Anda di halaman 1dari 7

1

PERBEDAAN JUMLAH BAKTERI ANTARA PENCUCIAN LUKA

TERKONTAMINASI MENGGUNAKAN NORMAL SALIN 0,9% DENGAN METODE IRIGASI TEKANAN PLABOTTLE (0,1-0,3 PSI) DIBANDINGKAN DENGAN TEKANAN SELANG INFUS (1,4-1,7 PSI) PADA TIKUS PUTIH RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR
Sumarno*, Euis Komala R**, Nur Laili Rahmania***

Abstrak Besarnya tekanan berpengaruh terhadap efektifitas pencucian luka dalam mengangkat jaringan nekrotik, debris dan bakteri serta kejadian trauma jaringan. Dalam berbagai literature, terdapat kontroversial terhadap besarnya tekanan yang dibutuhkan dalam irigasi menggunakan normal salin 0,9%. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ada perbedaan jumlah bakteri antara pencucian luka terkontaminasi menggunakan cairan normal salin 0,9% dengan metode irigasi tekanan plabottle (0,1-0,3 psi) dibandingkan dengan tekanan selang infus (1,4-1,7 psi) pada tikus putih. Penelitian ini menggunakan Pre test-post test group design. Data dianalisis dengan menggunakan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan (independent t test). Hasil menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada kelompok plabottle tidak signifikan atau sama dengan kelompok selang infus (uji T, p > 0,05). Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri pada luka terkontaminasi antara yang dicuci menggunakan normal salin 0,9% dengan metode irigasi tekanan plabottle (0,1-0,3 psi) dibandingkan dengan tekanan selang infus (1,4-1,7 psi). Kata Kunci : luka , pencucian luka, irigasi, tekanan, jumlah bakteri

Abstract The amount of pressure influenced to the effectiveness of wound cleansing to remove necrotic tissue, debris, bacterial, and traumatic tissue incidence. There are controversial to the amount of pressure needed in the irrigation with normal salin 0,9% in many of literature. This research is aimed at proving that there is difference of bacterial count between contaminated wound cleansing by using a Normal Salin 0,9% with irrigation plabottle pressure methods (0,1-0,3 psi) compared with catheter infusion pressure (1,4-1,7 psi) on the white rats, wistar strain. This research used Pre test-post test group design. The Data were analized by paired t-test and independent t-test. The Result indicated that bacterial count in the plabottle group is not significant or the same as infusion group (T test, p > 0,05). The conclusion is there was no difference of bacterial count between contaminated wound cleansing by using a Normal Salin 0,9% with irrigation plabottle pressure methods (0,1-0,3 psi) compared with catheter infusion pressure (1,4-1,7 psi). keywords : wounds, wound cleansing, irrigations, pressure, bacterial counts

Keterangan : *Laboratorium Mikrobiologi FKUB **Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKUB ***Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKUB

PENDAHULUAN Salah satu faktor yang berpengaruh pada penyembuhan luka adalah perawatan luka. Teknik perawatan luka merupakan aspek yang sangat penting pada penyembuhan, meliputi pencucian luka, teknik debridement, dan pemilihan bahan antibiotik topical.
2,3 1

menghambat normal.
12,19,20, 21

proses tekanan

penyembuhan berpengaruh

Besarnya

terhadap efektifitas pencucian luka dalam mengangkat jaringan nekrotik, debris dan bakteri serta kejadian trauma jaringan.4,22 Dalam yang berbagai dibutuhkan luka sering literatur, dalam optimal. terdapat irigasi Tekanan dalam
10,17,23

kontroversial terhadap besarnya tekanan menggunakan normal salin 0,9% untuk penyembuhan irigasi yang digunakan

Pencucian luka merupakan salah satu standar praktek perawatan luka sehari-hari yang biasa dilakukan
4,5,6

oleh

praktisi

kesehatan professional

pada berbagai

jenis luka yang terdapat di rumah sakit baik di Indonesia maupun luar negeri. Hampir sebagian besar pencucian luka di luar negeri menggunakan irigasi4,7 dan atau ditambah dengan kekuatan mekanik yang minimal dengan kain atau spons.
8

pencucian luka berkisar 1,2-50 psi.

