Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat di tinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air di perlukan untuk berbagai macam kegiatan seperti kegiatan sehari hari, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi. Hampir 70% dari berat badan manusia terdiri dari air. Selain itu air merupakan komponen penting kedua setelah oksigen. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan untuk beberapa minggu, tapi akan bertahan beberapa hari tanpa minum. Dehidrasi akan lebih cepat menyebabkan kematian daripada kelaparan. (Poedji,Anna. 1994) Air meliputi 70% dari permukaan bumi, tetapi banyak negara persediaan air dalam jumlah yang sangat terbatas. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air di perlukan untuk penggunaan tertentu, seperti air yang cocok untuk kegiatan industri atau untuk di minum. Oleh karena itu penanganan air tertentu biasanya diperlukan untuk persediaan air yang di dapat dari sumber di bawah tanah atau sumber-sumber di permukaan. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air adalah materi esensial didalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata mengandung air sebanyak 90 % dari berat badannya. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60%, berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Air yang bermutu sangat baik bila memasuki sistem distribusi mungkin mengalami kerusakan sebelum sampai pada kran konsumen. Kerusakan ini dapat terjadi dalam sistem distribusi dari sediaan air yang telah di beri klorin dan dimana sedikit sekali atau tidak ada sisa Chlorine di dalam air yang sampai pada konsumen seperti dalam sistem distribusi air yang tidak di cuci hamakan. Organisme Coliform dapat masuk ke dalam air dari sistem distribusi dari

pompa-pompa booster, dari pengepak yang digunakan untuk menghubungkan pipa-pipa utama

atau dari pipa pencuci di kran-kran umum. Selain itu , air dalam sistem distribusi dapat tercemar dari luar, misalnya melalui hubungan silang, terowongan balik, tandon air dan tangki air yang rusak hidran atau tempat pencucian yang rusak atau melalui perbaikan yang kurang baik pada sistem pipa-pipa kran rumah. Meskipun organisme Coliform yang berasal dari kran pencuci atau bahan penyambung pada pipa utama mungkin sedikit artinya dari segi kesehatan, masuknya pencemar dari luar ke dalam air dalam sistem distribusi setidak tidaknya sama bahayanya dengan distribusi dari air yang kotor secara aslinya dan tidak di tangani dengan secukupnya (Edwards, 1987). Jika hujan tiba sering terjadi kerusakan pipa distribusi karena pecah/putus terkena arus sungai atau tertimbun batu. Air yang sampai ke konsumen menjadi kotor bercampur lumpur bahkan hewan-hewan kecil sering masuk ke dalam pipa, jadi kemungkinan air tersebut terkontaminasi mikroba yang terbawa bersama kotoran sangat besar. Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja. Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui ada tidaknya mikroba/bakteri dalam air yang digunakan di lingkungan Poltekkes Denpasar. Sebagai indikator pencemaran air biasanya di tandai dengan adanya bakteri Coliform misalnya Escherichia coli. Kehadiran bakteri tersebut dalam contoh air menunjukan adanya pencemaran yang berasal dari kotoran manusia atau hewan. Hal ini di anggap identik dengan adanya bakteri patogen. Dengan di lakukan penelitian mikroorganisme melalui Uji Most Probable number (MPN) dalam air yang di

konsumsi masyarakat, kita dapat menentukan apakah air yang di konsumsi layak untuk di gunakan atau tidak. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah teknik pengambilan sampel air ? 2. Bagaimanakah teknik pemeriksaan sampel air dengan metode Uji Most Probable number (MPN) ? 3. Bagaimanakah hasil pemeriksaan sampel air pada air kran dan air kolam di lingkungan Poltekkes Denpasar dengan metode Uji Most Probable number (MPN) ? 1.1 TUJUAN 1.1.1 Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel air. 1.1.2 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan sampel air dengan metode Uji Most Probable number (MPN). 1.1.3 Untuk mengetahui hasil pemeriksaan sampel air pada air kran dan air kolam di lingkungan Poltekkes Denpasar dengan metode Uji Most Probable number (MPN). 1.2 MANFAAT 1.2.1 MANFAAT TEORITIS Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang bakteriologi mengenai teknik pemeriksaan sampel air dengan metode Uji Most Probable number (MPN). Dapat menambah referensi keilmuan di bidang bakteriologi khususnya di bidang pemeriksaan sampel air. Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama pendidikan. 1.2.2 MANFAAT PRAKTIS Masyarakat dapat mengetahui apakah air yang mereka gunakan selama ini terkontaminasi bakteri Coliform atau tidak. Mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran air khususnya di lingkungan Poltekkes Denpasar. Dapat menganalisa kualitas air dengan metode MPN (Most Probable Number) dengan menghitung jumlah koliform yang ditemukan pada sampel .

