Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

(Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta)

Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

RINGKASAN
INA ASTARI UTAMININGSIH. Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja. Di bawah bimbingan

NURMALA K. PANDJAITAN.

Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat membuat peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya. Tetapi dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, juga terdapat banyak dampak negatif bermunculan. Bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Menurut Budyatna (2005) munculnya penggunaan ponsel dapat mempengaruhi proses yang bersifat transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun pada interaksi tatap muka. Pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan terutama pada pulau Jawa. Dengan begitu permasalahan yang muncul dalam penelitian ini yaitu mengenai penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana pengaruhnya terhadap interaksi yang ada, dalam hal ini antara remaja dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat penggunaan ponsel pada remaja saat ini, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel pada remaja serta menganalisis pengaruh tingkat penggunaan ponsel terhadap interaksi sosial remaja. Penelitian ini menitikberatkan pada tiga kajian studi, yaitu media teknologi komunikasi ponsel, interaksi sosial dan mengenai remaja itu sendiri. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68 Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta dan pada waktu April sampai dengan Juli 2006. Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive) secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam kelas-kelas SMUN 68 (kelas X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 16 orang (8 laki-laki dan 8 perempuan).

Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 48 orang. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian atau studi pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan secara meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian berikutnya untuk mengkaji lebih lanjut. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif korelasional dengan metode penelitian survey. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuisioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Kantor SMUN 68. Dalam hal pengolahan data, untuk data kuantitatif diuji melalui Chi-Square dan korelasi Spearman yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0. Untuk data hasil wawancara (kualitatif) digunakan sebagai ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik tersebut. Penelitian ini menunjukkan karakteristik internal dan karakteristik eksternal responden. Jenis kelamin responden dibagi sama rata antara laki-laki dan perempuan. Status ekonomi keluarga responden mayoritas tergolong kategori menengah keatas (berkecukupan). Tujuan penggunaan ponsel oleh responden mayoritas untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya dan untuk hiburan (pemenuhan hobi). Tingkat aktivitas responden mayoritas tergolong aktivitas yang rendah di luar jam sekolahnya. Tingkat pengaruh teman dekat mayoritas tergolong kategori pengaruh yang kuat bagi responden. Sedangkan mengenai media massa mayoritas responden memiliki tingkat terpaan yang tergolong cukup tinggi. Penelitian ini melihat tingkat penggunaan ponsel dari frekuensi penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak yang diajak berkomunikasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ponsel oleh responden (sebagai kelompok remaja perkotaan) sebagian besar menunjukkan penggunaannya cenderung tinggi. Faktor pada karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel, sedangkan pada karakteristik eksternal adalah keberadaan teman dekat responden. Mengenai interaksi, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi sosial dari waktu dan intensitas (tingkat keluasan pembicaraan) interaksi secara tatap

muka antara responden dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan semua data yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara responden dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas. Sedangkan interaksi antara responden dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak

mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), yaitu dengan munculnya penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya.

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA


(Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta)

Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036

SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama NRP Program Studi Judul Skripsi : Ina Astari Utaminingsih : A14202036 : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat :Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperolah gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA NIP. 131 803 654

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan : 22 Agustus 2006

PERNYATAAN

DENGAN

INI

SAYA

MENYATAKAN

BAHWA

SKRIPSI

YANG

BERJUDUL PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (KASUS SMUN 68,

SALEMBA JAKARTA PUSAT, DKI JAKARTA) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2006

Ina Astari Utaminingsih A 14202036

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak terakhir dari pasangan H.Supriyadi dan Hj.Eka Hikmawati yang lahir pada tanggal 11 Juli 1984 di Jakarta. Pendidikan pertama ditempuh di Taman Kanak-Kanak Kayuputih, Jakarta Timur. Selanjutnya pada tahun 1991 meneruskan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Pulogadung 07, Jakarta Timur. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SLTP Perguruan Cikini, Jakarta Pusat dan meneruskan di SMU Negeri 68, Jakarta Pusat yang kemudian lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 selanjutnya penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kekuatan serta jalan yang terbaik menurut-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi (SEP 495) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Skripsi ini merupakan penelitian dan studi yang pertama kali mengenai ponsel di Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu diharapkan dapat menjadi masukan atau referensi berguna dalam kajian mengenai pengaruh ponsel terhadap interaksi remaja dengan lingkungan sosial mereka. Namun penulis menyadari adanya kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik membangun dari para pembaca diperlukan untuk langkah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengemukakan ucapan terima kasih kepada pihak tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain : 1. Allah SWT, yang atas izin dan restu-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. In every step i take, it always start with ur name God. 2. Dr. Nurmala K. Pandjaitan. MS. DEA selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi ini. 3. Ir. Sarwititi S. Agung, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama pada saat sidang skripsi 4. Martua Sihaloho, SP, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan pada saat sidang skripsi 5. Papa & Mama. Love u both more than life & all the things ive done is only to make u proud of me. Juga untuk Mba Lia & Mas Herry 6. Ivan, My Little Boy. The cuttest baby in the world. Karena dengan fotonya dikomputer-lah yang membuat semangat setiap mengerjakan tugas 7. Hemo-hemo, For good times and bad times. Thanks for teaching me how to laugh all the time, no matter how sad we are. Just keep our faith! 8. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data : Ica HPT 40, Dila, Tio, serta pihak dari SMUN 68 9. Rika Apriyanti (Teh Rika) atas segala saran dan masukan mengenai penulisan skripsi 10. Mulyandari, for making me believe that theres always opportunity in every difficulty 11. KPM 39, yang telah membuat waktu selama hampir 4 tahun terakhir menjadi berkesan dan tidak terlupakan 12. Seluruh teman-teman 38, 39 dan 40 serta tim KKP atas kebersamaannya selama ini

13. Teman-teman di Jakarta, yang selalu memberi semangat melalui SMS dan telfon. Serta yang selalu membuat hidup kembali menjadi normal sepulang dari Bogor. Thanks a lot 14. Para pengajar dan tim MSC (Mathematic Study Club) yang dengan sabar dan baik hati membuat penulis mengerti akan hitung-hitungan 15. Tim dosen KPM IPB dan seluruh staff Sosek Pertanian, terima kasih telah memberikan pengajaran yang terbaik dan telah membantu selama perkuliahan sampai pada pelaksanaan seminar dan sidang

Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi inspirasi kepada pembaca.

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii v vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian

1 1 5 5 6

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Media Teknologi Komunikasi Ponsel 2.1.2. Interaksi Sosial 2.1.3. Remaja 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesa 2.4. Definisi Operasional

7 7 7 13 18 22 25 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.3. Penentuan Sampel 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

33 33 33 34 35 35

ii

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Sekolah Menengah Umum Negeri 68 4.2 Karakteristik Internal 4.3 Karakteristik Eksternal 36 36 39 43

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Ponsel Pada Remaja 5.1.1 Frekuensi Penggunaan Ponsel 5.1.2 Pemanfaatan Fasilitas Ponsel 5.1.3 Tingkat Biaya Pengeluaran 5.1.4 Pihak Yang Diajak Berkomunikasi 5.1.5 Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum 5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel Pada Remaja 5.2.1 Karakteristik Internal 5.2.2 Karakteristik Eksternal 5.3 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja 5.3.1 Interaksi Sosial Remaja 5.3.1.1 Waktu Interaksi Tatap Muka 5.3.1.2 Intensitas Interaksi Tatap Muka 5.3.1.3 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum 5.3.2 Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja 5.4 Ikhtisar

47 47 47 48 51 52 54

56 56 62

65 65 65 68 70

71 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran

78 78 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

82 85

iii

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

Halaman

Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68, Sampai Tahun Ajaran 2005/2006 38 Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga 39 Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel 40 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas 42 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat 44

Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media Massa 45 Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel 47

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel 49 Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran 51 Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pihak Yang Diajak Berkomunikasi 53 Tabel 11. Jumlah responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel 54 Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel 56 Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel 58 Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel 59 Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel 61 Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel 63 Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel 64 Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga 66

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Teks

Halaman

Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel di Indonesia 86 Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square 88 Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman 89

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak 9 Gambar 2. Kerangka Pemikiran 25

iv

Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga 68 Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar 68 Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja 70 Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dengan Variabel Terpengaruh 74 72 66

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup

manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini membuat hampir tidak ada bidang kehidupan manusia yang bebas dari penggunaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Seiring arus globalisasi dengan tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peranan teknologi komunikasi menjadi sangat penting. Hassan (1999) mengemukakan teknologi komunikasi cenderung

memungkinkan terjadinya transformasi berskala luas dalam kehidupan manusia. Transformasi tersebut telah memunculkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar manusia (patterns of human communication), yang pada hakikatnya adalah interaksi antar pribadi (interpersonal relations). Pertemuan tatap muka (face to face) secara berhadapan dapat dilaksanakan dalam jarak yang sangat jauh melalui tahap citra (image to image). Isi pesan media komunikasi seringkali tidak mempengaruhi masyarakat yang kini melainkan bentuk dan jenis media itu sendiri. Banyak bentuk-bentuk teknologi baru dalam komunikasi yang kita kenal, seperti telepon selular (ponsel), surat elektronik, satelit, mesin faksmili, dan lain-lain. Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya. Ponsel yang mudah dibawa kemana saja kini tidak lagi mengenal

usia dan kalangan, bahkan disebut sekarang ini ponsel telah menjadi teknologi yang merakyat. Penggunaan ponsel menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short messages service) saja. Ponsel dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Hal ini menjadikan ponsel sebagai salah satu perkembangan komunikasi yang paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir (Nurudin, 2005). Terlihat juga pada kompetitif kualitas dari berbagai merk ponsel seperti Nokia, Ericsson, Samsung, Siemens, Motorola, Alcatel, dan lain-lain. Masing-masing tidak berhenti bersaing mencari pangsa pasar melalui produk terbaru hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat. Simanjuntak (2004) dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon selular menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel. Pertama, terhadap setiap individu yang menggunakan ponsel tersebut. Kedua, terhadap interaksi-interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap muka. Keempat, terhadap suatu kelompok-kelompok atau organisasi. Selanjutnya yang kelima adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaankelembagaan masyarakat. Penggunaan ponsel sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Disini interaksi yang terbentuk kemudian dipercepat prosesnya melalui suara dan teks atau tulisan (Brotosiswoyo, 2002).

Hal ini berbeda dengan dahulu yang biasa disebut telepati (komunikasi antara dua manusia yang tidak bergantung pada tempatnya) dan sudah menjadi perwujudan riil yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Ponsel disamping itu juga dapat merubah makna dari kesendirian. Kesendirian itu dapat menjadi suatu suasana yang lebih ramai dan hidup. Dengan satu ponsel yang canggih saja, kita dapat mendengarkan musik, bermain games, internet, foto-foto, menonton video, dan lain-lain meskipun kita berada dalam satu ruangan sendirian tanpa ada apapun. Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel, tetapi terdapat juga banyak dampak negatif bermunculan. Budyatna (2005)

mengemukakan bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Disini Budyatna melihat bahwa dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka. Terdapat banyak fenomena dimana tidak jarang individu lebih memilih memainkan atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah suatu kegiatan atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Berdasarkan Survey Siemens Mobile Lifestyle III, menyebutkan bahwa 60% dari respondennya lebih senang mengirim dan membaca SMS atau memainkan games ponselnya ditengah acara keluarga yang dianggap membosankan (Nurudin, 2005). Beberapa penelitian telah dikumpulkan oleh Badwilan (2004) mengenai dampak dari penggunaan ponsel. Contoh penelitian pertama yaitu pada bulan

Februari 2002 jumlah layanan SMS yang dikirimkan mencapai 156 milyar; dan pada bulan Maret jumlahnya bertambah menjadi 167 milyar. Dengan kata lain bahwa pengguna ponsel telah menghabiskan uang sebesar 165,5 milyar untuk mengirimkan layanan SMS saja. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ponsel yang semula dimaksudkan untuk mempermudah pembicaraan dan menekan biaya pengeluaran, justru terkadang menjadi hal sebaliknya. Kumpulan penelitian Badwilan yang menunjukkan dampak negatif dari penggunaan ponsel lainnya yaitu menonjol pada aspek psikologis dan sosial. Banyaknya peredaran gambar-gambar maupun video-video porno sekarang ini sudah dianggap hal biasa dalam lalu lintas data komunikasi melalui ponsel. Selain itu adanya pesan SMS yang memberikan kesan rasisme dan unsur-unsur SARA didalamnya dapat mengancam serta merusak kehidupan interaksi masyarakat atau kelompok tertentu. Pattiradjawane pernah melakukan penelitian terhadap pemakaian dan penggunaan ponsel di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase terbesar pengguna ponsel berdasarkan usia yaitu usia 15-24 tahun (31%), berdasarkan kota-desa yaitu kota (71%), dan berdasarkan kota-desa pada lima pulau (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali) yaitu kota (>55% dari masing-masing pulau). Sedangkan untuk perbandingan berdasarkan masingmasing pulau tersebut persentase terbesar adalah pulau Jawa (71%). Hal ini menunjukkan pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan terutama pada pulau Jawa. Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu untuk dimanfaatkan. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama (Hurlock, 1980). Respon kaum remaja terhadap barang-barang baru, termasuk dalam hal ini adalah kecanggihan ponsel, cukup tinggi. Walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka.

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka dapat

diketahui bahwa penggunaan media teknologi komunikasi ponsel saat ini dirasakan penting. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat mempererat interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Perumusan masalah yang akan menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penggunaan ponsel pada remaja saat ini? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja? 3. Bagaimana pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosial remaja?

1.2

Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan

dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi penggunaan ponsel pada remaja saat ini

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja 3. Menganalisis pengaruh penggunaan ponsel pada remaja terhadap interaksi sosial remaja

1.3

Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka mengembangkan studi

dan memperluas wawasannya mengenai kehidupan interaksi remaja perkotaan pada saat ini, terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi ponsel. Penelitian ini juga dapat menjadi informasi tambahan atau acuan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi para akademisi atau bagi mereka yang tertarik untuk memahami pengaruh penggunaan media teknologi komunikasi ponsel terhadap interaksi sosial remaja.

