdarahan hebat.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan kelaparan. Penyebabnya tidak diketahui. Faktor psikis bisa memicu atau memperburuk muntah. Berat badann pendertia menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. Jika muntah terus terjadi, bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama 24 jam. Jika perlu, bisa diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi telah berhasil diatasi, penderita boleh mulai makan makanan lunak dalam porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali kambuh, maka pengobatan diulang kembali.

PRE-EKLAMSI & EKLAMSI Pre-eklamsi (Toksemia Gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Eklamsi adalah bentuk pre-eklamsi yang lebih berat, yang menyebabkan terjadinya kejang atau

koma. Pre-eklamsi terjadi pada 5% kehamilan dan lebih sering ditemukan pada kehamilan petama dan pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau penyakit pembuluh darah. Eklamsi terjadi pada 1 dari 200 wanita yang menderita pre-eklamsi dan jika tidak diobati secara tepat biasanya bisa berakibat fatal. Penyebab dari pre-eklamsi dan eklamsi tidak diketahui. Resiko utama terjadinya pre-eklamsi adalah abrupsio plasenta. Gejala-gejala dari pre-eklamsi adalah: - tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mm Hg - wajah atau tangan membengkak - kadar protein yang tinggi dalam air kemih. Seorang wanita yang pada saat hamil tekanan darahnya meningkat secara berarti tetapi tetap dibawah 140/90 mm Hg, juga dikatakan menderita pre-eklamsi. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita pre-eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan yang timbul segera setelah lahir. Bayi yang dilahirkan juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi plasenta atau karena lahir prematur. Pre-eklamsi dan eklamsi tidak memberikan respon terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan diet rendah garam. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah normal dan minum air lebih banyak. Sangat penting untuk menjalani tirah baring. Penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar. Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa diberikan magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah). Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin. Penderita pre-eklamsi berat dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring. Cairan dan magnesium sulfat diberikan melalui infus. Dalam waktu 4-6 jam, biasanya tekanan darah kembali normal dan bayi dapat dilahirkan dengan selamat. Jika tekanan darah tetap tinggi, sebelum persalinan dimulai, diberikan obat tambahan. Komplikasi utama dari pre-eklamsi dan eklamsi adalah sindroma HELLP, yang terdiri dari: Hemolisis (penghancuran sel darah merah) Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)

Penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya gangguan kemampuan pembekuan darah). Sindroma HELLP cenderung terjadi jika pengobatan pre-eklamsi tertunda. Jika terjadi sindroma HELLP, bayi segera dilahirkan melalui operasi sesar. Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklamsi. 25% kasus eklamsi terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2-4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6-8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklamsi.

HERPES GESTASIONAL Herpes Gestasional adalah lepuhan berisi cairan yang sangat gatal, yang terjadi selama kehamilan. Penggunaan istilah herpes sebenarnya tidak tepat karena ruam yang terjadi tidak disebabkan oleh virus herpes maupun virus lainnya. Herpes gestasional diduga disebabkan oleh antibodi abnormal yang beraksi terhadap jaringan tubuh sendiri (reaksi autoimun). Ruam ini bisa timbul kapanpun setelah kehamilan 12 minggu atau segera setelah persalinan. Ruam biasanya terdiri dari vesikel (lepuhan kecil/besar yang berisi cairan) atau bula (pembengkakan yang bentuknya tidak beraturan dan berisi carian). Ruam ini seringkali berawal di perut lalu menyebar. Segera setelah persalinan, ruam akan semakin memburuk dan menghilang dalam beberapa minggu atau bulan kemudaian. Ruam seringkali muncul lagi pada kehamilan berikutnya atau jika penderita menggunakan pil KB. Bayi yang dilahirkan mungkin memiliki ruam yang serupa, tetapi biasanya akan menghilang dalam beberapa minggu, tanpa pengobatan. Untuk memperkuat diagnosis, diambil kerokan kulit yang terkena dan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui adanya antibodi. Tujuan pengobatan adalah untuk meringankan gatal-gatal dan mencegah terbentuknya lepuhan yang baru. Untuk ruam yang ringan, diberikan krim kortikosteroid yang dioleskan langsung ke kulit yang

terkena sesering mungkin. Untuk ruam yang lebih luas, diberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut). Mengkonsumsi kortikosteroid pada akhir kehamilan tidak akan membahayakan bayi. Jika setelah persalinan gatal-gatal semakin hebat atau ruam semakin menyebar, mungkin perlu diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih tinggi.

