Anda di halaman 1dari 13

3rd TEACHING AND LEARNING PROCESS LEARNING STRATEGIES PAPER

Composed to cover the teaching learning process task by : Zulia Avianti Bagus Rachmad Wijaya Dinar Sukma Nirmala Rizka Novia Rohmawati (103204017) (103204035) (103204057) (103204064)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011

Prologue Pendidikan ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlaq mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab berdasarkan falsafah pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mendukung cita-cita sebagaimana diamanatkan dlam pancasila dan pembukaan UUD 1945. Pendidikan pada umumnya dilakukan pada lingkungan formal, yakni sekolah. Sekolah mempunyai komponen-komponen yang bertanggung jawab pada pendidikan nasional. Di sekolah keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang monoton. Di samping itu, motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan proses balajar mengajar. Callahan dan clark mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah satu tujuan tertentu. Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan mempunyai semangat yang besar untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, motivasi belajar yang ada pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Strategi belajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pembelajaran di sekolah. Namun sayang, siswa tidak mendapatkan pelajaran bagaimana strategi belajar yang baik, siswa tidak diajarkan bagaimana belajar (how to learn), siswa hanya diberikan apa yang harus dipelajari (what to leran). Strategi belajar yang efektif dan mengesankan adalah impian semua siswa karena strategi yang dipilih siswa menentukan prestasinya di sekolah. Strategi belajar siswa masa kini masih sama dengan siswa puluhan tahun yang lalu. Selama ini dunia sudah banyak berubah, dunia sudah banyak berkembang, namun strategi belajar siswa di sekolah tidak berubah selama puluhan tahun. Pentingnya sistem dan strategi belajar mengajar itu untuk membangun, mendidik dan menciptakan anak didik yang memiliki potensi dan pola pikir yang baik dan positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang guru yang profesional dan menjalankan tugas pangilannya untuk memberikan apa yang telah diketahui kepada siswa di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa adalah besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu

bangsa. Bukan hanya kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan menyenakan bagi siswa serta mudah dicerna dan di pahami.
A.

The definitions of learning strategies

Here is the Learning Strategies definitions by some experts : Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Strategi belajar bersifat individual, artinya strategi belajar yang efektif bagi diri seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar efektif, seseorang perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang paling bagi dirinya.

B. Faktor Internal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa


Faktor internal diartikan sebagai faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari dalam dirinya. Faktor internal ini dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu: faktor psikologis dan faktor fisiologis.Jika diklasifikasikan secara konseptual faktor psikologis dapat digolongkan terdiri dari faktor intelektual dan faktor non intelektual. Faktor-faktor intelektual yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa dapat berupa: 1. Tingkat kecerdasan intelektual (yang populer dikenal dengan sebutan IQ) 2. Bakat Sedangkan faktor non intelektual yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari beberapa sifat kepribadian yang terdiri dari: 1. Sikap terhadap belajar

Kita ketahui bahwa sikap adalah kecendrungan ornag untuk berbuat, sikap sesungguhnya berbeda dengan perbuatan karna perbuatan merupakan inplementasi dari sikap. Dalam kegiata niat belajar, sikap siswa dalam proses belajar terutama ketika memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktifitas belajar siswa selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap siswa akan memulai suatu kegiatan belajar, bila mana ketika memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima atau kesediaan

emosional untuk belajar, maka ia akan cendrung untuk berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik, demikian juga sebaliknya. 1. Motivasi belajar Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendaya gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi yang ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki tujuan belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat didalam proses belajar antara lain, nampak melalui keaktifan bertanya, keaktipan berpendapat, pelajaran, menyimpulkan, mencatat dan mengerjakan latihan dan evaluasi. Oleh karena itu rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan. 2. Mengola bahan belajar Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah inpormasi-inpormasi yang diterima sehingga menjadi bermakna. Dalam kajian kontruktifisme mengolah bahan belajar atau mengolah informasi merupakan penting agar seseorang dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi yang telah ia dapatkan. 3. Konsentrasi belajar Konsentrasi belajar merupakan salah aspek psikologis yang sering kali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar. Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. 4. Rasa percaya diri Rasa percaya diri merupskan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu aktifitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. 5. Kebiasaan belajar Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya, seperti : belajar tidak teratur, daya tahan belajar rendah, belajar menjelang ulangan atau ujian, dll. Sejalan dengan pandangan diatas, Misunita (Dr. Aunurrahman, M.Pd,2009;186), mengemukakan bahwa kesukaran belajar dapat dikelompokan berdasarkan tahapan-tahapan pengolahan informasi yaitu : 1. Input ; kesukaran belajar pada katagori ini berkaitan dengan penerimaan informasi melalui alat indra, misalnya persepsi visual dan auditorial. Kesukaran dalam persepsi

visual dapat menyebabkan masalah dalam mengenali bentuk, posisi, atau ukuran objek yang dilihat. 2. Integration ; kesukaran yang berkaitan dengan memori atau ingatan. Kebanyakan masalah dalam katagori ini berkaitan dengn memori yang membuat seseorang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi baru tanpa banyak pengulangan. 3. Output ; informasi yang telah diproses oleh otak akan muncul dalam bentuk respon melalui kata-kata yaitu output bahasa, aktivitas otot, misalnya menulis atau menggambar.

