Meroketnya berbagai harga barang di Indonesia yang mengikuti harga Internasional sangat memprihatinkan. Karena ternyata UMR (Upah Minimum Regional) kita jauh di bawah UMR Internasional seperti di AS atau di Inggris. Bahkan standar garis kemiskinan kita pun sangat jauh berbeda. Padahal harga barang paling tidak untuk beberapa produk tidak berbeda jauh. Misalnya di AS bensin US$ 3,2 per gallon atau Rp 8.000/liter, di Indonesia harga Pertamax Rp 7.800/liter. Sementara garis kemiskinan di Indonesia hanya Rp 182.636 per kapita per bulan (US$ 0,58/hari) atau untuk keluarga dengan 2 orang anak sekitar US$ 850 per tahun. Di AS garis kemiskinan untuk keluarga dengan 2 orang anak adalah US$20.444. Ada pun garis kemiskinan untuk 1 orang di AS US$ 10.830/orang/tahun.
http://en.wikipedia.org/wiki/Poverty_in_the_United_States
Dengan garis kemiskinan yang sangat rendah itu, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ada 37 juta. Tapi jika mengikuti garis kemiskinan mutlak versi Bank Dunia sebesar US$ 1 per hari, jumlahnya sekitar 63 juta lebih. Sedang jika memakai garis kemiskinan moderat Bank Dunia sebesar US$ 2 per hari jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 126 juta jiwa. Tak heran jika ada BLT atau bantuan orang miskin, orang yang menurut versi pemerintah tidak miskin ikut berebut karena menurut standar dunia dia termasuk miskin. Di AS UMR besarnya US$ 5,85 per jam atau US$ 982 per bulan (Rp 9,2 juta). Di Inggris UMR besarnya GBP 5,52 per jam atau Rp 17 juta per bulan. Sementara UMR di Jakarta hanya sekitar Rp 900.560/bulan sementara di daerah seperti Yogyakarta cuma Rp 500 ribu/bulan. Oleh karena itu Pemerintah harus menjaga kestabilan harga agar tetap terbeli oleh rakyat karena penghasilan rakyat Indonesia masih sangat rendah. Kenaikan harga minyak goreng yang mengikuti Harga Internasional hingga Rp 16.000/kg akhirnya mengakibatkan banyaknya pengusaha yang memakai minyak goreng seperti pedagang gorengan yang bangkrut dan menganggur. Beberapa orang di Indonesia sudah mati kelaparan seperti keluarga Basse di Makassar, 5 Balita di NTT, dan sebagainya. Menteri Kesehatan RI Dr Siti Fadilah Supari menyatakan 8% Balita di Indonesia (sekitar 1,5 juta anak) menderita busung lapar/kelaparan. en.wikipedia.org/wiki/Poverty_line
Poverty Line
The poverty threshold, or poverty line, is the minimum level of income deemed necessary to achieve an adequate standard of living. In practice, like the definition of poverty, the official or common understanding of the poverty line is significantly higher in developed nations than in developing countries. Almost all societies have some citizens living in poverty. The poverty threshold is useful as an economic tool with which to measure such people and consider socioeconomic reforms such as welfare and unemployment insurance to reduce poverty. Determining the poverty line is usually done by finding the total cost of all the essential resources that an average human adult consumes in one year. This approach is needs-based in that an assessment is made of the minimum expenditure needed to maintain a tolerable life. This was the original basis of the poverty line in the United States, whose poverty threshold has since been raised due to inflation. In developing countries, the most expensive of these resources is typically the rent required to live in an apartment. Economists thus pay particular attention to the real estate market and housing prices because of their strong influence on the poverty threshold. Individual factors are often used to account for various circumstances, such as whether one is a parent, elderly, a child, married, etc. The poverty threshold is adjusted each year. In 2006, in the
United States of America, the poverty threshold for a single person under 65 was US$10,488; the threshold for a family group of four, including two children, was US$20,444. [1] http://www.menegpp.go.id/menegpp.php?cat=detail&id=media&dat=667
Gubernur Tetapkan UMR Propinsi DIY 2007 sebesar Rp. 500 Ribu
