PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul disusun dengan maksud utama: memberi manfaat yang optimal bagi kelancaran dan efektivitas pelaksanaan PLPG Bimbingan Konseling. Guna mencapai maksud tersebut, penggunaan modul perlu memperhatikan beberapa karakteristik penting dari modul ini. Pertama, uraian materi dalam modul ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Konselor. Dua kompetensi utama yang menjadi fokus kajian dalam modul adalah kompetensi pedagogik dan komptensi profesional. Modul terdiri atas 10 Kegiatan Belajar (KB). Uraian materi pada Kegiatan Belajar (KB) 1, 2, 3, dan 4 didasarkan terutama pada Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan Formal (Depdiknas, 2009), sedangkan uraian materi pada KB 5, 6, 7, dan 8 dikembangkan berdasarkan referensi terkait yang tersedia. Uraian materi pada setiap kegiatan belajar diusahan sesimpel mungkin sehingga bahan yang ada dalam modul hanya memenuhi standar minimum dari apa yang seharusnya dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, fasilitator dan peserta perlu memperkaya dengan bahan lain dari sumber referensi terkait lainnya. Kedua, modul ini berisi lesson plan berbasis active-learning. Pelaksanaan pelatihan terutama berpusat pada peserta (trainee-centered). Keaktifan dan keterlibatan penuh setiap peserta adalah kondisi esensial yang harus menyertai pelaksanaan setiap sesi pelatihan. Walaupun sesi pelatihan banyak menggunkan format kelompok dan klasikal, namun perhatian terhadap kondisi, keunikan, dan kebutuhan khas setiap peserta merupakan faktor penentu keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu, fasilitator perlu mengupayakan agar pada setiap sesi yang dilakukan, setiap peserta didorong untuk mampu mengeksplorasi permasalahan, pemikiran, ataupun pengalaman individualnya masing-masing. Di samping itu, model prosedur, langkah-langkah, ataupun format-format yang ada pada setiap aktivitas bersifat opsional. Fasilitator dapat meramu, mengkombinasi, atau bahkan menggantinya dengan metode/format lain yang dirasa lebih cocok, sejauh tidak menyimpang dari tujuantujuan yang ingin dicapai pada unit KB yang bersangkuitan dan tetap menggunakan prinsip
active-learning.
Ketiga, struktur modul disusun dan dengan memperhatikan urutan logis penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional konselor. Unit Kegiatan Belajar 1, 2, 3, dan 4 dimaksudkan menjadi bahan pengganti pelatihan pada bagian Pendalaman Materi dalam PLPG, sementara Unit Kegiatan Belajar 5, 6, 7, dan 8 dimaksukan untuk menjadi bahan pelatihan pada bagian Model-Model Bimbingan Konseling. Masing-masing unit KB
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 1
B. Indikator 1. Menjelaskan konteks tugas konselor di sekolah 2. Menjelaskan urgensi pelayanan bimbimbingan konseling di sekolah 3. Menilai ketercapaian tujuan-tujuan tiga bidang pelayanan bimbingan konseling di sekolah 4. Menjelaskan dengan contoh keterlaksanaan ketujuh fungsi bimbingan konseling di sekolah 5. Menyebutkan contoh pelaksanaan enam prinsip bimbingan dan konseling 6. Menyebutkan minimal tiga contoh pelaksanaan azas bimbingan konseling yang telah dilakukan di sekolah. 7. Membedakan fokus pelayanan konseling di SD, SMP, SMA, SMK, dan PT. C. Waktu : 5 x 50 menit
D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk enam kelompok. Setiap kelompok menilai sejauhmana butir-butir yang diuraikan dalam bahan tersebut telah terlaksana dan apa saja hambatan dalam mengimplementasikannya di lapangan. Bagilah tugas membuat evaluasi ini dengan rincian sebagai berikut: Kelompok I II III IV V VI Bahan yang dievaluasi Konteks Tugas Konselor & Urgensi pelayanan BK Tujuan Bimbingan dan Konseling Fungsi Bimbingan dan Konseling Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Azas Bimbingan dan Konseling Pelayanan BK di Berbagai Jenjang Pendidikan
3. Wakil setiap pasangan kelompok secara bergantian menyajikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas 4. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
Gambar 1.1 Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal Akan tetapi, dalam Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan Bimbingan dan Konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi (a) kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) Materi Pengembangan Diri, yang harus disampaikan oleh Konselor kepada peserta didik, sebagaimana dapat dilukiskan seperti Gambar 1.2
Gambar 1.2 Kerancuan Wilayah Pelayanan Konselor dengan Wilayah Pelayanan Guru dalam KTSP Haruslah dihindari dampak yang membawa Konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan, ke dalam wilayah pelayanan Guru yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan. Dengan kata lain, sesungguhnya penanganan pengembangan diri lebih banyak terkait dengan wilayah pelayanan guru, khususnya melalui pengacaraan berbagai dampak pengiring (nurturant effects) yang relevan, yang dapat dan oleh karena itu perlu, dirajutkan ke dalam pembelajaran yang mendidik yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan. Meskipun demikian, Konselor memang juga diharapkan untuk berperan serta dalam bingkai pelayanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu-membahu dengan Guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler. Persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru dengan wilayah pelayanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor dapat digambarkan seperti tampak pada Gambar 1.3, di mana Materi Pengembangan Diri berada dan merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor.
Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pepepelayanani bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada
upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah peserta didik. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling).
10
pemahaman ini, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para peserta didik dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex). c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai
14
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut. a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan peserta didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok. c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 15
dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan.
Pemberian
pelayanan
bimbingan
tidak
hanya
berlangsung
di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembagalembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. 6. Asas Bimbingan dan Konseling Keterlaksanaan dan keberhasilan pepelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut. a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin. b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani
16
18
services, serta system support. Namun, alokasi waktu yang digunakan konselor
perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian bantuan dalam individual student
20
21
a. Pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran, mengandung arti bahwa bentuk,
rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai sebuah adegan mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. Namun, manakala masuk ke dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat tak dapat dihindari akan terkait dengan substansi bidang studi dan/atau bahan ajar yang relevan dengan bakat dan minat peserta didik dan disitu adegan pembelajaran akan terjadi. tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar
Ini
berarti bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan
22
c. Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan substitusi atau
pengganti pelayanan bimbingan dan konseling, melainkan di dalamnya mengandung sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif, perencanaan individual) bimbingan dan konseling yang harus diperankan oleh konselor. Telaahan di atas menegaskan bahwa bimbingan dan konseling tetap sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan pengembangan diri yang terkandung dalam KTSP merupakan bagian dari kurikulum. Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebgian dari aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Jika dilakukan telaahan anatomis terhadap posisi bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal tampak pada Gambar 2.1
Pimpinan Satuan Pendidikan
Manajemen
Wilayah Komplementer
Konselor, Menyelenggarakan Bimbingan dan Konseling Yang Memandirikan
Gambar 2.1 Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP) dalam Jalur Pendidikan Formal Dapat ditegaskan di sini bahwa KTSP adalah salah satu subsistem pendidikan formal yang harus bersinergi dengan komponen/subsitem lain yaitu manajemen dan bimbingan dan konseling dalam upaya memfasilitasi peserta didik mencapai perkembangan optimum yang diwujudkan dalam ukuran pencapaian standar kompetensi. Dengan demikian pengembangan diri tidak menggantikan fungsi bimbingan dan konseling melainkan sebagai wilayah
23
Gambar 2.2 Program Bimbingan Konseling Pola 17 Selanjutnya, dikembangkan Program bimbingan konseling Pola 17 Plus, di mana program bimbingan konseling disempurnakan dengan menambahkan bidang bimbingan keberagamaan dan bimbingan keluarga, serta tamnbahan layanan mediasi dan layanan konsultasi. Terakhir dikembangkan lagi pola program bimbingan konseling yang lebih utuh, yang dikenal dengan Pola Kompreghensif Program bimbingan dan konseling. Dalam pola ini, program bimbingan konseling terdiri atas empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3) perencanaan indiviual, dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 24
Gambar 2.3 Komponen Program Bimbingan dan Konseling Di samping empat komponen program tersebut, dalam Pola Komprehensif ini dikemukakan 16 strategi layanan bimbingan konseling (orientasi, informasi, bimbingan kelompok, konseling individual, konseling kelompok, referal, konseling sebaya, konsultasi, penempatan & penyeluran, kunjungan rumah, konferensi kasus, kolaborasi, akses TIK, sistem najemen, akuntabilitas, dan pengembangan profesi). Secara utuh keseluruhan proses kerja bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal dapat digambarkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling Pola Komprehensif
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar
25
27
28
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. 2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan) Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis. 3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya: (1) menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar peserta didik; (2) memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam; (3) menandai peserta didik yang diduga bermasalah; (4) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (5) mereferal (mengalihtangankan) peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (6) memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati peserta didik; (7) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (8) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan figur central bagi peserta didik); dan (9) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 29
diperlukan di dalam
c) Manajemen Program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara, terarah. dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan
34
3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan; 4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas; 5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami 6. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.
