Anda di halaman 1dari 95

Satu Untuk UNM

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul disusun dengan maksud utama: memberi manfaat yang optimal bagi kelancaran dan efektivitas pelaksanaan PLPG Bimbingan Konseling. Guna mencapai maksud tersebut, penggunaan modul perlu memperhatikan beberapa karakteristik penting dari modul ini. Pertama, uraian materi dalam modul ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Konselor. Dua kompetensi utama yang menjadi fokus kajian dalam modul adalah kompetensi pedagogik dan komptensi profesional. Modul terdiri atas 10 Kegiatan Belajar (KB). Uraian materi pada Kegiatan Belajar (KB) 1, 2, 3, dan 4 didasarkan terutama pada Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan Formal (Depdiknas, 2009), sedangkan uraian materi pada KB 5, 6, 7, dan 8 dikembangkan berdasarkan referensi terkait yang tersedia. Uraian materi pada setiap kegiatan belajar diusahan sesimpel mungkin sehingga bahan yang ada dalam modul hanya memenuhi standar minimum dari apa yang seharusnya dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, fasilitator dan peserta perlu memperkaya dengan bahan lain dari sumber referensi terkait lainnya. Kedua, modul ini berisi lesson plan berbasis active-learning. Pelaksanaan pelatihan terutama berpusat pada peserta (trainee-centered). Keaktifan dan keterlibatan penuh setiap peserta adalah kondisi esensial yang harus menyertai pelaksanaan setiap sesi pelatihan. Walaupun sesi pelatihan banyak menggunkan format kelompok dan klasikal, namun perhatian terhadap kondisi, keunikan, dan kebutuhan khas setiap peserta merupakan faktor penentu keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu, fasilitator perlu mengupayakan agar pada setiap sesi yang dilakukan, setiap peserta didorong untuk mampu mengeksplorasi permasalahan, pemikiran, ataupun pengalaman individualnya masing-masing. Di samping itu, model prosedur, langkah-langkah, ataupun format-format yang ada pada setiap aktivitas bersifat opsional. Fasilitator dapat meramu, mengkombinasi, atau bahkan menggantinya dengan metode/format lain yang dirasa lebih cocok, sejauh tidak menyimpang dari tujuantujuan yang ingin dicapai pada unit KB yang bersangkuitan dan tetap menggunakan prinsip

active-learning.
Ketiga, struktur modul disusun dan dengan memperhatikan urutan logis penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional konselor. Unit Kegiatan Belajar 1, 2, 3, dan 4 dimaksudkan menjadi bahan pengganti pelatihan pada bagian Pendalaman Materi dalam PLPG, sementara Unit Kegiatan Belajar 5, 6, 7, dan 8 dimaksukan untuk menjadi bahan pelatihan pada bagian Model-Model Bimbingan Konseling. Masing-masing unit KB
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 1

Satu Untuk UNM


berdurasi waktu 5 x 50 menit (kecuali unit KB 5 dan 8 yang berdurasi 6 x 50 menit). Urutan penyajian unit KB dalam modul diharapkan dapat diikuti secara konsisten agar tidak mengacaukan pemahaman peserta terhadap keseluruhan isi modul. Begitu pula, pelaksanaan pelatihan pada setiap unit KB perlu memperhatikan alokasi waktu yang disediakan untuk unit tersebut agar tidak mengganggu pelaksanaan pelatihan pada unit-unit KB berikutnya. Deskripsi isi dan alokasi waktu setiap unit Kegiatan Belajar diuraikan pada Matrik berikut. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kode Unit KB 1 KB 2 KB 3 KB 4 KB 5 KB 6 KB 7 KB 8 Judul Kegiatan Belajar Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling Program Bimbingan dan Konseling Asesmen dan Perencanaan Bimbingan Konseling Organisasi, Fasilitas, dan Evaluasi Bimbingan Knbseling Konseling Behavioristik Konseling Rational Emotive Behavior Therapy Konseling Humanistik Keterampilan Dasar Konseling 5 5 5 5 6 5 5 6 Durasi Waktu x 50 menit x 50 menit x 50 menit x 50 menit x 50 menit x 50 menit x 50 menit x 50 menit

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM


PENGANTAR Pendahuluan Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan. Oleh sebab itu, di dalam naskah ini konteks dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor mendapatkan penegasan kembali dengan maksud untuk meluruskan konsep dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat. Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, tenaga pendidik di bidang bimbingan dan konseling disebut dengan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, perbedaan rentang usia peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan. Batas ragam kebutuhan antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lainnya tidak terbedakan sangat tajam. Dengan kata lain, batas perbedaan antar jenjang tersebut lebih merupakan suatu wilayah. Di pihak lain, perbedaan yang lebih signifikan tampak pada sisi pengaturan birokratik, seperti misalnya di Taman Kanak-kanak sebagian besar tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor ditangani langsung oleh guru kelas taman kanak-kanak. Sedangkan di jenjang Sekolah Dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor, namun cakupan pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya guru bimbingan dan konseling atau konselor di setiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang sekolah menengah (SMP/MTs, SMA/MA, SMK). Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan siswa didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor, dan tenaga pendidik dan kependidikan lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan guru mata pelajaran, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referral). Masalah-masalah perkembangan peserta didik
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 3

Satu Untuk UNM


yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah yang ditangani guru bimbingan dan konseling atau konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi. Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berarti di dalam pengembangan dan proses pembelajaran bermutu, fungsifungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru, dan sebaliknya, fungsifungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian guru bimbingan dan konseling atau konselor. Berdasarkan keunikan pelayanan bimbingan dan konseling oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor, maka sosok kompetensi utuh seorang Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Sosok utuh kompetensi guru bimbingan dan konseling atau konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas guru bimbingan dan konseling atau konselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional guru bimbingan dan konseling atau konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembentukan kompetensi akademik guru bimbingan dan konseling atau konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Rumusan Standar Kompetensi Lulusan telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Namun bila ditata ke dalam empat
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 4

Satu Untuk UNM


kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP RI 19/2005, maka rumusan kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana termaktub dalam Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Merujuk pada Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik professional, termasuk guru bimbingan dan konseling atau konselor dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas. Untuk itu guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagaimana yang dituntut oleh UU Guru dan Dosen. Pengakuan professional bagi guru dibuktikan melalui sertifikasi pendidik. Sertifikasi pendidik bagi guru prajabatan diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG), sedangkan bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio atau pemberian sertifikat secara langsung. Sertifikasi sebagai upaya peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling. Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan (a) melengkapi kekuarangan portofolio atau (b) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Kebijakan pemerintah untuk melakukan standarisasi penyelenggaraan dan pengujian Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan upaya peningkatan kualitas guru (termasuk di dalamnya guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor) perlu diapresiasi dan dipandang sebagai salah satu proses profesionalisasi guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Oleh karena itu, standar kompetensi lulusan PLPG guru BK atau Konselor mengacu pada Permendiknas Nomor 27 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi konselor. PLPG diselenggarakan sebagai salah satu upaya menambal (melengkapi) kompetensi-kompetensi guru Bimbingan dan Konseling yang dinilai masih perlu ditingkatkan. Peningkatan guru bimbingan dan konseling atau konselor melalui PLPG ditunjukkan oleh hasil uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji praktik, yang dilaksanakan pada akhir PLPG. Pada uji tulis, yang diuji kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional BK. Sedangkan kompetensi kepribadian dan sosial diuji melalui uji praktik dan atau penilaian sejawat. Oleh karena itu tidak semua kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sebagaimana diamanatkan dalam Permendiknas 27 tahun 2008 dilatihkan dalam PLPG yang berdurasi hanya 90 jam pelajaran.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 1 A. Judul : Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling

B. Indikator 1. Menjelaskan konteks tugas konselor di sekolah 2. Menjelaskan urgensi pelayanan bimbimbingan konseling di sekolah 3. Menilai ketercapaian tujuan-tujuan tiga bidang pelayanan bimbingan konseling di sekolah 4. Menjelaskan dengan contoh keterlaksanaan ketujuh fungsi bimbingan konseling di sekolah 5. Menyebutkan contoh pelaksanaan enam prinsip bimbingan dan konseling 6. Menyebutkan minimal tiga contoh pelaksanaan azas bimbingan konseling yang telah dilakukan di sekolah. 7. Membedakan fokus pelayanan konseling di SD, SMP, SMA, SMK, dan PT. C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk enam kelompok. Setiap kelompok menilai sejauhmana butir-butir yang diuraikan dalam bahan tersebut telah terlaksana dan apa saja hambatan dalam mengimplementasikannya di lapangan. Bagilah tugas membuat evaluasi ini dengan rincian sebagai berikut: Kelompok I II III IV V VI Bahan yang dievaluasi Konteks Tugas Konselor & Urgensi pelayanan BK Tujuan Bimbingan dan Konseling Fungsi Bimbingan dan Konseling Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Azas Bimbingan dan Konseling Pelayanan BK di Berbagai Jenjang Pendidikan

3. Wakil setiap pasangan kelompok secara bergantian menyajikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas 4. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM


dan memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi pada butir 3. 5. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya E. URAIAN MATERI 1. Konteks Tugas Konselor Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan formal telah dipetakan secara tepat dalam Kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan, yang diposisikan sejajar dengan pelayanan Manajemen Penidikan, dan pelayanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam Kurikulum, sebagaimana tampak pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal Akan tetapi, dalam Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan Bimbingan dan Konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi (a) kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) Materi Pengembangan Diri, yang harus disampaikan oleh Konselor kepada peserta didik, sebagaimana dapat dilukiskan seperti Gambar 1.2

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Gambar 1.2 Kerancuan Wilayah Pelayanan Konselor dengan Wilayah Pelayanan Guru dalam KTSP Haruslah dihindari dampak yang membawa Konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan, ke dalam wilayah pelayanan Guru yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan. Dengan kata lain, sesungguhnya penanganan pengembangan diri lebih banyak terkait dengan wilayah pelayanan guru, khususnya melalui pengacaraan berbagai dampak pengiring (nurturant effects) yang relevan, yang dapat dan oleh karena itu perlu, dirajutkan ke dalam pembelajaran yang mendidik yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan. Meskipun demikian, Konselor memang juga diharapkan untuk berperan serta dalam bingkai pelayanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu-membahu dengan Guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler. Persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru dengan wilayah pelayanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor dapat digambarkan seperti tampak pada Gambar 1.3, di mana Materi Pengembangan Diri berada dan merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor.

Gambar 1.3 Keunikan Komplementaritas Wilayah Pelayanan Guru dan Konselor


Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 8

Satu Untuk UNM


2. Urgensi Bimbingan dan Konseling Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundangundangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Peserta didik sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obatobat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup peserta didik (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika,

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM


dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex). Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan, adalah mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan peserta didik beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and

Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pepepelayanani bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada
upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah peserta didik. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

10

Satu Untuk UNM


Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi peserta didik sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual). 3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar peserta didik dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik atau peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir. a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta didik adalah sebagai berikut. 1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 11

Satu Untuk UNM


keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 2) 3) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. 4) 5) 6) 7) 8) 9) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia. 10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.. 11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut. 1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya. 2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. 3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. 4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. 5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 12

Satu Untuk UNM


seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut. 1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan. 2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir. 3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama. 4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi citra-cita karirnya masa depan. 5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. 6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang peserta didik bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut. 8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut. 9) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. 4. Fungsi Bimbingan dan Konseling a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (peserta didik) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 13

Satu Untuk UNM


lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan

pemahaman ini, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para peserta didik dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex). c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai

teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan


program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

14

Satu Untuk UNM


f.

Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala


Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik (peserta didik). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta didik, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan peserta didik.

g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut. a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan peserta didik dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok. c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 15

Satu Untuk UNM


membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork. e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan

dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)

Kehidupan.

Pemberian

pelayanan

bimbingan

tidak

hanya

berlangsung

di

Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembagalembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. 6. Asas Bimbingan dan Konseling Keterlaksanaan dan keberhasilan pepelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut. a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin. b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

16

Satu Untuk UNM


pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut. c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya. e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi peserta didik-peserta didik yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik. f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 17

Satu Untuk UNM


Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pepelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. i. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut. j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidahkaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. 7. Pelayanan Bimbingan Konseling di Berbagai Jenjang Pendidikan Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, namun perbedaan rentang usia peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan layanan Bimbingan dan Konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan, namun batas ragam kebutuhan antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lain tidak terbedakan sangat tajam yang tergambar sebagai gair. Dengan kata lain, batas perbedaan antar jenjang tersebut lebih merupakan suatu wilayah. Di pihak lain, perbedaan yang lebih
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

18

Satu Untuk UNM


signifikan, juga nampak pada pada sisi pengaturan birokratik, seperti misalnya di Taman Kanak-kanak sebahagian besar tugas Konselor ditangani langsung oleh Guru Kelas Taman Kanak-kanak. Sedangkan di jenjang Sekolah Dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh Konselor, namun cakupan pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya posisi struktural Konselor di tiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang Sekolah Menengah. Berikut ini, digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja Konselor di tiap jenjang pendidikan. a. Jenjang Taman Kanak-kanak. Di jenjang Taman Kanak-kanak di tanah air tidak ditemukan posisi struktural bagi Konselor. Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat preventif dan developmental. Secara programatik, komponen kurikulum bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-kanak membutuhkan alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada jenjang TK komponen

individual student planning (yang terdiri dari: pelayanan appraisal, advicement,


transition planning) dan responsive services (yang berupa pelayanan konseling dan konsultasi) memerlukan alokasi waktu yang lebih kecil. Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam komponen responsive services, dilaksanakan terutama untuk memberikan pelayanan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-perilaku disruptive siswa Taman Kanak-kanak. b. Jenjang Sekolah Dasar. Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar pun juga tidak ditemukan posisi struktural untuk Konselor. Namun demikian, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia Sekolah Dasar, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada, meskipun tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja Konselor di jenjang Sekolah Menengah dan jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang Sekolah Dasar, bukan dengan memosisikan dari sebagai fasilitator pengembangan diri peserta didik yang tidak jelas posisinya, melainkan mungkin dengan memosisikan diri sebagai Konselor Kunjung yang membantu guru Sekolah Dasar mengatasi perilaku mengganggu (disruptive behavior), antara lain dengan pendekatan Direct Behavioral Consultation. c. Jenjang Sekolah Menengah. Secara hukum, posisi konselor di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya Kurikulum Bimbingan dan Konseling. Dalam sistem
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 19