BAB II DASAR TEORI

2.1 AIR Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.(Denis,2010) Persyaratan Kualitas Air Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis. 1. Persyaratan Fisika Air Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut: Jernih atau tidak keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. Temperaturnya normal

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. Tidak mengandung zat padatan Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. (Denis,2010) 2. Persyaratan Kimia Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun. pH (derajat keasaman) Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. Kesadahan Air sadah dapat juga mengandung ion-ion Mangan (Mn2+) dan besi (Fe2+) yang memberikan rasa anyir pada air dan berbau, serta akan menimbulkan noda-noda kuning kecoklatan pada peralatan dan pakaian yang dicuci. Meskipun ion kalsium, ion magnesium, ion besi dan ion mangan diperlukan oleh tubuh kita. Air sadah yang banyak mengandung ion-ion tersebut tidak baik untuk dikonsumsi. Karena dalam jangka panjang akan menimbulkan kerusakan pada ginjal, dan hati. Tubuh kita hanya memerlukan ion-ion tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit sedikit sekali. Besi Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l Aluminium Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi. Zat organic

Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan Sulfat Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa Nitrat dan nitrit Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh. Chlorida Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. (Denis,2010) 3. Persyratan mikrobiologis Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut: 1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air. 2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995) Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa air tidak boleh mengandung bakteri

patogen, misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri non-patogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera (Soewarno. 2002).

Persyaratan Kualitas air minum secara Bakteriologis Parameter 1. Air Minum E. coli atau Fecal coli 1. Air yang masuk sistem distribusi E. coli atau Fecal col Total Bakteri Coliform 1. Air pada sistem distribusi E. coli atau Fecal col Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel 0 Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel 0 Jumlah per 100 ml sampel 0 Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Keterangan

(Denis,2010)

2.2 BAKTERI INDIKATOR SANITASI Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10

dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dan dua sampel yang berurutan (AOAC, 2000). Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia. Karena bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri pathogen lainnya yang berbahaya. (Edwards,1987) Sampai saat ini ada 3 jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi yaitu Escherichia coli , kelompok Streptococcus ( Enterococcus ) fekal dan Clostridium perfringens . Clostridium perfringens adalah bakteri Gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia. Meskipun demikian, bakteri ini jarang digunakan sebagai indikator sanitasi karena metode pengujiannya kurang spesifik, kadang-kadang ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya) dan karena bakteri ini termasuk patogen asal pangan ( foodborne pathogens ) penyebab keracunan maka pengujiannya membahayakan. Kelompok Streptococci fekal merupakan bakteri Gram positif bukan pembentuk spora yang ditemukan dalam usus manusia. Akan tetapi Streptococci fekal relatif tidak banyak diujikan sebagai indikator sanitasi karena beberapa spesiesnya ditemukan di luar usus manusia (S. equinus pada usus kuda, S. bovis pada sapi) dank korelasinya dengan terdapatnya patogen tidak dianggap bagus. Meskipun demikian bakteri ini baik digunakan sebagai indikator sanitasi apabila jarak pengambilan sampel dan laboratorium pengujian cukup jauh karena relatif lebih tahan berada di dalam air ketimbang Escherichia coli . Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya bukan pathogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga

dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya pathogen pada pangan. (Edwards,1987)

Escherichia coli E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml. (Edwards,1987) Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan : a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi. b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika

pemeriksaandilakukan dengan benar. c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestic. d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut. Widiyanti (2004: 5) Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ), Uji penguat pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-Praskauer, dan citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang diperoleh

untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu seperti O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal. E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan. E. Coli O157: H7 adalah salah satu dari ratusan strain bakteri E. coli. Walaupun kebanyakan strain tidak berbahaya dan tinggal di usus manusia dan hewan sehat, jenis virus ini menghasilkan racun yang kuat dan dapat menyebabkan penyakit parah. Infeksi sering menyebabkan diare parah dan keram perut, Perlu dicatat bahwa gejalagejala ini umum untuk berbagai penyakit, dan dapat disebabkan oleh sumber-sumber selain air minum yang terkontaminasi. Karena uji E. coli yang kompleks, maka beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. (Edwards,1987)