35
37
Tentukan data dasar (baseline data) Pikirkan bagaimana anda menindaklanjuti mereka yang tidak merespon dan menjawab/mengisi alat pengumpulan data yang diberikan. Organisasi data dengan membuat kategori-kategoti kunci guna memudahkan untuk menemukan makna dan kesimpulan. Gunakan lembar/format ringkasan data untuk membantu menentukan pola-pola informasi dan untuk mempermudah analisis data
6) Menganalisis data Analisis data diarahkan terutama untuk menjawab menjawab pertanyaan yang diajukan dan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bagi pelaksanaan analisis kebutuhan yang dilakukan. Secara umum, analisis data diarahkan untuk memetakan kedaan (kelemahan dan kekuatan) dalam rangka meningkatkan kualitas program dan layanan, menyediuakan balikan mengenai kinerja dan capaian siswa, serta memperoleh pemahaman mengenai bagaimana kualitas kinerja yang telah dicapai dan seberapa jauh kita telah mencapainya 7) Memanfaatkan hasil Pelajari kembali tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang telah dirumuskan gunakan setidaknya 3 sumber data untuk menjelaskan (menjustifikasi) pencapaian setiap tujuan atau area target. Berdasarkan hasil analisis data, kembangkan suatu draf rencana tentang apa yang harus dilakukan. Identifikasi dan alokasikan sumber-sumber yang diperlukan bagi pelaksanaan kebutuhan. 2. Perencanaan Program Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (hasil need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Struktur program pelayanan bimbingan konseling mencakup: (1) empat bidang layanan, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, (4) sasaran pelayanan, dan (5) volume/beban tugas konselor. Program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso 1 tahun dan mikro sebagai kegiatan opersional dan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus. Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program, rencana. Terakhir, buat kesimpulan mengenai temuan analisis
40
41
3) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi renana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik; Program Tahunan dan Program semester. 4) Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar
42
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan
jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling. 3. Peyusunan Silabus Bimbingan Konseling Guna manjamin pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan secara sistematis, terencana, dan terarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, perlu disusun silabus bimbingan konseling. Silabus menjadi pemandu bagi konselor dalam melaksanakan semua layanan dasardalam program bimbingan konseling. Dalam pelaksanaan program bimbingan konseling berbasis perkembangan, penyusunan silabus mengacu pada butir-butir tugas perkembangan individu menurut kelompok usia peserta didik yang dilayani. Aspek dan rumusan tugas perkembangan dapat mengacu pada salah satu sumber yang tersedia, yang biasanya diuraikan dalam buku psikologi perkembangan. Dalam Panduan Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan Sederajat yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2004), dikemukakan sembilan asepek tugas perkembangan yang menjadi acuan dalam merumuskan tujuan kompetensi pelayanan bimbingan konseling. Tugas perkembangan tersebut, meliputi: 1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita 3) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat 4) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, kehidupan masyarakat yang lebih luas 5) Mencapai kematangan dalam pilihan karir 6) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi 7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 8) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni 9) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar
44
Contoh silabus untuk tugas perkembangan 1: Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Bidang Bimbingan Rumusan Kompetensi Materi Pengembanga n Kompetensi Kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kelas Kegiatan Layanan Kegiatan Penila Pendukung ian Ket.
1. Memiliki
Bimbingan Pribadi
Bimbingan Sosial
kemantapan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama yang dianut 2. Memiliki kemantapan dalam melaksanakan kaidah-kaidah ajaran agama yang dianut 1. Memiliki kemantapan keyakinan tentang aspekaspek sosial kehidupan beragama 2. Melaksanakan secara mantap aspek-aspek sosial kehidupan beragama
Cara dan penerapan kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendalaman aspek-aspek sosial dalam kehidupan beragama.
APIN HPDT
Laijape n Laijapa ng
APIN HPDT
Laijape n Laijapa ng
45
Bidang Bimbingan
Rumusan Kompetensi
1. Memiliki
2.
Bimbingan Belajar
3.
1.
Bimbingan Karir
2.
kemantapan keyakinan bahwa belajar merupakan perintah Tuhan Yang Maha Esa Memiliki kemantapan keyakinan bahwa kegiatan belajar yang sebaik-baiknya akan meningkatkan mutu kehidupan beragama Mampu mewujudkan secara efektif, efisien dan produktif tentang kegiatan belajar sesuai dengan ajaran agama Memiliki kemantapan keyakinan bahwa bekerja dan pengembangan karir merupakan perintah Tuhan Yang Maha Esa Memiliki kemantapan keyakinan bahwa bekerja dan pengembangan karir dapat meningkatkan kehidupan beragama
Kelas
Kegiat-an La-yanan
Ket.
