Anda di halaman 1dari 2

Alex Noerdin Jadi Pemimpin Harus Berani Mengambil Risiko

17 May 2010

Nasional Suara Karya

Menjadi pemimpin itu harus berani mengambil risiKo. Tapi, risikonya harus diperhitungkan. Kalau jelas melanggar peraturan, jangan dilakukan. Inilah prinsip yang jadi pegangan H Alex Noerdin yang sekarang menjabat Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel). Prinsif itu yang mengantar Alex Noerdin sukses mengukir berbagai prestasi pembangunan selama delapan tahun menjadi Bupati Musi Banyuasin (Muba) sejak tahun 2002, sebelum maju dan terpilih menjadi Gubernur Sumsel tahun 2009 Saat awal menjadi bupati tahun 2002, APBD Muba hanya Rp 175 miliar. Delapan tahun kemudian APBD Muba menjadi IV, 7 triliun atau meningkat 1.000 persen lebih tanpa ada utang. Saat memimpin Muba pula, nama Alex Noerdin begitu terkenal karena keberhasilannya menyelenggarakan pendidikan gratis di daerah ini dari TK hingga SMA, bahkan untuk pendidikan poli-teknik yang ada di sana. Pelayanan kesehatan gratis juga diberikan untuk warga Muba. Di bawah Alex Noerdin pula, Kota Se-kayu, ibu kota Muba, sukses pula menjadi tuan rumah pelaksanaan PON XVI tahun 2004. Berbagai sarana olahraga bertaraf internasional seperti kolam renang dibangun di Sekayu. Sukses ini berkat kepiawaian Alex Noerdin merangkul kalangan swasta di daerahnya yang mempunyai idealisme tinggimemajukan Muba. Kesuksesan di Muba berlanjut setelah Alex Noerdin menjadi Gubernur Sumsel. Program sekolah gratis dan pelayanan kesehatan gratis diberikan untuk seluruh warga Sumsel. Bahkan kini Sumsel dipercaya menjadi salah satu daerah-bersama tiga daerah lain yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah- menjadi tuan rumah penyelenggaran SEA Games XXVI tahun 201 1 mendatang. Berbagai sarana olahraga baru berstan dar internasional dibangun di kawasan Jakabaring, Palembang, termasuk perkampungan i atlet (athlete uillage). Nilai pembangunannya triliunan rupiah. Ketika ditanya Suara Karya apakah tidak takut tersandung ka-sus korupsi dan ditahan KPK seperti dialami Gubernur Sumsel Syahrial Oesman dalam pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api, Alex Noerdin menegaskan bahwa kalau kita melakukan perbuatan benar, sampai kapan pun pasti benar. "Kalau kita takut, pelaksanaan SEA Games tidak akanjadi di Sumsel. Jadi, tidak usah takut. Kalau bagi saya, lillahi taala saja. Bismillah. Kalau niat baik, insya Allah, hasilnya baik," katanya. Ia menegaskan kembali, "Kalau saya tidak berani melakukan itu, tidak akan pernah ada SEA Games di Sumsel. Bisa-bisa SEA Games 2011 di Indonesia batal." Dalam kaitan itu, Alex Noerdin menegaskan bahwa dari empat provinsi yang menjadipenyelenggara SEA Games 2011, satu-satunya daerah yang membangun perkampungan atlet hanya Sumsel. Dulu Jakarta punya perkampungan atlet, tapi sekarang sudah untuk macam-macam. Jawa Barat juga tidak punya, apalagi Jawa Tengah. "Sekarang,

kalau kita takut, tidak mau ambil risiko, takut KPK, takut segala macam, bagaimana? Atlet akhirnya ditampung di hotel-hotel. Ja-di tertawaan orang-orang," katanya. Keuntungan Negara Untuk pembangunan berbagai sarana olahraga dan perkampungan atlet, Alex Noerdin tidak menggunakan satu rupiah pun dana APBD. Dukungan dana dari pemerintah pusat melalui APBN ., memang pasti ada, namun masih jauh dari yang dibutuhkan. Lalu, bagaimana pembangunan itu bisa direalisasikan? Alex merangkul kalangan dunia usaha di Sumsel dengan program BOT (build, operate, transfer]. Jadi, pihak swasta yang membangun sarana olahraga itu, tetapi setelah sekian tahun harus dikembalikan ke pemerintah. Ia menceritakan kembali, ketika membangun sarana olahra-ga di Muba untuk PON 2004, ada kalangan tertentu yang mempersoalkan pembangunan itu. Kalangan itu menyebutkan Alex melakukan penunjukan langsung yang menyalahi aturan hukum. Namun, Alex Noerdin dengan penuh keyakinan menepis itu. "Ya, apa yang mau ditenderkan? Duitnya kan belum ada. Jadi pengusaha itu justru keluar uang dulu untuk membangun sarana olahraga Tidak banyak pengusaha yang berani seperti itu. Setelah jadi digunakan untuk PON. Pemprov sendiri baru membayar tiga tahun kemudian dengan harga saat dibangun. Jadi, sudah kita nikmati dua tahun lebih, baru dibayar lunas tiga tahun," katanya. Dalam konteks inilah. Alex menegaskanbahwa salah satu unsur korupsi yang utama adalah kerugiaannegara. "Di sini ada atau tidak kerugian negara? Yang ada adalah keuntungan negara. Apalagi kualitas sarana olahraga itu sangat baik. Kolam renang di Sekayu adalah kolam renang berstandar internasional terbaik di Indonesia. Jadi, tidak ada masalah. Kecuali kalau fiktif, kecuali kalau ada mark up. Pihak terkait yang melakukan pemeriksaan akhirnya respek dengan Bupati Muba," katanya. Dengan latar penjelasan itulah, Alex Noerdin menegaskan bahwa melaksanakan pembangunan itu penuh risiko. "Jadi kepala daerah tidak mudah, kecuali kalau mau jadi biasa-biasa saja. Oleh karena itu, saya memerlukan dukungan Kalau memang sevisi dengan kami, tolong kami dijaga. Bukan meluruskan hal yang bengkok. Tidak, tapi menjaga. Kalau kami salah, diingatkan. Kalau kami keliru, dibe-tulkan Kalau baik, katakan baik. Jelek katakan jelek, jangan jelek terus, karena tentu ada baiknya. Jadi kami bi-, sa membangun dengany tenang Bisa full speea sepenuh hati membangun," katanya. Ia juga mengingatkan, dari berbagai program pembangunan yang dilakukan sekarang ini, paling-paling yang menikmati nanti sepenuhnya adalah warga Sumsel era mendatang. "Bukan era saya lagi. Tapi, di situ nanti berbekas bahwa ini dibangun oleh putra Sumsel dengan kekuatan Sumsel," kata Alex D|un**4l TA/Dwi Putro AAI

Anda mungkin juga menyukai