Anda di halaman 1dari 40

Judul : Pola Pembinaan Teater Titik Dua Pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar

(Studi Manajemen Pertunjukan).

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tehnologi dan sains dewasa ini semakin maju pesat, kemajuan ini tidak lepas dari pendidikan yang memengaruhi pola pikir manusia dalam upayanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Suatu negara akan maju jika sumber daya manusianya berkualitas. Hal ini tampak pada negara-negara yang walaupun sumber alamnya kurang namun sumber daya manusianya berkualitas ternyata menjadi negara yang maju seperti contoh Singapura, dimana Sumber Daya Alamnya (SDA) kurang tapi pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) mampu dimaksimalkan. Masalah-masalah di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda antara lain menyangkut perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan pemerataan mutu pendidikan, keserasian pendidikan pengelolaan dengan sistem dan

kebutuhan pendidikan,

pembangunan, tepat guna dan hasil guna

peningkatan dan perluasan pendidikan luar sekolah, dan pembinaan generasi muda pada umumnya. Berbagai masalah tersebut berkaitan satu sama lain sehingga keseluruhan kebijaksanaan dalam mengatasinya secara lebih mendasar dengan sendirinya merupakan suatu kebulatan pula.

Selain batasan-batasan masalah yang disebutkan diatas peranan kita sebagai manusia tidak hanya pada aspek kehidupan, akan tetapi, termasuk didalamnya melalui usaha pembinaan kesenian daerah. Hal ini dianggap penting bila dikaitkan dengan usaha menumbuhkan kepercayaan diri sendiri, dan bangga pada warisan leluhur. Sesuai program pemerintah yaitu usaha pelestarian kebudayaan nasional dan diperkuat Kepman Dikbud Tanggal 18 juli 1987 Nomor 014.6a/U/1987 tentang pengembangan kesenian dan kualitas seni masyarakat dengan usaha pengkajian, pengembangan, penyebarluasan, dan peningkatan mutu seni dalam masyarakat. Perlunya melestarikan kebudayaan nasional terhadap bangsa sendiri adalah bentuk apresiasi yang sangat membanggakan sebagai kader penerus bangsa. Bertolak dari program pemerintah tersebut, semua itu tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan usaha jika individu berjalan sendiri-sendiri. penyebarluasan Dalam dan

mengupayakan

pengkajian,

pengembangan,

peningkatan mutu seni, pada hakekatnya perlu sebuah organisasi yang mewadahi agar bisa mempunyai ruang gerak yang luas serta tujuan yang direncanakan bisa tercapai dengan efisien. Siagian (2007:25) mengemukakan bahwa salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh manusia di masa yang akan datang adalah untuk menciptakan organisasi yang semakin beraneka ragam tetapi sekaligus menuntut pengelolaan yang semakin efisien, efektif dan produktif. Melihat perkembangan kesenian di masyarakat dewasa ini, dengan bermunculnya beraneka ragam bentuk organisasi dan kursus-kursus yang

bergerak dalam berbagai bidang kesenian, merupakan hal yang menggembirakan.

Organisasi dan kursus-kursus tersebut merupakan wadah penanaman dan pengembangan apresiasi seni budaya. Mengingat pentingnya apresiasi seni budaya nasional dalam pembangunan watak bangsa, perlu kiranya sikap yang sama dalam membina dan memberikan pedoman pertumbuhannya. Para petugas yang berkecimpung dalam pengembangan kesenian wajib mengenal sebaikbaiknya segala bentuk kegiatan, corak dan jenis perkembangan kesenian di daerahnya., sekaligus wajib memberikan bimbingan yang terarah. Bimbingan yang diberikan meliputi bidang organisasi (bentuk wadahnya) dan bidang teknis (isi kegiatannya). Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, mengandung arti bahwa manusia menbutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dengan menbentuk kelompok-kelompok, karena tujuan dari usaha manusia akan lebuh mudah diperoleh dengan cara bersama-sama daripada sendiri. Mahasiswa sebagai manusia biasa tentunya tidak dapat hidup tanpa bersinggungan dengan mahasiswa yang lain, yang mana hal tersebut dapat dilakukan dengan menbentuk organisasi atau lazim dikenal dengan istilah organisasi kemahasiswaan (ORMAWA). Organisasi kemahasiswaan ini adalah salah satu pola pembinaan bagi setiap mahasisiwa yang ingin belajar dilingkup kelembagaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sebagai salah satu komponen civitas akademika di Perguruan Tinggi mahasiswa memiliki karakteristik yang heterogen, kedudukan dan fungsinya yang sangat strategis perlu dibina dan dikembangkan. Mereka sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup potensial perlu ditingkatkan daya kreativitasnya agar