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1 2.1.1

Tinjauan Pustaka Media teknologi Komunikasi Ponsel

Teknologi Komunikasi Menurut Kamus Sosial Edisi Baru, istilah Teknologi yaitu : (1) Penerapan ilmu pengetahuan; (2) Pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu; serta (3) Semua ciri untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Johannesen (1996) teknologi diartikan sebagai aktivitas budaya yang khas ketika manusia membentuk dan mengubah realitas alami demi tujuan-tujuan praktis. Setiap langkah kemajuan teknologi

menyebabkan serangkaian perubahan yang berinteraksi dengan perubahan lainnya yang timbul dari sistem teknologi secara keseluruhan. Menurut Gouzali Saydam (2005), teknologi komunikasi pada hakikatnya adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui perangkat telekomunikasi (kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya). Informasi tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data (komputer), dan sebagainya. Sedangkan Shiroth dan Amin (1998) mengemukakan teknologi komunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi ini semakin kearah teknologi wireless (tanpa kabel). Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni (2003) mencangkup telepon, radio, dan televisi. Sedangkan dalam buku Human

Communication (Tubbs dan Moss, 2001), bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional, dan publik. Pada tingkat antarpersona yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat elektronik, dan voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu interkom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi, radio, film, videotape, vidoedisc, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital. Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan dalam dunia bisnis. Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan telepon dilakukan diseluruh dunia (Morey, 2004). Menurut Gouzali Saydam (2005), istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa (fix telephone) dan telepon bergerak.

Perkembangan Ponsel Ponsel atau bisa juga disebut Handphone (telepon genggam atau telepon seluler) merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar sesama ponsel tersebut adalah gelombanggelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil (Gouzali Saydam,

2005). Telepon bergerak ini pada awalnya dikategorikan dalam bentuk seperti gambar berikut :

TELEPON BERGERAK

Kendaraan Bermotor

Selular/ Ponsel

Telkom Fleksi

Gambar 1. Jenis Telepon Bergerak


Sumber : Gouzali Saydam, Teknologi Telekomunikasi: Perkembangan dan Aplikasi (2005).

Ponsel merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik. Dalam pemakaian ponsel, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan ponsel, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya pulsa atau pemakaian (Kadir dan Triwahyuni, 2003). Semakin maraknya penggunaan ponsel saat ini, muncul ide untuk menciptakan kebergantungan pemilik ponsel tersebut pada kartu telepon prabayar (voucher). Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar). Salah satu yang paling menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa (Ariyanti, 2004). Layanan ini menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam

10

waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi ulang. Harmandini (2005) mengatakan bahwa sekarang ini terdapat beberapa orang yang menggunakan 2 (dua) ponsel, dimana yang satu pada umumnya merupakan ponsel CDMA. Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia, Flexi dan Fren. Para pemakai ponsel yang menggunakan kartu prabayar biasanya digolongkan pada konsumen konsumen kelas dua, sedangkan konsumen kelas satu di mata operator penyelenggara ponsel adalah mereka yang menjadi pelanggan tetap jaringan ponsel (Ariyanti, 2004).

Fasilitas Pada Ponsel Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, ponsel juga berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif. Ponsel sangat bervariasi tergantung pada modelnya, yang seiring dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsifungsi antara lain (Fiati, 2005) : 1. Penyimpan informasi 2. Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja 3. Reminder (pengingat waktu) atau appointment 4. Alat perhitungan (kalkulator) 5. Pengiriman atau penerimaan e-mail 6. Permainan (games) 7. Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3 8. Chatting dan Browsing internet 9. Video

11

Mengenai fitur-fitur lain dalam ponsel terdapat beberapa macam, antara lain : profile, voice mail, caller ID, memory, numeric paging dan text messaging (SMS)/multimedia messaging (MMS), tones, locking/unlocking, call waiting, call forwarding, three-way calling, calling history, one-touch emergency dialing dan lain-lain. Diantara sekian banyak fitur tersebut, mungkin yang paling menarik untuk dibahas adalah SMS, MMS dan kamera. SMS (Short message service) adalah layanan langsung dalam dua arah yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan direkam oleh pengelola ponsel. Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode cell broadcast guna mengirim berita-berita terbaru dan pemberitahuan penting penting lain yang bersifat massal (Fiati, 2005). Sedangkan MMS (multimedia message service) disebut juga sebagai sms multimedia, yang memiliki daya angkut data yang besar. MMS memberikan layanan pengiriman berbasis teks menuju pesan multimedia (gambar, suara, video) dan dapat juga memberikan layanan berupa gambar diam berupa kartu, peta, kartu nama, layer saver (untuk PC). Fitur lainnya yang saat ini sedang gencarnya ditonjolkan oleh ponsel yaitu kamera, mulai dari jenis kamera opsional atau terpisah hingga kamera yang builtin yang sudah menyatu dengan ponselnya. Mengenai kecanggihan teknologi, ponsel juga memiliki beberapa keunggulan seperti adanya teknologi Infrared dan Bluetooth. Bluetooth merupakan teknologi nirkabel yang dapat menyambungkan beberapa perangkat melalui gelombang radio berfrekuensi rendah (daya jangkau maksimal 50 meter) tanpa dihubungkan dengan kabel. Sedangkan pada infrared kedua perangkat harus dibuat berhadapan (Fiati, 2005).

12

Mengenai media hiburan, MP3 pada ponsel sudah menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi saat ini. Telah dibuat suatu pengembangan yang lebih lanjut, dinamakan MP3 Surround (Subarkah, 2005). MP3 Surround atau bisa disebut suara keliling ini pada dasarnya akan memberikan ilusi suara pada pendengarnya seolah-olah berada dalam sebuah lingkungan tertentu. Selain itu, teknologi pada ponsel yang paling terbaru saat ini yaitu menyaksikan televisi melalui layar ponsel tersebut (Subarkah, 2006). Ponsel seperti ini termasuk dalam ponsel generasi ketiga, atau disebut dengan 3G.

Dampak Penggunaan Ponsel Menurut Badwilan (2004), penggunaan ponsel dapat membawa dampakdampak tertentu. Dampak-dampak tersebut dibagi pada aspek psikologis, sosial, keuangan dan kesehatan atau keselamatan jiwa seseorang. Tetapi yang akan dijelaskan disini adalah pada aspek psikologis dan sosial (Badwilan, 2004) : 1. Aspek Psikologis Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Contohnya yang marak ditemukan adalah pesan yang berisi pemboikotan barang produksi Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar, maupun video yang bersifat pornografi. Mudahnya akses keluar-masuk pesan tersebut melalui ponsel membawa dampak negatif, terutama untuk generasi muda sekarang ini.

13

2. Aspek Sosial Salah satu hal yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang membiarkan ponsel miliknya tetap dalam keadaan hidup atau aktif sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas mengganggu konsentrasi serta mengejutkan orang-orang disekitarnya. Seperti ketika sedang rapat bisnis, di rumah sakit, sedang di tempat-tempat ibadah, dan lain-lain. Selain itu penggunaan ponsel sebagai media komunikasi tidak langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komunikasi secara langsung (tatap muka). Sering terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.

2.1.2

Interaksi Sosial

Definisi dan Bentuk Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain (Gerungan, 2004). Kelangsungan interaksi sosial ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, tenyata merupakan proses yang kompleks. Sedangkan Tubbs dan Moss dalam bukunya

14

Human Communication (2001), suatu interaksi sosial diartikan sebagai suatu sistem sosial dua orang atau lebih yang dilengkapi dengan beberapa aturan dan harapan, serta beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku diantaranya. Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Mengenai interaksi yang terjalin tersebut, yang dianggap paling ideal adalah secara tatap muka (langsung). Interaksi tatap muka lebih memungkinkan suatu proses yang bersifat dinamis dan timbal balik secara langsung. Selain itu menurut Morey (2004), pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang berinteraksi didalamnya. Sedangkan menurut Soekanto (2002), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : 1. Adanya kontak sosial (social-contact) 2. Adanya komunikasi

Kontak dan Komunikasi Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Tetapi secara gejala sosial, kontak tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah. Seperti pada perkembangan teknologi dewasa ini

15

orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat, dan seterusnya (Soekanto, 2002). Kontak dapat bersifat primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll). Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara seperti telepon, telegrap, radio, surat dll. Mengenai komunikasi dapat dilihat secara bahasa, yakni berasal dari kata Latin kommunicatio yang artinya hal memberitahukan, hal memberi bagian dalam, atau pertukaran. Secara lebih sempit dapat diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima (Gea, Wulandari, dan Babari, 2003). Menurut Soekanto (2002), menyatakan bahwa komunikasi adalah ketika seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan begitu orang yang bersangkutan kemudian akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Gea, Wulandari, dan Babari (2003) menggambarkan suatu komunikasi yang efektif apabila si penerima pesan menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim pesan. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang diberikan benar-benar diterima secara tepat sebagaimana yang dimaksud adalah dengan mendapatkan umpan balik pesan tersebut. Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang

16

pengirim mengetahui bagaimana pesan yang dikirimkannya telah ditangkap oleh si penerima atau tidak. Selain itu cara seseorang mendengarkan dan menanggapi lawan bicara juga sangatlah penting dalam berkomunikasi. Memberikan tanggapan penuh pemahaman dalam mendengarkan dapat menghindari

kecenderungan kesalahpahaman komunikasi antara pihak terkait. Menurut Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut antara lain : 1. Tatap muka itu sendiri yang membedakannya dengan komunikasi jarak jauh atau komunikasi menggunakan alat. Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh masing-masing pihak (pemberi informasi-penerima informasi, ibu-anak, ayah-anak, suami-istri, guru-murid dan lain-lain) dan ditunjukkan dengan jelas 2. Adanya hubungan dua arah secara langsung Dengan adanya pertukaran pesan dalam komunikasi tatap muka, terjadi saling pengertian akan makna atau arti pesan. Jadi dalam komunikasi ini yang penting bukanlah pesannya semata, melainkan arti (meaning) dari pesan tersebut. 3. Adanya niat, kehendak, atau intensi dari kedua belah pihak Hal tersebut akan mempercepat proses adanya saling pengertian secara kognitif dalam komunikasi antar manusia.

17

Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan perantara, seperti telepon, telegrap, radio, surat dll.) mempunyai dampak yang berbeda dengan komunikasi secara langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari, dan Babari (2003), komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya kegagalan untuk saling berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti si penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim. Hambatan-hambatan tersebut antara lain : 1. Gagal menangkap maksud konotatif di balik maksud seseorang 2. Hanya mengartikan kata atau kalimat secara murni dan tidak mengembangkan pemahamannya 3. Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi 4. Adanya gangguan fisik, misalnya gangguan suara pada telepon, hasil cetakan yang tidak baik, tampilan layar yang kurang jelas (kabur), desain format yang tidak baik, dan lain-lain. Dalam menilai kualitas komunikasi antar manusia, DeVito (1997) mengatakan bahwa komunikasi antar manusia dapat berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat menurut keluasannya atau breadth (banyaknya atau jenis-jenis topik yang dibicarakan) dan kedalamannya atau depth (derajat kepersonalan atau inti dalam membicarakan topik itu). Sedangkan menurut penelitian Mardiyanti (1996), secara garis besar terdapat beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitannya dengan kontak sosial dan komunikasi sebagai pengukuran dari interaksi secara langsung (tatap muka), antara lain adalah minat, frekuensi, ruang lingkup rekanrekan, jenis dan banyaknya topik pembicaraan, tempat melakukan kegiatan,

18

kedalaman komunikasi serta pola dari interaksi itu sendiri (asosiatif dan disosiatif).

2.1.3

Remaja

Definisi dan Rentangan Usia Remaja Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980). Apabila digolongkan sebagai anak-anak maka golongan remaja sudah melewati masa tersebut, tetapi bila digolongkan dengan orang dewasa juga masih belum sesuai. Oleh karena itu banyak istilah golongan remaja ini dirasakan tumpang tindih pengertiannya. Istilah lain yang sering digunakan adalah menurut Rumini dan Sundari H.S (2004), dimana masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hurlock (1980) juga menambahkan definisi masa remaja dengan menggunakan ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, yaitu : Masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai usia yang bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan yang terakhir yaitu masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

19

Menurut Mappiare dalam bukunya Psikologi Remaja (1982), dapat disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.

Lingkungan Sosial Remaja Menurut Gea, Wulandari, dan Babari (2003), lingkungan sosial yang paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja adalah lingkungan sosial awal, yakni keluarga. Lalu kemudian dilanjutkan dengan lingkungan sebayanya, yang terdiri dari kelompok pertemanan atau kelompok permainan (sahabat). Keluarga adalah lingkungan yang paling utama dimana kita mengalami kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif, serta lingkungan tempat kita menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan. Menurut Soekanto (2002), orang tua dan saudara melakukan sosialisasi yang biasa diterapkan melalui kasih sayang. Atas dasar kasih sayang tersebut, seorang individu dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu. Menurut Hurlock (1980), konsep hubungan keluarga mempengaruhi konsep diri remaja dimana seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Menurut Mappiare (1982), kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Didalamnya timbul persahabatan yang

20

merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Manfaat penting dari adanya persahabatan dalam masa remaja ini adalah mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan mengisi waktu luang. Lebih penting lagi, bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan, dihargai dan dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya (Mappiare, 1982).

Perilaku Remaja Suatu perilaku (behavior) yang merupakan cara bertindak dapat dipandang sebagai reaksi yang bersifat sederhana maupun yang bersifat kompleks (Azwar, 2003). Sebagai mahkluk sosial, perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari lingkungannya. Menurut Kurt Lewin dalam Azwar (2003), perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Sedangkan menurut Rakhmat (2001), terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu : 1. Faktor-faktor personal, yaitu faktor biologis dan faktor sosio-psikologis 2. Faktor-faktor situasional, yaitu faktor ekologis, faktor rancangan dan arsitektural, faktor temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor sosial, dan lingkungan psiko-sosial. Kompleksitas perilaku remaja telah menjadi bahasan yang penting, terutama memahami perilaku remaja dalam lingkungan sosialnya, memahami

21

motivasi perbuatan dan mencoba meramalkan respon remaja agar dapat memperlakukan sesama manusia dengan sebaik-baiknya (Hurlock, 1980). Perilaku terhadap suatu obyek dapat dilihat dari beberapa dimensi (Calhoun, 1995), yaitu : 1. Frekuensi Menunjukkan jumlah atau kuantitas dari perilaku seseorang 2. Kepada siapa berperilaku Perilaku yang dilakukan tidak hanya ditujukan untuk diri sendiri tetapi juga ditujukan bagi orang lain 3. Untuk apa Perilaku yang dilakukan seseorang itu mempunyai manfaat atau tujuan baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain 4. Bagaimana Menunjukkan upaya atau cara yang dilakukan oleh seseorang dalam berperilaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan Perilaku remaja juga berkaitan dengan minat mereka terhadap keberadaan media massa yang termasuk pada minat rekreasi. Menurut Hurlock (1980) minat rekreasi tersebut juga sangat dipengaruhi oleh derajat kepopulerannya. Beberapa bentuk rekreasi yang digemari remaja saat ini antara lain mendengarkan radio dan kaset, menonton televisi, serta membaca. Selain itu perilaku remaja yang menonjol terletak pada nilai kemandiriannya. Mereka cenderung melepaskan diri dengan lingkungan sosial, terutama dengan lingkungan keluarganya sendiri (Hurlock, 1980).