Faktor fisiologis yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik berkait dengan bagian-bagian tubuh misalnya kesehatan tubuh yang terus terganggu, pendengaran yang kurang baik, tidak makan pagi, pengelihatan terganggu, kesiapan otak dan sistem syaraf yang kurang berfungsi dalam menerima, memroses, menyimpan, serta memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Jika ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak individu peserta didik, maka dengan sendirinya yang bersangkutan akan mengalami kesulitan belajar.

C.

Faktor Eksternal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada diluar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktifitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Factor-faktor ektern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah : 1. Faktor GuruDalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati posisi penting, meskipun ditengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah kedunia pendidikan. Dalam ruang lingkup tugasnya guru dituntut untuk memiliki sejumlah keterampilan terkait dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya. 2. Lingkungan socialLingkungan social dapat memberikan pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negative pada siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajarm karena pengaruh teman sebaya/lingkungan yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar. 3. Kurikulum sekolahDalam rangkaian proses pembelajaran disekolah, kurikulum merupakan panduan yang dujadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah. Terlebih lagi bilamana dalam kurun waktu yang belum terlalu lama terjadi beberapa kali perubahan, hal ini akan berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. 4. Sarana dan prasaranaSarana dan prasarana pembelajaran merupakan factor yang turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian penting untuk dicermati dalam upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan 5.

D. The cross-division in learning strategies


Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.

1.

Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.

a. Strategi Deduktif. Strategi ini mengolah materi atau bahan pelajaran dimulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

b. Strategi Induktif. Strategi ini mengolah materi atau bahan pelajaran dimulai yang dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

2.

Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.

3. Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan dengan para siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung. 4. Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan. E.

The kinds of learning strategies


Berbagai jenis strategi belajar yang dapat digunakan oleh siswa antara lain : 1. Strategi Mengulang

yakni melakukan tindakan pada informasi baru tersebut dan menghubungkan informasi itu dengan pengetahuan awal, terdiri dari jenis mengulang sederhana dan mengulang kompleks. Mengulang sederhana adalah strategi yang mendasar, yaitu Mengahafal bahan ke dalam ingatan dengan cara mengulang sekedar dengan suara keras atau dengan pelan terhadap informasi yang telah dihafal. Contohnya : Mengulang-ulang nomor telpon Mengulang kompleks digunakan pada penyerapan bahan yang lebih kompleks yang melakukan upaya lebih jauh dari sekedar mengulang informasi, Adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan pada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks. yakni :

Menggaris bawahi, Menemukan ide penting (pengulangan dan penghafalan lebih cepat)

Catatan pinggir, Menandai definisi (), melingkari kata yang tidak tahu, memberi tanda (*), nomor, menandai kata membingungkan

2. Strategi Elaborasi

Merupakan strategi dengan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan lebih bermakna dan menciptakan hubungan, oleh karena itu membuat pengkodean lebih memberikan dan memberikan kepastian. Strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah di ketahui. Strategi ini mengunakan skema yang telah ada di otak untuk membuat infomasi baru mudah diingat atau dipelajari. Penjabaran contohnya sebagai berikut :
a.

Pembuatan catatan

Kiewra (1989) telah menerangkan pembuatan catatan secara matriks sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi kompleks. b. Penggunaan Analogi

Analogi adalah perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide. c. PQ4R

Menurut Thomas & Robinson(1972), Preview (membaca selintas & cepat). Question (bertanya), Read(membaca), Reflect(refleksi), Recite (tanya jawab sendiri) dan review (mengulang secara keseluruhan).
3. Strategi Organisasi

Yakni mengenali atau mengambil ide-ide pokok dari kumpulan banyak informasi. dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi subjek yang lebih kecil, meliputi : a. Outlining Dalam strategi ini siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama b. Mapping Mapping pembuatan peta konsep dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, (george ponser dan alam rubinsky, 1985) c. Mnemonics Yakni membentuk asosisasi yang secara alamiah tidak ada sehingga dapat membentuk satu strategi khusus. Tujuannya untuk membantu ingatan sehingga dapat mengungar

dengan seksama dan cermat. Secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai salah satu strategi elaborasi atau organisasi, strategi ini meliputi : Chunking atau pemotongan

Strategi ini digunakan karena memori kita terbatas terhadap hal-hal yang panjang sehingga perlu kita ambil kata kunci kita masukkan dalam memori Akronim Pengambilan huruf yang mewakili dari suatu objek yang ingin kita hafal Kata berkait atau link word Strategi ini mengajari siswa bagaimana menciptakan gambaran mental yang mengkaitkan suatu kata Inggris yang telah dikenal dengan kata bahasa asing yang belum.
4. Metakognisi, Berpikir tentang berpikir dan pemonitoran pemrosesan kognitif. Contoh :

Menentukan strategi terbaik untuk memahami bacaan baru adalah membuat garis besar ide pokok

F.