Satu Untuk UNM


pendidikan di Indonesia konselor di sekolah menengah mendapat tempat yang cukup leluasa. Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support

services, adalah men-support perkembangan aspek-aspek pribadi-sosial, karier, dan


akademik siswa, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling, pembantuan kepada siswa dalam individual student planning, pemberian layanan responsive, serta pengembangan system support. Pada jenjang ini, konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yang meliputi fungsi preventif, developmental, maupun fungsi kuratif. d. Jenjang Perguruan Tinggi. Meskipun secara struktural posisi konselor perguruan tinggi belum tercantum dalam sistem pendidikan di tanah air, namun bimbingan dan konseling dalam rangka mensupport perkembangan personal, sosial, akademik, dan karier mahasiswa dibutuhkan. Sama dengan konselor pada jenjang pendidikan TK, SD, dan SM; konselor perguruan tinggi juga harus mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum bimbingan dan konseling, individual student planning, dan responsive

services, serta system support. Namun, alokasi waktu yang digunakan konselor
perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian bantuan dalam individual student

career planning dan penyelenggaraan responsive services.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

20

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 2 A. Judul B. Indikator 1. Menguraikan peran bimbingan konseling dalam program pengembangan diri siswa di sekolah 2. Membandingkan komponen program pada pola 17, pola 17 plus, dan pola komprehensif 3. Menjelaskan bagan kerangka utuh layanan bimbingan konseling komprehensif 4. Menjelaskan perbedaan strategi pelayanan dasar dan pelayanan responsif bimbingan konseling di sekolah 5. Menguraikan langkah umum pelaksanaan layanan perencanaan individual dalam bimbingan konseling 6. Menjelaskan dengan contoh kegiatan pokok dalam komponen program dukungan sistem dalam pelayanan BK di sekolah C. Waktu : 5 x 50 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Lakukan curah pendapat dengan peserta bagaimana pendapat mereka mengenai program bimbingan konseling dan pengembangan diri siswa di sekolah. 3. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang) melakukan curah pendapat dan menyepakati butir-butir tentang: Peran konselor dalam program pengembangan diri siswa Perbedaan pokok dalam Pola 17, Pola 17 plus, dan Pola Komprehensif Tantangan dalam melaksanakan empat komponen utama dalam program BK pada Pola Komprehensif Usaha mengatasi hambatan pelaksanaan program BK di sekolah 5. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan; 6. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas; 4. Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok : Program Bimbingan dan Konseling

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

21

Satu Untuk UNM


7. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami 8. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi pada butir 4. 9. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya. D. URAIAN MATERI 1. Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling Seperti ditegaskan di muka bahwa Pengembangan Diri sebagaimana dimaksud dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. Penjelasan tentang Pengembangan Diri yang tertulis dalam Struktur Kurikulum dijelaskan bahwa: Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pepelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Dari penjelasan yang disebutkan itu ada beberapa hal yang perlu memperoleh penegasan dan reposisi terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal, sehingga dapat menghindari kerancuan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.

a. Pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran, mengandung arti bahwa bentuk,
rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai sebuah adegan mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. Namun, manakala masuk ke dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat tak dapat dihindari akan terkait dengan substansi bidang studi dan/atau bahan ajar yang relevan dengan bakat dan minat peserta didik dan disitu adegan pembelajaran akan terjadi. tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Ini

berarti bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan

22

Satu Untuk UNM


b. Pelayanan pengembangan diri dalam bentuk ekstra kurikuler mengandung arti bahwa
di dalamnya akan terjadi diversifikasi program berbasis minat dan bakat yang memerlukan pelayanan pembina khusus sesuai dengan keahliannya. Inipun berarti bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.

c. Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan substitusi atau
pengganti pelayanan bimbingan dan konseling, melainkan di dalamnya mengandung sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif, perencanaan individual) bimbingan dan konseling yang harus diperankan oleh konselor. Telaahan di atas menegaskan bahwa bimbingan dan konseling tetap sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan pengembangan diri yang terkandung dalam KTSP merupakan bagian dari kurikulum. Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebgian dari aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Jika dilakukan telaahan anatomis terhadap posisi bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal tampak pada Gambar 2.1
Pimpinan Satuan Pendidikan

dapat terlukiskan seperti

Manajemen

Guru, Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik

Muatan Lokal Mata Pelajaran/ Bidang Studi KURIKULUM (KTSP)


Perkembangan Optimum Peserta Didik

Wilayah Komplementer
Konselor, Menyelenggarakan Bimbingan dan Konseling Yang Memandirikan

Pengembangan Diri Bimbingan. dan Konseling

Gambar 2.1 Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP) dalam Jalur Pendidikan Formal Dapat ditegaskan di sini bahwa KTSP adalah salah satu subsistem pendidikan formal yang harus bersinergi dengan komponen/subsitem lain yaitu manajemen dan bimbingan dan konseling dalam upaya memfasilitasi peserta didik mencapai perkembangan optimum yang diwujudkan dalam ukuran pencapaian standar kompetensi. Dengan demikian pengembangan diri tidak menggantikan fungsi bimbingan dan konseling melainkan sebagai wilayah

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

23

Satu Untuk UNM


komplementer dimana guru dan konselor memberikan kontribusi dalam pengembangan diri peserta didik. 2. Komponen Program BK Program bimbingan konseling di sekolah mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan profesionalisasi dan upaya aktualisasi profesi bimbingan konseling di Indonesia. Pada sekitar akhirt tahun 1990an dikenalkan apa yang disebut dengan POLA 17. Di sebutkan demikian, karena komponen program digambarkan dalam suatu skema yang terdiri atas 17 kotak. Ini terdiri atas empat bidang layanan (pribadi, sosial, belajar, dan karir), tujuah jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok), serta lima layanan pendukung (Instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan pelimpahan kasus). Program bimbingan konseling Pola 17 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Program Bimbingan Konseling Pola 17 Selanjutnya, dikembangkan Program bimbingan konseling Pola 17 Plus, di mana program bimbingan konseling disempurnakan dengan menambahkan bidang bimbingan keberagamaan dan bimbingan keluarga, serta tamnbahan layanan mediasi dan layanan konsultasi. Terakhir dikembangkan lagi pola program bimbingan konseling yang lebih utuh, yang dikenal dengan Pola Kompreghensif Program bimbingan dan konseling. Dalam pola ini, program bimbingan konseling terdiri atas empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3) perencanaan indiviual, dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 24

Satu Untuk UNM

Gambar 2.3 Komponen Program Bimbingan dan Konseling Di samping empat komponen program tersebut, dalam Pola Komprehensif ini dikemukakan 16 strategi layanan bimbingan konseling (orientasi, informasi, bimbingan kelompok, konseling individual, konseling kelompok, referal, konseling sebaya, konsultasi, penempatan & penyeluran, kunjungan rumah, konferensi kasus, kolaborasi, akses TIK, sistem najemen, akuntabilitas, dan pengembangan profesi). Secara utuh keseluruhan proses kerja bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal dapat digambarkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling Pola Komprehensif
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

25

Satu Untuk UNM


Gambar 2.4 menunjukkan bahwa seluruh pelayanan bimbingan dan konseling yang selama ini dilaksanakan di Sekolah/Madrasah bisa dipayungi oleh dan terakomodasi ke dalam kerangka kerja tersebut. Berdaarkan kerangka kerja utuh dimaksud pelayanan bimbingan dan konseling harus dikelola dengan baik sehingga berjalan secara efektif dan produktif. Fungsi manajemen yang penting dijalankan dalam pelayanan bimbingan dan konseling meliputi: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis dan tindak lanjut. 3. Uraian Program Bimbingan Konseling a. Pelayanan Dasar Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman tersetruktur yang disebutkan. Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu peserta didik agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu peserta didik agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu peserta didik dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self-

esteem, (2) motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan, (4)


Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 26

Satu Untuk UNM


keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab. Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SLTP/SLTA) mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2) pemantapan pilihan program studi, (3) keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja, (6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas. Pelayanan Dasar dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, sebagai berikut: 1) Bimbingan Kelas Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). 2) Pelayanan Orientasi Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah, untuk mempernudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di Sekolah/Madrasah biasanya mencakup organisasi Sekolah/Madrasah, staf dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana prasarana, dan tata tertib Sekolah/Madrasah. 3) Pelayanan Informasi Yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik. melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). 4) Bimbingan Kelompok Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompokkelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

27

Satu Untuk UNM


5) Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi Instrumentasi) merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes. b. Pelayanan Responsif Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling indiviaual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif. Tujuan pelayanan responsif adalah membantu peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu peserta didik yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan. Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan peserta didik. Masalah dan kebutuhan peserta didik berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas. Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri peserta didik, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah peserta didik pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya. Gejala perilaku bermasalah yang mungkin dialami peserta didik diantaranya: (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendah diri, (3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara matang), (4) membolos dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9)

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

28

Satu Untuk UNM


malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah dalam keluarga. Pelayanan responsif dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut: 1) Konseling Individual dan Kelompok Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan peserta dalam didik mencapai (konseli) tugas-tugas untuk perkembangannya. Melalui konseling, dibantu

mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. 2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan) Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis. 3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya: (1) menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar peserta didik; (2) memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam; (3) menandai peserta didik yang diduga bermasalah; (4) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (5) mereferal (mengalihtangankan) peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (6) memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati peserta didik; (7) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (8) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan figur central bagi peserta didik); dan (9) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 29

Satu Untuk UNM


4) Kolaborasi dengan Orang tua Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (1) kepala Sekolah/ Madrasah atau komite Sekolah/Madrasah mengundang para orang tua untuk datang ke Sekolah/Madrasah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) Sekolah/Madrasah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah peserta didik, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke Sekolah/Madrasah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya. 5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar Sekolah/Madrasah Yaitu berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dan dokter, (5) MGP (Musyawarah Guru Pembimbing), dan (6) pekerjaan). 6) Konsultasi Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan Sekolah/Madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan Sekolah/ Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. 7) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation) Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 30

Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan

Satu Untuk UNM


didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu mendapat pelayanan bantuan bimbingan atau konseling. 8) Konferensi Kasus Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup. 9) Kunjungan Rumah Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya menggentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya. c. Perencanaan Individual Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi implementasi pelayanan ini. Perencanaan individual bertujuan untuk membantu peserta didik agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya. Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layana
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 31

diperlukan di dalam

Satu Untuk UNM


perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan peserta didik untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh peserta didik, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing peserta didik. Melalui pelayanan perencanaan individual, peserta didik diharapkan dapat: 1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya. 2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya. 3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya. 4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya. Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajar-an tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat; (2) karir meliputi pribadi meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosialketerampilan sosial yang efektif. Konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. Pelayanan perencanaan individual ini dapat dilakukan juga melalui pelayanan penempatan (penjurusan, dan penyaluran), untuk membentu peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Konseli menggunakan informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 32

Satu Untuk UNM


d. Dukungan Sistem Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada peserta didik secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik. Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memper-lancar penyelenggaraan pelayanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking), (b) kegiatan manajemen, (c) riset dan pengembangan. 1) Pengembangan Jejaring (networking) Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi (1) konsultasi dengan guru-guru, (2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, (3) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah, (4) bekerjasama dengan personel Sekolah/Madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, (5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan (6) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling. 2) Kegiatan Manajemen Kegiatan kegiatan-kegiatan manajemen (1) merupakan berbagai upaya (2) untuk memantapkan, staf, (3) memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui pengembangan program, pengembangan pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan. a) Pengembangan Professionalitas. Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana). b) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/Madrasah (pemerintah,
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 33

Satu Untuk UNM


dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua peserta didik, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan). Depnaker (dalam rangka

c) Manajemen Program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara, terarah. dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

34

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 3 A. Judul B. Indikator 1. Menguraikan pokok-pokok langkah kegiatan dalam perencanaan program bimbingan konseling 2. Menguraikan tanggung jawab persenil sekolah dalam pelaksanaan program BK di sekolah 3. Merancang denah ruang BK yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing 4. Menyusun alokasi anggaran untuk pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah C. Waktu : 5 x 50 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Fasilitator menjelaskan secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok menyusun rancangan program dan pengembangan layanan BK di sekolah, mencakup: Analisis dan deskripsi kebutuhan Rumusan tujuan Komponen program Rencana operasional Organisasi pelaksana dan tanggung jawab Anggaran : Asesmen dan Perencanaan Program BK

3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan; 4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas; 5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami 6. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

35

Satu Untuk UNM


E. Uraian Materi 1. Asesmen Kebutuhan Bimbingan Konseling Menurut Kubinski (1999), asesmen kebutuhan (need assessment) di sekolah adalah proses sistematik untuk memperoleh gambaran akurat dan menyeluruh mengenai kekuatan dan kelemahan suatu komunitas sekola yang dapat digunakan untuk merespon kebutuhan akademik semua siswa guna meningkatkan prestasi siswa dan memenuhi standar akademik yang dihadapi. Asesmen kebutuhan melibatkan proses mengumpulkan dan menguji informasi tentang isu-isu persekolahan dan selanjutnya menggunakan data itu untuk menentukan prioritas tujuan, menyusun suatu rencana, dan mengalokasikan anggaran dan sumber yang diperlukan. Dalam pengumpulan data perlu melibatkan siswa, orangtua, guru, staf administrasi, dan anggota masyarakat lainnya. Kegiatan asesmen ini meliputi (1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orangtua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, olahraga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Asesmen mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Konselor di sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membantu siswa atau konseli agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Membantu perkembangan para siswa atau konseli berarti melakukan sesuatu untuk siswa tersebut. Agar konselor dapat melakukan sesuatu untuk siswa maka seorang konselor perlu mengetahui keadaan siswa yang dibimbing. Untuk itu sangat diperlukan berbagai informasi/data-data yang akurat dan relevan. Dalam hal ini pengukuran dan penilaian psikologis merupakan sarana dan wahana terbaik untuk mendapatkan informasi/data-data yang akurat dan relavan mengenai keadaan siswa atau konseli. a. Fungsi Asesmen Kebutuhan Hasil-hasil yang diperoleh dalam asesmen berfungsi sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Berdasarkan atas keputusan yang diambil dalam asesmen psikologis mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Fungsi seleksi yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau suatu jenis jabatan tertentu. Berdasarkan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 36