Contoh-contoh bahwa belajar keras akan meningkatkan mutu kehidupan beragama ORIN 1, 2, 3 INP PBLJ APIN HPDT
Laijape n Laijapa ng
Pendalaman aspek-aspek bekerja dan pengembangan karir dalam kehidupan beragama. Laijape n Laijapa ng Bekerja sama dengan Guru Agama
Contoh-contoh bahwa bekerja dan pengembangan karir akan dapat meningkatkan kehidupan kehidupan beragama.
APIN HPDT
46
3. Mampu
mewujudkan secara efektif, efisien dan produktif tentang pengembanga n persiapan karir sesuai dengan ajaran agama
Praktik bagi terwujudnya pengembangan persiapan karir sesuai dengan ajaran agama
4. Implementasi Kegiatan Bimbingan Konseling Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk renacan kegiatan bimbingan (Satlan dan Satkung) dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah. Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk: a. Kegiatan tatap muka, yaitu kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan dengan berinteraksi langsung dengan peserta didik, baik secara individual, kelompok, maupun klasikal. Ini dapat dilakuan dalam bentuk layanan konseling, pemberian informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di ruang bimbingan konseling ataupun di dalam kelas. Untuk kegiatan tatap muka secara klasikal, volume kegiatan membutuhkan alokasi waktu 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. b. Kegiatan non-tatap muka, adalah kegiatan bimbingan konseling yang tidak berhadapan langsung dengan peserta didik. Bentuk kegiatan yang termasuk dalam kategori ini, antara lain: layanan konsultasi (dengan guru atau orangtua), kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah. Ini dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 47
48
3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan; 4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas; 5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami 6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.
49
Sekolah/Madrasah dan wakil kepala Sekolah/Madrasah adalah: 1) Mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di Sekolah, sehingga pepelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis. 2) Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya untuk kemudahan bagi terlaksananya pepelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. 3) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pepelayanan bimbingan dan konseling. 4) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pepelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah kepada pihak-pihak terkait, terutama Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya. 5) Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling. b. Koordinator Bimbingan dan Konseling Koordinator 1) 2) Bimbingan dan Konseling adalah pembantu kepala Sekolah/Madrasah bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang bertugas: Mengkoordinasikan para konselor dalam : memasyarakatkan pepelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap warga Sekolah/Madrasah (peserta didik, guru, dan personil Sekolah/Madrasah lainnya), orang tua peserta didik, dan masyarakat. 3) 4) 5) menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program pelayanan dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan) melaksanakan program bimbingan dan konseling mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
50
51
Gambar 4.1: Contoh Minimal Ruangan Bimbingan dan Konseling Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar
53
bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan program pelayanan yang
55
56
57
layanan menurut siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap layanan lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru pembimbing;
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 58
sesuatu
berharga
FUNGSI
1. Memberikan umpan
balik bagi konselor 2. Memberikan informasi kepada pihak lain tentang perkembangan siswa
LANGKAH-LANGKAH
2. Memberikan informasi
PROSES
HASIL
rancangan program 2. Tingkat partisipasi personel 3. Keberhasilan dan hambatan yang dialami 4. Respons stakeholder (siswa, kepala sekolah, guru, orangtua)
3. Sikap dan kebiasaan belajar siswa 4. Prestasi belajar siswa 5. Kualitas kedisiplinan siswa 6. Kualitas sikap sosial siswa 7. Pemahaman dan persiapan karir siswa 8. Sikap siswa terhadap program BK
61
63
4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenbai karakteristik konseling behavioristik. Hasil rumusan Tim Perumus dibacakan di depan kelas. 5. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok. 6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya. E. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Terapi behavioral yang modern tidak mempunyai asumsi deterministik tentang manusia yang menganggap manusia hanya sebagai produk dari kondisioning sosiokultural (Corey, 2005). Individu adalah hasil produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Modifikasi
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 64
65
mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. b. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan konseli menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Konselor dan konseli mendifinisikan masalah yang dihadapi konseli; (2) Konseli mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (3) Konselor dan konseli mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan konseli: apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan konseli; apakah tujuan itu realistik; kemungkinan manfaatnya; atau kemungkinan kerugiannya; (4) konselor dan konseli membuat
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 66
68
69