Teknik pencucian luka yang sering digunakan di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang dengan dengan adalah tekanan ditekan, besarnya swabbing cara irigasi plabottle dan dengan diikuti luka digosok tekanan menggunakan

(pembersihan

Pencucian luka meliputi pemilihan jenis cairan yang tepat dan tekanan mekanik yang adekuat. penyembuhan
9,10,11

perlahan-lahan). Ternyata, setelah kami menghitung menggunakan hukum Bernaulli didapatkan tekanan plabottle sebesar 0,1-0,3 psi. Sedangkan tekanan yang dihasilkan dari irigasi menggunakan selang infus sebesar 1,4-1,7 psi. Selama ini pada Standar Operasional Prosedur perawatan luka di Rumah Sakit Saiful Anwar irigasi Malang tidak khususnya tindakan luka

Hal ini penting untuk yang optimal.

luka

Berdasarkan penelitian, cairan pembersih yang dikenal dengan cairan antiseptic yang saat ini banyak beredar di ruang-ruang perawatan betadin,
17

seperti rivanol

povido chlorin, dan

iodine savlon

atau
13,15,16

12,13,14,15,16,17

hydrogen

perokside,

seringkali menimbulkan bahaya alergi dan perlukaan di kulit sehat maupun terluka serta dapat meningkatkan kontaminasi bakteri sehingga
18

memperhatikan besarnya tekanan.

meningkatkan

risiko

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian murni (true eksperimental design) dengan Pre test-post test group design. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 2 kelompok perlakuan tanpa kelompok kontrol yaitu kelompok plabottle (kelompok tikus yang mendapat irigasi

terjadinya infeksi.

Cairan fisiologis atau normal salin 0,9% merupakan cairan isotonis pembersih luka yang jenis aman untuk luka dan dipakai serta sangat pada tidak direkomendasikan berbagai

Normal Salin 0,9% dengan alat plabottle) dan kelompok infus (kelompok tikus yang mendapat irigasi ini Normal Salin 0,9% di dengan alat selang infus). Penelitian dilaksanakan Laboratorium Farmakologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Sebelumnya, pengukuran tekanan diukur dalam psi di Laboratorium Biofisika Fakultas MIPA. Setelah masing-masing kelompok diinsisi sepanjang 3 cm dengan kedalaman subcutan dan dibiarkan selama 6 jam, sampel dihitung jumlah bakterinya dengan metode plate count untuk pretestt. Setelah diberi perlakuan sebanyak 1 kali sehari selama 2 hari, sampel dihitung kembali untuk posttest. Dari gambar 5.1.4, jumlah bakteri didapatkan dengan cara menghitung dengan alat Colony Counter pada keempat ujungnya dengan nilai 51, 25, 40, 33 . Kemudian rata-rata dari keempat nilai tersebut dikalikan (3,14) dikalikan r2 (4,52) dan
0

Gambar 5.1.4 Jumlah bakteri posttest pada kelompok selang infus adalah 2369 koloni/plate.

HASIL PENELITIAN
Tabel. 5.1.10 hasil jumlah bakteri preposttest pada kedua kelompok N o Kelompok Standard deviasi 1. Plabottle Pre-test Post-test 2 Selang Infus Pre-test Post-test 686451,620 576802,335 378903
a

dikalikan

banyaknya

pengenceran (10 ).

Mean jumlah bakteri (CFU/ml) 508362,483 513041,248 486550 a 464600 a

557400 a

Gambar 5.1.5 Jumlah bakteri pretest pada kelompok plabottle adalah 2988 koloni/plate

Keterangan: a = tidak berbeda (tidak signifikan) b = berbeda (signifikan)

Dari gambar 5.1.5, jumlah bakteri didapatkan dengan cara menghitung dengan alat Colony Counter pada keempat ujungnya dengan nilai 35, 44, 54, 55. Kemudian rata-rata dari keempat nilai tersebut dikalikan (3,14) dikalikan r2