Satu Untuk UNM


hasil-hasil asesmen psikologis yang telah dilakukan pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar yang diterima dan menolak calon-calon yang lainnya. b. Fungsi klasifikasi yaitu mengelompokan individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai maslah yang sejenis sehingga dapat diberikan bantuan yang sesuai masalahnya. Atau pengelompokkan siswa ke dalam program khusus. c. Fungsi deskripsi yaitu menyuguhkan hasil asesmen psikologis yang telah dilakukan tanpa klasifikasi tertentu. Misalnya melaporkan profile minat dan bakat seseorang yang telah dites dengan tes minat dan bakat. d. Mengevaluasi suatu treatment yaitu untuk mengetahui apakah suatu tindakan tertentu yang dilakukan terhadap seseorang atau kelompok individu telah mencapai hasil atau belum, atau beberapa hasil yang ditimbulkan oleh suatu tindakan tertentu terhadap seorang atau kelompok orang. Misalnya, seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan remedial. Setelah pemberian remedial tersebut lalu diadakan tes untuk mengetahui apakah remedial yang diberikan sudah berhasil atau belum. b. Tujuan Asesmen Kebutuhan Tujuan asesmen psikologis khususnya dlam layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikemukakan sebagai beriktu: a. Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri, yaitu agar siswa mengerti apa kelebihan dan apa kekurangannya. Berdasarkan pemahaman diri tersebut siswa diharapkan dapat merencanakan masa depannya secara realistis. b. Membantu orangtua mengenal anaknya. Sama hal dengan yang disebutkan diatas, yaitu agar orang tua memahami segala kelebihan dan kelemahan putra putrinya. Dan dengan pemahaman tersebut pula orang tua diharapkan dapat membuat perencanaan yang realistis sehubungan dengan masa depan putra-putrinya. c. Membantu kepala sekolah dalam menetapkan suatu kebijakan. Kepala sekolah perlu mendapatkan pandangan umum tentang keadaan siswa pada masing-masing kelas. Kelas mana yang berprestasi baik, kelas mana yang menunjukkan kinerja akademik rendah, dan sebagainya. Gambaran tentang masing-masing kelas kita disebut peta kelas. Berdasarkan peta kelas tersebut kepala sekolah akan dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat yang berhubungan dengan pengembangan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

37

Satu Untuk UNM


d. Untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, seperti bahan-bahan diagnostik (baik diagnostik kesulitan belajar maupun diagnostik kesulitan pribadi lainnya) bahan informasi dalam layanan penempatan (pemilihan program khusus, pemilihan kelanjutan studi, pemilihan lapangna kerja dan penempatan lainnya). e. Membantu guru dalam merencanakan dan mengelola program pembelajaran agar lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Guru akan dapat melaksanakan tugas dengan baik apabila ia mengenal siswa-siswanya dengan baik pula. Guru perlu mengetahui mana siswa yang mempunya kemampuan yang tinggi, mana yang memiliki kemampuan yang rendah atau lemah, mana siswa yang selalu antusias dalam mengikuti pelajaran, mana siswa yang loyo, mana siswa yang suka mengganggu teman-temannya dan sebagainya. Berdasarkan peta siswa tersebut guru dapat merencanakan dan mengelola proses pembelajaran dengan tepat. c. Langkah-langkah dalam Asesmen Kebutuhan Pelaksanaan asesmen kebutuhan dilakukan dalam tujuah langkah utama, yaitu: 1) Mengklarifikasi maksud asesmen kebutuhan. Ada beberapa pertanyaan yang perlu diklarifikasi sebelum melakukan asesmen kebutuhan, antara lain: Apa yang anda telah ketahui? Apa yang anda pikirkan tentang yang diketahui itu? Apa yang anda ingin ketahui lagi? Mengapa anda perlu melakukan asesmen kebutuhan? Apa yang anda ingin ukur? Apa yang anda ingin lakukan dengan informasi yang anda kumpulkan? Bagaimana anda akan melaporkan informasi itu? Apakah informasi itu dimengerti dan mudah dipahami? Apakah semua kelompok peminat terlibat dala asesmen kebutuhan? Siapa yang bertanggung jawab pada setiap tahap kegiatan? Jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut akan membantu dalam memutuskan apa yang perlu dilakukan, bagaimana itu dilakukan, dan siapa saja yang perlu terlibat dalam asesmen kebutuhan. 2) Mengidentifikasi populasi Siapa yang akan menjadi sasaran asesmen kebutuhan: siswa, guru, pimpinan, staf administrasi, staf sekolah lainnya, orangtua, warga masyarakat, tenaga bantu, penyedia layanan, atau lainnya? 3) Menentukan bagaimana anda akan melakukan asesmen kebutuhan.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 38

perencanaan dan pelaksanaan

Satu Untuk UNM


Kembangkan desain dan mekanisme yang akan ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dan analisis data. Termasuk menentukan skedul kegiatan serta organisasi pelasana yang terlibat beserta tanggung jawab masing-masing. Diskusikan desain dan prosedur ini dengan semua pihak yang akan terlibat langsung dalam kegiatan lapangan. 4) Menyusun instrumen survey atau mengadopsi instrumen yang telah tersedia. Beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab, antara lain: apakah instrumen yang diperlukan tersedia? Apakah instrumen itu mudah digunakan? Apakah format instrumennya mudah diorganisasi dan dianalisis? Jika tersedia, bagaimana instrumen itu diadakan, disusun sendiri atau mengadopsi dari yang sudah ada? Lembaga apa saja yang dapat diajak bekerjasama dalam mengukuran psikologis siswa di sekolah? Dalam pelaksanaan asesmen kebutuhan, konselor dapat menggunakan instrumen berbentuk tes ataupun non-tes. Instrumen tes dapat berbentuk tes intelegensi, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, ataupun tes hasil belajar. Untuk penggunaan teknik tes, khususnya tes psikologi, sekolah/konselor dapat bekerja sama dengan lembaga penyedia layanan pengukuran psikologis yang berwenang untuk melaksanakannya. Yang tergolong jenis instrumen non-tes adalah: observasi, interview (langsung dan tak langsung), angket (langsung dan tak langusng), sosiometri, daftar cek masalah (problem check-list), pengumpulan bahan/portofolio siswa (bahan permainan dan hasil karya), bogragfis (biografi, otobiografi, buku harian, kenang-kenangan masa muda dan case history), dan sebagainya. Konselor diharapkan mampu menyusun sendiri bentuk-bentuk instrumen non-tes sesuai kebutuhan sekolah. 5) Mengumpulkan data Pengumpulan data diarahkan, antara lain untuk mendapatkan infomasi tentang: kebutuhan sekarang dan masa depan dari sekolah siswa, guru, orangtua, guru, dan warga masyarakat sebarapa baik proses yang ada sekarang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sasaran-sasaran tersebut pola perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat akar terjadinya problem yang dihadapi siswa/sekolah bentuk program dan keahlian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan Guna memudahkan proses analisis data, proses pengumpulan data perlu memperhatikan kegiatan berikut: Kembangkan sistem pengelolaan dalam mengumpulkan dan mengorganisasi data
39

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM


Tentukan data dasar (baseline data) Pikirkan bagaimana anda menindaklanjuti mereka yang tidak merespon dan menjawab/mengisi alat pengumpulan data yang diberikan. Organisasi data dengan membuat kategori-kategoti kunci guna memudahkan untuk menemukan makna dan kesimpulan. Gunakan lembar/format ringkasan data untuk membantu menentukan pola-pola informasi dan untuk mempermudah analisis data

6) Menganalisis data Analisis data diarahkan terutama untuk menjawab menjawab pertanyaan yang diajukan dan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bagi pelaksanaan analisis kebutuhan yang dilakukan. Secara umum, analisis data diarahkan untuk memetakan kedaan (kelemahan dan kekuatan) dalam rangka meningkatkan kualitas program dan layanan, menyediuakan balikan mengenai kinerja dan capaian siswa, serta memperoleh pemahaman mengenai bagaimana kualitas kinerja yang telah dicapai dan seberapa jauh kita telah mencapainya 7) Memanfaatkan hasil Pelajari kembali tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang telah dirumuskan gunakan setidaknya 3 sumber data untuk menjelaskan (menjustifikasi) pencapaian setiap tujuan atau area target. Berdasarkan hasil analisis data, kembangkan suatu draf rencana tentang apa yang harus dilakukan. Identifikasi dan alokasikan sumber-sumber yang diperlukan bagi pelaksanaan kebutuhan. 2. Perencanaan Program Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (hasil need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Struktur program pelayanan bimbingan konseling mencakup: (1) empat bidang layanan, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, (4) sasaran pelayanan, dan (5) volume/beban tugas konselor. Program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso 1 tahun dan mikro sebagai kegiatan opersional dan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus. Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program, rencana. Terakhir, buat kesimpulan mengenai temuan analisis

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

40

Satu Untuk UNM


struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah. b. Rasionel Rumuskan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program Sekolah/Madrasah. Ke dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan sosial budaya terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk para peserta didik), dan hal-hal lain yang dianggap relevan. c. Visi dan Misi Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke dalam fokus isi: Membangun iklim Sekolah/Madrasah bagi kesuksesan seluruh peserta didik. Misi: Memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi di bidang akademik, pribadi-sosial, karir berlandasakan pada tata kehidupan etis normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa d. Deskripsi Kebutuhan Rumuskan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) peserta didik dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta didik. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan, yakni Standar Kompetensi Kemandirian yang disepakati bersama. e. Tujuan Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling. Tujuan hendaknya dirumuskan ke dalam tataran tujuan: 1) Penyadaran, untuk membangun pengetahuan dan pemahamsan peserta didik terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai 2) Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan perilaku

atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya, dan


3) Tindakan, yaitu mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari. f. Komponen Program. Komponen program meliputi: (a) Komponen Pelayanan Dasar, (b) Komponen Pelayanan Responsif, (c) Komponen Perencanaan Individual, dan d) Komponen dukungan sistem (manajemen)

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

41

Satu Untuk UNM


g. Rencana Operasional (Action Plan) Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Rencana kegiatan adalah uraian detil dari program yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di Sekolah/Madrasah maupun luar Sekolah/Madrasah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tugas perkembangan atau kompetensi tertentu. Atas dasar komponen program di atas lakukan: 1) Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik 2) Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar perkiraan atau pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk konselor dalam pelaksanaan komponen pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah. Tabel 3.1 Perkiraan Alokasi Waktu Pelayanan KOMPONEN PELAYANAN 1. Pelayanan Dasar 2. Pelayanan Responsif 3. Pelayanan Perencanaan Individual dan keluarga 4. Dukungan Sistem JENJANG PENDIDIKAN SD/MI 45 55 % 20 30 % 5 10 % 10 15 % SMP/MTs 35 45 % 25 35 % 15 25 % 10 15 % SMA/MAN/SMK 25 35 % 15 25 % 25 35 % (Porsi untuk SMK lebih besar 10 15 %

3) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi renana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik; Program Tahunan dan Program semester. 4) Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

42

Satu Untuk UNM


5) Program bimbingan perlu dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 2 (dua) jam pelajaran per-kelas per-minggu. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti e-mail, buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home

visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).


h. Pengembangan Tema/Topik (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri) Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program. i. j. Pengembangan Satuan Pelayanan (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri) Ini dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik. Evaluasi Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin dicapai. Sejauh mungkin perlu dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus kepada keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan dan konseling. k. Anggaran Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara cermat, rasional, dan realistik. Secara operasional, program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masingmasing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah. Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu: 1. Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah. 2. Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan. 3. Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 43

Satu Untuk UNM


4. Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan. 5. Program

Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang

dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan
jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling. 3. Peyusunan Silabus Bimbingan Konseling Guna manjamin pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan secara sistematis, terencana, dan terarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, perlu disusun silabus bimbingan konseling. Silabus menjadi pemandu bagi konselor dalam melaksanakan semua layanan dasardalam program bimbingan konseling. Dalam pelaksanaan program bimbingan konseling berbasis perkembangan, penyusunan silabus mengacu pada butir-butir tugas perkembangan individu menurut kelompok usia peserta didik yang dilayani. Aspek dan rumusan tugas perkembangan dapat mengacu pada salah satu sumber yang tersedia, yang biasanya diuraikan dalam buku psikologi perkembangan. Dalam Panduan Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan Sederajat yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2004), dikemukakan sembilan asepek tugas perkembangan yang menjadi acuan dalam merumuskan tujuan kompetensi pelayanan bimbingan konseling. Tugas perkembangan tersebut, meliputi: 1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita 3) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat 4) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, kehidupan masyarakat yang lebih luas 5) Mencapai kematangan dalam pilihan karir 6) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi 7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 8) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni 9) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

dan kesenian sesuai dengan program berperan dalam

kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi, serta

44

Satu Untuk UNM


Gunan membantu peserta didik mampu merealisasi dengan optimal tugas-tugas perkembangan tersebut, maka konselor perlu menjabarkan setiap aspek tugas perkembangan tersebut ke dalam suatu silabus. Salah satu format silabus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Silabus Pelayanan BK Berbasis Kompetensi Nama Sekolah : SMA X Sub Tugas Perkembangan: Materi Bidang Rumusan Kegiatan Kegiatan Pengembangan Kelas Penilaian Bimbingan Kompetensi Layanan Pendukung Kompetensi Ket.

Contoh silabus untuk tugas perkembangan 1: Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Bidang Bimbingan Rumusan Kompetensi Materi Pengembanga n Kompetensi Kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kelas Kegiatan Layanan Kegiatan Penila Pendukung ian Ket.