kelak menjadi lulusan yang sesuai dengan tujuan diselenggarakan pendidikan di Universitas Negeri Makassar (UNM) dan tujuan Pendidikan Nasional. Untuk menuju kesana perlu diupayakan suasana kampus yang kondusif dalam bentuk kegiatan kurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang utuh. Teater Mahasiswa yang lahir dilingkungan akademis, tentunya punya warna tersendiri. Ini tidak lepas dari dialektika peran pekerja teater kampus untuk mengontrol perkembangan isu-isu sosial disekitarrnya. Teater mengajarkan kita bagaimana memahami kekurangan kita. Ibarat cermin, ia refleksi kepada kita tentang siapa diri kita sesungguhnya, lebih jauh lagi bisa menjadi orang lain. Dari sinilah dapat dimengerti bagaimana manusia dapat saling memanusiakan. Persepsi selama ini bahwa teater mahasiswa hanya sekedar ajang coba-coba buat para seniman di kampus untuk beraktualisasi diri, sudah sewajarnya dibuang jauh-jauh. Ini dapat dilihat dari eksistensi kelompok teater yang hampir ada di setiap institusi perguruan tinggi yang ada di indonesia. Keberadaan mereka tentunya akan lebih berarti bilamana dibarengi dengan lahirnya inovasi-inovasi dalam berkarya. Inovasi yang dimaksudkan adalah dengan membuat suatu kegiatan pementasan berskala manajemen seni pertunjukan. Manajemen dapat diartikan sebagai ajang bisnis bagi para pelaku produksi. Tetapi ada perbedaan yang mendasar antara bisnis ekonomi dan manajemen seni, hal ini sesuai yang dikatakan oleh Suka Hardjana (1: 1995) walaupun sama-sama berurusan dengan bisnis, namun ada satu hal mendasar yang membedakan antara sifat-sifat manajemen bisnis ekonomi yang mentargetkan diri pada keuntungan

final dalam produknya dengan manajemen seni yang dalam prosesnya mengacu kepada suatu tujuan untuk mencapai satu sistem nilai. Hal sama diutarakan oleh Dadang suganda (2002: vii) mengatakan, apabila kita bertanya kepada para penggiat seni pertunjukan yang berada di jalur kesenian modern, belum tentu mereka menjawab bahwa manajemen penting dalam kegiatan produksi seninya, karena yang dikedepankan adalah nilai-nilai artistiknya. Jazuli (1994) juga berpendapat bahwa suatu kenyataan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seni pertunjukan tidak terlepas dari faktor hegemoni (kekuasaan) penentu kebijakan, pasar, dan tehnologi yang berperan sebagai pendukung ataupun pelindung. Masing-masing faktor sangat berpengaruh terhadap sistem penyelenggaraan dan kualitas sajian seni pertunjukan. Antara seniman, pendukung dan pelindung akan akan senantiasa menjalin dialektika (tawar menawar) dengan dinamika kehidupan manusia sesuai dengan konteks zamannya. Tiga pendapat diatas tentang manajemen mengartikan manajemen seni pertunjukan itu sebagai sistem nilai yang lebih diprioritaskan dan kualitas sajian seni pertunjukannya. Sistem nilai yang dimaksud adalah apakah karya yang dipentaskan mempunyai nilai-nilai sosial, artistik atau ekonomi dan kualitas

sajian seni yang diperlihatkan bukan hanya sekedar karya yang asal jadi apalagi jika menyangkut banyak orang. Wilayah manajemen khususnya seni pertunjukan adalah jenis kesenian yang komplek. Untuk mewujudkannya diperlukan beberapa cabang seni yang berbeda. Faktor utama yang sering menjadi masalah dalam lingkup manajemen yaitu foundrasing. Foundrasing yang dimaksud yakni dana awal yang selalu jadi

masalah utama dalam perencanaan setiap kegiatan apalagi yang berskala besar. Di wilayah kampus khususnya Universitas Negeri Makassar (UNM) sendiri mempunyai batasan anggaran bagi setiap organisasi kemahasiswaan dan terkadang tidak sepenuhnya cair. Suatu kendala besar jika tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari pihak yang bersangkutan seperti birokrasi. Bayangkan saja jika membuat kegiatan besar dan sumber dana yang diharapkan tidak sepenuhnya tersalurkan, terus pencarian dana dalam bentuk apalagi yang akan dilakukan ?, melihat realita yang terjadi jika mahasiswa yang membuat sebuah event khususnya seni pertunjukan kurang mendapat respon dari instansi yang diharapkan. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seni UNM sebagai kantong budaya dalam pengembangan bakat dan minat civitas akademika dibidang seni penulis berasumsi, keadaan manajemennya seperti itu. Melihat ada beberapa bidang seni yang lazim disebut tangkai seni seperti seni teater ( Teater Titik Dua), seni tari ( Bunga Eja), seni rupa, seni musik (Walasuji) dan seni sastra. Semua bidang itu memiliki wilayah tertentu dan bentuk pola pengembangannya masing-masing juga berbeda. Teater Titik Dua sebagai salah satu tangkai seni dalam struktural pengurusan hanyalah sebuah nama kelompok drama yang tujuannya hanya untuk lebih dikenal di khalayak ramai (wawancara tanggal 6 januari 2012 oleh Roni Salassa).