2.3 BAKTERI COLIFORM Coliform adalah kelompok bakteri Gram negative berbentuk batang yang pada umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Coliform adalah suatu group bakteri yang di gunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi sanitasi yang kurang baik terhadap air, makanan, susu dan produk susu. Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat

enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi manusia. Bakteri Coliform di bagi menjadi dua : a. Coliform Fekal Misalnya : Escerechia coli b. Coliform non Fekal Misalnya Enterobacter aerogenes (Edwards,1987) Escerechia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya di temukan pada hewan atau tanaman yang telah mati. Jenis mikro organisme ini sering di jumpai pada alat-alat pencemaran hewan dan burung, baik yang sudah di ternakkan atau yang masih liar. Tempat di perolehnya jenis organisme yang

terbanyak yang sehubungan dengan suplay bahan pangan manusia adalah sapi, domba, babi dan ayam (Edwards,1987). Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman batang gram negatif yang dalam batas-batas tertentu mirip Escerechia coli. Disamping Escerechia coli yang berasal dari saluran pencernaan, golongan-golongan organisme berikut sering di masukkan dalam Coliform (Fardiaz,1993). Klebsiella pneumoniae, yang khas semula di kenal kuman patogen bagi pernafasan, sekarang sering di temukan pada infeksi-infeksi saluran pernafasan, dan saluran air kemih di rumah sakit. Kuman ini di tandai pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak bergerak Enterobacter aerogenes, Sering dapat bergerak, pertumbuhan yang kurang mukoid, mempunyai kapsul kecil, di temukan hidup bebas dalam saluran pencernaan, saluran air kemih dan pada septis Serratia marcoscens, batang kecil gram negatif, hidupnya bebas, dapat menghasilkan pigmen merah kuat dalam biakan , Serratia biasanya meragikan laktosa sangat lambat. (Ryadi,1984) Ciri Organisme : Kuman Coliform adalah kuman batang pendek gram negatif yang dapat membentuk rantai. Pembiakan yang tidak cocok terjadi dalam bentuk filamen panjang. Kapsul jarang ada pada E. Coli, lebih sering pada Enterobacter. Berbentuk besar dan teratur pada Klebsiella Pergerakan terdapat sebagian besar strain E.Coli dan beberapa strain Enterobacter. Pergerakan tidak ada pada Klebsiella. (Fardiaz,1993). Biakan: E.Coli membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir-pinggir yang nyata. Koloni Enterobacter sama tetapi sedikit lebih mukoid. Koloni Klebsiella besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pengeraman yang lama. (Fardiaz,1993). Sifat-sifat pertumbuhan : E.Coli dan Enterobacter memecahkan banyak karbohidrat dengan membentuk asam dan gas E.Coli menghasilkan CO2 dan H2. Tes-tes khusus (IMVIC) yang di pergunakan untuk differensiasi E.Coli dan E.Aerogenes : a. Tes indol E.Coli menghasilkan indol pada kaldu yang mengandung triptofan

b. Test Merah Metil. Tes ini menunjukan pH biakan pada kaldu glukosa 0,5% setelah 4 hari pada 370C. Bila pH di bawah 4,5 merah metil positif. c. Reaksi Voges Proskaver, tergantung pada pembentukan asetil metil karbinal dari dekstrosa. Dengan adanya Alkali, zat ini di oksidasi menjadi diasetil dan memberikan warna merah muda (khususnya Enterobacter) d. Tes Sitrat, mempergunakan natriun sitrat sebagian sumber tunggal karbon (organisme hidup bebas) (Fardiaz,1993). Pengujian koliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E. coli , karena hanya memerlukan Uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E. coli 4 tahap analisis. Jika terdapat coliform dalam air minum atau makanan berarti ada kemungkinan air atau makanan itu mengandung E. coli , tetapi mungkin juga tidak mengandung E. coli karena bakteri-bakteri bukan patogen dan bukan asal usus dari genus Enterobacter dan beberapa Klebsiella juga menghasilkan uji koliform positif. Jika ingin diketahui apakah coliform tersebut merupakan coliform fekal atau E. coli maka uji tersebut dapat dilanjutkan dengan uji 4 tahap di atas. Akan tetapi jika uji penduga tidak menunjukkan adanya coliform, maka tidak perlu dilakukan uji 4 tahap di atas. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam.