1. Memiliki

Bimbingan Pribadi

Bimbingan Sosial

kemantapan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama yang dianut 2. Memiliki kemantapan dalam melaksanakan kaidah-kaidah ajaran agama yang dianut 1. Memiliki kemantapan keyakinan tentang aspekaspek sosial kehidupan beragama 2. Melaksanakan secara mantap aspek-aspek sosial kehidupan beragama

Cara dan penerapan kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendalaman aspek-aspek sosial dalam kehidupan beragama.

ORIN 1, 2, 3 INP PBLJ

APIN HPDT

Laijape n Laijapa ng

Bekerja sama dengan Guru Agama

Praktik bagi terwujudnya aspek-aspek sosial dalam kehidupan beragama.

ORIN 1, 2, 3 INP PBLJ

APIN HPDT

Laijape n Laijapa ng

Bekerja sama dengan Guru Agama

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

45

Satu Untuk UNM

Bidang Bimbingan

Rumusan Kompetensi

1. Memiliki

2.

Bimbingan Belajar

3.

1.

Bimbingan Karir

2.

kemantapan keyakinan bahwa belajar merupakan perintah Tuhan Yang Maha Esa Memiliki kemantapan keyakinan bahwa kegiatan belajar yang sebaik-baiknya akan meningkatkan mutu kehidupan beragama Mampu mewujudkan secara efektif, efisien dan produktif tentang kegiatan belajar sesuai dengan ajaran agama Memiliki kemantapan keyakinan bahwa bekerja dan pengembangan karir merupakan perintah Tuhan Yang Maha Esa Memiliki kemantapan keyakinan bahwa bekerja dan pengembangan karir dapat meningkatkan kehidupan beragama

Materi Pengembanga n Kompetensi Pendalaman aspek-aspek belajar dalam kehidupan beragama

Kelas

Kegiat-an La-yanan

Kegiatan Penila Pendukung ian

Ket.

Contoh-contoh bahwa belajar keras akan meningkatkan mutu kehidupan beragama ORIN 1, 2, 3 INP PBLJ APIN HPDT

Laijape n Laijapa ng

Bekerja sama dengan Guru Agama

Praktik terwujudnya aspek-aspek belajar dalam kehidupan beragama.

Pendalaman aspek-aspek bekerja dan pengembangan karir dalam kehidupan beragama. Laijape n Laijapa ng Bekerja sama dengan Guru Agama

Contoh-contoh bahwa bekerja dan pengembangan karir akan dapat meningkatkan kehidupan kehidupan beragama.

ORIN 1, 2, 3 INP PBLJ

APIN HPDT

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

46

Satu Untuk UNM

3. Mampu

mewujudkan secara efektif, efisien dan produktif tentang pengembanga n persiapan karir sesuai dengan ajaran agama

Praktik bagi terwujudnya pengembangan persiapan karir sesuai dengan ajaran agama

4. Implementasi Kegiatan Bimbingan Konseling Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk renacan kegiatan bimbingan (Satlan dan Satkung) dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah. Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk: a. Kegiatan tatap muka, yaitu kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan dengan berinteraksi langsung dengan peserta didik, baik secara individual, kelompok, maupun klasikal. Ini dapat dilakuan dalam bentuk layanan konseling, pemberian informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di ruang bimbingan konseling ataupun di dalam kelas. Untuk kegiatan tatap muka secara klasikal, volume kegiatan membutuhkan alokasi waktu 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. b. Kegiatan non-tatap muka, adalah kegiatan bimbingan konseling yang tidak berhadapan langsung dengan peserta didik. Bentuk kegiatan yang termasuk dalam kategori ini, antara lain: layanan konsultasi (dengan guru atau orangtua), kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah. Ini dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 47

Satu Untuk UNM


Konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

48

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 4 A. Judul : Organisasi, Fasilitas, dan Evaluasi Bimbingan Konseling B. Indikator 1. Menjelaskan peran dan fungsi setiap persenol sekolah dalam pelayanan bimbingan konseling 2. Menguraikan kebutuhan fasilitas bagi kelancaran pelayanan bimbingan konseling 3. Menjelaskan pentingnya penilaian dan evaluasi dalam bimbingan konseling 4. Menyebutkan dengan contoh aspek-aspek yang dievaluasi dalam bimbingan konseling 5. Menyusun rancangan program evaluasi bimbingan konseling di sekolah C. Waktu : 4 x 60 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Fasilitator menjelaskan secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok melakukan evaluasi/penilaian terhadap program bimbingan konseling di sekolah, khususnya pada aspek-aspek berikut: pelaksanaan peran dan tanggung jawab persenil sekolah dalam pelayanan bimbingan konseling ketersediaan fasilitas dalam pelayanan bimbingan konseling ketersediaan anggaran dalam pelayanan bimbingan konseling. keterlaksanaan layanan bimbingan konseling

3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan; 4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas; 5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami 6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

49

Satu Untuk UNM


E. URAIAN MATERI a. Organisasi Personel Bimbingan dan Konseling Personil pelaksana pepelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organigram pepelayanan bimbingan dan konseling, dengan Koordinator dan Guru Pembimbing sebagai sebagai berikut. a. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan bimbingan di dan Sekolah/Madrasah konseling. Tugas secara kepala menyeluruh, khususnya pepelayanan pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personil tersebut, khusus dalam kaitannya dengan pepelayanan bimbingan dan konseling, adalah

Sekolah/Madrasah dan wakil kepala Sekolah/Madrasah adalah: 1) Mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di Sekolah, sehingga pepelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis. 2) Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya untuk kemudahan bagi terlaksananya pepelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. 3) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pepelayanan bimbingan dan konseling. 4) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pepelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah kepada pihak-pihak terkait, terutama Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya. 5) Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling. b. Koordinator Bimbingan dan Konseling Koordinator 1) 2) Bimbingan dan Konseling adalah pembantu kepala Sekolah/Madrasah bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang bertugas: Mengkoordinasikan para konselor dalam : memasyarakatkan pepelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap warga Sekolah/Madrasah (peserta didik, guru, dan personil Sekolah/Madrasah lainnya), orang tua peserta didik, dan masyarakat. 3) 4) 5) menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program pelayanan dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan) melaksanakan program bimbingan dan konseling mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
50

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM


6) 7) 8) 9) menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian bimbingan dan konseling Mengusulkan kepada Kepala Sekolah/Madrasah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga, prasana dan sarana, alat dan perlengkapan pepelayanan bimbingan dan konseling. 10) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pepelayanan bimbingan dan konseling kepada Kepala Sekolah/Madrasah. 11) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas Sekolah/Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling. c. Konselor Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, konselor bertugas: 1) 2) Melakukan studi kelayakan dan needs assessment pepelayanan bimbingan dan konseling. Merencanakan program bimbingan dan konseling bulanan, semesteran, dan tahunan. 3) 4) 5) 6) 7) 8) Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling. Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Menganalisis hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pepelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada Koordinator Bimbingan dan Konseling serta Kepala Sekolah/Madrasah. 9) Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas Sekolah/Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling. 10) Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. d. Guru Mata Pelajaran/Praktik Sebagai pengampu mata pelajaran dan/atau praktikum, guru dalam pepelayanan bimbingan dan konseling memiliki peran sebagai berikut: untuk satuan-satuan waktu tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian, mingguan,

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

51

Satu Untuk UNM


1) Membantu konselor mengidentifikasi peserta didik-peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu pengumpulan data tentang peserta didik. 2) 3) Mereferal peserta didik yang memerlukan pepelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor. Menerima peserta didik alih tangan dari konselor, yaitu peserta didik yang menurut konselor 4) memerlukan pepelayanan pengajaran/ latihan khusus (seperti pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan). Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peserta didik yang memerlukan pelayanan/kegiatan 5) 6) bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang dimaksudkan itu. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik, seperti konferensi kasus. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan konseling dan upaya tindak lanjutnya. e. Wali Kelas Sebagai pembina kelas, dalam pepelayanan bimbingan dan konseling Wali Kelas berperan : 1) 2) Melaksanakan peranannya sebagai penasihat kepada peserta didik khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk menjalani pelayanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling. 3) 4) Berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor. f. Staf Administrasi Staf administrasi memiliki peranan yang tidak kecil dalam memperlancar pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan membantu menyediakan formatformat yang diperlukan dan membantu para konselor dalam memelihara data dan serta sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada. b. Ruang Bimbingan dan Konseling Ruang bimbingan dan konseling merupakan salah satu sarana penting yang turut mempengaruhi keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, pengadaan ruang
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 52

Satu Untuk UNM


bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan letak atau lokasi, ukuran, jenis dan jumlah ruangan, serta berbagai fasilitas pendukung lainnya. Letak atau lokasi ruang bimbingan dan konseling di suatu Sekolah/Madrasah dipilih lokasi yang mudah diakses oleh peserta didik (strategis) tetapi tidak terlalu terbuka. Dengan demikian seluruh peserta didik bisa dengan mudah dan tertarik mengunjungi ruang bimbingan dan konseling, dan prinsip-prinsip convidential tetap terjaga. Ukuran ruang bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan akan jenis dan jumlah ruangan. Antar ruangan sebaiknya tidak tembus pandang. Jenis ruangan yang perlu ada antara lain (1) ruang kerja staf dan administrasi, (2) ruang tamu, (3) ruang konseling individual (4) ruang data, dan (5) ruang bimbingan dan konseling kelompok. Jumlah ruang kerja staff, dan ruang konseling individual, serta ruang bimbingan dan konseling kelompok disesuaikan dengan jumlah peserta didik dan jumlah konselor yang ada di suatu Sekolah/Madrasah. Berikut dikemukakan gambar contoh minimal ruangan Bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.

Gambar 4.1: Contoh Minimal Ruangan Bimbingan dan Konseling Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

53

Satu Untuk UNM


pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para peserta didik yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa nyaman, dan segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan pelayanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Khusus ruangan konseling individual harus merupakan ruangan yang memberi rasa aman, nyaman dan menjamin kerahasiaan konseli. Di dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data peserta didik, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang disediakan. c. Fasilitas Lain Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling antara lain: a. Dokumen program Bimbingan dan Konseling (buku program tahunan, buku program semesteran, buku kasus, dan buku harian) b. Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi seperti: 1) Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat Sekolah/Madrasah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. 2) Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata peserta didik, pedoman wawancara, pedoman observasi (seperti pedoman observasi dalam kegiatan pembelajaran, pedoman observasi dalam bimbingan dan konseling kelompok), catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, angket (angket peserta didik dan orang tua), biografi dan autobiografi, sosiometri, AUM, ITP, format satuan pelayanan, format-format surat (panggilan, referal), format pelaksanaan pelayanan, dan format evaluasi. 3) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data. Alat penyimpan data itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam komputer. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk masing-masing peserta didik, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data peserta didik yang perlu dan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 54

menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah

bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan program pelayanan yang

Satu Untuk UNM


harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi. 4) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat, buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi pelayanan bimbingan, buku hasil wawancara, laporan kegiatan pelayanan, data kehadiran peserta didik, leger Bimbingan dan Konseling, buku realisasi kegiatan Bimbingan dan Konseling, bahan-bahan informasi pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar maupun karir, dan buku/ bahan informasi pengembangan keterampilan hidup, perangkat elektronik (seperti komputer, tape recorder, film, dan CD interaktif, CD pembelajaran, OHP, LCD, TV); filing kabinet/lemari data (tempat penyimpanan dokumentasi dan data peserta didik), dan papan informasi Bimbingan dan Konseling. Dalam kerangka pikir dan kerangka kerja Bimbingan dan Konseling terkini, para konselor Sekolah/Madrasah perlu terampil menggunakan perangkat komputer, perangkat komunikasi dan berbagai software untuk membantu mengumpulkan data, mengolah data, menampilkan data maupun memaknai data sehingga dapat diakases secara cepat dan secara interaktif. Perangkat tersebut memiliki peranan yang sangat strategis dalam pelayanan Bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dewasa ini. Dalam konteks ini, para konselor dituntut untuk menguasai sewajarnya penggunaan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras komputer. Banyak sekali perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan oleh konselor dalam upaya memberikan pepelayanan terbaik kepada para peserta didik. Selain itu dengan menggunakan perangkat lunak komputer, konselor dapat memberikan pelayanan Bimbingan dan konseling secara lebih efisien, dan dengan daya jangkau pelayanan yang lebih luas. Sebagai contoh perangkat lunak itu antara lain, program database peserta didik, perangkat ungkap masalah, analisis tugas dan tingkat perkembangan peserta didik, dan beberapa perangkat tes tertentu. Komputer yang disediakan di ruang Bimbingan dan Konseling hendaknya memiliki memori yang cukup besar karena akan menyimpan semua data peserta didik, memiliki kelengkapan audio agar dapat dimanfaatkan setiap peserta didik untuk menggunakan berbagai CD interaktif informasi maupun pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah, serta kelengkapan akses internet agar dapat mengakses informasi penting yang diperlukan peserta didik maupun dimanfaatkan peserta didik untuk melakukan e-counseling.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

55

Satu Untuk UNM


Salah satu perangkat lunak yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling adalah Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Pengolahan data secara komputerisasi memungkinkan kebutuhan peserta didik terdeteksi secara rinci sehingga dapat diturunkan manjadi program umum sekoloha, program untuk tingkatan kelas maupun program individual setiap peserta didik. Kondisi ini memungkinkan karena data setiap peserta didik, data peserta didik dalam kelompok kelas, data peserta didik sebagai bagian dari tingkatan kelas maupun data seluruh Sekolah/Madrasah dapat tertampilkan. Berbagai film dan CD interaktif sebagai bahan penunjang pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar dan karir juga harus tersedia, sehingga para peserta didik tidak hanya memperoleh informasi melalui buku ataupun papan informasi. Media bimbingan merupakan pendukung optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling. d. Pembiayaan: Sumber dan Alokasi Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah/Madrasah. Memilih strategi manajemen yang tepat dalam usaha mencapai tujuan program bimbingan dan konseling memerlukan analisa terhadap anggaran yang dimiliki. Strategi manajemen program yang dipilih harus disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki. Strategi yang dipilih tanpa mempertimbangkan anggaran yang dimiliki mungkin hanya akan menjadi angan-angan yang mungkin sulit untuk sampai mencapai tujuan program. Kebijakan lembaga yang kondusif perlu diupayakan. Kepala Sekolah/Madrasah harus memberikan dukungan yang serius dan sistematis terhadap penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus diperlakukan sebagai kegiatan yang utuh dari seluruh program pendidikan. Komponen anggaran meliputi: a. Anggaran untuk semua aktivitas yang tercantum pada program b. Anggaran untuk aktivitas pendukung (seperti untuk home visit, pembelian buku pendukung/sumber bacaan, mengikuti seminar/ workshop atau kegiatan profesi dan pengembangan staf, penyelenggaraan MGMP, pembelian CD pelayanan bimbingan dan konseling)