4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenbai karakterstik konseling REBT. Hasil rumusan Tim Perumus dibacakan di depan kelas. 5. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok. 6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya. E. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Manusia pada dasarnya adalah unik dan memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Sebaliknya, ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional, individu
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 70
Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional Consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian dalam keluarga, kelulusan bagi siswa, dan putus hubungan merupakan contoh antecendent event bagi seseorang. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. 2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Menurut Gladding (2004), REBT berasumsi bahwa orang secara inheren adalah rasional dan irasional,
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 71
wishful thinking, dan tidak toleran seringkali dipertebal oleh budaya mereka dan
kelompok keluarga mereka. c. Orang mempersepsi, berpikir, merasa dan berperilaku secara simultan. Dengan demikian, pada saat yang bersamaan mereka kognitif, konatif, dan motorik. Sensasi dan tindakan dipandang dengan kerangka pengalaman, dengan memori yang terdahulu. Orang jarang melakukan tindakan tanpa mempersepsi, berpikir dan merasa, karena proses-proses ini memberikan alasan untuk bertindak. Dalam hal perilaku yang terganggu, berlaku proses yang sama, karena itu harus diubah dengan metode-metode yang sifatnya perseptual-kognitif, emotif-evokatif dan behavioristik-reedukatif. d. Memperoleh wawasan (insight) tidak membawa kepada perubahan kepribadian yang besar. Bukan activating events (A) dalam kehidupan seseorang yang "menyebabkan" konsekuensi emosi yang disfungsional (C), tetapi fakta bahwa orang menginterpretasi peristiwa ini secara tidak realistik dan karena itu mempunyai keyakinan yang self-
defeating (B) tentang hal itu. Dengan demikian, penyebab "sesungguhnya" terletak di
dalam diri orang itu sendiri dan bukan apa yang terjadi pada diri mereka. Penyebab sehingga individu tidak mampu berpikir secara rasional, adalah: (1) tidak mampu membedakan dengan jelas tentang saat ini dan yang akan datang, atau antara kenyatan dan imajinasi; (2) tunduk dan menggantungkan diri pada perencanaan dan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 72
73
74
1) Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli. 2) Bermain peran Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. 3) Imitasi Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif. b. Teknik-teknik Behavioristik 1) Reinforcement Teknik untuk mendorong konseli ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada konseli dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar
75
menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya. 2) Social modeling Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor. c. Teknik-teknik Kognitif 1) Home work assigments Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, konseli diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan homework assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh konseli dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri konseli dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor. 2) Latihan assertive Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah: (a) mendorong kemampuan konseli mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong konseli untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
76
77
4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenai karakteristik konseling humanistik. 5. Anggota tim perumus dari setiap kelompok kembali ke kelompk masing-masing untuk menjelaskan hasil rumusan Tim Perumus. 6. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok. 7. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.
78
conditional regards dari orangtua dan orang lain. Perasaan berharga berkembang bila
seseorang berperilaku dengan cara tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang persetujuannya diharapkan, karena akseptansi kondisional mengajarkan orang untuk merasa berharga hanya bila ia konform dengan keinginan orang lain. Kalau orang tidak melakukan seperti yang dikehendaki orang lain, ia tidak akan diterima atau dihargai. Tetapi, bila ia konform, ia akan membuka jurang antara ideal self (apa yang orang inginkan dirinya untuk menjadi) dan real self (apa adanya dirinya). Makin jauh jurang antara keduanya, orang akan menjadi makin maladjusted. Dalam pandangan pendekatan humanistik, gangguan jiwa disebabkan karena individu yang bersangkutan tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan. 3. Tujuan Konseling Konseling humanistik mengarahkan proses konseling pada pencapaian tujuan-tujuan berikut: a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanyaSaya adalah saya. b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin. c. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya. d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya. 4. Deskripsi Proses Konseling Proses konseling humanistik ditandai beberapa karakteristik, antara lain: a. Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli. b. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang diinginkannya.
80
81
82
83
Apa yang anda ingin kemukakan sekarang? Bagaimana keadaan anda sesudah pertemuan kita yang terakhir?
2) Pertanyaan untuk memnacing konseli berbicara lebih jauh tentang masalahnya. Contoh: Dapatkah anda mengemukakan lebih jauh tentang hal tersebut?
Saya ingin tahu lebih jauh tentang apa yang menyebabkan anda bereaksi seperti itu?
untuk
3) Pertanyaan
perilakunya dengan lebih baik. Contoh: Dapatkah anda mengatakan apa yang anda lakukan ketika sedang marah? Anda tampaknya sangat mencemaskan hal itu. Coba jelaskan lebih jauh hal tersebut? Bagaimana perasaan anda terhadap perlakuan teman anda itu?