The Pola pola Belajar Siswa of learning strategies

Agar penerapan strategi dari belajar siswa dapat berhasil, guru perlu mengetahu pola-pola belajar yang dilmiliki oleh siswa sehingga dapat dikorelasikan antara pola belajar dengan jenis strategi belajarnya. Gagne (Lefrancois 1975:114-120) mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe dimana yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya/yang lebih tinggi hierarkinya. There are :

Tipe I:Signal Learning (belajar signal atau tanda, isyarat)

Tipe belajar ini menduduki tahapan hierarki (yang paling dasar). Signal learningdapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat involunter (tidak disengaja dan didasari tujuannya). Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini ialah diberikan stimulus secara serempak perangsang-perangsang tertentu dengan berulang-ulang.

Tipe II: Stimulus-Respons Learning (belajar stimulus-respons, sambut rangsang)

Tipe belajar II ini termasuk ke dalam operant or instrumental condition (Kible,1961) atau belajar dengan trial and error (Thorndike). Kondisi yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor reinforcement.

Tipe III:Chaining (mempertautkan) dan tipe IV:Verbal Association (asosiasi verbal)

Kedua tipe belajar ini setaraf, ialah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lainnya. Tipe III berkenaan dengan aspek-aspek perilau psikomotorik dan tipe IV berkenaan dengan aspek-aspek belajar verbal. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya

proses belajar ini antara lain secara internal terdapat pada diri siswa harus sudah terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Di samping itu, prinsip contiguity, repetition, danreinforcement masih tetap memegang peranan penting bagi berlangsungnya proseschaining dan association tersebut.

Tipe V:Discrimination Learning (belajar mengadakan perbedaan)

Dalam tahap belajar ini, siswa mengadakan diskriminasi (seleksi dan pengujian) di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang dipandangnya paling sesuai. Kondisi yang utama untuk dapat berlangsungnya proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta memiliki kekayaan pengalaman (pola-pola satuan S-R)

Tipe VI:Concept Learning (belajar konsep, pengertian)

Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama yang diperlukan bagi proses berlangsungnya belajar tipe ini ialah terkuasainya kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

Tipe VII:Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukum-hukum)

Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep (pengertian) dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat konklusi tertentu.

Tipe VIII:Problem Solving (belajar memecahkan masalah)

Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah (memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik) dengan menggunakan berbagai rule yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Loree,1970:438-439) dalam bukunya How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai berikut: Become aware of the problem (menyadari adanya masalah) Clarifying and defining the problem (menegaskan dan merumuskan masalahnya)

Searching for facts and formulating hypotheses (mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis) coba) Evaluating proposed solution (mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan) Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental, uji

b. Memilih system belajar mengajar (pengajaran) Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:

Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri)

Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi-perumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasigeneralisasi. System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121-126). Pendekatan belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yang dipelajarinya.

Expository Learning

Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyakbanyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.

Mastery learning (belajar tuntas)

Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang bersangkutan.

Humanistic Education

Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa.
G.

The application of learning strategies

Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya. Dengan pemilihan strategi belajar yang tepat maka akan membuat siswa termotivasi dan lebih antusias terhadap materi yang diharapkan. Jika siswa antusias terhadap materi yang disampaikan maka akan memacu siswa untuk menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya untuk memahami materi tersebut sehingga materi yang dipelajarinya lebih bermakna. Dengan demikian informasi tersebut akan disimpan dalam memori jangka panjangnya dan mampu menggali potensinya untuk berfikir tingkat tinggi, selain itu, guru disini juga berperan dalam memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan. Hal ini juga membantu siswanya agar tidak jenuh dengan adanya variasi-variasi dari strategi belajar. Jadi pada prinsipnya, strategi pembelajaran ini berpusat pada siswanya.

Daftar Pustaka

Sumarto, alim. 2011. Faktor Internal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/faktor-internal-penyebab-kesulitan-belajar-siswa. diakses 2 April 2012 Sumarto, alim. 2011. Faktor Internal Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/faktor-eksternal-penyebab-kesulitan-belajar-siswa. diakses 2 April 2012 Sofa. 2008. HAKIKAT STRATEGI BELAJAR MENGAJAR.
http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-strategi-belajar-mengajar/. diakses

2 April 2012 Junasion, 2010. STRATEGI BELAJAR MENGAJAR.


http://junasion.wordpress.com/2010/01/19/strategi-belajar-mengajar/. diakses 1 April

2012 Jaya, mang. 2010. Jenis-jenis belajar mengajar.


http://bimbingankaryatulis.blogspot.com/2010/03/jenis-jenis-strategi-belajarmengajar.html diakses 1 April 2012

Anda mungkin juga menyukai