Hal senada dikatakan Putu Wijaya (2007; 4-5) mengatakan bahwa kata teater umumnya dipakai untuk memberikan nama kelompok drama dan kata teater juga dipakai untuk menamakan aliran drama. Hal ini membuat penulis tertarik dan mendapat inspirasi untuk melakukan penelitian dalam aspek Pola Pembinaan Teater Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar (Studi Manajemen Pertunjukan) yang dianggap menarik untuk diangkat dalam skripsi.

B. Rumusan Masalah Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secaara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu (Suryabrata 1983: 65). Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, segala aspek dalam penelitian perlu diikuti secara sistematis agar mendapatkan hasil yang jelas dan memuaskan. Uraian latar belakang keberadaan masalah diatas dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola pembinaan Teater Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar dalam

melakukan pelatihan teater? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung efektivitas proses pegelolaan manajemen pertunjukan Teater Titik Dua pada Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar dalam membentuk tim manajemen produksi?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan pelaksanaan penelitian ini diharapakan untuk bisa mendapatkan data atau informasi yang jelas, lengkap dan benar tentang Teater Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar dalam hal pola pembinaan khusunya taeter dan proses manajemen pertunjukannya: 1. Untuk menjawab, mengetahui dan mendeskripsikan pola pembinaaan Teataer Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar Makassar dalam melakukan pelatihan teater? 2. Untuk menjawab, megetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung efektivitas proses pegelolaan manajemen pertunjukan Teater Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar dalam

membentuk tim manajemen produksi?

3. Manfaat Penelitian Pada akhirnya peneltian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis, hasil penulisan ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian karya-karya ilmiah selanjutnya, khususnya bagaimana membaca dan memaknai pola pembinaan organisasi dilingkup mahasiswa khususnya manajemen pertunjukan seni. 2. Sebagai bahan referensi khususnya bagi mahasiswa program studi Sendratasik, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni sendiri. 4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proposal penelitian terdiri atas: a) Bab I Pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. b) Bab II Tinjauan Pustaka dan kerangka pikir. c) Bab III Metode Penelitian terdiri atas variabel desain penelitian, defenisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

II.

Tinjauan Pusataka dan Kerangka Berpikir A. Tinjauan Pustaka Cakupan tinjauan pustaka pada bagian ini akan diketengahkan acuan teori

yang akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Teori yang dikemukakan merupakan dasar pemikiran untuk menemukan pemecahan sebuah masalah sesuai dengan masalah yang diteliti. 1. Pola Pembinaan Teater Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989; 692) diartikan pola; (1) gambar yang dipakai untuk contoh batik, (2) corak batik atau tenun, (3) potongan kertas yang dipakai sebagai contoh dalam membuat baju dsb; model. Pembinaan berasal dari kata bina yang berarti bangun/bangunan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Mangunhardjana dalam skripsi Endah Melasari (2007; 27) mengartikan pembinaan sebagai latihan pendidikan, pembinaan. Sejauh berhubungan dengan

pengembangan manusia, pembinaan menekankan pengembangan manusia pada segi praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Dalam pembinaan orang dibantu untuk mendapatkan pengetahuan dan menjalankannya. Apabila berjalan baik, pembinaan dapat membantu orang yang menjalaninya untuk : a. Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya b. Menganalisis situasi hidup dari segala segi positif dan negatifnya c. Menemukan masalah hidup d. Menemukan hal atau bidang hidup yang sebaiknya diubah dan diperbaiki e. Merencanakan sasaran Fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal antara lain: 1) Penyampaian informasi dan pengetahuan 2) Perubahan dan pengembangan sikap 3) Latihan dan pengembangan kecakapan serta ketrampilan Dalam pembinaan, ketiga hal itu dapat diberi tekanan yang sama atau diberi tekanan berbeda dengan mengutamakan salah satu hal. Proses pembinaan ini berlangsung pertama kali di lingkungan keluarga. Orang tua dan keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama penanaman sopan santun dan budi pekerti bagi anak. Baru kemudian, proses penanaman ini akan dilanjutkan oleh para guru dan masyarakat. Ketiga unsur ini hendaknya bekerjasama secara harmonis. (Ratnawati 2000:43). Dengan demikian pembinaan merupakan suatu tindakan untuk mendidik, membina, membangun watak, akhlak serta perilaku seseorang agar orang yang

bersangkutan terbiasa mengenal, memahami dan menghayati sifat-sifat baik sehingga sikap dan perilakunya mencerminkan budi pekerti luhur. Berbeda halnya dengan pembinaan teater yang lebih dikhsuskan untuk pemeranan teater dimana menggunakan manusia sebagai alat pernyataan dirinya. Karena menggunakan manusia maka pembinaannya tidak lepas dari pembinaan pemeran itu sendiri. Yang tentu saja manusia. Sebagai manusia pemeran tentu saja akan menyangkut masalah psikologis, sosial, ekonomis, dan sosial budaya, dsb. Ada tiga tingkat yang dapat dilakukan dalam pembinaan seorang pemeran: a. Mempersiapkan sarana jasmani dan rohani sebagai titik tolak modalnya. Penguasaan pada kelenturan, ketegangan tubuh,

