Anda di halaman 1dari 4

Bab 1 1.

Searle ( et all )1980: VIII dalam telaah bahasa, seperti juga halnya dalam setiap telaah bersistem lainnya, tidak ada istilah atu terminologi yang netral, setiap istilah teknis merupakan pengekspresian asumsi-asumsi dan perkiraan-perkiraan teoritis dari para pemakarnya. 2. George, 1964 : 1 semantic adalah telaah mengenai makna 3. Dalam arti luas, semantic dapat dibagi atas tiga pokok bahasan, yaitu: a. Sintaksis b. Semantic c. Pragmatic 4. Sintaksis menelaah hubungan-hubungan formal antara tanda-tanda satu sama lain. 5. Semantik menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan obyek-obyek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut. 6. Pragmantik menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda tersebut. 7. Menurut pembagian yang dibuat oleh Morris terdahulu, maka Carnap (1942) membuat batasan sebagai berikut: apabila dalam suatu investigasi (penelitian), acuan atau referensi eksplisit dibuat untuk pembicara, atau dalam pengertian lebih luas, kepada pemakai bahasa, maka kita menempatkannya kedalam bidang atau wilayah pragmantik. Kalau kita mengikhtisarkanny dari pemakai bahasa dan hanya menganalisis ekspresi-ekspresi dan penandaan-penandaannya, maka kita telah berada dalam wilayah semantic. Dan akhirnya, kalau kita mengikhtisarkannya dari penandaan-penandaannya juga dan hanya menganalisis hubungan-hubungan antara ekspresi-ekspresi, maka kita telahberada dalam wilayah sintaksis (logis). Keseluruhan ilmu bahasa yang mencakup ketiga bidang yang telah kita uraikan di atas, disebut Semiotik. (Searle et all. 1980:VIII) 8. Rudolf Carnapmengadakan pembagian atas: a. Semantik deskriptif b. Semantik murni 9. Semantik deskriptif merupakan penelitian empiris terhadap bahasa-bahasa alamiah. 10. Semantic murni merupakan telaah analisis terhadap bahasa-bahasa buatan (artificial languages) 11. Dalam pengertian yang lebih sempit, bidang semantik kerap kali dibagi pula atas dua pokok bahasan, yaitu: a. Teori referensi (denotasi, ekstensi) b. Teori makna (konotasi, intense) 12. Makna adalah arti atau maksud (sesuatu kata): arti yang penting (dalam): berbilang, mengandung beberapa arti; memaknakan: menerangkan arti (maksud) suatu kata dan sebagainya. (Poerwadarminta , 1976: 624) 13. Charles Carpenter Fries membagi makna atau meaning atas dua bagian, yaitu: a. Makna linguistic

b. Makna sosial (cultural) 14. Linguistic dibagi pula atas dua bagian : a. Makna leksikal b. Makna stuktural 15. Makna dapat pula dibedakan atas : a. Makna referensial : dalam hal ini suatu kata mengacu kepada suatu obyek dalam alam semesta eksternal. b. Makna presidensial (disebut juga makna umum, atau makna tradisional): dalam hal ini, asosiasi-asosiasi kolektif memungkinkan serta mengizinkan kebanyakan pembicara bercakap-bercakap secara menyenangkan dengan pembicara lainnya sepanjang waktu. ( heatherington, 1980: 135) 16. Heatherington mengatakan bahwa makna dapat pula dibagi atas: a. Makna leksikal b. Makna leksikostruktural 17. Makna leksikal dapat pula dibagi atas dua: a. Makna denotative b. Makna konotatif 18. Istilah-istilah yang berkaitan dengan makna denotative dan konotatif yang dipergunakan oleh Leonard bloomfield : a. Normal meaning atau central meaning ( pusat) b. Marginal meaning meaning atau metaphonik meaning (makna tambahan) 19. Maka juga dapat dibagi atas: a. Context-free meanings (makna bebas konteks) yang disebut juga makna semantic b. Context-depending meanings (makna terikat konteks) yang disebut juga makna pragmantik.

Bab II (SINONIM) 1. Kata sinonim terdiri dari sin ( sama atau serupa) dan akar kata onim nama yang bermakna sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan kata umum. Dengan perkataan lain: sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dengan nilai rasa. Atau secara singkat: sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi. 2. Cara membuat pembedaan makna kata-kata dengan tepat: i. Memperhatikan kata-kata yang termasuk ke dalam kelas atau kelompok tertentu, seperti sedikit (sekelumit, secuil, sejumput, setetes, setitik, sejentik). ii. Memakainya sesuai dengan situasi.