22

Remaja laki-laki dengan perempuan juga terdapat perbedaan-perbedaan dalam perilakunya. Remaja perempuan cenderung memiliki tingkat keintiman yang dalam dengan orang-orang sekitarnya dibanding dengan remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja laki-laki ingin menunjukkan kemandirian yang lebih dan adanya jarak dengan sekitarnya (Hurlock, 1980). Selain itu menurut Apriyanti (2005) secara spesifik mengemukakan remaja putri lebih banyak membutuhkan sejumlah barang-barang baru yang perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

2.2

Kerangka Pemikiran Ponsel merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi paling

aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir. Ponsel disamping memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, juga dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpan berbagai macam data, sarana musik atau hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Dalam hal ini pengguna ponsel terbesar merupakan kelompok remaja perkotaan, terutama pada pulau Jawa. Respon kelompok remaja terhadap keberadaan ponsel cukup tinggi, walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tingkat penggunaan ponsel pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri individu (internal) maupun yang berkaitan dengan lingkungannya (eksternal). Karakteristik internal mencangkup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh

23

remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencangkup pengaruh dari teman-teman dekat remaja serta terpaan media (media exposure) massa. Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena remaja putri cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang tinggi dalam melihat setiap perkembangan ponsel yang ada dibandingkan remaja putra. Selain itu remaja putri juga cenderung sering dan intens berkomunikasi melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam komunikasi yang berlangsung tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena terdapat biayabiaya yang harus disediakan oleh para pengguna ponsel. Semakin tinggi pendapatan orang tua tiap bulannya yang menggambarkan status ekonomi dalam keluarga diduga dapat meningkatkan penggunaan ponsel pada remaja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan biaya pengeluaran setiap bulannya. Tujuan dalam menggunakan ponsel diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan pula remaja menggunakan ponselnya. Aktivitas-aktivitas yang diikuti remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi (di dalam maupun di luar sekolah). Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena pada masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang memegang peranan penting dalam sosialisasi

24

remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja dalam menggunakan ponselnya akan melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya. Terpaan media massa diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena melalui media massa (cetak maupun elektronik) tersebut remaja memperoleh berbagai informasi mengenai perkembangan ponsel. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis media massa tentang ponsel yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai pengaruh penting, disamping pengaruh dari teman dekat remaja tersebut. Tingkat penggunaan ponsel pada remaja dapat dilihat melalui empat hal, yaitu frekuensi penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak yang diajak berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi komunikasi ponsel tersebut sebagai pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut. Penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan persahabatan (teman sebaya). Interaksi sosial remaja secara tatap muka itu sendiri dilihat dari lamanya waktu serta intensitas (tingkat keluasan atau banyaknya topik pembicaraan) interaksi tatap muka. Berdasarkan literatur-literatur yang telah dibahas, maka dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut (Gambar 2) :

25

Karakteristik Internal : - Jenis kelamin - Tingkat status ekonomi keluarga - Tujuan penggunaan ponsel - Tingkat aktivitas

Karakteristik Eksternal : - Tingkat pengaruh teman dekat - Tingkat terpaan media (media exposure) massa

Tingkat Penggunaan Ponsel Pada Remaja: Frekuensi penggunaan Pemanfaatan fasilitas Tingkat biaya pengeluaran Pihak yang diajak berkomunikasi

Interaksi Sosial Remaja (Tatap muka) : Waktu interaksi Intensitas interaksi

Keterangan :

Mempengaruhi Gambar 2. Kerangka Pemikiran

2.3

Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat

disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Diduga remaja memiliki tingkat penggunaan ponsel yang cenderung tinggi 2. Diduga karakteristik internal mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja

26

3. Diduga karakteristik eksternal mempengaruhi penggunaan ponsel pada remaja 4. Diduga penggunaan ponsel pada remaja mempengaruhi interaksi sosial remaja

2.4

Definisi Operasional Variabel-variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini diukur dengan

merumuskan batasan dari masing-masing variabel terlebih dahulu. Adapun variabel-variabel tersebut adalah : 1. Karakteristik internal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan berkaitan dengan diri individu. Terdiri dari jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan responden dalam menggunakan ponselnya, serta tingkat aktivitas. 2. Jenis kelamin adalah perbedaan identitas seks responden berdasarkan aspek biologis. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Tingkat status ekonomi keluarga adalah status dari keluarga responden dalam masyarakat yang dilihat melalui penghasilan orang tua (ayah dan ibu) responden setiap bulannya. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Status ekonomi keluarga tinggi, apabila penghasilan orang tua >Rp. 6.000.000,b. Status ekonomi keluarga sedang, apabila penghasilan orang tua antara Rp. 3.000.000,- hingga Rp. 6.000.000,-

27

c. Status ekonomi keluarga rendah, apabila penghasilan orang tua <Rp. 3.000.000,4. Tujuan penggunaan ponsel adalah tujuan menurut responden dari berbagai kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan ponsel. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) : a. Untuk informasi yang penting dan mendesak (urgent) b. Untuk bersosialisasi dan urusan sekolah/les/kursus c. Untuk hiburan atau pemenuhan hobi Kategori (a) merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden untuk memberikan informasi atau kabar yang sangat penting (kerabat sakit, kecelakaan, meninggal, mengadakan suatu perayaan, dan lain-lain) yang harus disampaikan dengan cepat dan langsung. Kategori (b) merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya dan mengenai kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari. Kategori (c) merupakan tujuan penggunaan ponsel menurut responden untuk sekedar hiburan atau hal yang tidak bersifat urgent, untuk mengisi waktu luang dan memenuhi hobinya. 5. Tingkat aktivitas adalah banyaknya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden, baik di dalam maupun di luar sekolah (masing-masing 5 jenis kegiatan). Aktivitas ini dibagi menjadi dua yaitu aktivitas di dalam sekolah (ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah) dan aktivitas di luar sekolah (bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik, perkumpulan/organisasi remaja).

28

Pengukuran tingkat aktivitas ini menggunakan skor yaitu sangat aktif (3), aktif (2), kurang aktif (1), serta tidak aktif (0). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Aktivitas tinggi, total skor 21-30 b. Aktivitas sedang, total skor 11-20 c. Aktivitas rendah, total skor 10 6. Karakteristik eksternal adalah karakteristik yang mencirikan responden dan berkaitan dengan lingkungannya, terdiri dari pengaruh teman dekat serta terpaan media massa. 7. Tingkat pengaruh teman dekat adalah pengaruh dari teman dekat responden dan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan ponsel oleh responden. Pengukuran tingkat pengaruh teman dekat ini terdiri dari 4 butir pertanyaan, masing-masing 3 pilihan jawaban. Dengan skor yaitu pengaruh kuat (3), sedang (2), serta kecil (1). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Pengaruh dari teman dekat kuat, total skor 10-12 b. Pengaruh dari teman dekat sedang, total skor 7-9 c. Pengaruh dari teman dekat kecil, total skor 4-6 8. Tingkat terpaan media (media exposure) massa adalah frekuensi responden dalam menerima informasi tentang ponsel melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik (6 jenis media : televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran dan internet). Pengukuran tingkat terpaan media informasi ini menggunakan skor yaitu sering (3), kadang-

29

kadang/jarang (2), tidak pernah (1). Dibagi menjadi kategori ordinal) : a. Terpaan media massa tinggi, total skor 15-18 b. Terpaan media massa sedang, total skor 10-14 c. Terpaan media massa rendah, total skor 6-9

(skala

9. Tingkat penggunaan ponsel adalah suatu suatu tingkat yang menunjukkan perilaku penggunaan ponsel oleh responden dan terdiri dari ; (1) frekuensi penggunaan, (2) pemanfaatan fasilitas, (3) tingkat biaya pengeluaran, dan (4) pihak-pihak yang diajak berkomunikasi. Pengukuran tingkat penggunaan ponsel dengan melihat akumulasi skor keempat variabel tersebut (7 butir pertanyaan). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Penggunaan ponsel tinggi, total skor 29-42 b. Penggunaan ponsel sedang, total skor 15-28 c. Penggunaan ponsel rendah, total skor 14 10. Frekuensi penggunaan adalah tingkat keseringan responden yang berkaitan dengan penggunaan atau pemakaian ponselnya. Pengukuran frekuensi penggunaan ponsel ini terdiri dari 3 butir pertanyaan, masing-masing 4 pilihan jawaban. Dengan skor yaitu frekuensi tinggi (3), sedang (2), serta rendah (1 dan 0). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Frekuensi penggunaan ponsel tinggi, total skor 7-9 b. Frekuensi penggunaan ponsel sedang, total skor 4-6 c. Frekuensi penggunaan ponsel rendah, total skor 3 11. Pemanfaatan fasilitas adalah pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada ponsel yang dilakukan oleh responden (8 jenis fasilitas : telepon,

30

SMS, MMS, kamera, video, permainan, radio/MP3, dan internet). Pengukuran pemanfaatan fasilitas ini menggunakan skor yaitu sering (3), kadang-kadang/jarang (2), tidak pernah (1). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Pemanfaatan ponsel tinggi, total skor 18-24 b. Pemanfaatan ponsel sedang, total skor 14-18 c. Pemanfaatan ponsel rendah, total skor 8-13 12. Tingkat biaya pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh responden berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Biaya pengeluaran tinggi (skor 3), apabila > Rp. 300.000,b. Biaya pengeluaran sedang (skor 2), apabila Rp. 150.000,- hingga Rp. 300.000,c. Biaya pengeluaran rendah (skor 1), apabila < Rp. 150.000,13. Pihak yang diajak berkomunikasi adalah pihak-pihak yang berada dalam lingkungan sosial responden dan yang paling sering diajak berkomunikasi melalui ponsel. Dibagi menjadi kategori (skala nominal) : a. Keluarga b. Teman/pacar c. Lainnya 14. Interaksi sosial adalah interaksi secara tatap muka yang terjadi antara responden dengan lingkungan sosialnya dan dilihat dari ; (1) waktu interaksi serta (2) intensitas interaksi. Pengukuran interaksi sosial dengan

31

melihat akumulasi skor kedua variabel tersebut (5 butir pertanyaan). Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Interaksi sosial dekat, total skor 12-15 b. Interaksi sosial sedang, total skor 9-11 c. Interaksi sosial renggang, total skor 5-8 15. Waktu interaksi adalah lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan interaksi tatap muka antara responden dengan lingkungan sosial mereka, terdiri dua yaitu dengan (1) keluarga; (2) teman/pacar. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Waktu interaksi tatap muka tinggi (skor 3) b. Waktu interaksi tatap muka sedang (skor 2) c. Waktu interaksi tatap muka rendah (skor 1) 16. Intensitas interaksi adalah tingkat keluasan interaksi tatap muka yang terjadi pada responden dengan lingkungan sosial mereka. Diukur berdasarkan banyaknya jenis topik yang dibicarakan didalamnya, yaitu : 1. Pendidikan dan pekerjaan di masa mendatang 6. Hobi 2. Keluarga dan agama 3. Uang 4. Hubungan dengan sesama teman/pacar 5. Seks Intensitas interaksi tatap muka dibagi menjadi kategori (skala ordinal) : a. Interaksi tatap muka sangat intens (skor 3), apabila jenis pembicaraan sebanyak > 6 7. Film/musik 8. Trend/mode 9. Gosip

32

b. Interaksi tatap muka cukup intens (skor 2), apabila jenis pembicaraan sebanyak 4-6 c. Interaksi tatap muka tidak intens (skor 1), apabila jenis pembicaraan sebanyak < 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis deskriptif korelasional. Penelitian deskriptif

korelasional dapat memastikan berapa besar pengaruh yang disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain (Rakhmat, 2005). Pendekatan penelitian adalah kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif dilakukan dengan metode survei, yaitu melalui kuisioner sebagai instrumen utama penelitian. Sedangkan data kualitatif sebagai pendukung penelitian melalui wawancara untuk mendapatkan keterangan tambahan dari responden.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68

Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa SMUN 68 merupakan salah satu SMUN yang terletak di pusat kota dengan sampel yang tergolong dalam keluarga berkecukupan sehingga memiliki asumsi bahwa banyak sampel yang sudah memiliki ponsel dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini disesuaikan dengan hasil penelitian Pattiradjawane (2005) yang menunjukkan bahwa pengguna ponsel terbesar di Indonesia merupakan kelompok remaja perkotaan di pulau Jawa.

34

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada 2 tahap. Tahap pertama yaitu pengumpulan data pada bulan April-Mei 2006, dimana sebelumnya dilakukan studi penjajagan lapang terlebih dahulu. Sedangkan pada tahap kedua yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft skripsi pada Juni-Agustus 2006.

3.3

Penentuan Sampel Unit analisis penelitian adalah individu sedangkan populasi penelitian

adalah remaja SMUN 68. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa SMU merupakan tempat sosialisasi utama para remaja dengan lingkungan sosial mereka (selain keluarga). Sampel penelitian ini adalah remaja (laki-laki dan perempuan) SMUN 68 yang menggunakan ponsel. Pengambilan sampel penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive) secara accidental sampling. Populasi dibagi dalam kelas-kelas SMUN 68 (kelas X, XI, XII) dan masing-masing sejumlah 16 orang (8 laki-laki dan 8 perempuan). Jumlah sampel secara keseluruhan yang diambil sebanyak 48 orang (24 laki-laki dan 24 perempuan). Pengambilan sampel secara sengaja (purposive) ini dikarenakan padatnya jadwal akademik SMUN 68 serta menjelang ujian akhir (terutama untuk kelas XII) pada bulan April hingga Mei, sehingga peneliti diberikan keterbatasan oleh pihak sekolah untuk mencari responden. Untuk populasi yang berjumlah besar dan sulit untuk menemukan sampel secara individual melalui metode acak, maka dapat dilakukan secara accidental atau diketemukan seadanya (Singarimbun, 1989). Penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai penelitian atau studi pendahuluan, sehingga tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan secara

35

meluas dan membutuhkan penelitian-penelitian berikutnya untuk mengkaji lebih lanjut.