URTIKARIA GESTASIONAL Urtikaria Gestasional adalah kaligat yang terjadi pada saat hamil. Penyebabnya tidak diketahui. Kaligata biasanya timbul di perut, dan bisa menyebar ke paha, bokong, kadang sampai ke lengan. Ruam kaligata biasanya muncul pada 2-3 minggu menjelang persalinan. Tetapi mungkin saja timbul setelah kehamilan mencapai 24 minggu. Rasa gatal sering menyebabkan penderita tidak dapat tidur di malam hari. Setelah persalinan, kaligata biasanya menghilang dan tidak kambuh pada kehamilan berikutnya. Untuk mengatasi gatal-gatal dan meredakan ruam kaligata, diberikan krim kortikosteroid yang dioleskan sesering mungkin. Jika ruamnya lebih berat, diberikan kortikosteroid per-oral.

Komplikasi pada Masa Kehamilan


Posted on Juli 12, 2011

kehamilan Umumnya wanita hamil mengalami masalah yang berbeda. Bahkan tak sedikit yang mengalami komplikasi pada kehamilannya. Supaya kehamilan tetap sehat harus diawali dengan baik. Di bawah ini beberapa komplikasi yang sering terjadi selama kehamilan.

Diabetes
Diabetes bisa menimbulkan masalah serius di masa kehamilan. Diabetes bisa meningkatkan kemungkinan keguguran, lahir mati, dan cacat lahir. Kebanyakan yang mengalami adalah para wanita yang kegemukan, keluarga yang menderita diabetes, pernah menderita diabetes, dan hamil diatas 35 tahun. Untuk mencegahnya, kendalikan kadar gula selama 2-3 bulan sebelum terjadi kehamilan dengan cara diet dan olahraga yang teratur.

Asma
Masalah ini sering dialami ibu hamil. Tapi jangan khawatir sebagian obat asma aman diminum oleh ibu hamil, walaupun demikian konsultasi dengan dokter spesialis tetap dianjurkan.

Darah Tinggi
Pada ibu hamil, tekanan darah yang meningkat adalah hal yang biasa. Namun kalau tekanan darah di atas ambang batas, dapat berefek buruk untuk janin dan ibu hamil. Jika terjadi pada ibu hamil efek bagi ibu adalah kerusakan ginjal, stroke, ataupun sakit kepala. Sedangkan untuk bayi bisa berakibat kurangnya darah ke plasenta, sehingga bayi lahir kecil dan terhambat pertumbuhannya. Tekanan darah tinggi ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang mudah stres, emosi, dan pola makan yang berlemak begitu juga dengan junk food.

Jantung
Selama kehamilan beban kerja jantung terus meningkat. Bagi wanita hamil, penyakit jantung merupakan pembunuh no empat setelah perdarahan, preeklamsi, dan infeksi. Bagi penderita jantung yang tak berat umumnya dapat menjalani kehamilan asal tidak melakukan kerja berat, cukup istirahat dan tidak infeksi.

Anemia
Gejala anemia seperti letih, lesu, nafas pendek dan kulit pucat saat hamil dapat mempengaruhi kehamilan.Untuk lebih jelasnya tentang anemia bisa dibaca disini.

Plasenta previa
Pada kehamilan yang normal letak plasenta pada dinding uterus, namun pada plasenta previa letak placenta di lubang serviks, sehingga menghalangi jalan lahir. Umumnya posisi plasenta akan bergeser sejalan dengan perkembangan janin. Namun bila tak bergeser bisa menimbulkan perdarahan akut karena tekanan dan tarikan otot plasenta.

Anda mungkin juga menyukai