kekendoran ototnya. Penguasaan pernapasan, artikulasi, tinggi rendah, warna vocal, dan kualitas suara. Penguasaan panca indera (permainan yang melatih kepekaan salah satu panca indera).Mental rohani, pemenuhan pada masalah etika, sikap hidup dan moral (memperdalam keagamaan, budi pekerti, dsb). Daya intelegensia, sikap pemikiran, dan logika wajar. Masalah estetika. Kepekaan denga keindahan (memperdalam masalah kesenian kebudayaan, bergaul dengan para seniman dan budayawan. Dalam penguasaan tubuh dan rohaninya diperlukan latihan-latihan yang rutin dan ajeg untuk terus mencapai jenjang tertinggi dalam penguasaan sarananya. b. Manusia sebagai pemeran mulai melangkah yang mendekatkan dirinya masalah sarana langsung kepada sumber daya pemeran

secara umum yakni: Hubungan denagn ruang, penguasaan terhadap area permainan, hubungan dengan property dan orang lain, hubungan dengan peran yang akan dibawakan. laku dramatis, ialah guna dan tujuan kata-kata, gerak laku, dan catatan lakon ingatan emosi, perbendaharaan rasa yang pernah dialami

pembangunan watak, penciptaan peran dari sisi fisik, mental, dan emosional pengamatan, kesanggupan mengamati dengan setiap anggota tubuh irama, penguasaan terhadapa perubahan dan perkembangan segala unsur dalam peran dan lakon. c. Manusia pemeran masuk pada masalahnya, yaitu peran yang akan dibawakan; (1) analisa pikir dan rasa terhadap gambaran watak yang akan dibawakan (2) identifikasi penggambaran watak (3) mencari personifikasi terhadap watak yang akan dibawakan (4) menghadirkannya diatas pentas (5) mengadakan latihan diluar latihan. Pola pembinaan ini adalah pembinaan menuju professional sejati, jadi jika dilakukan pembinaan yang kurang atau pembinaan yang dimodifikasi maka itu sah-sah saja asal tetap berada pada jalur yang benar, sesuai dengan tujuan berkeseniaannya (http://wisatateater.blogspot.com/2011/03/pembinaan-pemeranan.html) Teater Arti teater sendiri berasal dari kata Yunani, theatron, yang artinya , tempat atau melihat (Romawi, auditorium; tempat mendengar). Atau, area yang tinggi

tempat meletakkan sesajian untuk para dewa Teater juga diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain dan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi pentas peristiwanya) (Riantiarno, 2011: 1). Teater menurut RMA. Harymawan 1986; 2 mengatakan bahwa teater mempunyai dua arti yakni (1) Dalam arti luas : teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan didepan orang banyak. (2) Dalam arti sempit : Drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas. a. Asal Usul Teater Menurut dramaturgi (Barat), drama lahir dimasa yunani kuno berkat adanya penyembahan Dewa Dyonisos, Dewa Anggur dan Kesuburan. Upacara yang dilaksanakan oleh seorang pendeta itu merupakan pujipujian dan pemujaan yang kemudian melahirkan apa yang disebut monolog: pembicaraan oleh satu orang. Pada perkembangan selanjutnya, puji-pujian dari pendeta disahut oleh pendeta yang lain, sehingga lahir yang disebut dialog, yaitu percakapan antara dua orang yang berhubungan dengan upacara. Dapat disimpulkan bahwa teater itu lahir secara alamiah dengan hanya melihat proses kehidupan atau sebuah peristiwa kemudian dipelajari secara bertahap. b. Teater Sebagai Seni Kolektif Perkembangan teater dewasa ini, kini memiliki bermacam-macam kecendrungan. Ada yang mengutamakan pendidikan, pembinaan moral,

perenungan, pencapaian bentuk-bentuk artistik, terapi sosial, alat politik dan propaganda, hiburan dan sebagainya. Menurut Putu Wijaya 2007 teater merupakan gabungan seni musik, seni laku, seni suara, seni tari, seni sastra, bahkan juga multimedia. Dengan berbagai unsurnya itu, tetaer memiliki potensi untuk memberikan pengalaman batin, baik kepada para pendukungnya maupun penontonnya. c. Unsur-Unsur Teater

Unsur-unsur dasar yang terdapat dalam seni teater terdiri dari : (1) Tema adalah pikiran pokok yang mendasari suatu cerita dalam teater. Tema dapat diambil dari berbagai sumber mulai dari masalah percintaan, keluarga, lingkungan alam, penyimpangan sosial dan budaya, sejarah, sampai pada politik dan pemerintahan. Tema dispesifikasikan menjadi sebuah topik dan kemudian topik dikembangkan menjadi sebuah cerita dengan dialog-dialognya. Pada dasarnya nilai-nilai tema ini dapat diambil untuk kehidupan kita sehari-hari (2) Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalannya cerita. Plot terdiri dari konflik yang berkembang secara bertahap (3) Latar memengaruhi jalannya cerita, bahkan watak tokoh. Pelatar inilah yang membuat sebuah drama mempunyai karakteristik sendiri. Latar berguna untuk mewujudkan penggambaran yang mencerminkan tempat terjadinya cerita yang sedang dipentaskan (diakses melalui internet: (http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/unsur-dasar-dan-jenisteater/).

