Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH HUKUM INTERNASIONAL

Kasus :
MORTENSEN V. PETERS (COURT OF JUSTICIARY, SCOTLAND,1906)

Di susun oleh: Ondi Alfonso (110110080270) Akhmad Gilberto (110110080316) Brasma Octavianto (110110080282) Bintang Ady Syahrial (110110080352)

A. Fakta-Fakta Hukum
1. North Sea Fisheries Convention 1883, dimana Inggris dan Denmark termasuk pihak dalam perjanjian, namun tidak demikian dengan Norwegia, mengatur bahwa nelayan memiliki hak eksklusif dalam kegiatannya yang dapat diterapkan di teluk yang lebarnya kurang dari 10 mil. 2. Sekitar tahun 1898, sekelompok nelayan yang menaiki kapal pukat berbendera Norwegia melakukan kegiatan penangkapan ikan di Moray Firth dengan

menggunakan bom air yang dilarang oleh Sea Fisheries Acts dan Herring Fisheries Act Skotlandia dimana kedua undang-undang tersebut mengatur bahwa tidak ada satu pihak pun boleh melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bom air, kecuali telah mendapat izin dari otoritas Skotlandia di sekitar Moray Firth meliputi garis pantai dari Duncansby Head sampai Rattray Point (berjarak 75 mil dari muara Moray Firth). 3. Kapal-kapal pukat Norwegia tersebut kemudian ditahan oleh pihak otoritas Norwegia, dan para awaknya dijerat dengan kedua undang-undang tersebut karena melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan cara-cara yang dilarang oleh undang-undang Norwegia. 4. Pada tahun 1905, Mahkamah Skotlandia menerima banding dari para nelayan Norwegia yang diwakili oleh Mortensen, seorang warga negara Denmark yang berdomisili di Grimsby, Inggris, yang menjadi kapten dari salah satu kapal pukat yang ditahan oleh otoritas Skotlandia, yang menangkap ikan di wilayah yang berjarak sekitar 3-10 mil dari mulut teluk Moray Firth. 5. Wilayah yang dimasuki oleh Mortensen dalam kegiatan penangkapan ikannya merupakan bagian dari Moray Firth yang berjarak lebih dari 3 mil dari daratan dan bukan termasuk wilayah kedaulatan Inggris berdasarkan North Sea Convention. Mortensen dianggap bersalah oleh Sheriff, yang kemudian menghukumnya dengan hukuman 50 hari penjara. Mortensen menyatakan keberatannya dikarenakan Sea Fisheries Acts hanya dapat diberlakukan bagi orang Inggris atau orang asing yang berada di wilayah teritorial Inggris, sementara berdasarkan hukum internasional, wilayah tersebut berada diluar teritorial Inggris. 6. Pihak otoritas Skotlandia yang diwakili oleh Mr. Peters, menyatakan bahwa maksud dari undang-undang tersebut bersifat universal dan sudah jelas Walaupun tidak dinyatakan dalam hukum internasional, tetapi Moray Firth tetap dapat dikatakan

sebagai laut teritorial yang termasuk intra fauces terrae. Selain itu, walaupun Moray Firth bukan merupakan wilayah teritorial Inggris, tetapi pihak berwenang Skotlandia tetap dapat menjerat Mortensen berdasarkan Undang-Undang Perlindungan yang ditujukan untuk melindungi kegiatan penangkapan ikan di laut.

B. Masalah Hukum
Masalah hukum yang kemudian terjadi adalah pertentangan antara Mortensen yang menganggap tindakannya adalah legal berdasarkan hukum internasional dan tempat kejadian berada diluar teritorial Inggris sehingga ia tidak bisa dijerat dengan undang-undang nasional Inggris karena ia bukan orang Inggris dan tidak berada dalam teritorial Inggris dengan Mr. Peters selaku pihak otoritas Skotlandia yang menangkap Mortensen, yang beranggapan Mortensen telah melakukan pelanggaran di Moray Firth yang dianggap merupakan teritorial Inggris. Mortensen melakukan banding dan menyatakan tindakannya dibenarkan berdasarkan North Sea Convention 1883 yang mengatur hak eksklusif nelayan. Namun, Mr. Peters beralasan, Mortensen juga dapat dijerat dengan undang-undang perlindungan kegiatan perikanan.

C. Putusan Mahkamah Tinggi Skotlandia


Mahkamah Tinggi Skotlandia (Court of Justiciary Scotland) pada tahun 1906 setelah mempertimbangkan alasan kedua belah pihak, melalui Majelis Hakim yang beranggotakan tiga orang Hakim yaitu Lord Justice-General Dunedin, Lord Kyllachy, dan Lord Salvesen memutuskan untuk mengabulkan banding dari Mortensen.

D. Dasar Pertimbangan Mahkamah


Mahkamah Tinggi Skotlandia berpendapat bahwa undang-undang nasional tidak dapat diterapkan terhadap orang asing yang tidak berada dalam wilayah teritorial Inggris dimana untuk kasus seperti ini, hukum internasional yang berlaku. Mahkamah tidak dapat melakukan apapun terhadap pertanyaan mengenai kewenangan badan legislatif terhadap pihak asing. Mahkamah hanya dapat memutuskan apakah Act of Legislature tersebut ultra vires atau bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum umum dalam hukum internasional. Mahkamah berpendapat bahwa Act of Parliament merupakan lembaga tertinggi yang dibentuk dan disetujui oleh Raja sehingga Mahkamah tidak dapat melampaui

kewenangannya. Mahkamah mempertimbangkan banding yang diajukan Mortensen dimana ia menyatakan maksud dari undang-undang tersebut adalah undang-undang Inggris hanya dapat diterapkan pada orang Inggris atau pada orang asing yang berada di wilayah teritorial Inggris. Mortensen bukan merupakan orang Inggris dan tempat terjadinya kasus (locus

delicti) yang berada dalam jarak lebih dari 3 mil, bukan termasuk teritorial Inggris, sehingga Mortensen berpendapat bahwa ia tidak dapat dijerat dengan undang-undang tersebut. Dasar pertimbangan Mahkamah adalah bahwa Moray Firth seharusnya dipandang sebagai common heritage of mankind dan berlaku hukum internasional sehingga hukum nasional Inggris tidak dapat diberlakukan di wilayah tersebut karena Inggris tidak memiliki kedaulatan terhadap Moray Firth.

Anda mungkin juga menyukai