Pertanyaan yang kurang baik, mancakup: 1) Banyak menggunakan pertanyaan tertutup, seperti: 4) Pertanyaan untuk memokuskan perasaan konseli. Contoh:
2) Menggunakan pertanyaan-pertanyaan beruntun dan membutuhkan jawaban yang beruntun pula, seperti:
Dapakah anda mengemukakan hal itu kepada saya? Di manakah terjadinya? Kapan itu terjadi? Bagaimana perasaan anda atas kejadian itu?
3) Menggunakan kata tanya mengapa (sehingga menyulitkan konseli untuk memberi jawaban yang diinginkan), misalnya:
87
kepadanya?
b. Ransangan Minimal (Minimal Encourages) Ransangan minimal yang baik, mencakup: 1) mengelaborasi aspek-aspek non-verbal dari perlaku penampilan yang baik, misalnya: memelihara kontak mata badan yang condong ke depan sebagai tanda penuh perhatian gerakan-gerakan anggota badan yang wajar gerakan isyarat yang memadai anggukan kepala Oh? dan? lalu? terus? Coba anda teruskan? Umm-mmm, Uh-huh, Yaaah
Ransangan minimal yang kurang baik, mencakup: 1) Posisi badan yang kaku 2) Gerakan badan yang berlebihan (overacting) 3) Malu dan diam 4) Bermasa bodoh dan kebingungan. 3. Keterampilan Membuat Paraprhase Paraphrase adalah suatu kerampilan dasar komunikasi untuk memperbaiki hubungan interpersonal dengan konseli. Keterampilan ini membutuhkan kemampuan untuk menangkap esensi isi pembicaraan dan menyatakannya kembali kepada lawan bicara. Paraphrase mempunyai tiga tujuan, yakni: (1) menyatakan kepada konseli bahwa kita ada bersamanya, dan bahwa kita berusaha memahami apa yang dikatakannya, (2) mengendapkan apa yang dibicarakan konseli tentang dirinya dengan membuat ringkasan yang berguna untuk memberi arah wawancara yang dilakukan; dan (3) mengecek kembali mengenai persepsi kita terhadap masalah yang diajukan oleh konseli. a. Paraphrase yang baik, mencakup pernyataan kembali pesan dasar konseli dengan kata-kata yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi makna yang terkandung
88
memusuhi saya.
Konselor: Apakah yang anda katakan adalah bahwa perilakunya tidak konsisten lagi
terhadap anda.
b. Pokok-pokok yang disarankan untuk membuat paraphrase yang baik, antara laian: 1) Dengarkan secara teliti pesan dasar yang disampaikan oleh klein 2) Nyatakan kembali kepada konseli kesimpulan atau ringkasan singkat pesan dasar tersebut. 3) Amatilah apakah perilaku konseli menunjukkan respon yanbg tegas terhadap paraphrase yang anda buat. Aatau mintalah konseli menanggapi paraphrase tersebut. c. Paraphrase yang kurang baik, meliputi: 1) Memasukkan respon yang bersifat analisis, interpretasi atau penilaian terhadap pesan yang disampaikan oleh konseli. 2) Memberikan respon terhadap hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan pesan yang disampaikan konseli 3) Menggunakan kata-kata atau phrase yang sifatnya tidak cocok terhadap wawancara, misalnya kata-kata teknis, kata-kata jargon (istilah khusus pada bidang tertentu). 4. Mengempati Perasaan Empati berarti memahami individu secara penuh, bahwa perasaan, pikiran, dan motive mereka bisa dimengerti. Empati berarti menyelam ke dalam diri individu dan mencoba melihat dunia melalui mata mereka, mencoba mengalami dunia individu seolaholah anda adalah mereka. Empati merupakan unsur terpenting dalam berhubungan dengan orang lain. Keterampilan ini sangat vital dalam menjalankan peranan sebagai seorang penolong. Keterampilan ini juga merupakan sentral di hampir semua teori bantuan terapi. Empati seringkali disebutkan dan dikaitkan dengan istilah lain seperti: kehangatan (warmth), kepedulian (compasion), dan pemahaman (understanding), atau istilah lain yang memiliki makna yang sama. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, keterampilan ini dapat
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 89
c. Cobalah gambarkan diri anda jika berada situasi mengalami perasaan atau emosi tersebut. Contoh, Bila saya merasa tersinggung, maka: Saya Saya Saya Saya Saya Saya merasa merasa merasa merasa merasa merasa tidak berharga seperti badan teriris-iris seperti ingin menangis malu sekali hancur terpojok Saya Saya Saya Saya Saya Saya merasa merasa merasa merasa merasa merasa tidak berguna apa-apa seperti binatang saja terpukul divonis dilimpari kotoran seperti ditampar saja
d. Menggambarkan perasaan Perasaan yang terkandung dalam pernyataan konseli dapat dikelompokkan menadi dua bagian. Pertama, perasaan yang tampak atau perasaan permukaan, yaitu perasaan yang dinyatakan langsung oleh konseli. Kedua, pernyataan tersembunyi, yaitu perasaan yang tersirat di balik kata-kata dan pernyataan konseli. Perhatikan contoh berikut: Konseli : Saya sangat marah pada diri sendiri. Setiap kali saya mencoba berbuat
sesuatu yang benar, selalu saja berakhir dengan kekacauan. Sungguh berat dan mengecewakan untuk tetap berbuat sesuatu.