(4,52)

dan
0

dikalikan

banyaknya

kelompok Akan

selang

infus

menunjukkan uji statistika

pengenceran (10 ). Dari hasil penghitungan jumlah bakteri, dilakukan analisa data uji paired t test dan independent t test. Hasil uji paired t test menunjukkan perbedaan jumlah bakteri antara sebelum dengan sesudah pencucian luka pada kelompok plabottle (0,1-0,3 psi) adalah

peningkatan jumlah bakteri secara angka. tetapi secara menggunakan paired t test, jumlah bakteri pada kelompok selang infus baik sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata jumlah bakteri pretest kelompok plabottle dibandingkan dengan pretest kelompok selang secara infus uji menunjukkan statistika perbedaan jumlah bakteri secara angka. Akan tetapi menggunakan independent t test, menunjukkan tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri yang test signifikan antara kelompok plabottle (0,10,3 psi) dibandingkan dengan kelompok selang infus (1,4-1,7 psi) sebelum pencucian luka. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata test jumlah bakteri posttest kelompok plabottle dibandingkan dengan posttest kelompok selang secara infus uji menunjukkan statistika perbedaan jumlah bakteri secara angka. Akan tetapi menggunakan independent t test, menunjukkan tidak

sig.(2-tailed) > yaitu 0,937 > 0,05.


Hasil uji paired t test menunjukkan perbedaan jumlah bakteri antara sebelum dengan sesudah pencucian luka pada kelompok selang infus (1,4-1,7 psi) adalah sig.(2-tailed) > yaitu 0,555 > 0,05. Hasil uji independent t menunjukkan perbedaan jumlah bakteri antara kelompok plabottle dengan selang infus sebelum pencucian luka adalah sig.(2-tailed) > yaitu 0,695 > 0,05. Hasil uji independent t menunjukkan perbedaan jumlah bakteri antara kelompok plabottle dengan selang infus setelah pencucian luka adalah sig.(2tailed) > yaitu 0,708 > 0,05.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata jumlah bakteri pretest kelompok plabottle dibandingkan posttest kelompok plabottle menunjukkan penurunan jumlah bakteri secara angka. Akan tetapi secara uji statistika menggunakan paired t test, jumlah bakteri pada kelompok plabottle baik sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata jumlah bakteri pretest kelompok selang infus dibandingkan dengan posttest

terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara kelompok plabottle (0,10,3 psi) dibandingkan dengan kelompok selang infus (1,4-1,7 jumlah luka bakteri kulit yang tidak psi) bakteri setelah secara pencucian luka. Perbedaan mengalami sehingga permukaan yang angka dikarenakan kulit (Cutan) yang terkontaminasi, berada di menyebabkan pertahanan kulit berkurang dapat dengan sehingga

konstan terbuang dengan sel yang mati mengalami keratinisasi

lipida toksik dan lisosim (enzim yang dapat merusak merupakan peptidoglikan unsur bakteri yang utama pembentuk

Akan tetapi, pengaruh normal salin tidak akan efektif jika tidak diikuti dengan pemilihan tekanan mekanik yang adekuat seperti irigasi menggunakan tekanan. Tekanan irigasi yang sering digunakan dalam pencucian luka berkisar antara 1,2 psi sampai 50 psi.17,23 Penggunaan plabottle sebagai alat pencucian luka

dinding sel bakteri gram positif) tidak dapat menjaga lubang-lubang alami ( seperti pori, folikel rambut, kelenjar keringat) sehingga terbentuk lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri. Beberapa bakteri pathogen dapat berkolonisasi sementara pada kulit dan mengambil manfaat dari luka yang ada di permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah kulit. Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah dan kaya nutrient sangat ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang terluka. Hal ini terbukti dengan adanya jumlah bakteri yang tergolong banyak bahkan dapat dikatakan terinfeksi (> 10 CFU/ml) pada luka tikus yang terpapar lingkungan selama pencucian bertekanan. Begitu pula cairan pembersih yang digunakan. Saat ini dalam dapat perawatan membantu Normal salin (0,9% luka proses karena epitelisasi, natrium klorida) paling banyak digunakan kemampuannya untuk membersihkan luka, melunakkan jaringan nekrosis, mengurangi ketidaknyamanan akibat adanya inflamasi atau iritasi kulit, dan melepaskan balutan luka.
24 5

sehari-hari sering digunakan di Rumah Sakit di Indonesia. Setelah kami mengukur besarnya tekanan yang dihasilkan alat plabottle dan alat selang infus, kami beranggapan bahwa tekanan sebesar 0,11,7 psi dapat dikategorikan dalam tekanan rendah. Sehingga pengaruh tekanan dalam mengangkat kotoran dan jumlah bakteri belum optimal. Berdasarkan sifat perkembangbiakan bakteri, jumlah bakteri seharusnya akan meningkat seiring dengan bertambahnya waktu kontaminasi hasil luka. Akan tetapi, kami, berdasarkan penelitian

jam luka

sebelum

dilakukan irigasi

kontaminasi luka selama 6 jam dengan rentang waktu antara pencucian awal dan akhir 24 jam (total 30 jam) tidak menghasilkan peningkatan jumlah bakteri. Hal ini terlihat dalam analisa statistik uji t test yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan atau dapat dikatakan jumlah bakteri sebelum dan sesudah pencucian luka menggunakan normal salin 0,9% dengan metode irigasi baik pada kelompok plabottle (0,1-0,3 psi) dan kelompok selang infus (1,4-1,7 psi) adalah sama.