2.3 METODE MPN Metode MPN (Most Probable Number) adalah metode yang digunakan untuk menghitung koliform di dalam air dengan menggunakan pengujian fermentasi dalam tabung. Tiga pengujian itu diantaranya adalah uji penduga (Presumtive Test), uji penguat (Confirmed Test), dan uji pelengkap (Completed Test) (Dr.Harmita,Apt.2005). 1. Uji penduga (Presumtive Test) Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Satu seri yang berisi 9 atau 12 tabung yang berisi Lactose Broth dan tabung Durham diinokulasikan

dengan sampel air untuk menguji apakah air tersebut mengandung bakteri yang bisa memfermentasikan laktosa yang memproduksi gas. Jika setelah inkubasi gas timbul pada Lactose Broth, diduga ada bakteri koliform di sampel air tersebut . Uji penduga merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuknya asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. (Fardiaz,1989) 2. Uji penguat (Confirmed Test) Konfirmasi dari uji pendugaan perlu dilakukan, karena nilai positif (gas) dari uji pertama dapat juga merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator pencemar fekal. Uji penentu memerlukan medium selektif atau diferensisal, misalnya BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) dengan dilengkapi tabung Durham, EMB (Eosin Metylen Blue) atau endo agar. Umumnya digunakan BGLB dengan tabung Durham karena diketahui ox-bile dan brilliant green dalam BGLB mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yang termasuk memfermentasikan laktosa seperti Clostridia. Syarat uji bernilai positif sama dengan uji pendugaan. Bila pada tahap ini di dalam kultur uji masih terbentuk gas, maka sampel air dinyatakan tidak layak minum. (Fardiaz,1989) 3. Uji Pelengkap (Completed Test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptic. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan koli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37oC (untuk golongan koli) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42oC (untuk golongan koli fekal), bakteri golongan koli tidak dapat

tumbuh baik pada suhu 42oC, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989) Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (FDA, 1989). Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Usepa mensyaratkan presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalny mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. Air minum yang aman dikonsumsi dan bebas dari kuman/patogen adalah air yang tidak ada bakteri atau hanya mengandung 2 4 sel bakteri saja. Air yang mengandung kurang dari coliform per 100 ml merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi.

Table MPN 511 menurut Formula Thomas (Sumarno,tt) Jumalah Tabung (+) Gas pada Penanaman 5 x 10 mL 1 x1 mL 1 x 0,1 mL 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 2 0 0 2 0 1 2 1 0 2 1 1 3 0 0 3 0 1 3 1 0 3 1 1 4 0 0 4 0 1 4 1 0 4 1 1 4 1 1 5 0 0 5 0 1 5 1 0 5 1 1 2.4 MEDIA Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zatzat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. (Wikipedia) Indek MPN per 100 mL 0 2 2 4 2 4 7 5 8 8 10 9 12 12 16 17 21 22 27 27 67 84 264 >978

Lactose Broth Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform. (Wikipedia) Briliant green Lactose Broth Media BGLB digunakan untuk pengayaan selektif Escherichia coli dan coliform di air, produk susu, bahan makanan dan dari bahan uji lainnya. Media kultur ini digunakan untuk konfirmasi E. coli dan bakteri coliform. (Wikipedia) Mac Conkey Agar Media ini berfungsi untuk menumbuhkan bakteri gram negative. Media ini berisi garam empedu (untuk menghambat paling Gram-positif bakteri, kecuali Enterococcus dan beberapa spesies Staphylococcus aureus yaitu), kristal violet (yang juga menghambat bakteri Gram-positif tertentu), netral merah (yang mewarnai mikroba yang memfermentasi laktosa), laktosa dan pepton. Bertindak sebagai visual pH indikator, agar membedakan mereka bakteri Gram-negatif yang dapat memfermentasi laktosa gula (Lac +) dari mereka yang tidak dapat (Lac-). Dengan memanfaatkan laktosa tersedia dalam medium, Lac + bakteri seperti Escherichia coli , Enterobacter dan Klebsiella akan menghasilkan asam yang menurunkan pH agar-agar di bawah 6,8 dan menghasilkan tampilan merah / merah muda koloni . (Wikipedia)

BAB III METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 3.1.1 Waktu Praktikum ini dilaksanaka dalam empat tahap, yaitu: Tahap 1 Pembuatan media LBSS, LBDS, dan BGLB pada Jumat, 16 Maret 2012. Tahap 2 Pengambilan sampel air kran dan air kolam dilanjutkan dengan penanaman sampel air pada media LBSS dan LBDS pada Selasa, 27 Maret 2012 Tahap 3 Menentukan tabung media LB yang positif dan dilanjutkan dengan penanaman pada media BGLB pada Rabu, 28 Maret 2012. Tahap 4 Pemeriksaan pada media BGLB dan penyocokan dengan table MPN, dilanjutkan dengan penanaman pada media MCA pada Kamis, 29 maret 2012 Tahap 5 Identifikasi koloni yang tumbuh pada media MCA pada Jumat, 30 Maret 2012