Perasaan permukaan: jengkel, marah, kecewa, kacau. Perasaan tersembunyi: kasihan pada diri sendiri, kurang berharga, kurang percaya diri.
90
meriah.
f. Menanggapi dan merefleksi perasaan Anda perlu belajar menanggapi isi perasaan yang terkandung dalam pernyataan konseli dan kemudiaan menyatakannya kembali kepada konseli. Untuk maksud ini, disarankan melakukan perilaku berikut: 1) Menyimak semua kata-kata yang mengungkapkan perasaan, saat anda mendengar pembicaraan konseli. 2) Mengatur waktu yang tepat dalam memberi komentar. Jangan mengulang setiap pertanyaan 3) Memparaphrasa kata-kata perasaan dan maksud pesan yang diungkapkan, baik positif maupun negatif. Gunakan kata-kata kunci pendahuluan, berikut:
Tampaknya yang anda katakan adalah.. Barangkali anda merasa Kalau begitu, rupanya yang anda alami adalah.. Adakah kamu mengatakan bahwa anda.
: Guru itu jahanam, Saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan
Contoh: Konseli
2) Bagaimana konseli mengemukakan perasaan dan berbibicara---yang selanjutnya merupakan perluasan dari keterampilan merefleksi perasaan.
3) Tujuan, waktu, dan efek dari pernyataan-pernyatan konseli (proses)suatu
pernyataan dari mana proses bantuan itu dimulai dan berlangsung hingga ankhir.
b. Pembuatan ringkasan yang memadai hanya terbatas pada suatu aspek saja atau dapat pula merupakan kombinasi dua atau tiga aspek lainnya. Beberapa petunjuk untuk membuat ringkasan, antara lain: 1) Mencerminkan bermacam-macam tema dan dengan nada suara emosional sebagaimana konseli mengucapkannya. 2) Ambillah perasaan dan ide-ide kunci yang dinyatakan konseli ke dalam pernyataan umum dari pengertian dasarnya. 3) Jangan menambahkan ide baru dalam ringkasan yang dibuat 4) Putuskan membuat ringkasan jika itu sangat membantu anda sebagai penolong, dan nyatakan rumusan ringkasan anda kepada konseli. 5) Dalam proses pembuatan keputusan ini, pertimbangkan tujuan anda, apakah karena didasari oleh pertimbangan berikut: Adakah hal itu menghangatkan konseli pada permulaan wawancara? Adakah hal itu berpusat pada pemikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh konseli? Adakah itu merupakan pembahasan yang intensif terhadap topik/tema pembicaraan? Adakah hal itu mengecek pemahaman anda?
92
Adakah hal itu mendorong konseli mengeksplorasi topik/tema secara lebih mendalam? Adakah hal itu merupakan terminasi hubungan dengan suatu ringkasan kemajuan (summary of progress)? Adakah hal itu menjamin kelangsungan wawancara?
6) Kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk membuat ringkasan, antara lain:
6. Keterampilan Pemecahan Masalah Konseli yang datang mengemukakan masalahnya kepada anda, akan mengharapkan anda untuk membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Proses pemberian bantuan seperti ini akan melibatkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving). Karena itu, anda perlu melengkapi diri dengan keterampilan pemecahan masalah ini. konseli. Keterampilan pemecahan masalah melibatkan tujuh tahap. Ke dalam setiap tahap, akan digunakan keterampilan komunikasi tertentu sebegaimana yang sudah anda pelajari. Berikut dikemukakan ketujuh tahap dalam pemecahan masalah tersebut, disertai gambaran mengenai peran konseli dan peran anda sebagai penolong. Berbagai keterampilan komunikasi dasar yang telah anda pelajari juga akan digunakan dalam tindakan dan pelaksanaan pemecahan masalah
PERAN KONSELI
Mengemukakan dan menjelaskan aspek permukaan problem yang dihadapi dalam bahasa yang sangat umum Melihat semua aspek problem, alasan sehingga membutuhkan perhatian dan menggarisbawahi perasaan terhadap berbagai aspek problem tersebut. Menyatakan secara jelas problem yang dihadapi dalam ungkapan yang lebih spesifik. Pembatasan dibutuhkan tidak hanya pada dimensi problem, tapi juga pada tujuan yang ingin dicapai oleh konseli dengan mengatasi problemnya.