3.4

Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuisioner dan hasil wawancara. Kuisioner dan wawancara berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik responden (internal maupun eksternal), tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial yang terjadi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Kantor SMUN 68 Salemba, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Hal ini guna memenuhi kebutuhan untuk informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.

3.5

Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang telah terkumpul dibuat dalam bentuk tabel kemudian

dilakukan analisis secara statistik. Hasil dari analisis tersebut diinterpretasikan untuk memperoleh kesimpulan atau fakta yang terjadi. Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik non-parametrik melalui uji chi-kuadrat (chisquare) untuk antar variabel dengan skala nominal, sedangkan data dengan skala ordinal diolah dengan menggunakan uji Spearman. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program SPSS for windows versi 12.0. Hal ini dilakukan guna ketepatan, kecepatan proses perhitungan dan kepercayaan hasil pengujian. Sedangkan data hasil wawancara digunakan sebagai ilustrasi untuk melengkapi hasil statistik tersebut.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1

Sekolah Menengah Umum Negeri 68 Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 68 terletak di Jalan Salemba

Raya No. 18, Kelurahan Salemba, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Lokasi SMUN 68 berada dalam kompleks pendidikan Salemba, yang juga terdapat SLTP 216, SDN Kenari dan Gedung Pertemuan (Menza). Kompleks ini termasuk wilayah pusat perkotaan dimana sekelilingnya terdapat bangunanbangunan penting, seperti Departemen Sosial, Perpustakaan Nasional, Hotel Atlantic, Salemba Residence, Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba, Rumah Sakit CiptoMangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Carolus, dan lain-lain. Bagian depan kompleks pendidikan Salemba juga terlihat beberapa sentra pulsa yang menyediakan jenis pulsa yang lengkap dan cukup bervariasi. SMUN 68 merupakan salah satu SMUN unggulan dan favorit wilayah Jakarta Pusat, serta dengan segala kelengkapan fasilitas yang memadai dan diakui. SMUN 68 terdiri dari 4 lantai, seluruh ruang belajar-mengajar maupun ruangan lainnya menggunakan AC, lahan parkir (dalam dan samping) yang nyaman, dan didukung dengan lingkungan kompleks yang asri dan indah. SMUN 68 pada tahun ajaran 2005/2006 terdiri dari 8 kelas X (ada 1 kelas bertaraf internasional), 8 kelas XI (5 kelas IPA dan 3 kelas IPS), begitu juga kelas XII yang jumlahnya sama dengan kelas XI. Total jumlah siswa seluruhnya pada

37

tahun ajaran ini sebanyak 1032 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 432 orang dan perempuan sebanyak 600 orang. Responden yang termasuk dalam penelitian ini adalah 48 siswa laki-laki maupun perempuan SMUN 68 yang menggunakan ponsel. Responden dibagi sama rata antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing berjumlah 24 orang (kelas X, XI, XII). Hal tersebut dilakukan untuk melihat perbandingan kedua jenis kelamin secara seimbang dalam hal pengaruhnya terhadap tingkat penggunaan ponsel pada remaja. Waktu berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar SMUN 68 yaitu pada hari senin sampai kamis pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, sedangkan untuk hari jumat pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB. Khusus hari sabtu hanya untuk kegiatan ekstrakurikuler, praktikum dan pelajaran tambahan saja. Dalam hal biaya, SMUN 68 membebankan biaya SPP sebesar Rp. 201.000,00setiap bulannya kepada seluruh siswa kelas biasa dan Rp. 2.000.000,00- kepada siswa khusus kelas internasional. SMUN 68 memiliki organisasi sekolah (OSIS) serta berbagai kegiatan ekstrakurikuler. OSIS SMUN 68 dipimpin oleh seorang ketua, dibantu oleh 2 orang wakil ketua, 2 orang bendahara, 3 orang sekretaris dan 8 orang ketua bidang. Selain itu terdapat MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) yang dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh wakil serta sekretaris. Kegiatan ekstrakurikuler SMUN 68 terdiri dari estrakurikuler olahraga, seni dan musik, kegiatan rohani dan ekstrakurikuler lainnya (Tabel 1).

38

Tabel 1. Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler Pada SMUN 68, Sampai Tahun Ajaran 2005/2006 No. 1. 2. 3. 4. Jenis Olahraga Seni dan musik Kegiatan Rohani Lainnya Kegiatan Ekstrakurikuler Basket, Voli, Bola (Futsal), Baseball dan Softball, Taekwondo, Perisai Diri, Dance Vokal, M-Brass, TOSLA (Teater Olah Seni) Band, Baron (Fotografi), Cheers, Drama Rohis (Rohani Islam), SRP (Sie Rohani Protestan), SRK (Sie Rohani Katolik) ELPALA (EnamLapan Pencinta Alam), KIR (Karya Ilmiah Remaja), JGC (Jakarta Green Centre), PMR (Palang Merah Remaja), Pramuka, Execom (Komputer)

SMUN 68 memiliki berbagai macam prestasi akademik dan non-akademik yang cukup membanggakan. Pada tahun ajaran 2004/2005 untuk kesekian kalinya SMUN 68 berhasil memperoleh peringkat 1 wilayah Jakarta Pusat dalam hal perolehan nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) secara keseluruhan. Selain itu para siswa SMUN 68 setiap tahunnya berhasil masuk dalam Perguruan Tinggi Negeri terkemuka (mayoritas Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, dan Universitas Gajah Mada) sebanyak lebih dari 65 %. Prestasi akademik lainnya yaitu untuk tahun ajaran 2005/2006 SMUN 68 mengirimkan siswa-siswa terbaiknya untuk mengikuti olimpiade bidang IPA dan bahasa Inggris, dimana pada fisika dan matematika berhasil sampai tingkat nasional sedangkan lainnya berhasil sampai tingkat propinsi. Pada prestasi nonakademik, SMUN 68 pernah mendapatkan juga gelar juara untuk perlombaan bidang olahraga (khusus pada basket, bola/futsal, dan softball) dan juga bidang seni (khusus pada M-Brass dan drama).

39

4.2

Karakteristik Internal

Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi keluarga dalam penelitian ini dilihat dari penghasilan orang tua (ayah maupun ibu) tiap bulannya (Tabel 2). Selain penghasilan orang tua tersebut, perlu diketahui pula sumber biaya pendidikan responden tersebut.

Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Status Ekonomi Keluarga Status Ekonomi Keluarga Tinggi Sedang Rendah Jumlah Frekuensi (n) 12 23 13 48 Persen (%) 25 47,9 27,1 100

Status ekonomi keluarga ini ditanyakan pada responden dengan pertanyaan terbuka, dimana responden mengisi sendiri berapa kira-kira penghasilan orang tuanya tiap bulan. Berdasarkan data yang diperoleh lalu dilakukan perhitungan rata-rata secara keseluruhan, yaitu untuk kategori status ekonomi keluarga yang rendah dengan penghasilan Rp. 3.000.000,00- (27,1 %), status ekonomi keluarga sedang antara >Rp. 3.000.000,00- sampai dengan Rp. 6.000.000,00- (47,9 %), dan status ekonomi keluarga yang tinggi yaitu > Rp. 6.000.000,00- (25 %). Mengenai sumber biaya pendidikan bagi responden, hampir semua responden (97,9 %) mengemukakan berasal dari orang tua dan yang sumber biayanya berasal dari wali (saudara kandungnya) hanya 1 orang responden (2,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa responden masih sepenuhnya bergantung pada keluarga dan belum ada yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya tersebut. Mengingat bahwa responden masih merupakan siswa

40

sekolah sehingga lebih berkonsentrasi pada sekolahnya terlebih dahulu dibanding mencari pekerjaan.

Tujuan Penggunaan Ponsel Hasil yang diperoleh mengenai tujuan penggunaan ponsel (Tabel 3) menunjukkan bahwa sebenarnya menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting dan mendesak, yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatannya dengan sesama teman/pacar. Sesuai dengan masa remaja yang identik dengan adanya persahabatan untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan bersama dan kegiatan-kegiatan yang dianggapnya menarik untuk mengisi waktu luang (Mappiare, 1982).

Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Tujuan Penggunaan Ponsel Tujuan Penggunaan Ponsel Frekuensi (n) Untuk informasi penting dan mendesak 11 Untuk sosialisasi dan kegiatan 20 sekolah/les/kursus Untuk hiburan atau pemenuhan hobi 17 JUMLAH 48 Persen (%) 22,9 41,7 35,4 100

Dapat dilihat bahwa dalam kategori tujuan penggunaan ponsel untuk bersosialisasi, yang paling utama adalah agar dapat terus berhubungan dengan lingkungan sosial responden itu sendiri (terutama dengan lingkungan sebaya). Responden sering berkomunikasi atau mengobrol melalui ponsel dengan mereka baik melalui telepon maupun pengiriman pesan-pesan (SMS).

41

Mengenai hiburan atau pemenuhan hobi, melalui ponsel responden dapat mengisi waktu luangnya serta menghilangkan kebosanan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut : Kalo handphone paling buat sekitar komunikasi ato gak ngobrol ama orangorang terdekat. Sekalian juga bisa buat mengisi waktu luang dan ga bosen sih sebenernya..yah tergantung gimana kebutuhan orangnya masing-masing. Sukasukanya dia aja (Jy, perempuan, kelas XI)

Kategori tujuan penggunaan ponsel untuk informasi yang penting dan mendesak menurut banyak responden bukanlah merupakan tujuan yang utama. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Menurut aku klo make HP itu lebih untuk yang seneng-senengnya ajah..paling sesekali nanya tugas kaya PR gitu. Itu juga sebenernya ga terlalu urgent banget sih..Kalo yang kaya urgent gitu pernah waktu itu ada bokap temen yang meninggal. Langsung aku kabarin ke yang lain cepet-cepet..yah tapi yang kaya gitu kan jarang-jarang (Na, perempuan, kelas X)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan penggunaan ponsel untuk informasi urgent justru jarang dilakukan. Responden lebih memanfaatkannya untuk kegiatan yang lebih bersifat fun dan tidak terlalu penting. Sedangkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan sekolah/les/kursus, responden mengemukakan bahwa mereka menggunakan ponselnya untuk menanyakan tugas-tugas (PR).

Tingkat Aktivitas Hasil yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas yang rendah (Tabel 4).

42

Tingkat aktivitas rendah disini mempunyai arti bahwa aktivitas di dalam (ekstrakurikuler olahraga, musik, organisasi sekolah) maupun di luar sekolah (bimbingan belajar, kursus bahasa asing, kursus musik, perkumpulan/organisasi remaja) yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya.

Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Aktivitas Tingkat Aktivitas Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 3 6 39 48 Persen (%) 6,25 12,5 81,25 100

Perlu diketahui bahwa untuk responden kelas XI dan XII telah mengurangi aktivitasnya agar lebih berkonsentrasi pada penjurusan bidang yang telah diambilnya (IPA atau IPS). Bahkan khusus untuk responden kelas XII dalam penelitian ini seluruhnya (100 %) memiliki aktivitas yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa responden sebenarnya tidak memiliki banyak aktivitas di luar jam atau waktu sekolahnya. Mengingat bahwa SMUN 68 merupakan SMUN unggulan Jakarta Pusat sehingga responden tidak banyak mengambil kegiatan lain di luar jam sekolah yang dapat menghabiskan waktu, tenaga serta pikiran mereka untuk berkonsentrasi pada bidang akademiknya. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai macam-macam aktivitas itu sendiri, diketahui bahwa persentase tingkat keaktifan responden pada aktivitas dalam sekolah yang diikuti adalah sebagai berikut : ekstrakurikuler olahraga (50 %), ekstrakurikuler musik (22,9 %), ekstrakurikuler lainnya (16,7 %), OSIS (8,3 %), dan aktivitas lainnya (20,8 %). Sedangkan pada aktivitas luar sekolah adalah sebagai berikut : bimbingan belajar (43,75 %), kursus bahasa asing

43

(47.9 %), kursus musik (4,17 %), organisasi/perkumpulan-perkumpulan remaja (10,42 %), dan aktivitas lainnya (12,5 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keaktifan responden paling tinggi untuk kegiatan dalam sekolah adalah ekstrakurikuler olahraga dan untuk kegiatan luar sekolah adalah kursus-kursus bahasa asing. Terdapat pernyataan responden mengenai aktivitas atau kegiatan yang diikutinya dalam kutipan berikut :
Diluar jam sekolah ya emang ikut kegiatan laennya..tapi gak ngeganggu waktu sekolah dan ngambil yang manfaatnya banyak. Aku cuma ngikut ekskul basket ama les di-ILP sih, tapi ya itu bermanfaat banget. Trus bisa nambah teman pergaulan baru juga, bisa tau sana-sini (WI, laki-laki, kelas X)

Kegiatan atau aktivitas yang diikuti oleh responden selain tidak boleh mengganggu jam sekolah mereka, juga harus dapat membawa manfaat yang dapat dirasakan untuk jangka pendek maupun panjang. Ekstrakurikuler olahraga misalnya, dapat menyalurkan hobi positif dan menjaga kebugaran tubuh

responden. Selain itu kursus-kursus seperti bahasa asing juga dapat menambah wawasan dan referensi tentang bahasa serta dapat menjadi nilai tambah dalam rekomendasi mereka nantinya sebagai mahasiswa atau ketika bekerja.

4.3

Karakteristik Eksternal

Tingkat Pengaruh Teman Dekat Tingkat pengaruh teman dekat dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa keberadaan teman dekat mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi responden. Hal tersebut dilihat dari 91,7 % responden mengemukakan keberadaan teman dekat mereka mempunyai pengaruh yang sedang hingga kuat (Tabel 5).