3.1.2 Tempat Pelaksanaan praktikum bakteriologi ini, dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Politekik Kesehatan Denpasar.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat dan Bahan Dalam Pengambilan Sampel Air 1. Alat Botol Steril Api Bunsen Alumunium foil 2. Bahan

Air Kran Air Kolam Alkohol 70 %

3.2.2 Alat dan Bahan dalam Uji Presumtif 1. Alat 7 Tabung reaksi beserta raknya Lampu Bunsen Inkubator Pipet ukur 10 mL Piper Ukur 1 mL Label Bola isap

2. Bahan Media LBDS (Lactosa Broth Doble Stength) Media LBSS (Lactosa Broth Single Strength) Sampel air kran Sampel air kolam Kapas lemak Aluminium foil

3.2.3 Alat dan Bahan dalam Uji Konfirmatif 1. Alat Tabung reaksi beserta raknya Lampu Bunsen Ose Inkubator Tabel MPN Label

2. Bahan Tabung Presumtif (+) Media BGLB Kapas berlemak Aluminium foil

3.2.4

Alat dan Bahan Uji Pelengkap 1. Alat Api Bunsen Ose 2. Bahan Tabung Uji Konfirmatif (+) Media MCA

3.3 Cara Kerja Skema Uji MPN pada Sampel Air


Pembuatan Media LBSS,LBDS, dan BGLB

Pengambilan sampel air secara aseptis

Uji Presumtif

Dengan media LBSS dan LBDS

Presumtif (+)
Uji Konfirmatif Konfirmatif + Uji Pelengkap Media BGLG

Media MCA

3.3.1

Pengambilan Sampel Air Kran

Pembacaan pada

1. Kran dibersihkan dari benda yang menempel yang mungkin dapat mengganggu dengan kain bersih, ujung kran dibersihkan dari setiap kotoran atau debu dengan alkohol. 2. Kran diputar sampai kran terbuka sehingga air mengalir secara

maksimal dan dibiarkan air mengalir selama 1-2 menit 3. Mulut kran disterilkan dengan cara membakar dengan lidi kapas yang dicelupkan dalam etanol 70 % atau dengan menggunakan api Bunsen. 4. Tali pengikat botol dan kertas pembungkus botol (alumunium foil) dibuka 5. Tutup botol dibuka dengan tangan kiri, botol dipegang dengan tangan kanan. Untuk mencegah masuknya debu yang mengandung

mikroorganisme, penutup dipegang dengan muka menghadap ke bawah. 6. Sambil memegang penutup, air kran ditampung bagian botol ( dengan menyisakan udara di atasnya) dengan maksud agar air dapat dikocok sebelum dianalisa. 7. Botol ditutup dengan hati-hati 8. Kemudian bagian tutupnya dibungkus dengan kertas steril ( alumunium foil) tadi. 9. Pada badan botol diberi label yang berisi : tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil serta catat suhu air tersebut. 10. Spesimen yang telah terkumpul dimasukan ke dalam termos berisi air es, yang selanjutnya di bawa ke laboratorium yang dilengkapi dengan surat pengantar.

3.3.2

Pengambilan Sampel Air Kolam 1. Botol dipegang pada bagian bawah dan dicelupkan ke dalam air dengan leher botol menghadap miring ke bawah mencapai kedalaman 20 cm. 2. Kemudian, botol diangkat dari dalam air dengan mulut botol menghadap ke atas. Bila perlu mulut botol berhadapan dengan arah aliran air (melawan arus).

3. Setelah botol berisi air, botol difiksasi dengan api Bunsen dan dibungkus dengan aluminium foil. 4. Pada badan botol diberi label yang berisi : tempat, tanggal, jam

pengambilan, dan petugas pengambil serta catat suhu air tersebut. 5. Spesimen yang telah terkumpul dimasukan ke dalam termos berisi air es, yang selanjutnya di bawa ke laboratorium yang dilengkapi dengan surat pengantar

3.3.3

Uji Presumtif 1. Disiapkan masing-masing lima buah tabung untuk penanaman sampel air kran dan sampel air kolam dimana setiap tabung berisi laktosa broth double strength (LBDS) sebanyak 10 mL. 2. Disiapkan juga masing masing dua tabung untuk penanaman sampel air kran dan sampel air kolam dimana setiap tabung berisi 10 mL lactose broth single strength (LBSS). 3. Dengan pipet steril diinokulasikan masing-masing 10 mL sampel air ke dalam tabung yang berisi LBDS. 4. Sampel air kran dan air kolam diinokulasikan ke dalam tabung yang berisi LBSS masing-masing sampel sebanyak 1 mL dan 0,1 mL. 5. Semua tabung digoyangkan secara perlahan agar sampel air menyebar rata ke seluruh bagian media. Kemudian diinkubasi pada suhu 35-37 oC selama 24-48 jam. 6. Setelah diinkubasi diamati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas dalam tabung durham. Adanya gas menunjukan uji presumptive yang positif dan dapat dilanjutkan dengan uji konfirmatif.