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

56

Satu Untuk UNM


c. Anggaran untuk pengembangan dan peningkatan kenyamanan ruang atau pepelayanan bimbingan dan konseling (seperti pembenahan ruangan, pengadaan buku-buku untuk terapi pustaka, penyiapan perangkat konseling kelompok). Sumber biaya selain dari RABS (rencana anggaran belanja Sekolah), dengan dukungan kebijakan kepala Sekolah/Madrasah jika memungkinkan dapat mengakses dana dari sumber-sumber lain melalui kesepakatan lembaga dengan pihak lain, atau menggunakan sumber yang dialokasikan oleh komite Sekolah/Madrasah. e. Evaluasi Bimbingan Konseling a. Konsep Dasar dan Fungsi Evaluasi Evaluasi atau penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian. Menurut Shertzer dan Stone (1966), evaluasi melibatkan kegiatan pembuatan penilaian sistematis mengenai keefektifan program dalam mencapai tujuan berdasarkan standar khusus tertentu. Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatankegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

57

Satu Untuk UNM


Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan. Adapun fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah: 1. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling. 2. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah. b. Aspek-aspek yang Dievaluasi Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilain proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain: 1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan; 2) Keterlaksanaan program; 3) Hambatan-hambatan yang dijumpai; 4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar; 5) Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan; 6) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat. Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspekaspek yang dievaluasi (seperti partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan

layanan menurut siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap layanan lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru pembimbing;
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 58

Satu Untuk UNM


komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana penyelenggaraan kegiatan).
Deskripsi tersebut mencerminkan memberikan sejauh yang mana proses bagi penyelenggaraan kemajuan dan layanan/pendukung terhadap siswa. c. Langkah-langkah Evaluasi Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut. 1) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan halhal yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan program (aspek proses), dan (2) tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil). 2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi. 3) Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai. 4) Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program. Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah lainnya. Di samping itu penilaian kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan dan konseling) dari instansi yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau kabupaten). Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain siswa, kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para pejabat
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 59

sesuatu

berharga

perkembangan dan/atau memberikan bahan atau kemudahan untuk kegiatan layanan

Satu Untuk UNM


depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja siswa, dan sebagainya. Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban (akuntabiltas) pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Secara skematis evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut dapat digambarkan pada bagan 4.2.
EVALUASI PROGRAM

TUJUAN Mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan program

FUNGSI

1. Memberikan umpan
balik bagi konselor 2. Memberikan informasi kepada pihak lain tentang perkembangan siswa

LANGKAH-LANGKAH

1. Memberikan umpan balik


bagi konselor

2. Memberikan informasi

kepada pihak lain tentang perkembangan siswa

ASPEK YANG DIEVALUASI

PROSES

HASIL

1. Kesesuaian pelaksanaan dan

rancangan program 2. Tingkat partisipasi personel 3. Keberhasilan dan hambatan yang dialami 4. Respons stakeholder (siswa, kepala sekolah, guru, orangtua)

1. Kualitas ketaqwaaan dan akhlak siswa 2. Kualitas pemahaman, penerimaan, dan


pangarahan diri siswa

3. Sikap dan kebiasaan belajar siswa 4. Prestasi belajar siswa 5. Kualitas kedisiplinan siswa 6. Kualitas sikap sosial siswa 7. Pemahaman dan persiapan karir siswa 8. Sikap siswa terhadap program BK

Bagan 4.2 Skema Evaluasi Program


Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 60

Satu Untuk UNM


Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bentuk mendorong konselor dan personil layanan bimbingan dan konseling untuk melakukan evaluasi program dan keterlaksanaan program. Minimal evaluasi dilakukan pada akhir tahun ajaran dan menjadi slaah satu dasar pengembangan program untuk tahun ajaran berikutnya. Evaluasi proses sebaiknya dilakukan setiap bulan melalui forum pertemuan staf (MGBK di sekolah) dan dapat dihadiri oleh unsur pimpinan sekolah. Konselor dapat mengembangkan instrumen yang dapat menjaring umpan balik secara triangulasi yaitu dari siswa sebagai objek dan subjek bimbingan, dari pendidik di sekolah sebagai person yang terlibat dan berinteraksi langsung dengan siswa, pimpinan sekolah terkait dengan ketercapaian tujuan dan dukungan terhadap program sekolah, orang tua terkait dengan perubahan perilaku dan perkembangan siswa. Dokumen pelaksanaan evaluasi menjadi salah satu indikator unjuk kerja konselor. d. Penilaian Proses Kegiatan Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai keterlaksanaan berbagaai proses dan pengelolaan dalam bimbingan dan konseling. Ini dapat mencakup penilaian terhadap: 1) layanan bimbingan dan konseling 2) kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 3) mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan 4) pengelolaan dan administrasi layanan Penilaian proses dalam bimbingan konseling dapat dilakukan dengan cara berikut ini. 1) Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan. 2) Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya. 3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan. 4) Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan lebih lanjut. 5) Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan). 6) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan. e. Penilaian Hasil Layanan Penilaian hasil layanan dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan layanan dilakukan penilaian. Dengan penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa yang mendapatkan layanan. Penilaian ditujukan kepada perolehan siswa yang menjalani layanan. Perolehan ini diorientasikan pada:

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

61

Satu Untuk UNM


a. Pengentasan masalah siswa: sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi pengentasan masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang terbinanya tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan permasalahan dan perkembangan diri siswa. b. Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi, kebiasaan, keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemam-puan berkomunikasi, kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral. Secara khusus fokus penilaian bimbingan konseling diarahkan kepada berkembangnya: 1) Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas. 2) Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan. 3) Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya. Semua fokus penilaian tersebut mengacu kepada kompetensi yang ditunjukkan dan mampu aplikasikan oleh p[eserta didik untuk pengentasan permasalahan yang dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih efektif. Penilaian dapat dilakukan dalam bentuk: (1) format individual, kelompok, dan/atau klasikal; (2) media, lisan dan/atau tulisan; ataupun (3) penggunaan panduan dan/atau instrumen baku dan/atau yang disusun sendiri oleh guru pembimbing. Dilihat dari jenisnya, penilaian bimbingan konseling dapat dibedakan atas: 1) Penilaian segera (laiseg), merupakan penilaian tahap awal, yang dilakukan segera setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang dimaksud. 2) Penilaian jangka pendek (laijapen), merupakan penilaian lanjutan yang dilakukan setelah satu (atau lebih) jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling lama satu bulan. 3) Penilaian jangka panjang (laijapang), merupakan penilaian lebih menyeluruh setelah dilaksanakannya layanan dengan selang satu unit waktu tertentu, seperti satu semester. f. Analisis Hasil Evaluasi Program dan Tindak Lanjut Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 62

Satu Untuk UNM


Hasil analisa harus ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan dan konseling lebih optimal, melakukan referal bagi peserta didik-peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan bimbingan dna koseling selanjutnya. Hasil evaluasi proses juga digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan bimbingan dan konseling secara menyeluruh. Laporan hasil penilaian dalam bentuk portofolio dituangkan berbentuk profil laporan siswa berisi prestasi kegiatan akademik, psikologis, bakat dan minat siswa yang ditandatangani guru pembimbing, koordinator dan kepala sekolah. diketahui orang tua

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

63

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 5 A. Judul B. Indikator: 1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling Behavioristik 2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut pandangan Behavioristik 3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling Behavioristik 4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling Behavioristik 5. Menentukan teknik konseling Behavioristik yang sesuai pada kasus tertentu. C. Waktu : 6 x 50 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). 3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat rangkuman mengenai karakteristik konseling behavioristik, khususnya mengenai: Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah Tujuan konseling Proses konseling Peran konselor Teknik-teknik konseling yang digunakan : Konseling Behavioristik

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenbai karakteristik konseling behavioristik. Hasil rumusan Tim Perumus dibacakan di depan kelas. 5. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok. 6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya. E. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Terapi behavioral yang modern tidak mempunyai asumsi deterministik tentang manusia yang menganggap manusia hanya sebagai produk dari kondisioning sosiokultural (Corey, 2005). Individu adalah hasil produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Modifikasi
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 64

Satu Untuk UNM


perilaku bertujuan meningkatkan keterampilan individu sehingga mereka mempunya lebih banyak pilihan dalam memilih suatu perilaku. Bagi para ahli modifikasi perilaku, penting untuk menemukan bukti empirik dan dukungan ilmiah bagi teknik yang mereka pakai. Beberapa ahli yang menyikapi pembelajaran sosial-kognitif menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan dan perilaku baru dengan cara mengamati orang lain dan berbagai macam kejadian tanpa mereka sendiri harus melakukan perilaku tersebut dan tanpa konsekuensi langsung kepada diri mereka (misalnya modeling). Tipe belajar ini tidak memerlukan partisipasi aktif. Berikut dikemukakan berapa konsep kunci yang mendasari pemikiran konseling behavioristik, yaitu: a. Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. b. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. c. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. d. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukumhukum belajar: (a) pembiasaan klasik, (b) pembiasaan operan, dan (c) peniruan. e. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. f. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. g. Karakteristik konseling behavioral adalah: (1) berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (2) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (3) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah konseli, dan (4) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling. 2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

65

Satu Untuk UNM


c. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. d. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar 3. Tujuan Konseling Konseling behavioral mengarahkan proses konseling pada pencapaian tujuan-tujuan berikut: a. Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan konseli. b. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik: (1) diinginkan oleh konseli; (2) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (3) konseli dapat mencapai tujuan tersebut; (4) dirumuskan secara spesifik c. Konselor dan konseli bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/ merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling. 4. Deskripsi Proses Konseling Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut. Langkah utama yang dilakukan dalam proses konseling mencakup: a. Assesment, yaitu langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan konseli (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, dan area pola hubungan Konselor interpersonal, mendorong tingkah konseli laku untuk penyesuaian, masalahnya)

mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. b. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan konseli menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Konselor dan konseli mendifinisikan masalah yang dihadapi konseli; (2) Konseli mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (3) Konselor dan konseli mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan konseli: apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan konseli; apakah tujuan itu realistik; kemungkinan manfaatnya; atau kemungkinan kerugiannya; (4) konselor dan konseli membuat
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 66

Satu Untuk UNM


keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal. c. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling. d. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling. e. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling. 5. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral a. Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk. b. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar konseli terdorong untuk merubah tingkah lakunya, penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku konseli. c. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan. d. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan dapat mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan. e. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung). f. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial. 6. Peran Konselor Pada umumnya konselor yang berorientasi behavioral bersikap aktif dalam sesi-sesi konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali berperilaku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, pemberi dukungan dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung yang ada di lingkungan konseli yang membantu dalam proses perubahan tersebut Dalam konseling behavioristik, peran utama konselor adalah:
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 67

Satu Untuk UNM


a. Merumuskan masalah yang dialami konseli dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak b. Memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling c. Mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya. 7. Teknik Konseling Pelaksanaan konseling behavioral menggunakan teknik-teknik umum modofikasi perilaku seperti: a. Skedul penguatan. Bila suatu perilaku baru saja dipelajari, maka perilaku itu harus diperkuat setiap kali muncul-dengan perkataan lain penguatan yang berlangsung terus. Setelah terbentuk, frekuensi penguat dapat dikurangi, dengan perkataan lain memakai penguat intermiten, supaya perilaku tetap bertahan b. Shaping. Perilaku yang dipelajari secara bertahap dengan pendekatan suksesif, disebut sebagai shaping. Untuk mempelajari keterampilan baru, konselor dapat memecah-mecah perilaku ke dalam unit-unit, dan mempelajarinya dalam unit-unit kecil. c. Ekstingsi. Eliminasi dari perilaku karena penguat tidak diberikan lagi. Hanya sedikit individu yang mau melakukan sesuatu yang tidak memberi keuntungan. Selain teknik-teknik umum tersebut, sering pula digunakan beberapa teknik-teknik khusus, sebagai berikut: a. Desensitisasi sistematik. Desensitisasi sistematik dirancang untuk membantu konseli mengatasi anxietas dalam situasi-situasi tertentu. Konseli diminta supaya menggambarkan situasi yang menimbulkan kecemasan dan kemudian harus membuat urutan situasi yang paling menimbulkan kecemasan (100), sampai yang tidak menimbulkan keprihatinan (0). Konselor mengajar konseli untuk rileks secara fisik dan mental. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. b. Time-out. Time-out adalah teknik aversif yang sangat ringan. Konseli dipisahkan dari kemungkinan mendapatkan penguat positif. Sangat efektif bila digunakan untuk waktu yang singkat, misalnya dalam menit. c. Implosion dan flooding. Gladding (2004) menjelaskan terapi implosif sebagai suatu teknik yang sudah lanjut (advanced) yang mencakup mendesensitisasi konseli
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

68

Satu Untuk UNM


dengan cara meminta konseli membayangkan suatu situasi penimbul anxietas yang bisa berakibat parah. Konseli tidak diajarkan untuk rileks terlebih dahulu (seperti dalam desensitisasi sistematik). Flooding lebih ringan sifatnya, karena situasi penimbul anxietas yang dibayangkan tidak menimbulkan konsekuensi yang parah d. Latihan Asertif. Teknik ini dugunakan untuk melatih konseli yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini. e. Pengkondisian Aversi. Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan konseli agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan. f. Pembentukan Tingkah laku Model. Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial F. Tugas Latihan 1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan konseli dari sudut pandang Konseling Behavioral. 2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling Behavioral. 3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses pelaksanakan Konseling Behavioral. 4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan skenario wawancara Konseling Behavioral.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