44

Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Tingkat Pengaruh Teman Dekat Kuat Sedang Kecil JUMLAH Frekuensi (n) 20 24 4 48 Persen (%) 41,7 50 8,3 100

Responden sebagai kelompok remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman dekatnya yang merupakan kelompok sebaya. Seperti yang diungkapkan oleh Mappiare (1982) bahwa dalam persahabatan itu remaja dapat merasa dibutuhkan, dihargai dan dengan demikian mereka dapat merasa adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai jumlah teman, diketahui bahwa sebagain besar responden (64,6 %) memiliki > 5 orang teman dekat, lalu 3-4 orang teman dekat (20,8 %) dan hanya 1-2 orang teman dekat (14,6 %). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki teman dekat dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan semakin banyak jumlah teman dekat dapat membuat keberadaan responden semakin diakui dalam lingkungan teman sebayanya tersebut. Selain itu keberadaan teman dekat juga dapat menjadi tempat berkeluh kesah, menambah percaya diri dan mempunyai pikiran yang sejalan dimana pada akhirnya dapat mempengaruhi responden dalam kesehariannya. Terdapat pernyataan responden mengenai keberadaan teman dekat baginya dalam kutipan berikut :
Kalo temen kaya geng-geng gitu sih pasti ada disini, ada yang pake nama juga malahan...yang pasti cari temen yang setipe lah, yang nyambung ama kita. Bisa buat curhat ama ngobrolin segala macem juga. Ga mungkinkan punya temen deket tapi ga sejalan (Na, perempuan, kelas X)

45

Mengenai respon dari teman dekat responden mengenai penggunaan ponsel, sebagian besar responden (50 %) mengatakan bahwa teman dekat mereka sangat mendukung dalam menggunakan ponsel untuk kegiatan sehari-hari. Sisanya cukup mendukung (41,7 %) dan tidak mendukung (8,3 %). Hal ini menunjukkan bahwa teman-teman dekat responden hampir seluruhnya

mendukung dan merasa setuju dengan hal-hal yang berkaitan penggunaan ponsel dalam keseharian mereka.

Tingkat Terpaan Media Massa Tingkat terpaan media massa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden menerima informasi mengenai ponsel menggunakan media massa tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dilihat dari sebagian besar responden (hampir 80 %) yang memiliki tingkat terpaan media massa sedang hingga tinggi (Tabel 6). Media massa yang dimaksud disini meliputi media cetak maupun elektronik yaitu televisi, radio, koran, majalah/tabloid, brosur/selebaran, dan internet.

Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Terpaan Media Massa Tingkat Terpaan Media Massa Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 17 21 10 48 Persen (%) 35,4 43,8 20,8 100

Responden merasa bahwa informasi-informasi mengenai teknologi seperti ponsel penting untuk diketahui agar tidak membuat mereka menjadi ketinggalan informasi dan tidak mengerti perkembangan teknologi terbaru (gaptek : gagap

46

teknologi). Terdapat pernyataan responden mengenai media massa dalam kutipan berikut :
Biar ga ketinggalan informasi-informasi yang canggih emang harus seringsering liat media buat cari tau. Apalagi tentang HP, itukan cepet banget perkembangannya. Hampir tiap bulan ada aja yang baru modelnya dikeluarin. Masa ntar ga tau masalah begituan, jadi orang gaptek dong! (AFP, laki-laki, kelas XI)

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai media massa itu sendiri, diketahui bahwa persentase tingkat keseringan responden dalam menerpa media mengenai ponsel adalah sebagai berikut : televisi (45,8 %), radio (16,7 %), koran (47,9 %), majalah/tabloid (41,7 %), brosur/selebaran (4,17 %) dan internet (22,9 %). Hal ini menunjukkan bahwa media massa yang paling sering diterpa oleh responden dalam kaitannya dengan informasi ponsel adalah koran. Diduga biasanya hampir setiap keluarga berlangganan koran, sehingga setiap hari responden dapat mengetahui perkembangan yang paling akurat. Selain itu koran pada umumnya secara intens memberikan informasi mengenai ponsel, baik melalui iklan, promosi maupun informasi khusus yang biasanya disediakan pada kolom-kolom tertentu.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 5.1.1

Penggunaan Ponsel Pada Remaja Frekuensi Penggunaan Ponsel Frekuensi penggunaan ponsel menunjukkan tingkat keseringan responden

dalam penggunaan atau pemakaian ponselnya sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 7) menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan ponselnya dengan frekuensi sedang hingga tinggi. Ponsel pada saat ini dianggap menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden, sebagai kelompok remaja perkotaan.

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Ponsel Frekuensi Penggunaan Ponsel Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 13 24 11 48 Persen (%) 27,1 50 22,9 100

Dari data lain yang diperoleh mengenai frekuensi penggunaan ponsel, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 47,9 % menggunakan ponsel sekitar 20 kali dalam satu hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap harinya responden menggunakan ponsel sekitar 20 kali. Penggunaan ponsel tersebut sebagian besar (52,1 %) untuk menerima dan mengirim panggilan, baik itu panggilan berupa telepon maupun SMS, dan selanjutnya hanya untuk sekedar

48

hiburan atau bermain sebanyak 31,2 %. Lalu sisanya hanya untuk menerima atau mengirim panggilan saja. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menggunakan ponsel mereka setiap harinya tersebut lebih banyak pada kegiatan menerima dan mengirim panggilan (telepon atau SMS). Kegiatan ini yang menyebabkan frekuensi penggunaan ponsel oleh responden menjadi cukup tinggi. Penggunaan ponsel tertinggi dilakukan pada waktu yang tidak tentu yaitu sebanyak 58,3 % responden menjawab hal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Sisanya pada waktu malam hari (18,75 %), siang sampai sore hari (18,75 %) dan pagi hari (4,2 %). Terlihat bahwa responden jarang menggunakan ponselnya ketika pagi hari, karena pada waktu tersebut responden lebih sibuk untuk menyiapkan diri berangkat sekolah atau justru sebaliknya masih tidur ketika sedang hari libur misalnya. Terdapat pernyataan responden mengenai frekuensi penggunaan ponsel dalam kutipan berikut :
Klo gunain hp sih tiap hari. Tiap saat malah..sering banget. Pokoknya gak bisa lepas seharipun tanpa hp. Makenya juga ga bisa ditentuin kapan aja waktunya yang paling sering. Ya bisa pagi, siang, ato justru pas malem juga malah bisa sering make hp aku (Wy, perempuan, kelas XII)

5.1.2

Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Pemanfaatan fasilitas ponsel dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana

responden memanfaatkan berbagai jenis fasilitas yang terdapat pada ponselnya. Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 8) menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87,5 %) berada dalam kategori pemanfaatan fasilitas ponsel sedang hingga tinggi. Hal ini berarti responden memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang

49

terdapat pada ponselnya tergolong cenderung tinggi. Fasilitas ponsel biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan serta fasilitas dalam hal hiburan.

Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Pemanfaatan Fasilitas Ponsel Pemanfaatan ponsel tinggi Pemanfaatan ponsel sedang Pemanfaatan ponsel rendah JUMLAH Frekuensi (n) 15 27 6 48 Persen (%) 31,25 56,25 12,5 100

Dari data lain mengenai jenis fasilitas yang diperoleh, diketahui bahwa fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan terbanyak berupa SMS yaitu sebanyak 87,5 % responden sering memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sisanya berupa fasilitas telepon (37,5 %) dan hanya 1 orang responden (2,1 %) yang sering memanfaatkan fasilitas MMS. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih menyukai fasilitas SMS, dikarenakan faktor biaya yang lebih murah serta dapat mencakup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim. Menurut responden untuk fasilitas telepon mempunyai kelebihan yaitu pada komunikasinya secara lebih langsung yang tentu saja dapat meminimkan terjadinya kesalahpahaman. Tetapi fasilitas telepon ini membebankan biaya yang lebih tinggi dibanding SMS. Sedangkan untuk MMS hanya satu orang responden yang sering memanfaatkannya, hal ini dikarenakan MMS dirasa tidak terlalu penting dan hanya untuk mengirim gambar atau suara tertentu saja dengan kapasitas yang besar dan biaya yang lebih. Disamping itu sekarang responden lebih menyukai untuk mengirim melalui infrared atau bluetooth, dimana kedua

50

hal ini tidak dikenai biaya. Terdapat pernyataan responden mengenai dalam kutipan berikut :
Paling enak dari Handphone itu SMS-nya. Udah paling top lah itu, bisa ga brenti-brenti kalo dah mulai SMS-an. Bisa nulis banyak apa aja, cepet, murah pula apalagi kalo sesama operator. Paling praktis langsung nyampe, tapi itu kalo ga error sih ya tapi..kalo mau yang lebih jelas sih lewat telfon emang lebih bagus (CF, perempuan, Kelas XI)

Fasilitas ponsel dalam hal hiburan, terbanyak responden (31,25 %) paling sering memanfaatkan fasilitas radio dan MP3. Selanjutnya diikuti secara berurutan dengan fasilitas permainan (games), kamera, video, dan yang terakhir adalah internet. Hal ini menunjukkan bahwa untuk fasilitas hiburan yang paling banyak dimanfaatkan adalah radio dan MP3. Fasilitas ini semakin menarik mengingat semakin maraknya variasi lagu MP3 dari artis-artis lokal maupun internasional yang dapat dijadikan nada dering ponsel. Begitu juga dengan fasilitas radio, yang membuat responden dapat mendengarkan radio dimana saja dan kapan saja melalui ponselnya. Fasilitas ponsel yang paling sedikit dimanfaatkan adalah internet, hal ini dikarenakan tingkat kecanggihan yang sangat tinggi sehingga masih tidak banyak ponsel yang memiliki fasilitas tersebut. Selain itu dengan memanfaatkan fasilitas internet melalui ponsel dapat dikenai biaya yang cukup tinggi. Terdapat pernyataan responden dalam kutipan berikut :
HP yang aku punya sekarang ama temen-temen aku termasuk yang lagi lumayanlah. Lengkap fasilitasnya, jadi bisa buat macem-macem hpnya gak garing. Klo cuma radio, MP3 ama kamera ato video itu dah standar banget sekarang. Yang makin keren tuh klo bisa internet ato chatting, sama kualitas tiap fasilitasnya yang lebih canggih (RKJ, perempuan, kelas X)

51

Ponsel yang terdapat sekarang ini semakin canggih dan menjadi semakin multifungsi, dimana hal tersebut menjadikan respon (khususnya bagi kelompok remaja perkotaan) cukup tinggi. Walaupun belum tentu penggunaan ponsel tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dan penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.

5.1.3

Tingkat Biaya Pengeluaran Tingkat biaya pengeluaran menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh

responden berkaitan dengan penggunaan ponselnya tiap bulan (Tabel 9). Biaya yang dikeluarkan untuk ponsel ini bervariasi mulai dari < Rp. 150.000,00- hingga > Rp. 300.000,00-.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Biaya Pengeluaran Tingkat Biaya Pengeluaran Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 7 6 35 48 Persen (%) 14,6 12,5 72,9 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (72,9 %) memiliki biaya pengeluaran ponsel yang rendah yaitu < Rp. 150.000,00setiap bulannya. Selanjutnya sebanyak 14,6 % responden memiliki biaya pengeluaran ponsel yang tinggi yaitu > Rp. 300.000,00- dan terakhir sebanyak 12,5 % responden memiliki biaya pengeluaran ponsel yang sedang yaitu Rp. 150.000,00- hingga Rp. 300.000,00- setiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mengeluarkan biaya untuk keperluan ponsel setiap

52

bulannya tergolong rendah (tidak banyak), yaitu sekitar < Rp. 150.000,-. Terdapat pernyataan responden mengenai hal tersebut dalam salah satu kutipan berikut :
Kalo biaya pulsa perbulan untuk gw kaya anak SMA sekarang gini lumayanlah. Ga terlalu tinggi, tapi juga ga terlalu sedikit banget. Mungkin ntar kalo gw udah jadi mahasiswa pas kuliah bakal lebih gede lagi kali yah biaya pulsa perbulannya (T, laki-laki, kelas XII)

Sumber biaya untuk penggunaan atau pemakaian ponsel tersebut sebagian besar (50 %) responden mengatakan sebagian dari orang tua lalu sebagian lagi disisihkan dari uang saku setiap bulannya. Sedangkan dari sumber dari orang tua seluruhnya sebanyak 39,6 % responden, lalu sisanya hanya 10,4 % responden yang mengatakan bahwa biaya seluruhnya dari uang saku responden itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua cukup mendukung penggunaan ponsel responden, dengan memberikan uang untuk biaya pengunaan atau pemakaian ponsel mereka. Pemberian uang tersebut dapat dipisahkan dari uang saku responden, atau secara sekaligus dalam sebulan itu diberi sejumlah uang (baik itu untuk uang saku atau jajan, maupun untuk keperluan ponsel dan lainlain). Terdapat pernyataan responden mengenai biaya pengeluaran mereka untuk ponsel tiap bulannya dalam kutipan berikut :
Setiap bulan kira-kira gak nyampe dua ratus ribulah gw keluarin duit buat urusan hp gw, dibawah sgitu. Sgitu ya standarlah buat jaman sekarang klo punya hp. Yang bayarin ya bokap gw, jadi tiap bulan gw dikasih uang jajan ama uang buat hp ini. Dipisahin gitu uangnya (H, laki-laki, kelas X)

5.1.4

Pihak Yang Diajak Berkomunikasi Pihak yang diajak berkomunikasi menunjukkan pihak-pihak yang berada

dalam lingkungan sosial responden dan yang paling sering diajak berkomunikasi

53

melalui ponsel (Tabel 10). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (68,7 %) paling sering menghubungi pihak dari teman atau pacarnya. Sedangkan hanya 4,2 % responden menghubungi pihakpihak lainnya yaitu kakak les (pengajar les privat) dan supir pribadi.

Tabel

10.

