Kala sang ruya datang di depanku Aku menanti dirimu Hingga sinarnya membakar kulitku Aku mengharapkan kabarmu Di saat dia kembali Ku tetap mengharapkan kau datang kembali Hingga rembulan mulai purnama lagi Ku mengharap kau di samping ku lagi Setiap deti ku selalu mengharapkanmu Mengertikah kau dengan keadaanku Yang tak pernah mendapatkan kepastian hatimu Haruskah ku memohon padamu Bersimpuh ku di hadapmu Hanya demi setitik kasih yang ku mau Dari dalam hatimu Mengapa harus sekejam ini rasa ku Rasa yang kau beri untukku Jujur sepenuh hati bahwa kurindu padamu Ingin ku memeluk mu Ingin ku deapat belai lembut kasihmu
Mengudara di kepalaku Hingga ujung rambutku Menyentuh pipiku Hingga meraba rasaku Akankah kudapat semua dirimu Untuk kali ini cinta Beri jawaban untukku Kepastian cinta. . .
Rumah
Karya : Kiki Yuliana
Rumah. . . Kau adalah tempat ku Kau tempat berteduhku Kau selalu melindungiki Dari hujan yg mengguyur tubuhku Rumah. . . Kau tak begitu mewah Tapi kau itu berkah Kau berjasa rumah Terasa perlunya kau rumah Rumah. . . Terimakasih kau telah melindungiku Dari sinar matahari yang memanasiku Kau adalah pahlawanku Yang selalu melindungiku. . .
Dipenghujung perjumpaan ini Tulus kami haturkan Kepada guruku yang tulus pula membimbingku Ditengah perpisahan ini Simfoni relung lubuk kami lantunkan Kepada guruku. . . Yang tulus pula membinaku Mungkin seribu kali maaf kami pinta Tak cukupo pula menghapus salah dan dosa Ku tau selama ini kami selalu membantahmu Menolak bahkan memberontak Tak sedikit pula kadang kami tak peduli Guruku jasamu tak terkira Tapi hanya seribu kali maaf kami pinta Ku tahu selama ini Lapar dahaga datang mendera Tak kau rasa. . . Panas matahari datang menyengat Tak kan membunuh api semangat Hujan deras datang mengguyur Tapi semangatmu tak pernah lintur Kini mukjizat Tuhan telah datang Anugerah illahi turun ke bumi
Seakan aku tak percaya Diluar angan dan bayangku Guruku engkaulah pahlawanku Pahlawan tanpa tanda jasa Sungguh jasamu tak kan Kulupa selama lamanya