3.3.4

Uji konfirmatif 1. Tabung yang berisi BGLB 10 mL disiapkan (jumlah tabung disesuaikan dengan jumlah tabung uji presumtive yang posotif) 2. Dari tiap-tiap tabung presumtive positif dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi BGLB .

3. Kemudian semua tabung tersebut diinkubasi pada suhu 37C untuk memastikan adanya coliform lain. 4. Inkubasi dilakukan selama 24-48 jam. 5. Setelah diinkubasi diamati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas dalam tabung durham. Adanya gas menunjukan konfirmatif positif. 6. Hasil konfirmatif positif selanjutnya dicocokan dengan table MPN yang tersedia.

3.3.5 Uji Pelengkap 1. Disiapkan tabung uji konfirmatif yang positif dan media Mac Conkey Agar (MCA) 2. Ose difiksasi dengan api Bunsen. 3. Dari tabung uji konfirmatif yang positif diambil 1 ose dan digoreskan pada media MCA. 4. Ose difiksasi kembali. 5. Lalu dilakukan inkubasi selama 24-48 jam 6. Setelah inkubasi, diamati koloni yang tumbuh pada media MCA tersebut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN Tabel. Hasil Pemeriksaan Uji Presumtif dan Uji Konfirmatif Sampel Air Kolam dan Air Kran NO. SAMPEL UJI PRESUMTIVE UJI KONFIRMATIF (37C) 1. 2. Air kolam Air Kran 400 400 17/100 mL NILAI MPN pada

Hasil Pemeriksaan Uji Pelengkap Secara makroskopis : Bentuk Ukuran Tepi Warna Bau : bulat cembung : sedang : halus : merah muda : tengik

4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Teknik Pengambilan Sampel Air

Dalam pengambilan sampel air harus dilakukan dengan cara yang aseptis (steril) agar tidak terdapat organism yang mengkontaminasi sampel air tersebut. Sampel air yang terkontaminasi dapat mempengaruhi hasil pengamatan. Persyaratan pengambilan sampel air sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat dengan frekuensi yang cukup sehingga setiap ada perubahan kualitas air sewaktu-waktu dapat diketahui. 2. Sampel harus diambil, disimpan dan dikirim dalam botol yang steril dan sempurna. 3. Volume air yang diambil sesuai dengan pedoman. 4. Sampel harus diambil dari titik-titik dari sistem penyediaan air yang sedapat mungkin mewakili semuanya. Pada praktikum uji MPN ini, sampel air yang digunakan adalah sampel air kran dan air kolam di lingkungan Poltekkes Denpasar. Dalam pengambilan sampel air ini, harus dilakukan dengan baik dan secara aseptis. Untuk menjaga kesterilan sampel air, maka botol penampung sampel adalah botol yang sudah steril. Pada pengambilan air kran, mulut kran harus dibersihkan dahulu dari kotoran yang menempel dan difiksasi dengan api Bunsen yang berfungsi untuk mematikan mikroorganisme yang mengkin menempel pada mulut kran. Kemudian kran dibuka dan dibiarkan air mengalir selama 1-2 menit, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pembersihan dan untuk mengeluarkan materi atau zat yang yang terdapat di dalam kran sehingga tidak mengganggu. Tali pngikat botol dan bungkus botol dibuka dengan tangan kiri dan bagian muka penutup menghadap ke bawah sedangkan tutup botol dipegang dengan tangan kanan. Hal ini bertujuan untuk mencegah debu yang mengandung bakteri masuk ke dalam botol yang steril. Air kran ditampung adalah bagian sehingga terdapat udara yang tersisa dalam botol. Hal ini untuk memudahkan pengocokan sebelum proses analisa dan juga menyediakan oksigen bagi bakteri coliform untuk kelangsungan hidupnya karena bakteri coliform merupakan bakteri aerob dimana membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Untuk pengambilan air kolam sama seperti pengambilan air kran dimana harus dilakukan secara steril. Air juga ditampung dalam botol steril. Cara pengambilannya adalah dengan

memasukkan botol dengan dimiringkan k dalam air sedalam 20 cm. Air yang ditampung juga sebanyak botol. Setelah pengambilan, mulut botol disterilisasi dengan api Bunsen. Sampel air yang telah diambil ini kemudian segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisa. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada botol sampel harus diberi label yang berupa : tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petuga pengambil, suhu air tersebut.