menggunakan

Selain itu normal salin merupakan yang direkomendasikan untuk

cairan

pencucian luka karena tidak berbahaya, bersifat isotonis dan dapat membersihkan pada semua jenis luka.25

KESIMPULAN 1. Tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri sesudah antara sebelum dan luka pencucian

berkolaborasi dengan teknisi mesin, elektro dan fisika.

menggunakan normal salin 0,9% dengan metode irigasi tekanan plabottle (0,1-0,3 psi). 2. Tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri sesudah antara sebelum dan luka pencucian

menggunakan normal salin 0,9% dengan metode irigasi tekanan selang infus (1,4-1,7 psi). 3. Tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri antara kelompok plabottle (0,1-0,3 psi) dibandingkan dengan kelompok infus(1,4-1,7 psi) sebelum pencucian luka 4. Tidak terdapat perbedaan jumlah bakteri antara kelompok plabottle (0,1-0,3 psi) dibandingkan dengan kelompok infus(1,4-1,7 psi) sesudah pencucian luka.

SARAN 1. Penelitian menggunakan seperti lebih lanjut irigasi perlu lain alat dalam alat-alat

dengan tekanan yang lebih tinggi irigasi dengan listrik menggunakan energi

membersihkan bakteri 2. Penelitian lebih lanjut perlu ditetapkan volume/banyaknya diberikan pada cairan perlakuan yang dan

melibatkan sampel yang lebih banyak. 3. Perlu dilakukan penelitian oleh pihak Rumah Sakit mengenai pembuatan alat irigasi bertekanan luka pada dalam pasien perawatan

DAFTAR PUSTAKA 1. Hariani, Ririn. 2005. Nutrisi Pada Penyembuhan Luka. Makalah disajikan dalam pelatihan perawatan luka, RS Kanker Dharmais, RS Kanker Dharmais, 25-29 April 2005 2. Champton, Sherry; Wilson, Joyce. 2001. Infected Wound Management : Advanced Technologies, MoistureRetentive Dressings And Die-Hard Methods. CCNQ (Critical Care Nursing Quarterly), 24: 64-77 (CD-ROM: Proquest, 2006) 3. Gitarja, Widasari. 2005. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Perawatan Luka Tekan dan Perawatan Luka Kanker. Makalah disajikan dalam pelatihan perawatan luka, RS Kanker Dharmais, RS Kanker Dharmais, 25-29 April 2005 4. Sadovsky, Richard. 2004. Wound Irrigation In Children : Tap Water Or Saline Solution?-Tips From Other Journals. (Online)(http://cat.inist.fr/?aModele=affi cheN&cpsidt=2330799, diakses November 2006) 5. Valente, Jonathan; Freundlich, Laurence; Zandieh, Stephanie; Crain, Ellen. 2003. Wound Management: Wound Irrigation, Tap Water Or Saline? (Abstract). (Online)(http://www.aemj.org/cgi/conte nt/abstract/8/5/593, diakses Oktober 2006) 6. Williams, Clare. 1999. Wound Irrigation Techniques: New Steripod Normal Saline (190 kb). British Journal of Nursing, 25 November 1999, 8 (21): 1460-1462. (Online)(www.internurse.com, diakses November 2006) 7. New South Wales Center for EvidenceBased Health Care. 2006. Clinical Practice Guideline : Postoperative Wound Cleansing, p. 225-599. (Online)(http://www.nice.org.uk/downlo ad.aspx?o=299513, diakses November 2006) 8. Felizardo, Gwenda. 2002. Procedure wound irrigation, p. 1-3. (Online), http://www.unc.edu/depts/spice/Wound Irrigation.doc, diakses Januari 2007)