RMA. Harymawan 1988; 3 mengatakan bahwa ada empat formula dramaturgi yang harus dipahami sebelum melakukan proses tetaer yaitu, (1) M1 : Mengkhayalkan (2) M2: Menuliskan (3) M3 : Memainkan (4) M4 : Menyaksikan.

Unsur-unsur dalam pertunjukan teater megandung nilai estetis. Nilai estetis yang dimaksud mengandung arti adanya persiapan dan latihan-latihan. Semua itu dilakukan berulang-ulang, sehingga tercapai seperti yang dikehendaki.

d. Aliran (Sastra) Drama Dalam memulai konsep garapan naskah teater atau drama banyak aliran yang mesti harus dimengerti, khusunya bagi seorang sutradara. Berikut ini aliran yang dibagi oleh Riantiarno (2011: 7) : 1.) Klasik Konvensi atau aturan penulisan didikuti dengan sangatb ketat. Misal, lakon harus diikat oleh struktur dan jumlah babak yang baku. 2.) Neonklasik Hukum sebab akibat, kebenaran dan kekuasaan tuhan YME adalah mutlak (drama Keagamaan). 3.) Romantik Manusia bisa menentukan sendiri nasib dan takdirnya. 4.) Realisme

Penyajian kehidupan sehari-hari yang sering terlewatkan. Harapan enjadi tumpuan dalam menghadapi dunia yang suram. 5.) Simboisme Kenyatan yang maya, ditafsir kembali. Selalu ada kenyataan lain dibalik kenyataan yang tampak. 6.) Ekspresionisme Penafsiran kembali dari Realisme, Penggalian detail. 7.) Epik Teater harus menjadi asing kembali (Alienasi). Sebuah upaya untuk menemukan kembali kekuatan teatrelnya. 8.) Absurd Tidak ada kebenaran mutlak. Teater titik Dua Pada Unit Kegiatan Mahasiswa seni biasanya mengusung dua aliran sastra drama yakni Realisme dan Kontemporer. e. Pentas Seacra fisik bentuk pentas dibagi menjadi tiga macam, yaitu pentas tertutup, pentas terbuka serta pentas kereta. Pentas tertutup dapat terdidri dari pentas/panggung proscenium atau panggung portable dan juga dapat arena. Sedang pentas terbuka lebih dikenal dengan sebutan open air stage, bentuknya jag bermacam-macam ragam Halilintar Lathief (1986: 5). 2. Organisasi

Kamus besar bahasa Indonesia edisi ke empat (2008; 988) menyebutkan bahwa organisasi (1) kesatuan yang terdiri atas bagianbagian dalam perkumpulan (2) kelompok kerja sama antara orangorang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Secara etimologi To organize to organ organon (Anglo sexon Greak/Yunani); organum (latin) = alat, bagian, anggota/badan; to organize = menyusun bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu kesatuan sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai tujuan.

Halilintar Lathief (2009; 1) mengatakan, berdirinya sebuah organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan cepat dan efisien, dimulai seseorang atau beberapa penginisiatip yang memprakarsai dengan mengundang beberapa orang yang dianggap menaruh minat akan organisasi yang segera dibentuk tersebut lalu mengadakan pertemuan membahasnya seminggu sebelumnya. Menurut Pfiffner dan herwood (Jazuli 2001; 12) organisasi merupakan pola yang berjalan ditempat dari sejumlah manusia, yang didalamnya terdapat kompleksitas tugas, interaksi yang disadari, perumusan dan pencapain tujuan bersama yang sistematis dan disepakati. Organisasi bukanlah hanya sekedar tempat berkumpul akan tetapi merupakan wadah untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan

demi mencapai tujuan bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Ralp currier Davis (Sutarto, 1992: 21), bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konsep organisasi perlu pemahaman lebih setiap individu yang akan terjun di dunia organisasi seperti halnya permasalahanpermasalahan yang akan terjadi dalam internal kelembagaan. Menurut Richard E. Kopelman (1986: 24) bahwa perilaku kerja (work behavior) individu dilingkungan organisasi dipengaruhi oleh tiga hal besar yaitu kondisi dan keadaan lingkungan luar organisasi (environment), karakteristik organisasi (organizational characteristic) seperti struktur organisasi, system imbalan, kepemimpinan, gaya manajemen dan sebagainya serta karakteristik pekerjaan (work characteristics) a. Syarat-syarat Organisasi Halilintar Lathief (2009; 2) mengatakan bahwa dalam organisasi apapun bentuknya, dituntut persyaratan-persyaratan yang meliputi : (1) harus mempunyai anggota yakni orang-orang yang sepaham; (2) mempunyai pengurus untuk melaksanakan kerjasama; (3) mempunyai peraturan yang menjelaskan tujuan yang akan dicapai. Pengurus bagi suatu organisasi adalah syarat mutlak. Jika organisasi berdasarkan demokrasi, maka pemilihan pengurusnya sebaiknya dari anggota serta tidak berdasar keahliannya berpidato. Dalam