69

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 6 A. Judul B. Indikator: 1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling REBT 2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut pandangan REBT 3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling REBT 4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling REBT 5. Menentukan teknik konseling REBT yang sesuai pada kasus tertentu. C. Waktu : 5 x 50 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). 3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat rangkuman mengenai karakteristik konseling REBT, khususnya mengenai: Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah Tujuan konseling Proses konseling Peran konselor Teknik-teknik konseling yang digunakan : Konseling Rational Emtove Behavior Therapy

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenbai karakterstik konseling REBT. Hasil rumusan Tim Perumus dibacakan di depan kelas. 5. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok. 6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya. E. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Manusia pada dasarnya adalah unik dan memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Sebaliknya, ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional, individu
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 70

Satu Untuk UNM


akan menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang terhadap suatu situasi/kejadian sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orangtua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsepkonsep kunci teori Albert Ellis: ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu

Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional Consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian dalam keluarga, kelulusan bagi siswa, dan putus hubungan merupakan contoh antecendent event bagi seseorang. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. 2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Menurut Gladding (2004), REBT berasumsi bahwa orang secara inheren adalah rasional dan irasional,
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 71

Satu Untuk UNM


masuk akal (sensible) dan gila. Dualitas ini sifatnya inheren secara biologis dan akan menjadi menetap kecuali bila dipelajari cara berpikir yang baru. Menurut Ellis (1973) anakanak lebih rentan terhadap pengaruh luar dan pemikiran irasional dibandingkan dengan orang dewasa. Ia percaya bahwa manusia mudah dipengaruhi, sangat sugestif dan mudah terganggu. Tetapi, manusia mempunyai sarana yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakannya, tetapi ia harus menyadari dulu apa yang dia katakan pada dirinya sendiri (self-talk), supaya ia dapat menguasai hidupnya sendiri. Ellis (1995) mendeskripsikan proposisi utama REBT sebagai berikut: a. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk rasional (self-constructive) dan irasional (self-

defeating). Mereka mempunyai potensi melakukan preservasi-diri, untuk berpikir, untuk


kreatif, untuk berminat terhadap orang lain, belajar dari kesalahan, rnengaktualisasi potensinya untuk berkembang. Tetapi, mereka juga mempunyai kecenderungan untuk destruksi-diri, menyukai kesenangan sesaat, rnenghindar berpikir panjang, untuk melakukan kesalahan yang sama, untuk percaya tahayul, tidak toleran, perfeksionistik dan memikir yang besar-besar dan menghindar rnengaktualisasikan potensinya untuk berkembang. b. Kecenderungan orang untuk berpikir irasional, kebiasaan yang merugikan diri sendiri,

wishful thinking, dan tidak toleran seringkali dipertebal oleh budaya mereka dan
kelompok keluarga mereka. c. Orang mempersepsi, berpikir, merasa dan berperilaku secara simultan. Dengan demikian, pada saat yang bersamaan mereka kognitif, konatif, dan motorik. Sensasi dan tindakan dipandang dengan kerangka pengalaman, dengan memori yang terdahulu. Orang jarang melakukan tindakan tanpa mempersepsi, berpikir dan merasa, karena proses-proses ini memberikan alasan untuk bertindak. Dalam hal perilaku yang terganggu, berlaku proses yang sama, karena itu harus diubah dengan metode-metode yang sifatnya perseptual-kognitif, emotif-evokatif dan behavioristik-reedukatif. d. Memperoleh wawasan (insight) tidak membawa kepada perubahan kepribadian yang besar. Bukan activating events (A) dalam kehidupan seseorang yang "menyebabkan" konsekuensi emosi yang disfungsional (C), tetapi fakta bahwa orang menginterpretasi peristiwa ini secara tidak realistik dan karena itu mempunyai keyakinan yang self-

defeating (B) tentang hal itu. Dengan demikian, penyebab "sesungguhnya" terletak di
dalam diri orang itu sendiri dan bukan apa yang terjadi pada diri mereka. Penyebab sehingga individu tidak mampu berpikir secara rasional, adalah: (1) tidak mampu membedakan dengan jelas tentang saat ini dan yang akan datang, atau antara kenyatan dan imajinasi; (2) tunduk dan menggantungkan diri pada perencanaan dan
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 72

Satu Untuk UNM


pemikiran orang lain; (3) mengadopsi kecenderungan cara berpikir irasional dari orangtua atau masyarakat yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media. 3. Tujuan Konseling Menurut REBT, kebanyakan problem nerotik menyangkut pemikiran magis, pemikiran yang secara empirik tidak dapat divalidasi, dan bila ide-ide yang menimbulkan gangguan ini ditantang habis-habisan melalui pemikiran logis-empiris, pemikiran-pemikiran ini dapat dikenali sebagai sesuatu yang palsu atau salah dan kemudian diminimalisasi. Tidak peduli seberapa defektifnya hereditas seseorang, dan tidak peduli bagaimana traumatiknya pengalaman seseorang, alasan utama mereka sekarang ini bereaksi berlebih atau tak bereaksi adalah karena mereka sekarang ini mempunyai keyakinan yang dogmatik, irasional dan yang tidak ada buktinya Tujuan konseling REBT adalah memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan konseli yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar dia dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi dirinya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Di samping itu, dalam konseling REBT, konseli dibantu untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah. Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai konseli dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif: Pertama, insight dicapai ketika konseli memahami bahwa tingkah laku penolakan diri berhubungan dengan penyebab yang sebagian besar berkaitan dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu. Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu konseli untuk memahami bahwa apa yang menganggu konseli pada saat ini adalah keyakinan irasional yang dipelajari dari dan diperoleh sebelumnya. Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu konseli untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional itu. Konseli yang telah memiliki keyakinan rasional akan memiliki peningkatan dalam hal: (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

73

Satu Untuk UNM


4. Deskripsi Proses Konseling Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batasbatas tujuan yang disusun secara bersama oleh konselor dan konseli. Proses Konseling REBT memiliki karakteristik, sebagai berikut: a. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan konseli dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. b. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari konseli dan berintikan pemecahan masalah yang rasional. c. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi konseli dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. d. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku konseli. 5. Peran Konselor Dalam pendekatan REBT, konselor adalah aktif dan direktif. Mereka adalah instruktur yang mengajari dan membetulkan kognisi konseli. Menentang keyakinan yang sudah berakar mendalam memerlukan lebih daripada sekadar logika. Perlu repetisi konsisten. Karena itu konselor harus mendengarkan dengan hati-hati pernyataan-pernyataan konseli yang tidak logis atau salah dan menantang keyakinan ini. Seorang konselor REBT hams mempunyai ciriciri berikut: pandai, berpengetahuan luas, empatik, menambah respek, genuine, konkret, persisten, ilmiah, berminat membantu orang lain dan ia sendiri) menggunakan REBT. Dalam Konseling REBT, tugas konselor adalah menunjukkan kepada konseli bahwa: (1) masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional; (2) bahwa usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebabsebab permulaan. Operasionalisasi tugas konselor, mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut: a. lebih edukatif-direktif kepada konseli, dengan cara lebih banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah konseli secara langsung; b. menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir konseli, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

74

Satu Untuk UNM


dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada dirinya; c. mendorong konseli menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; d. menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis dengan menggunakan humor dan menekan sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional. 6. Teknik Konseling Dalam konseling REBT konselor menggunakan berbagai macam teknik, bermainperan, pelatihan asertivitas, desensitisasi, humor, sugesti, dukungan dan lain-lain, atau apa saja yang efektif untuk membantu konseli mengubah keyakinan yang sudah begitu menetap dalam. REBT tidak hanya bertujuan menghilangkan simtom, tetapi juga membantu orang untuk memeriksa dan mengubah beberapa nilai dasar mereka - terutama yang menimbulkan gangguan. Pendekatan konseling REBT menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut. a. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

1) Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli. 2) Bermain peran Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. 3) Imitasi Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif. b. Teknik-teknik Behavioristik 1) Reinforcement Teknik untuk mendorong konseli ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada konseli dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

75

Satu Untuk UNM


Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka konseli akan

menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya. 2) Social modeling Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor. c. Teknik-teknik Kognitif 1) Home work assigments Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, konseli diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan homework assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh konseli dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri konseli dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor. 2) Latihan assertive Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah: (a) mendorong kemampuan konseli mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong konseli untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

76

Satu Untuk UNM


F. Tugas Latihan 1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan konseli dari sudut pandang REBT 2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling REBT 3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses pelaksanakan konseling REBT. 4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan wawancara konseling REBT. skenario

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

77

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 7 A. Judul B. Indikator: 1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling humanistik 2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut pandangan humanistik 3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling humanistik 4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling humanistik 5. Menejelaskan peran konselor dalam konseling humanistik C. Waktu : 5 x 50 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). 3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat rangkuman mengenai karakteristik konseling humanistik, khususnya mengenai: Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah Tujuan konseling Proses konseling Peran konselor Teknik-teknik konseling yang digunakan : Konseling Humanistik (Berpusat Pada Pribadi)

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenai karakteristik konseling humanistik. 5. Anggota tim perumus dari setiap kelompok kembali ke kelompk masing-masing untuk menjelaskan hasil rumusan Tim Perumus. 6. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok. 7. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

78

Satu Untuk UNM


E. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Konseling humanistik berakar dari aliran pemikiran humanistik dalam psikologi. Pemikiran humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut: a. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen. b. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya. c. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain. d. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab. e. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas. Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegard, Nierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre. Konseling humanistik seringpula disebut konseling berpusat pada pribadi dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini memfokuskan perhatian pada potensi individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. Para konselor yang memakai Konseling berpusat pada pribadi membantu konseli untuk meningkatkan pemahaman diri melalui mengalami perasaan-perasaan mereka. Pendekatan konseling ini memandang manusia sebagai individu yang unik. Manusia merupakan seseorang yang ada, sadar dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannnya sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan esensi dan fakta eksistensinya. Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya. Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri. Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression. Konseling humanistik berpandangan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik Karakteristik manusia adalah positif, ingin berkembang kearah yang lebih baik, konstruktif, realistik, and trustworthy (Rogers, 1980). Setiap pribadi adalah orang yang sadar, terarah dari dalam (inner directed) dan bergerak ke arah aktualisasi diri. Menurut Rogers, aktualisasi
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 79

Satu Untuk UNM


diri adalah dorongan yang paling menonjol dan memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian. 2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah Kemunculan diri (self) yang sehat, memerlukan penghargaan positif, kasih sayang, perhatian, dan penerimaan. Tetapi, pada masa kanak-kanak, orang biasanya menerima

conditional regards dari orangtua dan orang lain. Perasaan berharga berkembang bila
seseorang berperilaku dengan cara tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang persetujuannya diharapkan, karena akseptansi kondisional mengajarkan orang untuk merasa berharga hanya bila ia konform dengan keinginan orang lain. Kalau orang tidak melakukan seperti yang dikehendaki orang lain, ia tidak akan diterima atau dihargai. Tetapi, bila ia konform, ia akan membuka jurang antara ideal self (apa yang orang inginkan dirinya untuk menjadi) dan real self (apa adanya dirinya). Makin jauh jurang antara keduanya, orang akan menjadi makin maladjusted. Dalam pandangan pendekatan humanistik, gangguan jiwa disebabkan karena individu yang bersangkutan tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan. 3. Tujuan Konseling Konseling humanistik mengarahkan proses konseling pada pencapaian tujuan-tujuan berikut: a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanyaSaya adalah saya. b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin. c. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya. d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya. 4. Deskripsi Proses Konseling Proses konseling humanistik ditandai beberapa karakteristik, antara lain: a. Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli. b. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang diinginkannya.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

80

Satu Untuk UNM


c. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan. d. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan konseling. e. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor. 5. Peran Konselor Peran konselor bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada teknik-teknik yang dirancang agar konseli melakukan sesuatu. Konselor menggunakan dirinya sendiri, sebagai instrumen perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu konseli untuk tumbuh. (Rogers,1980). Konselor menyadari bahasa verbal dan nonverbal konseli dan merefleksikannya kembali. Konselor dan konseli tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan dicapai. Konselor percaya bahwa konseli akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin dicapainya. Konselor hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial. 6. Teknik Konseling Pendekatan ini menganggap kualitas hubungan konseling jauh lebih penting daripada teknik. Ada tiga kondisi yang dibutuhkan dalam konseling, yaitu 1) empathy; (2) positive regard (acceptance), dan (3) congruence genuineness. Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan konseli dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati dalam hubungan konseling adalah faktor yang paling berpengaruh dan membawa perubahan dan pembelajaran. Positive regard atau akseptansi adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng. Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client adalah penerimaan yang tulus dan penghargaan yang mendalam terhadap konseli. Kongruensi

centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:


a. acceptance (penerimaan); b. respect (rasa hormat); c. understanding (pemahaman); d. reassurance (menentramkan hati); e. encouragement (memberi dorongan); f.

limited questioning (pertanyaan terbatas; dan

g. reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan).