Tanggal: 2006-11-01 15:08:29 Kepatihan, Yogyakarta Melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 150/Kep/2006, tertanggal 1 Nopember 2006, Gubernur menetapkan Upah Minimum Provinsi DIY Tahun 2007 menjadi Rp. 500.000,- per bulan. Besarnya Upah Minimum Provinsi DIY Tahuhn 2007 ini mengalami peningkatan sebesar Rp. 40.000,-, dibanding Tahun 2006 yang besarnya Rp. 460.000,http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2006/11/15/brk,20061115-87781,id.html
Share this:
Meroketnya berbagai harga barang di Indonesia yang mengikuti harga Internasional sangat memprihatinkan. Karena ternyata UMR (Upah Minimum Regional) kita jauh di bawah UMR Internasional seperti di AS atau di Inggris. Bahkan standar garis kemiskinan kita pun sangat jauh berbeda. Padahal harga barang paling tidak untuk beberapa produk tidak berbeda jauh. Misalnya di AS bensin US$ 3,2 per gallon atau Rp 8.000/liter, di Indonesia harga Pertamax Rp 7.800/liter. Sementara garis kemiskinan di Indonesia hanya Rp 166.697 per kapita per bulan (US$ 0,58/hari) atau untuk keluarga dengan 2 orang anak sekitar US$ 850 per tahun. Di AS garis kemiskinan untuk keluarga dengan 2 orang anak adalah US$20.444. Dengan garis kemiskinan yang sangat rendah itu, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ada 37 juta. Tapi jika mengikuti garis kemiskinan mutlak versi Bank Dunia sebesar US$ 1 per hari, jumlahnya sekitar 63 juta lebih. Sedang jika memakai garis kemiskinan moderat Bank Dunia sebesar US$ 2 per hari jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 126 juta jiwa. Tak heran jika ada BLT atau bantuan orang miskin, orang yang menurut versi pemerintah tidak miskin ikut berebut karena menurut standar dunia dia termasuk miskin. Di AS UMR besarnya US$ 5,85 per jam atau US$ 982 per bulan (Rp 9,2 juta). Di Inggris UMR besarnya GBP 5,52 per jam atau Rp 17 juta per bulan. Sementara UMR di Jakarta hanya sekitar Rp 1.o80.000/bulan sementara di daerah seperti Yogyakarta cuma sekitar Rp 600 ribu/bulan. Oleh karena itu Pemerintah harus menjaga kestabilan harga agar tetap terbeli oleh rakyat karena penghasilan rakyat Indonesia masih sangat rendah. Kenaikan harga minyak goreng yang mengikuti Harga Internasional hingga Rp 16.000/kg akhirnya mengakibatkan banyaknya pengusaha yang memakai minyak goreng seperti pedagang gorengan yang bangkrut dan menganggur.
Meroketnya berbagai harga barang di Indonesia yang mengikuti harga Internasional sangat memprihatinkan. Karena ternyata UMR (Upah Minimum Regional) kita jauh di bawah UMR Internasional seperti di AS atau di Inggris. Bahkan standar garis kemiskinan kita pun sangat jauh berbeda. Padahal harga barang paling tidak untuk beberapa produk tidak berbeda jauh. Misalnya di AS bensin US$ 3,2 per gallon atau Rp 8.000/liter, di Indonesia harga Pertamax Rp 7.800/liter. Sementara garis kemiskinan di Indonesia hanya Rp 166.697 per kapita per bulan (US$ 0,58/hari) atau untuk keluarga dengan 2 orang anak sekitar US$ 850 per tahun. Di AS garis kemiskinan untuk keluarga dengan 2 orang anak adalah US$20.444. Dengan garis kemiskinan yang sangat rendah itu, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin ada 37 juta. Tapi jika mengikuti garis kemiskinan mutlak versi Bank Dunia sebesar US$ 1 per hari, jumlahnya sekitar 63 juta lebih. Sedang jika memakai garis kemiskinan moderat Bank Dunia sebesar US$ 2 per hari jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 126 juta jiwa. Tak heran jika ada BLT atau bantuan orang miskin, orang yang menurut versi pemerintah tidak miskin ikut berebut karena menurut standar dunia dia termasuk miskin. Di AS UMR besarnya US$ 5,85 per jam atau US$ 982 per bulan (Rp 9,2 juta). Di Inggris UMR besarnya GBP 5,52 per jam atau Rp 17 juta per bulan. Sementara UMR di Jakarta hanya sekitar Rp 1.o80.000/bulan sementara di daerah seperti Yogyakarta cuma sekitar Rp 600 ribu/bulan. Oleh karena itu Pemerintah harus menjaga kestabilan harga agar tetap terbeli oleh rakyat karena penghasilan rakyat Indonesia masih sangat rendah. Kenaikan harga minyak goreng yang mengikuti Harga Internasional hingga Rp 16.000/kg akhirnya mengakibatkan banyaknya pengusaha yang memakai minyak goreng seperti pedagang gorengan yang bangkrut dan menganggur.