PERAN KONSELOR
Menggunakan keterampilan penampilan, pertanyaan terbuka, serta mengenal dan merefleksi perasaan. Menggunakan keterampilan penampilan, mengenal dan merefleksi perasaan, pertanyaan terbuka ketulusan, dan paraprase Mendapatkan persetujuan mengenai problem konseli yanng sebenarnya melalui penggunaan keterampilan paraprase dan meringkas.
3. Membatasi Problem
93
Memikirkan dan mengungkapkan semua alternatif pemecahan masalah yang mungkin ditempuh tanpa mengevaluasinya. Tujuannya adalah mendapatkan sebanyak mungkin alternatif yang bisa dibayangkan.
5. Mengevaluasi Alternatif
adalah sesuatu yang dipandang sangat penting oleh konseli. Nilai ini membantu untuk membuat priorotas dan menentukan pilihan alternatif).
Konseli juga menguji kekuatan dan kelemahan setiap alternatif yang diidentifikasi.
7. Menerapkan Alternatif
Memutuskan alternatif terbaik sesuai nilai yang dianut. Konseli menguji keku-atan yang dimiliki untuk menerapkan alternatif itiu. Konseli perlu menguji alternatif pilihan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut: a. Apakah saya memililiki data yang diperlukan? b. Apakah alternatif itu cukup sfesifik? c. Apakah alternatif itu meyakinkan dan sesuai dengan nilai yang saya anut? d. Apakah alternatif itu membantu saya bertumubh sebagai pribadi? e. Apakah alternatif itu adalah sesuatu yang saya inginkan? Mengembangkan rencana tindakan untuk menerapkan alternatif terbaik, dengan menjawab pertanyaan berikut: a. Apa tujuan saya sayang perlu dipenuhi dengan mengatasi problem ini? b. Apa tindakan pertama yang diperlukan untuk menjalankan rencana? c. Apa saja rencana kegiatan berikutnya yang akan dilakukan guna mencapai tujuan yang saya harapkan? d. Apa kendala yang akan saya tempui untuk mencapai tujuan? e. Apa kekuatan yang saya miliki
Bersama konseli mengungkapkan semua jalan tindakan (alternatif) yang bisa ditempuh untuk mengatasi problem konseli. Anda dapat meng-usulkan alternatif tertentu jika konseli mengalami kesulitan atau mengaju-kan pertanyaan terbuka untuk mendorong konseli memikirkan alternatif. Membuat daftar nilai yang berkaitan dengan problem konseli dan menggaris-bawahi nilai paling penting yang dianut konseli. Kemudian mencatat kekuatan dan kelemahan konseli dalam menerapkan setiap alternatif. Keterampilan yang digunakan meliputi memahami dan merefleksi perasaan, pertanyaan terbuka, paraprase, dan membuat ringkasan. Mencatat solusi terbaik dan nilai yang terlibat dalam membuat keputusan. Kemudian membuat daftar kekuatan konseli dalam menerapkan alternatif, dengan mengajukan pertanyaan berikut: a. Apakah anda memililiki data yang diperlukan? b. Apakah alternatif itu cukup spesifik? c. Apakah alternatif itu meyakinkan dan sesuai dengan nilai yang anda anut? d. Apakah alternatif membantu an-da bertumbuh sebagai pribadi? e. Apakah alternatif itu adalah sesuatu yang anda inginkan Membantu konseli membuat rencana tindakan yang masuk akal, dengan mengajukan pertanyaan berikut: a. Apa tujuan anda sayang perlu dipenuhi dengan mengatasi problem ini? b. Apa tindakan pertama yang anda perlukan untuk menjalankan rencana? c. Apa saja rencana kegiatan berikutnya yang akan anda lakukan guna mencapai tujuan yang saya harapkan? d. Apa kendala yang akan anda tempuh untuk mencapai tujuan? 94
untuk mengatasi kendala itu? Apa lagi yang dibutuhkan untuk menjalankan alternatif yang dipilih? g. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan? h. Di manakah alternatif dan rencana tindakan akan dilaksanakan? i. Kapan saya memulai melaksakan tindakan pertama? f.
e. Apa kekuatan yang anda miliki untuk mengatasi kendala itu? f. Apa lagi yang dibutuhkan untuk menjalankan alternatif yg dipilih? g. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan? h. Di manakah alternatif dan renca-na tindakan akan dilaksanakan? i. Kapan anda mulai melaksakan tindakan pertama?
95