lingkup organisasi perlu aturan yang harus dipegang dan dijadikan sebuah landasan utama. b. Hakekat Organisasi Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial, mangandung arti bahwa manusia menbutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha untuk memepermudah pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dengan menbentuk kelompok-kelompok, karena tujuan dari usaha manusia akan lebih mudah diperoleh dengan cara bersama-sama daripada sendiri. Hakekat organisasi adalah sebuah bentuk yang secara sadar diciptakan manusia guna mencapai tujuan yang dikehendaki (Jazuli 2001;12). Seorang pengelolah organisasi harus menyadari tri-sadar, yakni, sadar berideologi, sadar bernegara, sadar berorganisasi. Sadar berideologi adalah kesadaran akan adanya faham atau ilmu atau cita-cita yang diyakini. Namun ia harus mengerti akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik. Kesadaran berorganisasi akan didapatkan jika telah menyadari akan adanya tujuan tertentu yang akan dicapai, kesadaran terhadap adanya bimbingan bersama dan kesadaran akan adanya saling pengertian antara sesama anggotanya Halilntar Lathief (2009: 3). c. Unsur-unsur Organisasi

Unsur dasar yang membentuk suatu organisasi terdiri dari : 1. Anggota organisasi.

Yaitu, Orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi, membentuk organisasi serta terlibat dalam beberapa kegiatan primer. Orang-orang ini terlibat juga dalam kegiatan pemikiran-pemikiran yang meliputi konsepkonsep, penggunaan bahasa, pemecahan masalah, dan pembentukan gagasan. Mereka juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia lainnya yang bukan aspek intelektual. Mereka juga terlibat dalam kegiatan selfmoving (mencakup kegiatan fisik). Dan mereka terlibat juga dalam kegiatan elektrokimia yang mencakup brain synaps (daerah kontak otak tempat impuls saraf ditransmisikan hanya ke satu arah).

2. Pekerjaan dalam organisasi

Pekerjaan ini terdiri dari tugas-tugas formal dan tugas-tugas informal. Tugas-tuguas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. Pekerjaan ini ditandai oleh tiga dimensi universal ;

1) 2) 3) 4)

Isi Keperluan Konteks Praktik-praktik pengelolaan Tujuan primer pegawai manejerial adalah menyelesaikan pekerjaan

melalui usaha orang lainnya. Manejer membuat keputusan mengenai bagaimana orang-orang lainnya, biasanya bawahan mereka, menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka.

Sebagian manejer membawahi para pekerja yang beroperasi dan sebagian lainnya membawahi manejer-manejer lainnya diakses melalui internet (http://zeincom.wordpress.com/2011/10/22/cuoto/).

d. Organisasi Kemahasiswaan

Oraganisasi kemahasiswaan merupakan sebuah organisasi yang anggotanya adalah para mahasiswa (aktivitas) yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tiggi yang penyelenggaraannya berdasarkan pada prinsip dari, ole dan untuk mahasiswa. Hal tersebut sesuai keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 155/U/1998 tentang pedoman Umum Organisasi kemahasiswaan yakni: Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggrakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiwa (Pasal 2 Kepmendikbud No 155/U/1998). Berdasarkan tingkat kepastian struktur yang diutarakan oleh Herbert G. Hicks, maka organisasi kemahasiswaan termasuk kategori organisasi formal karena secara struktur dan kewenangan sudah terinci dan terprogram dengan jelas. Organisasi kemahsiswaan dapat diklasifikasikan menjadi dua menurut keberadaanya, yakni organisasi intrauniversiter dan organisasi ekstrauniversiter.

Organisasi intrauniversiter adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan kampus dan mendapat

pendanaan keggiatan mahasiswa dari kampus, sedangkan organisasi ekstrauniversiter adalah organisasi yang kedudukannnya berada diluar kampus yang anggotanya berbagai universitas. adalah mahasiswa yang berasal dari

Mengacu pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudyaan Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi

kemahasiswaan yang menyebutkan bahwa Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan penigkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi (Pasal 1 Kepmendikbud no 155/U/1998). Dapat diambil kesimpuan bahwa tujuan dari organisasi kemahasiswaan adalah sebagai media pengembangan penalaran mahasiswa serta menbentuk karakter mahasiswa yang kritis, ilmiah, organisatoris dan pengabdi terhadap masyarakat.

3.

Manajemen a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari bahasa latin manui, berarti tangan yang memegang kuda kendali. Untuk dapat menghasilkan kualitas pertunjukan dengan baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya, yang harus diatur dan/ atau dikelola dengan proses manajemen secara baik pula (Dadang Suganda 2002: 19-20).