Jumlah

Responden

Berdasarkan

Pihak

Yang

Diajak

Berkomunikasi Pihak Yang Diajak Berkomunikasi Keluarga Teman atau Pacar Lainnya JUMLAH Frekuensi (n) 13 33 2 48 Persen (%) 27,1 68,7 4,2 100

Hal ini menunjukkan meskipun responden sering bertemu dengan teman atau pacar mereka di sekolah atau tempat-tempat lain, tetapi dirasakan belum cukup bagi mereka untuk berkomunikasi atau berhubungan satu sama lain. Seringkali komunikasi yang berlangsung melalui ponsel tersebut merupakan pembicaraan ringan sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan hal-hal lain yang bersifat kurang penting (urgent). Terdapat pernyataan responden mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut :
Sebenernya ga bisa ditentuin sih siapa-siapa aja yang mo kita hubungin lewat hp, tergantung sikonnya lagi ngapain ama lagi butuh apa. Tapi biasanya paling sering ya temen-temen kitalah, apalagi klo orangnya gaul trus temennya banyak. Pasti itu makin sering aja contact-contact ama semua temennya (FH, perempuan, kelas XI)

Mengenai pihak keluarga, hanya sedikit responden yang menjadikannya sebagai pihak yang paling sering diajak berkomunikasi melalui ponsel. Hal ini

54

dapat dikarenakan faktor orang tua responden yang sibuk pada jam kantor, atau juga karena responden menganggap hal-hal yang ingin dibicarakan dengan keluarga lebih baik ketika bertemu di rumah saja. Terdapat pernyataan responden mengenai hal tersebut dalam kutipan berikut :
Kalo ama keluarga agak jarang yah..Pada sibuk masing-masing di kantor sih soalnya kalo pas siang sampe magrib, jadi seketemunya di rumah ajah (FH, perempuan, kelas XI)

5.1.5

Tingkat Penggunaan Ponsel Secara Umum Tingkat penggunaan ponsel dalam penelitian menunjukkan perilaku

penggunaan ponsel oleh responden dan dilihat dari akumulasi skor frekuensi penggunaan ponsel, pemanfaatan fasilitas ponsel, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak-pihak yang diajak berkomunikasi (Tabel 11). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (hampir 96 %) mempunyai tingkat penggunaan ponsel yang sedang hingga tinggi. Penggunaan ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi responden.

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 14 32 2 48 Persen (%) 29,2 66,6 4,2 100

Berdasarkan keempat indikator tingkat penggunaan ponsel, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan ponsel setiap hari

55

dengan frekuensi yang cukup tinggi. Rata-rata mereka menggunakan ponsel setiap harinya sekitar 20 kali, yang terutama dilakukan untuk kegiatan menerima dan mengirim panggilan. Responden juga tidak dapat ditentukan kapan saja waktu yang paling sering dihabiskan ketika menggunakan ponselnya. Hal ini menunjukkan bahwa responden menggunakan ponsel dapat kapan saja pada waktu yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Sebagian besar responden juga memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada ponsel mereka cenderung tinggi. Dalam hal fasilitas untuk menerima dan mengirim panggilan, responden cenderung memanfaatkan fasilitas berupa SMS. Hal ini dikarenakan alasan biaya yang lebih murah serta faktor kepraktisan (dapat mencangkup banyak karakter tulisan untuk sekali kirim). Sedangkan fasilitas dalam hal hiburan, responden cenderung memanfaatkan fasilitas berupa radio atau MP3. Hal ini dikarenakan adanya sisi menarik dari fasilitas tersebut dan dapat dimanfaatkan sambil melakukan kegiatan lainnya tanpa mengganggu. Responden dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada ponselnya cukup mempertimbangkan faktor biaya. Sehingga tidak terlalu memberatkan pihak orang tua sebagai sumber biaya pengeluaran sehari-hari. Walaupun orang tua mendukung penggunaan ponsel responden, tetapi biaya pengeluarannya juga perlu dibatasi. Oleh karena itu biaya pengeluaran ponsel oleh responden setiap bulannya tergolong rendah (< Rp. 150.000,-). Tetapi biaya tersebut diperkirakan akan meningkat ketika responden mulai memasuki kegiatan perkuliahan nantinya. Responden dalam menggunakan ponselnya sebagian besar menghubungi pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman atau pacar. Hal ini

56

dikarenakan keberadaan mereka tergolong kuat pengaruhnya bagi responden. Sehingga responden merasa belum cukup untuk berkomunikasi atau berhubungan ketika bertemu saja. Selain itu faktor kesibukan orang tua atau saudara dapat menjadikan responden jarang menghubungi pihak keluarga melalui ponsel.

5.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ponsel Pada Remaja

5.2.1

Karakteristik Internal

Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel Pengaruh jenis kelamin (data nominal) terhadap tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji Chi-square. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,440, yang nilainya lebih besar dari 0,1 ( = 10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 12. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi Jumlah n 1 14 9 24 Jenis kelamin Laki-laki % 4,2 58,3 37,5 100 *p-value : 0,440 n 1 18 5 24 Perempuan % 4,2 75 28 100

Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin responden tidak mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat terjadi karena baik remaja laki-laki maupun perempuan saat ini tidak jauh berbeda dalam

57

menggunakan ponselnya. Pada tabel 12, dapat diketahui bahwa responden lakilaki dan perempuan memang memiliki tingkat penggunaan ponsel cenderung sedang hingga tinggi dengan proporsi yang tidak jauh berbeda. Sedangkan pada kategori tingkat penggunaan ponsel yang rendah, baik responden laki-laki maupun perempuan jumlahnya sama. Ponsel saat ini dirasakan menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi remaja laki-laki maupun perempuan. Jika melihat lagi pada penjelasan tabel 7, memang setiap responden menggunakan ponsel setiap harinya. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Kalo hari gini emang anak muda kayak kita pasti suka banget make HP..Udah jadi kebiasaan. Mau itu cewek ato cowok, yang pasti ga bisa lepas dari make HP tiap hari (RRS, perempuan, kelas X)

Pendugaan penelitian ini sebelumnya mengenai remaja perempuan lebih sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya memang terlihat juga dalam penggunaan ponselnya. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan ponsel lebih kepada fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan ponsel oleh remaja perempuan dan laki-laki memang cenderung sama dalam kategori sedang hingga tinggi. Seperti yang dikemukakan dalam pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Biasanya yang cewe senengnya hp tuh buat terus-terusan ngobrol ato ceritacerita apa kek, nah kalo yang cowo senengnya make yang bagian teknologinya gitulah.. (Jy, perempuan, kelas XI)

58

Pengaruh Status Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel Pengaruh status ekonomi keluarga (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji Spearman. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,000, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 ( = 10 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 13. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi Jumlah Status Ekonomi Keluarga Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 1 4,3 1 8,3 11 84,6 14 60,9 7 58,3 2 15,4 8 34,8 4 33,3 13 100 23 100 12 100 *p-value : 0,000

Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara status ekonomi keluarga terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh tersebut bersifat searah (nilai korelasi positif : 0,524) dan dapat terjadi karena status ekonomi keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua responden setiap bulannya (tabel 2) tersebut mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Dilihat dari nilai korelasinya menunjukkan bahwa semakin tinggi status ekonomi keluarga responden maka semakin tinggi responden menggunakan ponselnya. Sebaliknya semakin rendah status ekonomi keluarga responden maka semakin rendah responden menggunakan ponselnya. Pada variabel tingkat penggunaan ponsel ini didalamnya terdapat indikator tingkat biaya pengeluaran ponsel yang dihitung

59

setiap bulannya (tabel 9), sehingga status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel tersebut. Namun jika melihat pada tabel 13, dapat diketahui bahwa pada tingkat penggunaan ponsel yang rendah paling banyak berada dalam kategori status ekonomi keluarga yang sedang dan tinggi. Hal ini diduga karena mungkin responden yang berada dalam tingkat penggunaan ponsel rendah (hanya 2 orang responden) tersebut memang tingkat penggunaan ponselnya cenderung sedang dan tinggi.

Pengaruh Tujuan Penggunaan Ponsel Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel Pengaruh tujuan penggunaan ponsel (data nominal) terhadap tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,020, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 ( = 10 %). Terdapat hubungan yang signifikan antara tujuan penggunaan ponsel dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 14. Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Tujuan Penggunaan Ponsel Untuk Untuk sosialisasi informasi dan kegiatan Untuk hiburan atau penting dan sekolah/les/ pemenuhan hobi mendesak kursus n % n % n % 2 11,8 0 0 0 0 11 64,7 15 75 6 54,5 4 23,5 5 25 5 45,5 17 100 20 100 11 100 *p-value : 0,020

Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi Jumlah

60

Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara tujuan penggunaan ponsel menurut responden terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh ini diduga terjadi karena apabila responden menganggap penggunaan ponselnya ditujukan untuk hal-hal tertentu maka dapat menentukan pula tingkat penggunaan ponselnya. Jika melihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/les/kursusnya. Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas yang rendah. Dengan begitu aktivitas di dalam maupun di luar sekolah yang diikuti oleh responden tidak banyak jumlahnya. Tetapi justru ketika menggunakan ponselnya, responden cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi bahwa serta kegiatan responden sekolah/les/kursusnya. cenderung Hal ini atau

menunjukkan

memang

membahas

membicarakan kegiatan-kegiatannya melalui ponsel, tetapi pada kenyataannya kegiatan mereka sendiri itu tidak banyak dilakukan. Selain itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, melalui ponsel responden lebih sering membahas mengenai tugas-tugas atau PR (pekerjaan rumah). Pada tabel 14 dapat diketahui bahwa responden memang cenderung berada dalam tingkat penggunaan ponsel yang sedang hingga tinggi untuk semua tujuan penggunaan ponsel menurut mereka. Baik tujuan tersebut untuk yang hal-hal penting, untuk bersosialisasi ataupun untuk hiburan. Sedangkan responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah (hanya 2 orang responden) justru mengemukakan ponselnya untuk tujuan yang bersifat hiburan atau pemenuhan hobi.

61

Pengaruh Tingkat Aktivitas Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel Pengaruh tingkat aktivitas (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,494, yang nilainya lebih besar dari 0,1 ( = 10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 15. Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tingkat Aktivitas Rendah Sedang n % n % 1 2,6 0 0 28 71,8 4 66,7 10 25,6 2 33,3 39 100 6 100 *p-value : 0,494 menunjukkan bahwa tingkat aktivitas Tinggi n 1 0 2 3 % 33,3 0 66,7 100

Hal

ini

responden

tidak

mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Tidak adanya pengaruh tersebut dapat terjadi karena banyak atau tidaknya aktivitas yang diikuti oleh responden baik di dalam maupun di luar sekolah kurang dapat menentukan bagaimana tingkat penggunaan ponsel mereka. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Aku ga banyak ikut ekskul tuh, tapi ya kalo mau make HP ya ga ngaruh ama banyak gak-nya ekskul aku itu (Na, perempuan, kelas X)

Melihat pada tabel 4 mengenai tingkat aktivitas responden, dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden mempunyai tingkat aktivitas yang rendah. Ternyata dengan aktivitas yang rendah tersebut tidak membuat responden menjadi

62

berkurang penggunaan ponselnya, hal ini menjadi berbeda dengan pendugaan penelitian ini sebelumnya. Justru jika melihat pada tabel 15 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat penggunaan ponsel sedang berada pada tingkat aktivitas yang cenderung rendah. Tetapi pada responden yang penggunaan ponselnya rendah menunjukkan bahwa tingkat aktivitasnya tidak jauh berbeda antara rendah dan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa bagaimanapun aktivitas yang diikuti oleh responden, tetap saja penggunaan ponsel mereka dalam kesehariannya cenderung sedang atau tinggi. Responden tetap menggunakan ponselnya seharihari untuk berhubungan dengan kerabatnya atau untuk tujuan lainnya. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Soal orangnya mau banyak kegiatan atau gak kayaknya ga bikin orang itu jadi jarang make HP deh..Bisa aja orang yang ga sibuk malah lebih sering makenya, buat iseng-iseng aja gitu (WI, laki-laki, kelas X)

5.2.2

Karakterisitik Eksternal

Tingkat Pengaruh Teman Dekat Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat pengaruh teman dekat (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,011, yang nilainya lebih kecil dari 0,1 ( = 10 %). Terdapat hubungan antara tingkat pengaruh teman dekat dengan frekuensi penggunaan ponsel.

63

Tabel 16. Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tingkat Pengaruh Teman Dekat Kecil Sedang Kuat n % n % n % 1 25 0 0 1 5 1 25 20 83,3 11 55 2 50 4 16,7 8 40 4 100 24 100 20 100 *p-value : 0,011

Dari adanya hubungan tersebut dapat dilihat pengaruh antara teman dekat terhadap tingkat penggunaan ponsel. Pengaruh tersebut bersifat searah (nilai korelasi positif : 0,364) dan dapat terjadi karena teman dekat responden merupakan lingkungan sosial yang penting dalam kehidupan responden sebagai kelompok remaja (tabel 5). Dengan begitu responden dalam hal penggunaan ponselnya juga dipengaruhi oleh keberadaan teman dekatnya. Teman dekat responden tersebut pada umumnya mendukung penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Ga kebayang deh kalo bestfriend-ku pada ga punya HP. Ga bisa ngapangapain itu pasti temenannya. (Na, perempuan, kelas X)

Dilihat dari nilai korelasinya menunjukkan bahwa semakin kuat pengaruh teman dekat responden, semakin tinggi tingkat penggunaan ponselnya. Demikian juga sebaliknya jika pengaruh teman dekat kecil, maka tingkat penggunaan ponselnya rendah. Namun jika melihat pada tabel 16, dapat diketahui bahwa untuk responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah berada dalam kategori pengaruh teman dekat yang kecil dan kuat. Hal ini diduga karena jumlah

64

responden untuk kategori tingkat penggunaan ponsel yang rendah sangat kecil sehingga perbandingannya pun tidak merata.

Pengaruh Tingkat Terpaan Media Massa Terhadap Tingkat Penggunaan Ponsel Pengaruh tingkat terpaan media massa (data ordinal) terhadap tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,584, yang nilainya lebih besar dari 0,1 ( = 10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat terpaan media massa dengan tingkat penggunaan ponsel.