4.2.2 Teknik Uji MPN terhadap Sampel Air Metode MPN (Most Probable Number) adalah metode yang digunakan untuk menghitung koliform di dalam air dengan menggunakan pengujian fermentasi dalam tabung. Tiga pengujian itu diantaranya adalah uji penduga (Presumtive Test), uji penguat (Confirmed Test), dan uji pelengkap (Completed Test) . Pada uji MPN ini digunakan metode 5 1 1 yang artinya digunakan 7 tabung reaksi, dimana 5 tabung reaksi untuk LBDS, 2 tabung reaksi untuk LBSS dengan volume masing-masing 1 mL dan 0,1 mL. 1. Uji Penduga (Presumptive test) Uji kualitas air ini menggunakan sampel air kran dan air kolam di lingkungan Poltekkes Denpasar. Masing-masing sampel air ini dibuat 3 seri larutan perlakuan. Untuk larutan seri pertama, masing-masing sampel air dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi media Lactose Broth Double Strength (LBDS) 10 mL yang telah berisi tabung durham. Sedangkan larutan seri kedua masing-masing sampel air dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL yang berisi media Lactose Broth Single Strength (LBSS) 10 mL yang didalamnya juga berisi tabung durham. Larutan seri ketiga yang dibuat dengan memasukkan masing masing sampel air sebanyak 0,1 mL dalam 10 mL Lactose Broth Single Strength (LBSS) di dalam tabung reaksi berisi tabung durham. Tabung durham diletakkan dalam keadaan terbalik. Fungsi tabung Durham yang dipasang terbalik adalah sebagai tempat berkumpulnya gelembung udara yang merupakan hasil

metabolisme bakteri. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan gelembung gas pada tabung kultur sampel air kran sehingga ini menunjukkan bahwa dalam air kran tidak mengandung bakteri koliform, karena setelah masa inkubasi pada kaldu laktosa tidak terbentuk gas dalam tabung Durham. Ini membuktikan tidak terjadi fermentasi laktosa oleh bakteri yang tergolong ke dalam kelompok koliform.Sedangkan pada sampel air kolam, ditemukan gelembung udara atau gas. Dari Gelembung udara atau gas ini diduga merupakan hasil aktivitas dari Bakteri Koliform yang melakukan fermentasi terhadap laktosa. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil reaksi positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya.Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Widiyanti (2004) bahwa, koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang,gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yangmemfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 24 jam pada suhu 35C. Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Tabung reaksi yang positif terdapat dalam tabung reaksi yang berisi LBDS sebanyak 4 buah. Sehingga, kombinasi angkanya 4 0 0. 2. Uji Penguat (Confirmed Test) Konfirmasi dari uji pendugaan perlu dilakukan, karena nilai positif (gas) dari uji pertama dapat juga merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator pencemar fekal. Karena tabung yang positif berasal dari sampel air kolam, maka hanya sampel inilah yang dapat dilanjutkan untuk uji ini. Uji ini dilakukan dengan menggunakan media BGLB. Dilakukan dengan mengambil 1 ose sample air yang positif dari hasil uji

pendugaan. Seperti pada uji pendugaan, dalam tabung reaksi dimasukkan juga tabung durham secara terbalik. Sebelum pengambilan, tabung uji presumptive dihomogenisasi terlebih dahulu dengan cara dikocok bertujuan untuk membebaskan sel bakteri yang mungkin terlindung partikel sampel dan untuk memperoleh distribusi sampel sebaik mungkin. Ose juga perlu difiksasi dahulu dengan api Bunsen untuk menghindari kontaminasi. Setelah penanaman, tabung uji ditutup dengan aluminium foil agar..Kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Hasil pengamatan diperoleh bahwa, hasil uji terhadap sampel air pada tabung A1, A2, A3 dan A4 terdapat gelembung gas pada semua tabung, yang menunjukkan hasil positif. perubahan warna media, yaitu diperoleh bakterikoliform dalam tabung reaksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa 4 tabung yang positif sehingga disebut kombinasi tiga angka 4 0 0 . Kemudian, angka ini dicocokkan dengan tabel MPN (Table MPN 511 menurut Formula Thomas). Setelah dicocokkan, nilai MPN yang diperoleh adalah 17/100 mL. Penggunaan BGLB berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan flora mikroba yang tidak diharapkan. Ox-bile dan brilliant green dalam BGLB mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif yang termasuk memfermentasikan laktosa seperti Clostridia. Media BGLB merupakan media yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini berasal dari adanya koliform yang bereaksi dengan BGLB. E. Coli merupakan bakteri fermentasi,seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat akan menghasilkan koloni berwarna merah muda. E. coli merupakan bioindikator terhadap perairan yang tercemar oleh kotoran atau feses manusia. Selain itu, pada suatu perairan jika ditemukan adanya E. coli maka kemungkinan besar akan terdapat juga bakteri-bakteri lain seperti Shigella sp. dan Vibrio sp.