Istilah lain manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management berasal dari kata kerja to manage, artinya mengatur, mengelola, mengendalikan sesuatu. Manajemen dapat dimengerti sebagai kegiatan kepemimpinan atau proses bimbingan dan pengawasan dalam segala bentuk usaha pencapaian tujuan yang dilakukan oleh pejabat atau pemimpin (Jazuli 2001: 34). Halilintar Lathief (1993: 7) mengartikan manajemen sebagai tindakan atau seni mengurus, mengatur, mengarahkan dan mengawasi (the actor art managing, conduct, direction and control). Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (1972). Millett dalam Siswanto (2007: 1) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen sebagai suatu proses yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan. b. Fungsi dan Tujuan Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan

acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan

(http://tantipuspita.blogspot.com/2011/01/fungsifungsimanajemen.html). Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:

1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. 2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan

pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk

melaksanakan

tugas-tugas

yang

telah

dibagi-bagi

tersebut.

Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk

mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut: Planning Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran. Organizing Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Leading Pekerjaan leading meliputi :

Mengambil keputusan. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.

Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.

Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

Directing/Commanding Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi

bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat

dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Motivating Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan. Coordinating Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi. Controlling Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang

benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula. Reporting Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi. Staffing Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Forecasting Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan. Tool of Management Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6 M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Manajemen timbul karena adanya orangorang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.

Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode saat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan.

B. Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka, diperoleh kerangka pikir yaitu: Teater Titik Dua Unit Kegiatan Mahasiswa Seni

Pengelolaan Manajemen secara Efisien, Efektif dan Produktif

Pengembangan Organisasi.

Produktifitas dan Prestasi Kerja Skema 1. Kerangka pikir

III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini meliputi semua unsur yang terkait dengan pola pembinaan Teater Titik Dua, terdiri atas pengelolaan manajemen pertunjukan dan pengembangan organisasi. Adapun unsur-unsur yang menjadi topik utama dalam penelitian ini adalah: a. Pola Pembinaan Teater Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar (Studi Manajemen Pertunjukan). b. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung efektivitas proses pegelolaan manajemen pertunjukan Teater Titik Dua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar dalam membentuk tim manajemen produksi. 2. Desain Penelitian Pola Pembinaan Teater Titik Dua UKM SENI UNM Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung efektivitas proses pegelolaan manajemen pertunjukan Teater Titik Dua UKM SENI UNM Pengolahan dan analisis data Kesimpulan

Skripsi Skema 2. Desain penelitian

B. Defenisi Operasional Variabel Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu: a. Pola pembinaan Teater Titik Dua adalah sebuah proses belajar bagi individu dimana dibantu pengembangan sikap,kreatif, kecakapan dan pengetahuan untuk dijalankannya. b. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung efektivitas pelaksanaan seni pertunjukan Teater Titik Dua adalah segala aspek yang berhubungan dengan penyebab maju atau mundurnya Teater Titik Dua pada Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Universitas Negeri Makassar baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sebahagian dari individu atau kelompok yang dapat diamati dari beberapa anggota kelompok (Arikunto, 1996: 115). Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadin objek penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar (UNM).

2. Sampel Sampel adalah sebahagian dari individu yang dijadikan sebagai objek peelitian yang dapat mewakili populasi. Menurut Sutrisno Hadi (1989: 221) bahwa sampel adalah sejumlah penduduk yang kurang dari populasi dan juga sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama. Berdasarkan populasi tersebut maka diambil data sampel sebagai subjek penelitian. Oleh karena itu, penulis menetapkan sampel yang akan dijadikan subjek dalam penelitian. Sampel tersebut dipilih dengan menggunakan teknik randomize sampling yaitu cara pengambilan sampel, dimana sampel diambil melalui acak atau secara acak (Prasetyo & Jannah, 2005). Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengurus dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni khususnya Tangkai seni Teater titk Dua. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Peneliti dalam hal ini menggunakan wawancara tak berstruktur atau bebas (non-structured interview) dan terbuka. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara dimana arah pembicaraannya sekehendak, tidak

terbimbing ke suatu tema pokok tertentu (Subagyo, 1991). Oleh karena sifat pembicaraan yang demikian, maka suasana dalam wawancara itu akan benarbenar bebas, sehingga apa yang terkandung di hati dapat dilahirkan tanpa

ragu-ragu. Jadi, tidak akan ada hal-hal yang dengan sengaja disembunyikan. Sementara wawancara terbuka dimaksudkan agar subjek dapat mengetahui bahwa dirinya sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dari diadakannya wawancara tersebut. 2. Observasi Observasi merupakan kegiatan dengan sengaja dan sistematis melakukan pengamatan terhadap aktivitas individu sehari-hari. Nasution dalam skripsi Marwah (2010: 24) mengemukakan bahwa observasi merupakan proses aktif yang menekankan peneliti untuk memilih apa yang akan diamati dan yang hanya diamati tersebut yang akan menjadi data dari penelitian yang dilakukan. Rahayu dan Ardani (2004:1-3) mengungkapkan bahwa observasi dapat berarti pengamatan yang bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Pada dasarnya hasil observasi mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitasaktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. 3. Dokumentasi Salah satu teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah melalui dokumentasi. Dokumentasi dapat berupa dokumen baik yang