Tabel 17. Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi Jumlah Tingkat Terpaan Media Massa Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 1 4,8 1 5.9 6 60 15 71,4 11 64,7 4 40 5 23,8 5 29,4 10 100 21 100 17 100 *p-value : 0,584

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat terpaan media massa tidak mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Karena bagaimana responden menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa, tidak mempengaruhi mereka untuk menjadi lebih tinggi atau rendah dalam menggunakan ponselnya. Seperti yang terlihat pada penjelasan tabel 6 mengenai tingkat terpaan media massa, biasanya informasi yang mereka peroleh dari media massa tersebut hanya

65

untuk menambah pengetahuan dan mengikuti perkembangan informasi terbaru (bersifat informatif saja). Hal tersebut tidak sampai mempengaruhi bagaimana perilaku responden dalam menggunakan ponselnya. Jika melihat pada tabel 17 dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan ponsel oleh responden kategori rendah dan sedang berada dalam kategori tingkat terpaan media massa yang sama yaitu sedang hingga tinggi. Bahkan untuk tingkat penggunaan ponsel yang rendah pun di dalamnya tidak terdapat responden dengan terpaan media massa kategori rendah pula. Hal ini menunjukkan bahwa memang sebagian besar responden tergolong tinggi dalam menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa. Tetapi hal itu tidak sampai mempengaruhi bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari. Terdapat pernyataan responden dalam salah satu kutipan berikut :
Iya kan kalo masalah cari-cari informasi di media emang penting banget. Buat tau segala macem. Tapi kalo sampe ngaruh ke make ponselnya itu gak juga sih.. (AFP, laki-laki, kelas XI)

5.3

Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja

5.3.1

Interaksi Sosial Remaja

5.3.1.1 Waktu Interaksi Tatap Muka Waktu interaksi menunjukkan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk melakukan interaksi secara tatap muka antara responden dengan lingkungan sosial keluarga (Tabel 36) dan lingkungan sosial pertemanan atau pacar (Tabel 37).

66

Tabel 18. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga Waktu Interaksi Tatap Muka Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 7 22 19 48 Persen (%) 14,6 45,8 39,6 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (hampir 86 %) memiliki waktu interaksi yang sedang hingga rendah dengan lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa waktu interaksi secara tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan keluarga mereka tergolong kurang setiap harinya. Pembagian waktu untuk lingkungan keluarga tersebut yaitu kategori waktu interaksi yang tinggi yaitu > 7 jam, waktu interaksi yang sedang yaitu 5-7 jam, dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 5 jam. Hal ini dikarenakan dengan perhitungan sebagian waktu responden rata-rata dihabiskan dalam sekolah, tempat les, dan sisanya untuk istirahat.

Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar Waktu Interaksi Tatap Muka Tinggi Sedang Rendah JUMLAH Frekuensi (n) 12 21 15 48 Persen (%) 25 43,75 31,25 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (75 %) memiliki waktu interaksi yang sedang hingga rendah dengan teman atau

67

pacar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa waktu interaksi secara tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan teman atau pacar juga tergolong kurang setiap harinya. Pembagian waktu untuk lingkungan teman atau pacar tersebut yaitu kategori waktu interaksi yang tinggi yaitu > 11 jam, waktu interaksi yang sedang yaitu 9-11 jam, dan waktu interaksi yang rendah yaitu < 9 jam. Hal ini dikarenakan dengan perhitungan waktu sekolah SMUN 68 sebanyak 8,5 jam yaitu pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, lalu ditambah dengan kegiatan lain yang diikuti baik di dalam maupun di luar sekolah (apabila ada). Variabel waktu interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga dan teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa keduanya hampir sama, yaitu memiliki waktu yang mayoritas berada dalam kategori sedang hingga rendah. Hal ini sangat disayangkan mengingat dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis (Sarwono, 2002). Hanya saja untuk kategori waktu interaksi yang tinggi, lebih banyak pada responden dengan teman atau pacar dibanding dengan keluarga mereka. Dapat diketahui bahwa dalam waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka, teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Terdapat pernyataan responden mengenai waktu interaksi mereka dengan lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut :
Pas hari-hari sekolah yang senin-jumat ya biasanya gw paling sering ketemunya ama temen-temen. Kan banyaknya diabisin di luar rumah waktunya. Sabtu-minggu paling cuma sore ato malemnya aja klo jalan ama mereka. Tapi diusahain seimbang jugalah waktu buat bareng-bareng keluarga gw, walopun pada sibuk masing-masing sih (H, laki-laki, kelas X)

68

5.3.1.2 Intensitas Interaksi Tatap Muka Intensitas interaksi pada penelitian ini menunjukkan bagaimana keluasan pembicaraan dalam interaksi tatap muka yang terjadi pada responden dengan lingkungan sosial keluarga (Tabel 20) dan lingkungan sosial pertemanan atau pacar (Tabel 21).

Tabel 20. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Keluarga Intensitas Interaksi Tatap Muka Sangat intens Cukup intens Tidak intens JUMLAH Frekuensi (n) 22 17 9 48 Persen (%) 45,8 35,4 18,8 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (hampir 82 %) memiliki interaksi yang tergolong cukup hingga sangat intens dengan lingkungan keluarga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan keluarga mereka tergolong intens, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka luas.

Tabel 21. Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi Tatap Muka Dengan Teman/Pacar Intensitas Interaksi Tatap Muka Sangat intens Cukup intens Tidak intens JUMLAH Frekuensi (n) 11 25 12 48 Persen (%) 22,9 52,1 25 100

69

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (52,1 %) memiliki intensitas interaksi yang cukup dengan teman atau pacar mereka. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi secara tatap muka (langsung) antara responden dengan lingkungan teman atau pacar mereka tergolong sedang (cukup rendah) intensitasnya, yang artinya bahwa topik pembicaraan diantara mereka tidak terlalu luas. Variabel intensitas interaksi tatap muka antara responden dengan keluarga dan teman atau pacar tersebut dapat menunjukkan bahwa topik pembicaraan antara responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau pacar. Hal ini berarti interaksi responden tatap muka lebih intens dengan keluarga mereka. Biasanya remaja ketika sedang berhubungan atau berkomunikasi dengan lingkungan teman sebayanya lebih kearah topik yang bersifat fun, menarik, seru dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sehari-hari mereka (tidak terlalu menyangkut hal-hal yang sangat penting/urgent). Responden dengan keluarga biasanya topik pembicaraan lebih

memungkinkan mulai dari hal-hal yang ringan bahkan sampai topik yang penting menyangkut masa depan remaja tersebut. Sehingga tingkat interaksinya dapat dikatakan lebih intens dalam hal keluasan topik pembicaraan. Terdapat pernyataan responden mengenai intensitas interaksi mereka secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya dalam kutipan berikut :
Yang diomongin aku ama temen-temen aku kalo ketemu banyak sih, biasanya gosip ato trend sekarang-sekarang ini. Trus ngomongin soal nyontek-nyontekan ato cowo masing-masing juga seru. Tapi klo ama keluarga lebih banyak lagi itu biasanya. Abis dari yang masalah kecil urusan sehari-hari ampe yang soal masa depan aku suka diomongin ama keluarga, apalagi ama kakak aku kebetulan sama-sama perempuan juga sih kita berdua. (FH, perempuan, kelas XI)

70

5.3.1.3 Interaksi Sosial Remaja Secara Umum Interaksi sosial dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana interaksi secara tatap muka yang terjadi antara responden dengan lingkungan sosialnya dan dilihat dari waktu serta intensitas interaksi tersebut (Tabel 22). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (56,3 %) berada dalam kategori interaksi sosial yang sedang dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang dimaksudkan disini adalah lingkungan sosial sosial yang paling dekat serta berpengaruh dalam kehidupan remaja, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan.

Tabel 22. Jumlah Responden Berdasarkan Interaksi Sosial Remaja Interaksi Sosial Dekat Sedang Renggang JUMLAH Frekuensi (n) 11 27 10 48 Persen (%) 22,9 56,3 20,8 100

Interaksi sosial dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam hal waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka lingkungan teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Sedangkan dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara responden dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau pacar. Dengan begitu menjadikan interaksi responden lebih intens dengan keluarga mereka.

71

Hal tersebut mempunyai makna bahwa dalam keseharian responden tergolong kurang dalam menghabiskan waktu mereka secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya. Tetapi dalam hal intensitas dari interaksi itu sendiri, yaitu keluasan atau banyaknya topik pembicaraan yang sering dibicarakan, maka antara responden dengan keluarga mereka lebih intens dibandingkan dengan teman atau pacar. Responden lebih banyak membicarakan beragam topik pembicaraan dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan responden). Dengan begitu dapat diketahui bahwa responden berinteraksi secara tatap muka dengan kurang terhadap lingkungan keluarga maupun lingkungan pertemanan atau pacar. Waktu yang dihabiskannya cenderung dalam waktu yang sedang hingga rendah. Namun dalam hal intensitas, responden berinteraksi lebih intens dengan keluarga mereka dibanding dengan teman atau pacar. Dalam hal ini topik pembicaraannya lebih luas dibanding responden dengan teman-teman atau pacarnya.

5.3.2

Pengaruh Penggunaan Ponsel Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja Pengaruh tingkat penggunaan ponsel (data ordinal) terhadap interaksi

sosial remaja secara tatap muka (data ordinal) menggunakan uji hubungan. Hasil analisis menunjukkan nilai P-Value adalah 0,926, yang nilainya lebih besar dari 0,1 ( = 10 %). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penggunaan ponsel dengan interaksi sosial remaja secara tatap muka.

72

Tabel 23. Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial Interaksi Sosial (Tatap Muka) Renggang Sedang Dekat Jumlah Tingkat Penggunaan Ponsel Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 2 100 4 12,5 4 28,6 0 0 20 62,5 7 50 0 0 8 25 3 21,4 2 100 32 100 14 100 *p-value : 0,926

Dari tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut, dapat dianalisis mengenai tingkat penggunaan ponsel dan interaksi sosial responden. Jika melihat pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan ponselnya dalam kategori yang cukup tinggi. Melalui penggunaan ponsel (sebagai media komunikasi) yang cenderung tinggi tersebut, seharusnya dapat mempererat interaksi sosial antara responden dengan lingkungannya. Ternyata dalam hal interaksi secara tatap muka, penggunaan ponsel itu tidak menjadikan responden jauh lebih dekat dengan lingkungan keluarga maupun lingkungan sebayanya. Terlihat pada tabel 23 dapat diketahui bahwa untuk responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang sedang maupun tinggi sebagian besar hanya berada dalam interaksi sosial secara tatap muka yang sedang. Sedangkan untuk responden dengan tingkat penggunaan ponsel yang rendah, semuanya berada dalam interaksi sosial secara tatap muka yang renggang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi bagaimana interaksi sosial yang terjalin secara tatap muka antara responden dengan lingkungannya. Hal tersebut tidak sesuai seperti yang dikemukakan Budyatna (2005) bahwa bentuk pendekatan komunikasi yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang sangat

73

dinamis dan timbal balik. Budyatna (2005) melihat bahwa dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi proses yang transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi tatap muka. Interaksi sosial secara tatap muka tetap saja cenderung sedang walaupun responden semakin tinggi menggunakan ponselnya. Responden menganggap ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting. Jadi memang responden menjadi cenderung tinggi tingkat penggunaan ponselnya, tetapi dengan tidak diikuti dengan interaksi tatap muka yang semakin dekat. Berdasarkan semua data yang telah diperoleh, dapat dilakukan analisis lebih mendalam mengenai interaksi sosial responden. Jika melihat pada tabel 10, dapat diketahui bahwa pihak yang diajak berkomunikasi melalui ponsel paling sering adalah pihak teman atau pacar dibanding keluarga. Tetapi bila melihat pada tabel 18 dan 19, dapat diketahui bahwa waktu interaksi secara tatap muka antara responden dengan lingkungan sosialnya tergolong kurang dalam rata-rata setiap harinya. Hanya saja apabila dibandingkan, untuk lingkungan teman atau pacar sedikita lebih tinggi dibanding keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa responden memang lebih sering berinteraksi dengan teman atau pacarnya dibanding dengan keluarganya. Mengenai intensitas interaksi, jika melihat pada tabel 20 dan 21 maka interaksi antara responden dengan keluarga jauh lebih intens dibanding dengan teman atau pacar. Hal ini menunjukkan ketika bertemu secara tatap muka, topik pembicaraan yang sedang berlangsung lebih luas (banyak) antara responden

74

dengan keluarga. Mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan responden). Sedangkan responden dengan lingkungan sebayanya cenderung membicarakan mengenai pembicaraan ringan sehari-hari, gosip, seputar tugas atau pekerjaan sekolah dan hal-hal lain yang bersifat kurang penting (urgent). Baik pembicaraan tersebut ketika melalui ponsel maupun secara langsung (tatap muka). Dengan begitu dapat diketahui bahwa interaksi antara responden dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas. Sedangkan interaksi antara responden dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas.

5.4

Ikhtisar Penelitian ini menghubungkan antara variabel pengaruh dan variabel

terpengaruh dalam hal karakteristik responden, penggunaan ponsel dan interaksi sosial remaja dengan lingkungannya (tabel 24).