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

81

Satu Untuk UNM


Teknik-teknik tersebut sesungguhnya mendasari dan diterapkan pada pelaksanaan proses konseling pada hampir semua pendekatan konseling. Melalui penggunaan teknikteknik tersebut diharapkan konseli dapat: a. memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik; b. mengambil keputusan yang tepat; c. mengarahkan diri; dan d. mewujudkan dirinya. F. Tugas Latihan 1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan konseli dari sudut pandang konseling humanistik (Berpusat pada Pribadi). 2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling Pribadi. 3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses pelaksanakan Konseling Berpusat pada Pribadi. 4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan wawancara Konseling Berpusat pada Pribadi. skenario Berpusat pada

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

82

Satu Untuk UNM


KEGIATAN BELAJAR 8 A. Judul B. Indikator: 1. Menjelaskan pentingnya setiap keterampilan dasar konseling 2. Memperagakan contoh pelaksanaan setiap keterampilan dasar konseling 3. Menentukan letak ketidakefektifan suatu respons konselor dalam percakapan konseling 4. Menjelaskan keterampilan komunikasi yang terlibat dalam prosedur pemecahan masalah C. Waktu : 6 x 50 menit D. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji. 2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan kemudian melakukan permainan peran secara bergantian, yaitu bertindak sebagai konselor, konseli, dan pengamat. 3. Praktikkan setiap keterampilan komunikasi secara bertahap. Ikuti prosedur berikut: a. Fasilitator memberi penjelasan singkat tetntang keterampilan yang akan dipraktikkan. Disarankan fasilitator dapat memeragakan langsung keterampilan yang dimaksud b. Pemeran konselor dan pemeran konseli diminta memerankan suatu dialog konseling. Pemeran konseli mengungkapkan suatu problem hipotetik dan pemeran konselor mempraktikkan keterampilan dasar konseling yang telah dipelajari. c. Selama simulasi dialog konseling, anggota kelompok lainnya bertindak sebagai pengamat yang bertugas mengamati dan mencatat perilaku keterampilan dari pemeran konselor. d. Setelah sesi dialog, lakukan revie dan refleksi atas pelaksanaan simulasi dialog konseling tersebut. e. Lanjutkan simulasi dialog konseling kepada peserta lainnya sampai semua anggota berkesempatan melakukan peran konselor. : Keterampilan Dasar dalam Konseling

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

83

Satu Untuk UNM


4. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya. E. Uraian Materi Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan menolong orang lain (helping job) pasti melibatkan proses komunikasi. Bahkan, pada sejumlah pekerjaan menolong, seperti guru, psikolog, konselor, dan semacamnya, proses komunikasi ini menjadi wahana utama kegiatan kerjanya. Mereka menolong orang lainmengajar, mengkonseling, mengarahkan, menasehati, dan sebagainyadengan menerapkan keterampilan mereka dalam berkomunikasi. Karena itu, terampil berkomunikasi menjadi salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki oleh siapa saja yang ingin bekerja secara efektif dalam peranan dan tugas menolong orang lain. Kegiatan menolong seperti yang dilakukan oleh konselor sekolah juga melibatkan dan mempersyaratkan keterampilan berkomunikasi. Untuk bisa menolong orang lain, konselor harus bisa berkomunikasi secara efektif. Dengan menerapkan kemampuan berkomunikasi yang efektif, konselor dapat menciptakan suasana yang kondusuf bagi pelaksanaan proses konseling. Konseli yang dibantu dapat merasa aman dan merasa diterima sehingga mereka bisa lebih percaya dan terbuka untuk mengungkapkan persoalan yang dihadapinya. Konselor membutuhkan sejumlah keterampilan komunikasi. Dalam uraian ini dikemukakan sebagian dari keterampilan komunikasi dasar yang dimaksud, yaitu: 1. Keterampilan penampilan dalam penerimaan. 2. Keterampilan bertanya dan membuka percakapan 3. Keterampilan membuat paraprase 4. Keterampilan mengempati perasaan 5. Keterampilan membuat ringkasan 6. Keterampilan pemecahan masalah Keenam keterampilan tersebut hanyalah sebagian dari keseluruhan keterampilan komunikasi yang diperlukan dalam kegiatan menolong orang lain. Namun demikian, keenam keterampilan tersebut merupakan unsur keteram[ilan penting yang perlu dikuasai guna melaksanakan suatu proses konseling yang efektif. Berikut dikjelaskan secara ringkat keenam keterampilan dasar tersebut. 1. Keterampilan Attending (Penampilan Dalam Penerimaan) Perhatian yang baik adalah komponen penting dalam menjalin komunikasi yang baik. Perilaku penampilan yang tepat dapat menunjukkan kepada orang yang anda ajak berbicara bahwa anda menghormatinya sebagai pribadi, bahwa anda bersedia menerimanya, dan bahwa anda bersungguh-sungguh ingin menolongnya.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 84

Satu Untuk UNM


Sebagai suatu keterampilan, penampilan melibatkan berbagai proses dan pengelolaan diri. Yang penting diingat, jika ingin menjadi seorang penolong, anda harus menunjukkan diri secara fisik bahwa anda memiliki keinginan dan kesediaan menolong orang yang datang kepada anda. Unsur keterampilan yang terlaku dengan attending, meliputi: a. Penampilan badaniah, meliputi posisi tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan anggota badan. Penampilan badaniah yang baik, antara lain: 1) Duduk dengan badan menghadap ke arah konseli. 2) Posisi tangan di atas pangkuan 3) Gerakan tangan yang sesuai mengikuti komunikasi verbal. 4) Ekspresi wajah yang responsif, misalnya tersenyum spontan atau anggukan kepala sebagai tanda persetujuan dan mengerutkan dahi sebagai tanda kurang mengerti. 5) Duduk dengan kepala tegak dan dengan badan yang agak condong ke arah konseli Penampilan badaniah yang kurang baik: 1) Duduk dengan badan dan kepala tidak menghadap ke arah konseli 2) Kepala selalu menunduk atau duduk terpaku dalam posisi yang kaku tanpa gerak 3) Penampilan badan ekspresi wajah yang gelisah atau tidak tenang 4) Mempermainkan tangan atau benda tertentu yang dipegang atau menggigit kuku 5) Tangan tidak memperlihatkan gerakan isyarat yang menyertai komunikasi verbal 6) Muka tampak kaku, tegang, tanpa senyum 7) Senyum yang dibuat-buat, tidak spontan, atau dilakukan pada saat yang tidak tepat. b. Kontak Mata (Eye Contact), yaitu keterampilan menggunakan mata dalam berkomunikasi. Kontak mata yang baik, antara lain: 1) Pandangan mata yang diarahkan langsung ke konseli 2) Kontak pandangan dengan gerakan mata yang spontan. 3) Pandangan mata yang berbinar, pupil mata agak terbuka Kontak mata kurang baik, antara lain: 1) Memandang ke arah lain saat berbicara 2) Menghindari memandang konseli 3) Pandangan kosong dan kaku 4) Pandangan terlalu tajam atau melotot
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 85

Satu Untuk UNM


c. Pengelolaan Suara, yaitu keterampilan menglola nada dan intonasi suara saat berbicara. Pengelolaan suara yang baik, antara lain: 1) Nada suara yang hangat dan lembut 2) Kecepatan suara yang sedang dan diatur sesuai isi pembicaraan 3) Intonasi dan kekerasan (lodness) suara yang tepat yang tepat sesuai materi pembicaraan 4) Gaya bicara (diction) yang cermat dan teratur. Pengelolaan suara yang kurang baik, antara lain: 1) Nada suara yang monoton 2) Cara bicara terlalu cepat atau sebaliknya terlalu pelan. 3) Intonasi suara yang terlalu tinggi atau sebaliknya terlalu rendah 4) Gaya bicara ceplas-ceplos, tidak teratur, atau berbelit-belit. d. Pendengaran (listening), yaitu keterampilan badaniah saat berbicara. Pendengaran yang baik, antara lain: 1) Menunjukkan perhatian penuh pada isi pembicaraan konseli 2) Mendengarkan semua apa yang disampaikan oleh konseli 3) Menyimak secara utuh pesan yang disampaikankata-kata, perasaan, dan perilakunya. 4) Menggunakan ransangan minimal (seperti hmm, ya, lalu, dsb) 5) Menunjukkan minat mendengarkan melalui penerapan keterampilan penampilan badaniah, kontak mata, dan penglolaan suara. Pandengaran yang kurang baik, antara lain: 1) Perhatian terbagi atau melakukan kegiatan lain saat mendengarkan konseli 2) Cepat membuat penilaian dan tanggapan sebelum mendengarkan semua yang disampaikan oleh konseli 3) Memotong pembicaraan ketika konseli masih ingin berbicara 4) Melompat dari satu topik ke topik yang lain, tanpa sistematika yang jelas. 2. Keterampilan Bertanya dan Membuka Percakapan Konseli yang datang meminta bantuan kepada anda membawa sejumlah perasaan yang merupakan masalah baginya. Agar anda dapat memahami bagaimana konseli melihat situasi permasalahannya, maka anda memerlukan alat yang disebut pertanyaan terbuka, suatu jenis pertanyaan yang membuka kemungkinan jawaban baru namun tidak menyimpang dari konteks permasalahan yang sedang dibicarakan.
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 86

mendengar orang lain

Satu Untuk UNM


Unsur keterampilan yang terlibat dalam bertanya dan membuka percakapan, meliputi: a. Keterampilan Bertanya Pertanyaan yang baik bercirikan antara lain: 1) Menggunakan pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang bersifat mengurai dan menjelaskan 2) Menggunakan kata tanya: apa?, bagaimana?, atau dapatkah? 3) Bersifat spesifik dan jelas maksudnya 4) Menanyakan hanya satu topik untuk satu pertanyaan yang diajukan. Di samping itu, pertanyaan dalam proses bantuan mempunyai empat macam, yaitu: 1) Pertanyaan untuk membuka percakapan, contoh:

Apa yang anda ingin kemukakan sekarang? Bagaimana keadaan anda sesudah pertemuan kita yang terakhir?

2) Pertanyaan untuk memnacing konseli berbicara lebih jauh tentang masalahnya. Contoh: Dapatkah anda mengemukakan lebih jauh tentang hal tersebut?

Saya ingin tahu lebih jauh tentang apa yang menyebabkan anda bereaksi seperti itu?
untuk

3) Pertanyaan

memberi contoh untuk membantu konseli memahami

perilakunya dengan lebih baik. Contoh: Dapatkah anda mengatakan apa yang anda lakukan ketika sedang marah? Anda tampaknya sangat mencemaskan hal itu. Coba jelaskan lebih jauh hal tersebut? Bagaimana perasaan anda terhadap perlakuan teman anda itu?
Pertanyaan yang kurang baik, mancakup: 1) Banyak menggunakan pertanyaan tertutup, seperti: 4) Pertanyaan untuk memokuskan perasaan konseli. Contoh:

Apakah anda merasa kecewa dengan keadaan tersebut?

2) Menggunakan pertanyaan-pertanyaan beruntun dan membutuhkan jawaban yang beruntun pula, seperti:

Dapakah anda mengemukakan hal itu kepada saya? Di manakah terjadinya? Kapan itu terjadi? Bagaimana perasaan anda atas kejadian itu?

3) Menggunakan kata tanya mengapa (sehingga menyulitkan konseli untuk memberi jawaban yang diinginkan), misalnya:

Mengapa anda melakukan hal itu?

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

87

Satu Untuk UNM


4) Mengajukan pertanyaan yang jawabannya sebenarnya sudah inklusif dalam pertanyaan itu, misalnya: Apakah anda tidak menyenanginya, lalu anda tidak mau lagi berbicara

kepadanya?
b. Ransangan Minimal (Minimal Encourages) Ransangan minimal yang baik, mencakup: 1) mengelaborasi aspek-aspek non-verbal dari perlaku penampilan yang baik, misalnya: memelihara kontak mata badan yang condong ke depan sebagai tanda penuh perhatian gerakan-gerakan anggota badan yang wajar gerakan isyarat yang memadai anggukan kepala Oh? dan? lalu? terus? Coba anda teruskan? Umm-mmm, Uh-huh, Yaaah

2) ucapan-ucapan verbal yang singkat, seperti:

Ransangan minimal yang kurang baik, mencakup: 1) Posisi badan yang kaku 2) Gerakan badan yang berlebihan (overacting) 3) Malu dan diam 4) Bermasa bodoh dan kebingungan. 3. Keterampilan Membuat Paraprhase Paraphrase adalah suatu kerampilan dasar komunikasi untuk memperbaiki hubungan interpersonal dengan konseli. Keterampilan ini membutuhkan kemampuan untuk menangkap esensi isi pembicaraan dan menyatakannya kembali kepada lawan bicara. Paraphrase mempunyai tiga tujuan, yakni: (1) menyatakan kepada konseli bahwa kita ada bersamanya, dan bahwa kita berusaha memahami apa yang dikatakannya, (2) mengendapkan apa yang dibicarakan konseli tentang dirinya dengan membuat ringkasan yang berguna untuk memberi arah wawancara yang dilakukan; dan (3) mengecek kembali mengenai persepsi kita terhadap masalah yang diajukan oleh konseli. a. Paraphrase yang baik, mencakup pernyataan kembali pesan dasar konseli dengan kata-kata yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi makna yang terkandung

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

88

Satu Untuk UNM


dalam pernyataan tersebut. Paraphrase yang baik ditandai dengan suatu kalimat awal, seperti: Apakah yang anda katakan adalah bahwa.

Tampaknya yang anda katakan adalah .