berbentuk audio maupun visual, maupun keduanya. Foto memiliki keunikan tersendiri, karena dapat memberikan gambaran mengenai situasi pada detikdetik tertentu sehingga dapat menjadi bahan deskriptif. Dokumentasi ini kemudian dapat menjadi pelengkap dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti. E. Teknik Analisis Data Nasution (1996) mendefenisikan bahwa analisis data sebagai proses menyusun data agar dapat diberi suatu makna, menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi tersebut menggambarkan pandangan peneliti bukan suatu kebenaran, dimana interpretasi hasil penelitian tidak hanya dilakukan pada taraf akhir, akan tetapi dilakukan sepanjang penelitian. Kebenaran hasil penelitian juga masih harus dinilai oleh orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lainnya. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data yaitu:

1.

Reduksi data Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis kembali atau diketik

dalam bentuk laporan yang rinci. Laporan ini akan terus bertambah seiring dengan jalannya penelitian, sehingga akan kesulitan apabila tidak segera dianalisis sejak awal. Data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam mengenai hasil dari pengamatan, dapat pula memudahkan peneliti untuk mencari kembali data yang telah diperoleh apabila diperlukan. Selain

itu, reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu. 2. Penyajian data Penyajian data bertujuan untuk memperlihatkan gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian, sehingga peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail. 3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi Peneliti sejak awal telah berusaha untuk mencoba mengambil kesimpulan, dimana kesimpulan itu pada awalnya masih sangat tentatif, kabur, dan diragukan. Jadi, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan tujuan untuk memastikan kebenaran dari informasi yang telah diperoleh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka analisis data yang digunakan adalah non statistik / analisis kualitatif yang memaparkan hasil penelitian secara deskriptif (studi kasus).

DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Tercetak Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Haryamawan, RMA. 1986. Dramaturgi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya bandung. Hadi, Sutrisno. 1990. Analisis regresi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Jazuli, M.2001. Management produksi Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya Limantara Cyprianus. Kopelman, Richard E. 1986. Managing Productivity in Organization: a pratical, people Oriented Perpective; McGraw-Hill Boo, Co, Singapore. Lathief, Halilintar. 1986. Pentas. Yogyakarta: Lagaligo Lathief, Halilintar. 1993. Organisasi pekerja-pekerja Panggung. Ujung Pandang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujung Pandang (IKIP). Lathief, Halilintar. 2009. Sanggar Seni. Makassar: Padat Daya. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Prasetyo, B & Jannah, L. M. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rahayu, I. T & Ardani, T. A. 2004. Observasi Dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing. Riantiarno, N. 2011. Kitab Teater Tanya Jawab Seputar Pertunjukan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (GRASINDO). Suryabarata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta. CV. Rajawali, Jakarta. Subagyo, P. J. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineke Citra. Suganda. Dadang. 2002. Manajemen Seni Pertunjukan. Bandung. Siswanto, H. B. 2007. Pengantar Managemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Siagian, S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Wijaya. Putu. 2007. Teater, Buku Pelajaran Seni Budaya. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN).

2008., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat). Jakarata: PT Gramedia Pustaka Utama. 1989., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

B. Sumber tidak Tercetak Lubis, Janner, Derman. 2011. Ciri-ciri organisasi. (Online). (http://zeincom.wordpress.com/2011/10/22/cuoto/). Diakses 28 maret 2012. Octa. 2011. Unsur Dasar dan Jenis Teater. (Online). (http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/unsur-dasar-dan-jenis-teater/) diakses 28 maret 2012. Puspita, Tanti. 2011. Fungsi-Fungsi Manajemen (Online). (http://tantipuspita.blogspot.com/2011/01/fungsi-fungsimanajemen.html, diakses 27 maret 2012 ). 2011. Pembinaan Pemeranan. (online). (http://wisatateater.blogspot.com/2011/03/pembinaan-pemeranan.html) diakses April 18, 2012. Pannyiwi, iip andi. 2009. Skripsi Manajemen Indie Community di Makassar. Makassar: UNM. Marwah. 2010. Skripsi Manajemen Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ) di Kota Makassar. Makassar: UNM Melasari, Indah. 2007. Skripsi Pola Pembinaan Budi Pekerti Di Panti Asuhan Pamardi Putra Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Semarang: Universitas Negeri Semarang (UNNES).

POLA PEMBINAAN TEATER TITIK DUA PADA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SENI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (STUDI MANAJEMEN PERTUNJUKAN)

WAHYUDI KAHAR 088 204 079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK FAKULTAS SENI DAN DESAIN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2012

Anda mungkin juga menyukai