Tabel 24. Hubungan Variabel Pengaruh Dan Variabel Terpengaruh Variabel Pengaruh Jenis Kelamin Status Ekonomi Keluarga Tujuan Penggunaan Ponsel Tingkat Aktivitas Tingkat Pengaruh Teman Dekat Tingkat Terpaan Media Massa Tingkat Penggunaan Ponsel Variabel Terpengaruh Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Tingkat Penggunaan Ponsel Interaksi Sosial Koefisien Korelasi 0,182 0,524 0,442 0,101 0,364 -0,081 0,014 Keterangan Tidak terdapat hubungan Terdapat hubungan Terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan Terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan Tidak terdapat hubungan

75

Tingkat penggunaan ponsel diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel karakteristik responden (internal dan eksternal). Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa karakteristik internal yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel. Sedangkan karakteristik eksternal yang mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden adalah teman dekat. Status ekonomi keluarga yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap bulannya dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka memungkinkan peningkatan dalam hal penggunaan pulsa ponsel responden. Mengingat bahwa dalam penggunaan ponsel responden bukan hanya pada kegiatan hiburan, tetapi juga terdapat kegiatan mengirim dan menerima panggilan yang membutuhkan biaya pulsa. Tujuan penggunaan ponsel dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Menurut responden penggunaan ponsel cenderung untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan

sekolah/kursus/lesnya. Hal ini yang membuat tingkat penggunaan ponsel oleh responden menjadi cenderung tinggi. Responden dengan tujuan penggunaan untuk hal-hal yang penting atau mendesak justru cenderung rendah penggunaan ponselnya. Dengan begitu dapat dilihat bahwa memang responden cenderung memandang ponsel sebagai suatu media hiburan dan komunikasi yang sifatnya tidak untuk hal-hal penting atau mendesak (urgent). Teman dekat responden dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel karena keberadaan teman dekat tersebut kuat pengaruhnya dalam kehidupan responden. Teman dekat responden tersebut pada umumnya mendukung

76

penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini mengingat bahwa responden merupakan kelompok remaja dimana mereka ingin masuk serta diterima dalam kelompok sebayanya (peer-group), sehingga mereka cenderung mengikuti dan mengacu pada keberadaan teman-temannya tersebut. Variabel lainnya seperti jenis kelamin, tingkat aktivitas dan terpaan media massa tidak mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel responden. Remaja perempuan lebih sering dan intens berkomunikasi dengan sesamanya melalui ponsel. Sedangkan remaja laki-laki cenderung menggunakan ponsel cenderung fungsinya sebagai media hiburan. Dengan begitu penggunaan ponsel oleh remaja perempuan dan laki-laki memang cenderung sama yaitu tinggi. Tingkat aktivitas responden yang cenderung rendah tidak mempengaruhi penggunaan ponsel. Responden dengan aktivitas di dalam maupun di luar sekolahnya yang rendah tidak menjadikan penggunaan ponselnya menjadi menurun. Dengan aktivitas bagaimanapun, penggunaan ponsel responden tetap saja cenderung tinggi. Terpaan media massa menunjukkan sebagian besar responden tergolong tinggi dalam menerima informasi mengenai ponsel melalui media massa. Tetapi informasi tersebut hanya bersifat informatif saja, tidak sampai mempengaruhi bagaimana perilaku responden menggunakan ponselnya sehari-hari. Mengenai interaksi responden secara tatap muka, dalam hal waktu interaksi tatap muka yang dihabiskan responden dengan lingkungan sosial mereka cenderung sedang hingga rendah. Tetapi apabila dibandingkan, maka lingkungan teman atau pacar sedikit lebih tinggi dibanding dengan keluarga. Sedangkan dalam hal intensitas interaksi tatap muka, topik pembicaraan antara responden

77

dengan lingkungan keluarga lebih luas dibanding lingkungan pertemanan atau pacar. Tingkat penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi sosial responden dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Responden menganggap ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan yang menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting. Sehingga penggunaan ponsel oleh responden (baik laki-laki maupun perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka dengan lingkungan sosialnya, responden sebagai kelompok remaja memang tergolong sedang hingga rendah. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi responden yang cenderung rendah tersebut tidak hanya disebabkan oleh penggunaan ponsel yang tinggi. Terdapat faktor-faktor lainnya, mengingat bahwa responden bersekolah pada SMUN unggulan Jakarta sehingga sangat berkonsentrasi pada pelajaran akademiknya serta semakin tingginya penggunaan media-media teknologi lainnya yang dapat memungkinkan interaksi responden menjadi rendah secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan ponsel pada

remaja cenderung tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ponsel sebagai media komunikasi dan juga media hiburan dianggap menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting bagi remaja, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga remaja menggunakan ponsel cenderung pada waktu yang tidak tentu, tergantung dari panggilan yang ada dan keinginan untuk mengisi waktunya. Mengenai fasilitas pada ponsel, remaja cenderung tinggi memanfaatkan dalam

kesehariannya. Tetapi dari jenis-jenis fasilitas yang dimanfaatkan tersebut dapat terlihat bahwa remaja juga mempertimbangkan faktor-faktor biaya, sehingga tidak terlalu memberatkan pihak orang tua sebagai sumber biaya pengeluaran seharihari. Dengan begitu biaya pengeluaran ponsel remaja tergolong rendah, tetapi biaya tersebut diperkirakan akan meningkat ketika remaja mulai memasuki kegiatan perkuliahan nantinya. Remaja dalam menggunakan ponselnya sebagian besar menghubungi pihak yang berada dalam lingkungan sebayanya, yaitu teman atau pacar. Hal ini dikarenakan remaja merasa belum cukup untuk berkomunikasi atau berhubungan ketika bertemu saja dengan teman atau pacar. Selain itu faktor kesibukan orang tua atau saudara dapat menjadikan remaja jarang

menghubunginya melalui ponsel. Karakteristik internal yang mempengaruhi penggunaan ponsel adalah status ekonomi keluarga dan tujuan penggunaan ponsel. Status ekonomi keluarga

79

yang dilihat dari penghasilan orang tua tiap bulannya dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka dapat meningkatkan pembelian pulsa, menyangkut penggunaan ponsel remaja. Sedangkan mengenai tujuan penggunaan ponsel, menurut remaja penggunaan ponsel cenderung lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan yang berkisar pada sosialisasi serta kegiatan sekolah/kursus/lesnya dan untuk hiburan (pemenuhan hobi), bukan untuk hal-hal yang cenderung penting atau mendesak. Hal ini yang membuat tingkat penggunaan ponsel remaja menjadi cenderung tinggi. Karakteristik eksternal yang mempengaruhi penggunaan ponsel remaja adalah keberadaan teman dekat. Teman dekat tersebut sebagian besar mempunyai pengaruh yang kuat terhadap remaja dan pada umumnya mendukung penggunaan ponsel dalam kehidupan sehari-hari mereka. Disini kelompok remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti bagaimana atau seperti apa keadaan teman-teman dekatnya yang merupakan kelompok sebaya (peer-group). Mengenai interaksi remaja, penelitian ini melihat suatu variabel interaksi sosial dari waktu dan intensitas (tingkat keluasan pembicaraan) interaksi antara remaja dengan lingkungan sosialnya secara tatap muka. Berdasarkan semua data yang diperoleh dapat diketahui bahwa interaksi antara remaja dengan lingkungan teman atau pacar lebih baik dalam hal kuantitas, yang berarti lebih sering waktunya dalam bertemu secara tatap muka. Sedangkan interaksi antara remaja dengan lingkungan keluarga lebih baik dalam hal kualitas, yang berarti topik pembicaraan yang dibicarakan lebih intens. Remaja lebih membicarakan beragam topik pembicaraan dengan keluarga mereka, mulai dari pembicaraan ringan sampai pada pembicaraan yang penting (menyangkut masa depan remaja).

80

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penggunaan ponsel tidak mempengaruhi interaksi remaja secara tatap muka. Hal tersebut berlawanan dengan teori yang dikemukakan oleh Budyatna (2005), yaitu dengan munculnya penggunaan ponsel dapat mempengaruhi suatu proses yang bersifat transaksional dalam interaksi tatap muka. Penggunaan ponsel remaja (laki-laki maupun perempuan) memang cenderung tinggi. Tetapi dalam hal interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya tetap saja cenderung kurang. Dapat disimpulkan bahwa interaksi remaja tersebut tidak hanya disebabkan oleh tingkat penggunaan ponsel yang tinggi. Banyak terdapat faktor-faktor lainnya dalam karakteristik remaja, seperti semakin tingginya beban akademik, mulai mengkonsumsi media-media massa atau teknologi dengan tinggi serta cenderung lepas dengan lingkungan sosial keluarganya. Dengan begitu terlihat bahwa memang kelompok usia remaja cenderung kurang interaksinya secara tatap muka dengan lingkungan sosialnya.

6.2

Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan tersebut, maka penulis

memberikan saran kepada beberapa pihak : 1. Masyarakat Kepada kelompok remaja hendaknya dapat meluangkan waktu yang lebih banyak lagi secara tatap muka (langsung) dengan lingkungan sosialnya serta menambah kegiatan atau aktivitas di luar jam sekolahnya. Mengingat dalam penelitian ini sebagian besar remaja memiliki tingkat aktivitas yang rendah dan adanya karakteristik remaja cenderung melepaskan diri dengan

81

lingkungan keluarganya. Dengan begitu dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas interaksi secara tatap muka remaja tersebut. Khusus kepada orang tua hendaknya lebih berperan dalam meminimalkan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat muncul dari pergaulan remaja saat ini. Mengingat bahwa pengaruh eksternal dari teman dekat sangatlah kuat bagi remaja itu sendiri. 2. Pengusaha ponsel Selain memberikan iklan atau promosi yang semakin gencar mengenai produknya, hendaknya pengusaha ponsel juga memberikan informasi mengenai dampak-dampak lain dari penggunaan ponsel itu sendiri. Misalnya dampak yang timbul dari segi sosial, psikologis, maupun keuangan (finansial). 3. Penelitian selanjutnya Kepada penelitian selanjutnya yang ingin membahas mengenai

permasalahan serupa dengan penelitian ini hendaknya menggunakan lokasi dan sampel dari lapisan masyarakat yang berbeda. Dengan begitu dapat ditemukan suatu hasil yang berbeda pula serta relevansinya dengan teori tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Kamus Sosial. Edisi baru. Depok : FISIP UI, 2001. Apriyanti, Rika. Pengaruh Majalah Remaja Terhadap Gaya Hidup Remaja Putri. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian IPB, 2005. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003. Badwilan, Rayyan Ahmad. Rahasia Dibalik Handphone. Jakarta : Darul Falah, 2004. Brotosiswoyo, B. Suprapto. Dampak Sistem Jaringan Global Pada Pendidikan Tinggi : Peta Permasalahan. Komunika. No 28/IX. Tangerang : Universitas Terbuka, 2002. Budyatna, M. Pengembangan Sistem Informasi : Permasalahan Dan Prospeknya. Komunika. Vol 8 No 1, 2005. Calhoun, James F dan Joan Ross Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKPI Semarang Press, 1995. DeVito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Jakarta : Professional Books, 1997. Fiati, Rina. Akses Internet Via Ponsel. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta, 2005. Gea, Antonius Atosokhi, Antonio Panca Yuni Wulandari & Yohanes Babari. Character Building II, Relasi Dengan Sesama. Jakarta : PT Gramedia, 2003. Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama, 2004. Harmandini, Felicitas. Ponsel CDMA, Murah Tapi Terbatas. Kompas, 23 Desember 2005. Hassan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002. Hassan, Fuad. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya: Tantangan Dalam Laju Teknologi. Orasi Ilmiah Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh November ke-39. Surabaya, 11 November 1999.

83

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga, 1980. Johannesen, Richard L. Etika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1996. Kadir, Abdul & Terra CH Triwahyuni. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta, 2003. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional, 1982 Mardiyanti, Nurcahya. Studi Pola Interaksi Sosial Masyarakat Nelayan. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian IPB, 1996. Morey, Doc. Phone Power : Meningkatkan Keefektifan Berkomunikasi di Telepon. Jakarta : PT Gramedia, 2004. Nurudin. Sistem-Sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005. Pattiradjawane, Rene L. Meningkatkan Teledensitas. Kompas, 10 Oktober 2005. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001. __________________ Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005. Rumini, Sri & Siti Sundari H.S. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Saydam, Gouzali. Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2005. Shiroth, Muhammad & Nur Mohammad Amin. Trend Industri Telekomunikasi di Indonesia. Depok : Fakultas Ekonomi UI, 1998. Simanjuntak, Fritz E. Aspek Sosial Telepon Selular. www.kompas.com. 13 Mei 2004. Singarimbun, Masri dan sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta : LP3ES, 1989.

84

Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2002. Subarkah, AW. Cara Baru Menikmati Hiburan Televisi. Kompas, 13 Januari 2006. ____________. Ponsel Surround Lahirkan Gagasan Mobile Theatre. Kompas, 23 Desember 2005. Tubbs, Steward L & Sylvia Moss. Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001.

86

Lampiran 1. Perbandingan Pengguna Ponsel Di Indonesia

Pengguna Berdasarkan Umur

35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%

31%

19.40% 15.50% 5.60%

15-24 thn

25-34 thn 1

35-50 thn

50+ thn

Pengguna Berdasarkan Kota-Desa Pada Beberapa Pulau


120 100 80 60 40 20 0
Ka lim an ta n Su la w La in ny a a Ja w at er Ba li es i a

Pedesaan Perkotaan

Su m

87

Pengguna Berdasarkan Kota-Desa

Desa 29%

Kota 71%

Pengguna Berdasarkan Lima Pulau di Indonesia


80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Jawa Sumatera Sulawesi Kalimantan Bali 17% 3% 5% 4% 71%

Sumber : Rene L. Pattiradjawane. Meningkatkan Teledensitas. Kompas, 10 Oktober 2005.

88

Lampiran 2. Output SPSS Uji Chi-Square Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Chi-Square Tests Value 1.643a 1.660 1.205 48 df 2 2 1 Asymp. Sig. (2-sided) .440 .436 .272

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
Symmetric Measures Value .182 48 Approx. Sig. .440

Nominal by Nominal N of Valid Cases

Contingency Coefficient

a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Hubungan Tujuan Penggunaan Ponsel Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel


Chi-Square Tests Value 11.665a 11.103 .054 48 df 4 4 1 Asymp. Sig. (2-sided) .020 .025 .816

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .46. Symmetric Measures Value .442 48 Approx. Sig. .020

Nominal by Nominal N of Valid Cases

Contingency Coefficient

a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

89

Lampiran 3. Output SPSS Uji Spearman Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel
Correlations status tingkat ekonomi penggunaan keluarga ponsel 1.000 .524** . .000 48 48 .524** 1.000 .000 . 48 48

Spearman's rho

status ekonomi keluarga

tingkat penggunaan ponsel

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan Tingkat Aktivitas Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel


Correlations tingkat aktivitas 1.000 . 48 .101 .494 48 tingkat penggunaan ponsel .101 .494 48 1.000 . 48

Spearman's rho

tingkat aktivitas

tingkat penggunaan ponsel

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Hubungan Tingkat Pengaruh Teman Dekat Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel


Correlations tingkat pengaruh teman dekat 1.000 . 48 .364* .011 48 tingkat penggunaan ponsel .364* .011 48 1.000 . 48

Spearman's rho

tingkat pengaruh teman dekat tingkat penggunaan ponsel

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

90

Hubungan Tingkat Terpaan Media Massa Dengan Tingkat Penggunaan Ponsel


Correlations tingkat terpaan media massa 1.000 . 48 -.081 .584 48 tingkat penggunaan ponsel -.081 .584 48 1.000 . 48

Spearman's rho

tingkat terpaan media massa tingkat penggunaan ponsel

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Hubungan Tingkat Penggunaan Ponsel Dengan Interaksi Sosial


Correlations tingkat penggunaan ponsel 1.000 . 48 .014 .926 48 interaksi sosial remaja .014 .926 48 1.000 . 48

Spearman's rho

tingkat penggunaan ponsel interaksi sosial remaja

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Anda mungkin juga menyukai