Hasil penghitungan melalui metode MPN dari sample air kolam tersebut tesebut menunjukkan bahwa jumlah bakteri coli yang terdapat dalam air tersebut tidak ada. Nilai ini diperoleh dari kombinasi tiga angka ( 4-0-0). 3. Uji Pelengkap (Completed Test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dalam uji ini digunakan media Mac Conkey agar (MCA). MCA adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri gram negative. Dengan memanfaatkan laktosa tersedia dalam media, Lac + bakteri seperti Escherichia coli , akan menghasilkan asam yang menurunkan pH agar-agar di bawah 6,8 dan menghasilkan koloni berwarna merah muda . Warna merah ini diakibatkan oleh netral red yang terkandung dalam media MCA tersebut Pada uji pelengkap ini, hasil dari uji konfirmatif diinokulasikan pada media MCA dengan metode gores (streak plate). Tujuan dari inokulasi ini adalah untuk menghasilkan single koloni dan mempermudah identifikasinya. Setelah inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam diperoleh koloni dengan bentuk bulat cembung dengan ukuran sedang, tepinya halus, dan berwarna merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa koloni tersebut adalah bakteri Eschericia coli. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa air kolam tersebut mengandung Eschericia coli. 4.2.3 Hasil Pemeriksaan MPN pada Sampel air Setelah dilakukan uji penguat (Confirmed Test), diperoleh 4 tabung yang positif. Jadi, kombinasi tiga angkanya adalah 4 0 0. Setelah dicocokkan dengan tabel MPN, nilai yang diperoleh adalah 17/100mL. Ini berarti dalam 100 mL air terdapat 17 coliform. Hal ini mengindasikan bahwa air tersebut sangat tidak layak minum. Tingkat kotoran dan pencemaran pada air yang diteliti tergolong juga tinggi. Air minum yang aman dikonsumsi dan bebas dari kuman/patogen adalah air yang tidak ada bakteri atau hanya mengandung 2 4 sel bakteri saja. Air yang mengandung kurang dari coliform per 100 ml

merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 310 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalny mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. Pada hasil uji pelengkap, dari hasil identifikasi, koloni yang dihasilkan termasuk Eschericia coli karena koloni yang terbentuk berwarna merah muda.

BAB V PENUTUP

5.1

SIMPULAN 1. Dalam pengambilan sampel air kran maupun air kolam harus dilakukan dengan steril, yaitu menyimpan sampel dalam botol steril, melakukan fiksasi pada mulut botol maupun mulut kran. Pada badan botol juga harus berisi label yang berisi keterangan sampel. 2. Uji MPN terdiri dari Uji penduga (Presumptive Test) Tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Digunakan media LBSS dan LBDS. Hasil dari uji penduga hanya 4 tabung yang positif (4 0 0) Uji penguat (Confirmed Test) Untuk menguji hasil presumptive positif karena nilai positif (gas) dari uji pertama dapat juga merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator pencemar fekal. Digunakan media BGLB. Hasil dari uji ini juga terdapat 4 tabung yang positif (4 0 0) Uji pelengkap (Completed Test) Untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dalam uji ini digunakan media Mac Conkey agar (MCA). Pada media tumbuh koloni dengan bentuk bulat cembung dengan ukuran sedang, tepinya halus, dan berwarna merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa koloni tersebut adalah Escherichia coli 3. Hasil dari Uji MPN Setelah dicocokkan dengan tabel MPN, nilai yang diperoleh adalah 17/100mL. Ini berarti dalam 100 mL air terdapat 17 coliform. Hal ini mengindasikan bahwa air tersebut sangat tidak layak minum. Tingkat kotoran dan pencemaran pada air yang diteliti tergolong juga tinggi.

5.2

SARAN Praktikum sudah berjalan dengan lancar dan teratur. Praktikkan harus banyak berlatih untuk meningkatkan keterampilannya. Selain itu, diharapkan agar praktikum dilakukan dalam keadaan tenang dan dalam kondisi yang aseptis agar tidak mempengaruhi pengamatan.

Anda mungkin juga menyukai