9. Barr, JE. 1997. Principles Of Wound Cleansing. Ostomy wound manage. 43 (1). P.15-21.(Online), (http://www.ncbi.nlm.gov/entrez/query.f cgi?cmd=retrieve&db=PubMed&list diakses November uids+7669196 2006) 10. Luedtke, Kathleen; Scafer, D Sue. 2000. Updates : Pulsed Lavage in Wound Cleansing. Physical Therapy, March 2000, 80 (3) : 292-300 (CD ROM: Proquest, 2006) 11. Moore, Z E; Cowman S. 2005. Wound Cleansing For Pressure Ulcers. (Online) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/qu ery.fcgi?cmd=Retrieve&db=PubMed&li st_uids=16235386&dopt=Abstract, diakses Januari 2007) 12. Ramstadius, Brenda. 1999. The Use Of Antiseptics In Wound Dressings. (Online)(http://listserv.kent.edu/cgibin/ wa.exe?A2=ind9909c&L=nurseres&T= 0&P=5133, diakses November 2006) 13. Greenblatt. 2000. Products To Avoid : H2O2, CHG (Chlorhexidine Gluconate), Povidone Iodine, Isopropyl Alcohol. (Online),(http://woundcare.org/newsvol 3n1/prpt3.htm, diakses November 2006) 14. Selim, Pam. 2002. Promoting Evidence-Based Nursing Practice- The Use Of Anticeptics In Wound Management : A Community Nursing Focus. (Online)(http://www.rdns.net.au, diakses November 2006) 15. Shann, Frank. 2003. Antiseptics : Savlon (Chlorhexidine), Gentian Violet, Iodine Solution, 70% Alcohol. (Online)(www.developmentgateway.co m.au/health/paediatrics, diakses November 2006) 16. Morgan, DA. 1999. Wound Management Products In The Drug Tariff. The Pharmaceutical Journal vol 263 no 7072 p.820-825 17. Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Alih bahasa : Renata Komalasari, edisi 4 volume 2 hal.1852-1896. EGC : Jakarta 18. NHS Tayside. 2007. Wound Management Formulary. (Online)(http://www.nhstaysideadtc.sco t.nhs.uk/approved/formular/pdfdocs/wo undform1.pdf, diakses Agustus 2007)

19. Asmi, Christina; Gitarja, Widasari Sri. 2005. Penggunaan Feracrylum 1% Pada Penyembuhan Luka Kronik, (Online), (http://www.kendallhq.comcatalogClinic alInformationWOUND%20CLEANSING .pdf, diakses November 2006) 20. Drosou, Anna; Falabella, Anna; Kirsner, Robert. 2003. Feature: Antiseptics On Wounds: An Area Of Controversy (Part One). Health management publication 15 (5): 149166. (Online), (www.woundsresearch.com/article/158 5# , diakses November 2006) 21. Ritin, Fernandez; Griffiths, R; Usssia ,C. 2006. The Effectiveness Of Solutions, Techniques And Pressure In Wound Cleansing . Cochrane Database of Systematic Reviews 2006 issue 4; Blackwell Publishing. (Online)(http://www.joannabriggs.edu.a updfBPISWdCleans10_2.pdf; www.ncbi.com; http://www.blackwellsynergy.com/links/doi/10.1111/j.14796988.2004.00013.x/abs/, diakses Desember 2006) 22. Howell, John; Dhindsa, Harinder; Stair, Thomas. 1993. Effect of Scrubbing and Irrrigation on Staphylococcal and Streptococcal Counts In Contaminated Lacerations. Antimicrobial agents and chemotherapy, 37 (12) : 2754-2755 (CD-ROM: Proquest, 2006) 23. Australian Nursing Journal. 2006. Clinical Update : Solutions, Techniques And Pressure In Wound Cleansing. July 06, 14(1) : 20-23. (Online), (http://www.anf.org.au/04_anf_anj_publ ications/anj_2006/0607_clin_update.pd f, diakses November 2006) 24. BC. Cancer Agency .2004. Radiation Skin Reaction-Normal Salin. (www.bccancer.bc.ca) 25. Magson, Sally; Roberts. 2006. Review The Evidence Surrounding The Use Of Tap Water In Wound Cleansing In A Bid To Establish What Current Research Suggest Is Safe And Effective. Pages 19-23. (CD ROM: Proquest, 2006)

Anda mungkin juga menyukai