Misalnya: Konseli : Biasanya ia selalu senang dengan saya, tapi kok tiba-tiba saja ia

memusuhi saya.
Konselor: Apakah yang anda katakan adalah bahwa perilakunya tidak konsisten lagi

terhadap anda.
b. Pokok-pokok yang disarankan untuk membuat paraphrase yang baik, antara laian: 1) Dengarkan secara teliti pesan dasar yang disampaikan oleh klein 2) Nyatakan kembali kepada konseli kesimpulan atau ringkasan singkat pesan dasar tersebut. 3) Amatilah apakah perilaku konseli menunjukkan respon yanbg tegas terhadap paraphrase yang anda buat. Aatau mintalah konseli menanggapi paraphrase tersebut. c. Paraphrase yang kurang baik, meliputi: 1) Memasukkan respon yang bersifat analisis, interpretasi atau penilaian terhadap pesan yang disampaikan oleh konseli. 2) Memberikan respon terhadap hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan pesan yang disampaikan konseli 3) Menggunakan kata-kata atau phrase yang sifatnya tidak cocok terhadap wawancara, misalnya kata-kata teknis, kata-kata jargon (istilah khusus pada bidang tertentu). 4. Mengempati Perasaan Empati berarti memahami individu secara penuh, bahwa perasaan, pikiran, dan motive mereka bisa dimengerti. Empati berarti menyelam ke dalam diri individu dan mencoba melihat dunia melalui mata mereka, mencoba mengalami dunia individu seolaholah anda adalah mereka. Empati merupakan unsur terpenting dalam berhubungan dengan orang lain. Keterampilan ini sangat vital dalam menjalankan peranan sebagai seorang penolong. Keterampilan ini juga merupakan sentral di hampir semua teori bantuan terapi. Empati seringkali disebutkan dan dikaitkan dengan istilah lain seperti: kehangatan (warmth), kepedulian (compasion), dan pemahaman (understanding), atau istilah lain yang memiliki makna yang sama. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, keterampilan ini dapat
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 89

Satu Untuk UNM


dipelajari, dan bahwa sebagian besar orang, melalaui latihan yang efektif, dapat belajar menjadi empatik. a. Mengenal berbagai kata-kata perasaan. Untuk menangkap perasaan orang lain, anda perlu mengetahui banyak kata-kata perasaan. Anda perlu mengembangkan satu daftar kosa-kata perasaan. Untuk latihan, lakukan langkah-langkah berikut: b. Bacalah daftar kosa kata perasaan, seperti contoh berikut:
Tersinggung Diterima Ditolak Dimarahi Cemas Diperhatikan Bosan Terkekang Gagal Tertekan Rendah diri Malu Gugup Bersemang at Dihargai Gelisah Sakit hati Bodoh, tolol Cemburu Bingung Tegang Terganggu Disaingi Disayangi Bebas Frustrasi Berdosa Terbuka Intim Gembira Curiga Kesepian Mencintai Ditinggalkan Terpukul Sedih Puas Takut Kalah, down Dipercaya Hebat Bangga

c. Cobalah gambarkan diri anda jika berada situasi mengalami perasaan atau emosi tersebut. Contoh, Bila saya merasa tersinggung, maka: Saya Saya Saya Saya Saya Saya merasa merasa merasa merasa merasa merasa tidak berharga seperti badan teriris-iris seperti ingin menangis malu sekali hancur terpojok Saya Saya Saya Saya Saya Saya merasa merasa merasa merasa merasa merasa tidak berguna apa-apa seperti binatang saja terpukul divonis dilimpari kotoran seperti ditampar saja

d. Menggambarkan perasaan Perasaan yang terkandung dalam pernyataan konseli dapat dikelompokkan menadi dua bagian. Pertama, perasaan yang tampak atau perasaan permukaan, yaitu perasaan yang dinyatakan langsung oleh konseli. Kedua, pernyataan tersembunyi, yaitu perasaan yang tersirat di balik kata-kata dan pernyataan konseli. Perhatikan contoh berikut: Konseli : Saya sangat marah pada diri sendiri. Setiap kali saya mencoba berbuat

sesuatu yang benar, selalu saja berakhir dengan kekacauan. Sungguh berat dan mengecewakan untuk tetap berbuat sesuatu.
Perasaan permukaan: jengkel, marah, kecewa, kacau. Perasaan tersembunyi: kasihan pada diri sendiri, kurang berharga, kurang percaya diri.

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

90

Satu Untuk UNM


e. Mengenali bentuk pengungkapan perasaan Individu dalam mengungkapkan perasaannya dapat menggunakan salah satu dari empat bentuk, yaitu dengan kata tunggal, dengan phrase, dengan pernyataan eksperiensial, dan dengan pernyataan verbal. Berikuit dikemukakan contoh ekspresi perasaan gembira dengan menggunakan keempat cara tersebut: 1) Dengan kata tunggal 2) Menggunakan kiasan 4) Pernyataan behavioral : Saya merasa marah. : Saya merasa seperti di surga. : Saya merasa seperti pergi ke acara resepsi yang

3) Pernyataan eksperiensial: Saya merasa ia menyukai pekerjaan saya.

meriah.
f. Menanggapi dan merefleksi perasaan Anda perlu belajar menanggapi isi perasaan yang terkandung dalam pernyataan konseli dan kemudiaan menyatakannya kembali kepada konseli. Untuk maksud ini, disarankan melakukan perilaku berikut: 1) Menyimak semua kata-kata yang mengungkapkan perasaan, saat anda mendengar pembicaraan konseli. 2) Mengatur waktu yang tepat dalam memberi komentar. Jangan mengulang setiap pertanyaan 3) Memparaphrasa kata-kata perasaan dan maksud pesan yang diungkapkan, baik positif maupun negatif. Gunakan kata-kata kunci pendahuluan, berikut:

Tampaknya yang anda katakan adalah.. Barangkali anda merasa Kalau begitu, rupanya yang anda alami adalah.. Adakah kamu mengatakan bahwa anda.
: Guru itu jahanam, Saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan

Contoh: Konseli

tugas PR yang diberikannya. Saya tidak akan mengerjkan tugas-tugas darinya


Penolong : Tampaknya anda merasa sungguh-sungguh marah. 5. Keterampilan Membuat Ringkasan Biasanya dalam setiap wawancara banyak bermunculan ide dan perasaan. Keterampilan membuat ringkasan diperlukan untuk membantu anda mengklarifikasikan dan memfokuskan serangkaian ide yang agak berkepanjangan dan leboh menjelaskan cara bagaimana suatu ide akan dibicarakan lebih lanjut. Keterampilan ini juga membantu
Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar 91

Satu Untuk UNM


memberi konseli kemungkinan hasrat untuk mengungkapkan berbagai ide dan perasaan, serta memberi kesadaran akan kemajuan dalam pemahaman diri dan proses pemecahan masalah. Di samping itu, keterampilan ini juga memberi efek jaminan kepada konseli bahwaanda berada bersama-sama dengannya, bahwa anda tetap mengikuti semua pokok pembicaraannya. Keterampilan meringkas melibatkan perilakumendengar secara penuh problem konseli dan kemudian meringkas pernyataan-pernyataan tentang problem itu dengan memberi sorotan baru kepada konseli. Unsur keterampilan yang terkait dengan keterampilan membuat kesimpilan, meliputi: a. Keterampilan meringkas, melibatkan perhatian terhadap: 1) Apa yang dikatakan konseli---yang selanjutnya merupakan perluasan dari keterampilan paraphrase.

2) Bagaimana konseli mengemukakan perasaan dan berbibicara---yang selanjutnya merupakan perluasan dari keterampilan merefleksi perasaan.
3) Tujuan, waktu, dan efek dari pernyataan-pernyatan konseli (proses)suatu

pernyataan dari mana proses bantuan itu dimulai dan berlangsung hingga ankhir.
b. Pembuatan ringkasan yang memadai hanya terbatas pada suatu aspek saja atau dapat pula merupakan kombinasi dua atau tiga aspek lainnya. Beberapa petunjuk untuk membuat ringkasan, antara lain: 1) Mencerminkan bermacam-macam tema dan dengan nada suara emosional sebagaimana konseli mengucapkannya. 2) Ambillah perasaan dan ide-ide kunci yang dinyatakan konseli ke dalam pernyataan umum dari pengertian dasarnya. 3) Jangan menambahkan ide baru dalam ringkasan yang dibuat 4) Putuskan membuat ringkasan jika itu sangat membantu anda sebagai penolong, dan nyatakan rumusan ringkasan anda kepada konseli. 5) Dalam proses pembuatan keputusan ini, pertimbangkan tujuan anda, apakah karena didasari oleh pertimbangan berikut: Adakah hal itu menghangatkan konseli pada permulaan wawancara? Adakah hal itu berpusat pada pemikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh konseli? Adakah itu merupakan pembahasan yang intensif terhadap topik/tema pembicaraan? Adakah hal itu mengecek pemahaman anda?

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

92

Satu Untuk UNM


Adakah hal itu mendorong konseli mengeksplorasi topik/tema secara lebih mendalam? Adakah hal itu merupakan terminasi hubungan dengan suatu ringkasan kemajuan (summary of progress)? Adakah hal itu menjamin kelangsungan wawancara?

6) Kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk membuat ringkasan, antara lain:

Apa yang saya dengar, yang anda katakan adalah.


Tampak bagi saya bahwa yang anda katakan adalah.. Makna yang sebenarnya di balik semua yang anda katakan adalah.. Maksud utama di balik yang anda rasakan adalah

6. Keterampilan Pemecahan Masalah Konseli yang datang mengemukakan masalahnya kepada anda, akan mengharapkan anda untuk membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Proses pemberian bantuan seperti ini akan melibatkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving). Karena itu, anda perlu melengkapi diri dengan keterampilan pemecahan masalah ini. konseli. Keterampilan pemecahan masalah melibatkan tujuh tahap. Ke dalam setiap tahap, akan digunakan keterampilan komunikasi tertentu sebegaimana yang sudah anda pelajari. Berikut dikemukakan ketujuh tahap dalam pemecahan masalah tersebut, disertai gambaran mengenai peran konseli dan peran anda sebagai penolong. Berbagai keterampilan komunikasi dasar yang telah anda pelajari juga akan digunakan dalam tindakan dan pelaksanaan pemecahan masalah

Tujuh Tahap Dalam Pemecahan Masalah


TAHAP
1. Mengukap-kan Problem 2. Memahami Problem

PERAN KONSELI
Mengemukakan dan menjelaskan aspek permukaan problem yang dihadapi dalam bahasa yang sangat umum Melihat semua aspek problem, alasan sehingga membutuhkan perhatian dan menggarisbawahi perasaan terhadap berbagai aspek problem tersebut. Menyatakan secara jelas problem yang dihadapi dalam ungkapan yang lebih spesifik. Pembatasan dibutuhkan tidak hanya pada dimensi problem, tapi juga pada tujuan yang ingin dicapai oleh konseli dengan mengatasi problemnya.

PERAN KONSELOR
Menggunakan keterampilan penampilan, pertanyaan terbuka, serta mengenal dan merefleksi perasaan. Menggunakan keterampilan penampilan, mengenal dan merefleksi perasaan, pertanyaan terbuka ketulusan, dan paraprase Mendapatkan persetujuan mengenai problem konseli yanng sebenarnya melalui penggunaan keterampilan paraprase dan meringkas.

3. Membatasi Problem

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

93

Satu Untuk UNM

4. Mengungkapkan Aternatif Pemecahan

Memikirkan dan mengungkapkan semua alternatif pemecahan masalah yang mungkin ditempuh tanpa mengevaluasinya. Tujuannya adalah mendapatkan sebanyak mungkin alternatif yang bisa dibayangkan.

5. Mengevaluasi Alternatif

Menguji setiap alternatif sehubungan dengan nilai yang dianut. (Nilai

adalah sesuatu yang dipandang sangat penting oleh konseli. Nilai ini membantu untuk membuat priorotas dan menentukan pilihan alternatif).
Konseli juga menguji kekuatan dan kelemahan setiap alternatif yang diidentifikasi.

6. Memutuskan Alternatif Terbaik

7. Menerapkan Alternatif

Memutuskan alternatif terbaik sesuai nilai yang dianut. Konseli menguji keku-atan yang dimiliki untuk menerapkan alternatif itiu. Konseli perlu menguji alternatif pilihan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut: a. Apakah saya memililiki data yang diperlukan? b. Apakah alternatif itu cukup sfesifik? c. Apakah alternatif itu meyakinkan dan sesuai dengan nilai yang saya anut? d. Apakah alternatif itu membantu saya bertumubh sebagai pribadi? e. Apakah alternatif itu adalah sesuatu yang saya inginkan? Mengembangkan rencana tindakan untuk menerapkan alternatif terbaik, dengan menjawab pertanyaan berikut: a. Apa tujuan saya sayang perlu dipenuhi dengan mengatasi problem ini? b. Apa tindakan pertama yang diperlukan untuk menjalankan rencana? c. Apa saja rencana kegiatan berikutnya yang akan dilakukan guna mencapai tujuan yang saya harapkan? d. Apa kendala yang akan saya tempui untuk mencapai tujuan? e. Apa kekuatan yang saya miliki

Bersama konseli mengungkapkan semua jalan tindakan (alternatif) yang bisa ditempuh untuk mengatasi problem konseli. Anda dapat meng-usulkan alternatif tertentu jika konseli mengalami kesulitan atau mengaju-kan pertanyaan terbuka untuk mendorong konseli memikirkan alternatif. Membuat daftar nilai yang berkaitan dengan problem konseli dan menggaris-bawahi nilai paling penting yang dianut konseli. Kemudian mencatat kekuatan dan kelemahan konseli dalam menerapkan setiap alternatif. Keterampilan yang digunakan meliputi memahami dan merefleksi perasaan, pertanyaan terbuka, paraprase, dan membuat ringkasan. Mencatat solusi terbaik dan nilai yang terlibat dalam membuat keputusan. Kemudian membuat daftar kekuatan konseli dalam menerapkan alternatif, dengan mengajukan pertanyaan berikut: a. Apakah anda memililiki data yang diperlukan? b. Apakah alternatif itu cukup spesifik? c. Apakah alternatif itu meyakinkan dan sesuai dengan nilai yang anda anut? d. Apakah alternatif membantu an-da bertumbuh sebagai pribadi? e. Apakah alternatif itu adalah sesuatu yang anda inginkan Membantu konseli membuat rencana tindakan yang masuk akal, dengan mengajukan pertanyaan berikut: a. Apa tujuan anda sayang perlu dipenuhi dengan mengatasi problem ini? b. Apa tindakan pertama yang anda perlukan untuk menjalankan rencana? c. Apa saja rencana kegiatan berikutnya yang akan anda lakukan guna mencapai tujuan yang saya harapkan? d. Apa kendala yang akan anda tempuh untuk mencapai tujuan? 94

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

untuk mengatasi kendala itu? Apa lagi yang dibutuhkan untuk menjalankan alternatif yang dipilih? g. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan? h. Di manakah alternatif dan rencana tindakan akan dilaksanakan? i. Kapan saya memulai melaksakan tindakan pertama? f.

e. Apa kekuatan yang anda miliki untuk mengatasi kendala itu? f. Apa lagi yang dibutuhkan untuk menjalankan alternatif yg dipilih? g. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan? h. Di manakah alternatif dan renca-na tindakan akan dilaksanakan? i. Kapan anda mulai melaksakan tindakan pertama?

Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

95

Anda mungkin juga menyukai