3. Pemilihan sinonim dan diskriminasi yang tepat akan muncul dengan adanya penerapan yang praktis. 4. Telaah sinonim jauh lebih luas daripada telaah kata-kata yang bersamaan makna saja. Telaah sinonim juga merupakan telaah hubungan kata-kata, dan oleh karena itu menyangkut hibungan konsep-konsep. Selanjutnya telaah sinonim pun mencakup pula kualitas-kualitas konotatif, gagasan-gagasan dan emosi-emosi yang halus dan tajam yang mengitari kata-kata tersebut sebagai penafsir dan penerjemah pengalama-pengalaman. Bab 3 (HOMONIM) 1. Homonym (dari yun: homos = sejenis, sama; onoma = nama). Dalam ilmu bahasa : kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung arti dan pengertian berbeda. 2. Pengetahuan mengenai homonym jelas turut memperkaya serta memperkembang kosa kata para siswa dan juga pengetahuan mengenai praktik penggunaan kamus sebagai gudang makna kata-kata. Bab 4 (ANTONIM) 1. Sinonim berkontras dengan antonym. Kata antonym terdiri dari arti atau anti yang berarti (lawan) di tambah akar kata onim atau onuma yang berate nama yaitu kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang lain. 2. Contoh dari antonym : Kuat >< lemah Jauh >< dekat Pintar >< bodoh 3. Mengalsifikasikan antonym-antonim jelas dapat membantu para siswa berpikir dalam istilah-istilah yang membedakan atau konsep-konsep serta pernyataan-pernyataan pertentangan. 4. Antonym-antonim yang beraneka ragam dapat dikelompokkan / diklasifikasikan dalam beberapa pasangan, yaitu: a. Pasangan komplementer b. Pasangan perbandingan (gradable) c. Pasangan relasional d. Pasangan resiprokal e. Pasangan hiponim 5. Antonym komplementer yaitu pasangan yang saling melengkapi. 6. Antonym gradable adalah kelebihan sesuatu merupakan kekurangan yang lainnya. 7. Antonym relasional adalah antonym yang memperlihatkan kesimetrisan dalam makna anggota pasangannya. 8. Antonym resiprokal adalah antonym yang mengandung pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan timbale balik.

9. Hiponim adalah antonym yang agak istimewa, yang sering dipakai dan memang penting dalam nomenklatur (tatanama) ilmiah, dan dalam analisis semantic. Bab V (DENOTASI DAN KONOTASI) 1. Denotasi-denotasi suatu kata merupakan makna-makna yang bersifat umum, tradisional, dan prasedensial. 2. Konotasi-konotasi yang merupakan response-responsi emosional, yang seringkali bersifat perorangan timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada kebanyakan para pemakainya. 3. Makna denotative suatu kata kerapkali di perluas atau direntangkan dengan makna konotatifnya suatu makna yang ditambahkan atau suatu makna tambahan yang dinyatakan secara tidak langsung oleh kata tersebut. 4. Denotasi adalah makna kata. 5. Konotasi adalah pancaran-pancaran impresi-impresi yang tidak dapat dirasa dan tidak dapat dinyatakan secara jelas yang mengelilinginya. 6. Konotasi kolektif atau nilai rasa kelompok secara garis besar dapat di bagi atas: a. Konotasi baik, yang mencakup: 1. Konotasi tinggi 2. Konotasi ramah b. Konotasi tidak baik, yang mencakup : 1. Konotasi berbahaya 2. Konotasi tidak pantas 3. Konotasi tidak enak 4. Konotasi keras 5. Konotasi kasar c. Konotasi netral atau biasa, yang mencakup : 1. Konotasi bentukan sekolah 2. Konotasi kanak-kanak 3. Konotasi hipokoristik 4. Konotasi bentuk nonsens 7. Konotasi yang turun Pada masa penjajahan atau kolonialisme, kata raja dalam masyarakat mempunyai nilai rasa yang tinggi sejajar dengan kedudukan dan kekuasaan raja pada waktu itu. Tetapi dalam alam demokratis seperti sekarang ini, nilai rasa itu sudah menurun. Contoh: bangsawan, jajahan, sultan, dan lain-lain. 8. Konotasi yang naik Pada masa sekarang ini alangkah banyaknya kata yang mempunyai konotasi tinggi sesuai dengan perkembangan masyarakat kita. Contoh: presiden, mentri dan angkatan bersenjata, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai