Anda di halaman 1dari 14

2.

Phylum mollusca Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh

lunak. Jadi mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. o Ciri-ciri Mollusca o Merupakan hewan triploblastik selomata; Tubuhnya simetri bilateral dan tidak beruas-ruas; Umumnya tubuh ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari zat kapur yang berfungsi untuk melindungi organ-organ dalam; Dapat ditemukan di air laut, air tawar, dan daratan, akan tetapi umumnya terdapat di laut; Semuanya mempunyai mantel. Pada beberapa jenis mantel dapat membentuk cangkok atau rumah; Mempunyai struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk tiap kelas; Tubuhnya mengeluarkan lendir untuk membantu berjalan; Berkembang biak secara seksual dengan cara pembuahan didalam tubuh (fertilisasi internal); Ada yang berumah satu dan ada juga yang berumah dua.

Struktur dan Fungsi Tubuh Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama : Kaki merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali.Pada beberapa mollusca kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang.

Klasifikasi Mollusca Mollusca dibagi kedalam lima kelas berdasarkan simetri tubuh, bentuk kaki, bentuk

cangkok, mantel, insang, dan sistem sarafnya. Yaitu:

1.

Amphineura Hewan yang termasuk kelompok ini semuanya hidup di laut dan banyak ditemukan di pantai. Kaki perutnya melekat pada batu-batuan. Insang terdapat di dalam rongga mantelnya. Di bagian dorsal, tubuhnya ditutupi mantel yang dilengkap;i dengan delapan kepingan kapur. Contoh Amphineura yang sering ditemukan adalah Chiton.

2.

Gastropoda Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda merupakan kelas Mollusca terbesar. Disebut juga siput. Gastropoda berkaki lebar dan pipih sehingga membentuk kaki perut. Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara menganggumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.

3.

Scaphopoda Scaphopoda mempunyai cangkok berbentuk taring atau terompet dengan kedua ujungnya yang terbuka. Hidup di laut pada pantai-panti yang berlumpur.

4.

Pelecypoda Pelecypoda mempunyai cangkok yang terdiri atas dua bagian. Dua bagian tersebut dihubungkan dengan semacam engsel. Mempunyai kaki berbentuk pipih seperti kapak dan insang (bronkia) berupa lembaran-lembaran. Cangkok Pelecypoda terdiri atas tiga lapisan, yaitu : Periostrakum adalah lapisan terluar yang dibentuk dari zat kitin, berfungsi sebagai lapisan pelindung; Lapisan prisma adalah lapisan kedua, tersusun dari kristal-kristal kalsit berbentuk prisma. Lapisan nakreas adalah lapisan ketiga, tersusun dari lapisan-lapisan tipis pararel dari kalsit (karbonat). Jenis Pelecypoda ada yang dapat menghasilkan mutiara, yaitu tiram mutiara. butir mutiara dapat terbentuk akrena adanya beda asing seperti pasir yang masuk diantara cankok dan mantel. Mutiara juga dapat dihasilkan dengancara memasukkan inti mutiara di antara mantel dan lapisan nakre.

5.

Cephalopoda Cephalopoda merupakan Mollusca yang mempunyai kepala jelas dan mata yang besar. Kaki otot dimodifikasi menjadi tangan, tentakel di sekeliling mulut, dan corong yang merupakan saluran keluar dari rongga mantel. Umumnya mempunyai kelenjar tinta. Cephalopoda yang memiliki cangkok yang lengkap adalah Nautilus. pada cumi-cumi dan sotong cangkok direduksi dan letaknya di dalam, sedangkan pada gurita samasekali tidak mempunyai cangkok. Cephalopoda merupakan mata rantai yang penting dalam jaring-jaring makanan pada ekosistem laut. Cumi-cumi merupakan sumber makanan ikan. Selain itu juga, cumi-cumi dan sotong merupakan makanan laut (sea food) yang mempunyai kadar protein tinggi dan digemari karenarasanya yang lezat. (Dalam : http://phylummollusca/planetblo.blog)

2.2. Phylum Ecinodermata Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino = landak, derma = kulit) adalah kelompok hewan triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. o Ciri tubuh Ciri tubuh Echinodermata meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. - Ukuran dan bentuk tubuh Bentuk tubuh Echinodermata ada yang seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan Aboral (yang tidak memiliki mulut). - Struktur dan fungsi tubuh Permukaan Echinodermata umumnya berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.Duri berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa.Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral.Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral.Kaki ambulakral memiliki alat isap.sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada.Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit.Sistem sirkulasi belum berkembang baik.Echinodermata melakukan respirasi dan makan pada selom.Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan

cabang saraf.Echinodermata tidak memiliki otak.Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus. - Cara hidup dan habitat Echinodermata merupakan hewan yang hidup bebas.Makanannya adalah kerang, plankton, dan organisme yang mati.Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam. o

Reproduksi Echinodermata bersifat dioseus bersaluran reproduksi sederhana.Fertilisasi berlangsung secara eksternal.Zigot berkembang menjadi larva yang simetris bilateral bersilia.Hewan ini juga dapat beregenerasi.

Klasifikasi Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea. - Asteroidea Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria.Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral.Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar.

Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari : Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian dorsal tubuh. Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar. Anggota Asteroidea memiliki kemampuan regenerasi yang sangat besar.Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti.Asteroidea merupakan hewan dioseus, organ kelamin berpasangan pada setiap lengan, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh.

Ophiuroidea Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang ular

(Ophiothrix).Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular) berbentuk seperti asteroidea, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel.Cakram pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul.Ophiuroidea tidak memiliki pediselaria.Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya. Hewan ini pun juga dapat beregenerasi. Echinoidea Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata).Permukaan tubuh hewan ini berduri panjang.Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles.Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa

organisme.Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak

cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan. Holothuroidea Holothuroidea dikenal dengan nama timun laut atau teripang.Contoh hewan ini adalah Cucumaria sp., Holothuria sp., dan Bohadschia argus.Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan dari tubuhnya.Daerah ambulakral dan interambulakral tersusun berselang-seling di sepanjang tubuhnya.Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga tubuhnya.Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral.Sistem respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran utama yang bercabang pada rongga tubuhnya.Keluar dan masuknya air melalui anus. Crinoidea Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan.Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan tidak bertangkai.Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan yang tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu.Contoh lili laut adalah Metacrinus rotundus dan untuk bintang laut berbulu adalah Oxycomanthus benneffit dan Ptilometra australis.Lili laut menetap di kedalaman 100 m atau lebih.Sedangkan yang berbulu hidup di daerah pasang surut sampai laut dalam.Kedua

kelompok tersebut memiliki oral yang menghadap ke atas.Lengannya yang berjumlah banyak mkengelilingi bagian kaliks (dasar tubuh).Pada kaliks terdapat mulut dan anus.Jumlah lengan kelipatan lima dan mengandung cabang-cabang kecil yang disebut pinula.Sistem ambulakral tidak memiliki madreporit dan ampula.Crinoidea adalah pemakan cairan, misalnya zooplankton atau partikel makanan. (Dalam: http://aboutkingdomanimalia.html)

2.3. Phylum Arthropoda Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. o Ciri tubuh Ciri tubuh Arthropoda meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. - Ukuran dan bentuk tubuh Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. - Struktur tubuh Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri lain dari Arthropoda adalah adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton). - Cara hidup dan habitat Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput. o Reproduksi Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat

steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua).Hasil fertilisasi berupa telur. o Klasifikasi Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki.Berikut ini akan diuraikan empat kelas diantaranya yang paling umum, yaitu Kelas Arachnoidea, Myriapoda, Crustacea, dan Insecta. Crustacea Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang keras.Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini.

Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di darat.Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca. Entomostraca Entomostraca adalah crustacea yang berukuran mikroskopik, hidup sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada yang sebagai parasit.Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan Cyclops sp. Malacostraca Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada entomostraca. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster, dan kepiting.Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk melindungi tubuhnya.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks yang menyatu membentuk sefalotoraks, serta abdomen. Saluran pencernaan udang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian bawah sefalotoraks.Lambung ( terletak di sefalotoraks ) dan usus ( terletak di abdomen ) berada disepanjang bagian dorsal tubuh.Hati yang merupakan kelanjar pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.makanan udang berupa berudu, larva, serangga, dan ikan-ikan kecil.Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat kelenjar hijau yang terletak di kepalanya.Pernapasan dilakukan dengan insang yang terdapat di bagian ventral tubuhnya dekat kaki.Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan sinus yang rongganya berdinding tipis.Organ kelamin bersifat dioseus. (Dalam: http://aboutkingdomanimalia.html)

2.5. Crustacea 2.5.1. Udang windu (Penaeus monodon)

Klasifikasi Udang Windu (Penaeus monodon) menurut Suwignyo, 1997 adalah sebagai berikut : Filum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Decapoda Ordo : Natantia Famili : Peneidae Genus :Penaeus Spesies :Penaeus Monodon

Gambar 10.Udang Windu (Penaeus monodon) Sumber :http://www.fishbase.gr/ 3.5.1 Karakteristik Fisik Secara morfologi tubuh Udang Windu dibedakan atas cephalothorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen (perut).Pada bagian kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena, sepasang antenula, sepasang mandibula dan sepasang maksila. Pada bagian dada terdapat tiga pasang maksiliped dan lima pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod yang terletak di samping telson. Bagian kepala dan dada tertutup oleh sebuah kelopak kepala atau cangkang kepala yang disebut karapas dan di bagian depan kelopak kepala terdapat rostrum yang memanjang dan bergerigi. Dalam perkembangannya Udang Windu mengalami beberapa kali perubahan stadia.Dimulai dari menetasnya telur menjadi larva melalui stadia neuplius yang terdiri atas 6

substadia zoea dan mysis masing-masing 3 substadia. Telur menetas setelah 10-12 jam, nauplius selama 2 hari, zoea selama 4-5 hari dan stadia mysis selama 3-4 hari. Stadia mysis akan berkembang menjadi post larva dan seterusnya menjadi juvenil serta akhirnya tumbuh menjadi udang dewasa. Pergantian kulit merupakan awal pertumbuhan pada Udang Windu.Setelah kulit udang yang mengandung kitin tersebut terlepas maka udang dalam keadaan lemah dan kulit baru belum mengeras.Pada saat itulah udang tumbuh.Peristiwa tersebut dibantu dengan penyerapan air dalam jumlah besar. Proses pergantian kulit (moulting) ini merupakan indikator dari pertumbuhan Udang Windu. Apabila proses pergantian kulit cepat, maka pertumbuhan akan semakin cepat pula. Selama Udang Windu berganti kulit biasanya tidak nafsu makan, udang tidak banyak bergerak dan mata terlihat pada tangkai mata udang aktif.Udang Windu merupakan hewan noktural yaitu aktif mencari makanan pada malam hari, sedangkan pada siang harinya berada di dasar laut (Tseng 1987).Sifat yang umum pada udang adalah sifat kanibal yaitu suatu sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri.Sifat ini sering timbul pada udang yang sehat, yang tidak sedang ganti kulit dan kekurangan makanan.Udang Windu hidup normal pada kisaran temperatur air (21-32) dengan kisaran temperatur optimal (28 1) . Udang Windu atau kurang dan 32 atau lebih dan akan mengalami

mengalami stres pada temperatur 20

kematian pada temperatur 35 . (Oemarjati. 1990) 3.5.2 Habitat dan Biologi Udang bersifat demersal, yaitu hidup di dasar perairan sehingga dalam pengelolaan kualitas air perlu mempertimbangkan kondisi dasar tambak yang dibutuhkan udang; Udang bersifat nocturnal, yaitu aktif pada malam hari sehingga perairan tambak perlu disesuaikan dengan proses biologi, kimia, fisika dan ekologi yang terjadi di dalamnya terutama pada malam hari; Udang bersifat phototaksis negatif, yaitu menghindari adanya cahaya secara langsung. Sifat ini berhubungan dengan pengelolaan kecerahan air tambak yang dapat menghalangi penetrasi cahaya secara langsung; Kanibalisme, yaitu pemangsaan yang dilakukan udang terhadap udang lainnya yang lebih lemah.Sebagai usaha mengurangi terjadinya kanibalisme maka perairan tambak perlu didukung dengan ketersediaan pakan alami yang cukup dan kondisi dasar tambak memungkinkan bagi udang yang berada dalam kondisi lemah untuk berlindung dari pemangsaan.

Menurut Sugiarti (1998), bangsa udang merupakan salah satu golongan dari binatang tidak bertulang belakang dan sebagian besar anggotanya hidup di laut. Sebagai crustacea, udang

mempunyai tubuh yang beruas dan dibungkus oleh suatu selubung yang keras yang terbentuk dari semacam zat tanduk (chitine). Udang yang planktonis merupakan makanan utama dari berbagai jenis ikan dan hewan laut lainnya. Pada umumnya bangsa udang berkeliaran pada waktu malam untuk mencari makan (nocturnal). Mereka keluar dari tempat-tempat persembunyiannya dan bergerak ke tempat-tempat yang banyak mengandung makanan. Pada Penaeus monodon memiliki alat kelamin yang berbeda antara jantan dengan betina. Alat kelamin jantan biasanya disebut petasma, sedangkan yang betina dinamakan thelicum. Jenis udang ini menduduki peranan penting dalam perikanan laut. Menurut Sugiarti (1998), udang dewasa umumnya hidup di dasar perairan dan berenang sebentar namun beberapa jenis ada yang hidup sebagai pelagis dan batipelagis. Penaeus hidup pada dasar berpasir dengan kedalaman 5-30 m. Udang windu atau udang bago (Penaeus monodon) termasuk ke dalam golongan udang penaeid. Udang penaeid mempunyai ciri khas, yaitu kaki jalan pertama, kedua, dan ketiga bercapit serta kulit kitin (pleura) pada segmen perut yang pertama tidak tertindih oleh kulit kitin pada segmen berikutnya. Secara anatomis baik cephalothorax maupun abdomen terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas. Hanya karena cephalothorax tertutup oleh carapace maka segmennya tidak terlihat dari luar, berbeda dengan abdomen yang ruas-ruasnya terlihat jelas (Sugiarti, 1998).

2.5.2. Udang putih (Penaeus merguiensis) Sebagaimana udang windu, udang putih (Penaeus merguiensis) juga termasuk udang penaeid. Pada udang putih masing-masing ruas badan memiliki anggota badan yang fungsinya bermacam-macam. Pada ruas kepala yang pertama terdapat mata majemuk yang bertangkai. Antena I atau antennules mempunyai dua buah flagella yang pendek dan berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Antena II atau antennae mempunyai dua buah cabang pula yaitu cabang pertama (exopodite) yang berbentuk pipih dan tidak beruas dinamakan prosartema, sedangkan yang kedua (endopodhit) berupa cambuk yang panjang dan berfungsi sebagai alsat perasa dan peraba (Romimohtarto, 2001). Menurut Romimohtarto (2001), yang membedakan antara udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang windu (Penaeus monodon) diantaranya yaitu warna kulitnya. Penaeus merguensis mempunyai kulit agak bening (transparan) sedangkan Penaeus monodon mempunyai kulit agak gelap. Selain itu bagian ujung kaki kipas pada Penaeus merguensis berwarna kuning hijau. Penaeus merguensis lebih menyukai dasar perairan lempung liat berpasir, sedangkan

Penaeus monodon lebih menyukai tekstur dasar lempung berdebu (lumpur dan pasir). Udang penaeid umumnya bersifat omnivora, juga pemakan detritus dan sisa organisme lain. Makanan Penaeus merguensis pada tingkat post larva selain jasad renik juga memakan fitoplankton dan alga hijau berbentuk benang.

2.5.3. UDANG RONGGENG Udang rongeng merupakan udang yang berasal dari genus yang berbeda dengan udang penaeid. Namun secara umum bentuk morfologinya tidak jauh berbeda dengan udang penaeid. Udang ronggeng mempunyai bagian-bagian tubuh yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian kepala, bagian badan, dan bagin ekor. Bentuk tubuh secara menyeluruh lebar pipih dan badan agak melengkung sampai ekor. Udang ronggeng mempunyai bagian kepala yang gepeng melebar, matanya terletak pada lekukan di pinggiran kepala sedangkan antenanya pendek berupa sisik yang gepeng. Udang pasir mempunyai empat pasang kaki jalan yang berfungsi untuk alat gerak, tanpa adanya kaki renang. Organ mata terletak pada pinggir batok kepala dan agak muncul karena bentuk kepala udang ronggeng tergolong dalam anak bangsa (sub ordo) Reptantia, di bawah seksi Macrura. Di bawah anak bangsa yang sama ini terdapat pula seksi Anamura, yang penampilannya merupakan peralihan antara Macrura dan Branchyura (Kepiting) (Romimohtarto, 2001). Menurut Romimohtarto (2001), badan terdiri atas segmen-segmen yang ditutupi oleh kulit keras yang mampu melindungi organ dalam tubuh. Kulit yang keras tersusun oleh zat kitin sehingga dapat bertahan lama dan kuat. Pada tiap ujung segmen badan terdapat kulit yang agak timbul keluar seperti sirip, bentuk sirip ini sebenarnya yaitu sungut yang tidak tumbuh. Pada bagian perut hampir seluruhnya tertutup oleh telur yang siap di buahi dalam jumlah yang banyak. Ekor pada udang pasir bentuknya hampir mirip dengan bentuk ekor udang jenis penaeid yaitu menyerupai kipas. Ekor terdiri dari dua pasang dengan bentuk agak tumpul pada ujungnya. Secara keseluruhan bentuk tubuh jantan dan betina tidak jauh berbeda, hanya ukuran yang agak besar jenis betina karena banyak menampung telur.

2.5.4. Rajungan (Portunus pelagicus) Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis yang paling terkenal sesudah kepiting bakau. Tubuh rajungan (Portunus pelagicus) bisa mencapai ukuran 18 cm, capitnya kokoh, panjang, berduri-duri. Pada hewan ini terlihat adanya perbedaan yang mencolok antara jantan dan betina. Jantan mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar, capitnya pun lebih panjang

daripada betina. Warna dasar pada jantan adalah kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak keputihan yang agak suram (Romimohtarto, 2001). Menurut Radiopoetro (1986), Portunus mempunyai karakter umum antara lain mempunyai karapas heksagonal, mempunyai garis lintang oral dan heksagonal, kadang berbentuk bulat, permukaan dorsal cenderung datar sampai cembung halus, biasanya bergelombang atau berbutir, permukaan lebar, bagian pinggir kadang bergerigi, kadang 5 sampai 9 gigi di setiap anterolateral, bagian pinggir posterolateral kadang bersatu jelas. Endopodite dari maxilipped kedua dengan cuping berkembang kuat di sisi dalam. Lengan samping memipih untuk menyesuaikan keadaan, segmen terakhir kedua adalah bagian seperti sepasang kayuh segmen abdominal 3 sampai 5 menyatu tidak dapat digerakkan. Rajungan hidup pada habitat yang beranekaragam misalnya pantai dengan dasar yang berpasir, pasir lumpur, dan di laut terbuka. Dalam keadaan biasa, rajungan hidup dengan berdiam di dasar laut sampai kedalaman lebih dari 65 m, tetapi sesekali dapat juga terlihat berenang dekat ke permukaan laut (Romimohtarto, 2001). Rajungan sering membenamkan diri di dalam pasir, hidup di daerah pasir berlumpur dan di perairan depan hutan mangrove. Rajungan sering tertangkap dalam jaring tangsi dan jaring kejer yang dibentangkan di malam hari. Rajungan yang tertangkap di perairan pantai umumnya mempunyai lebar carapas antara 8-13 cm dengan berat rata-rata 100 gr. Sedangkan yang berasal dari perairan lebih dalam dapat mempunyai kisaran lebar carapas 1215 cm dengan berat rata-rata 150 gr (Romimohtarto, 2001). Menurut Romimohtarto (2001), jenis-jenis rajungan yang terdapat di Indonesia yaitu: 1. Rajungan atau kepiting bulan terang (Portunus pelagicus) 2. Rajungan angin (Podophtalamus vigil) 3. Rajungan karang (Charybdis feriatus atau Charybdis cruciata) 4. Rajungan bintang (Portunus sanguinolentus) 5. Rajungan hijau atau kepiting batu (Thalamita crenata) 6. Rajungan batik (Charybdis natator) 7. Kepiting (Scylla serrata) 8. Rajungan hijau ataukepiting batu (Thalamita danae)

2.5.5. Kepiting (Scylla serrata) Kepiting mempunyai abdomen yang kecil dan terlipat di bawah tubuhnya. Mereka

mempunyai lima pasang kaki. Sepasang kaki yang pertama berujung capit dan lebih besar daripada kaki yang lainnya. Pasangan terakhir kaki jalannya sering berbentuk pipih dan dipakai sebagai alat untuk berenang. Kepiting biasanya berjalan atau merangkak dengan aneh, yaitu dengan gaya berjalan ke samping. Hewan ini pada umumnya memakan beraneka makanan meliputi bangkai hewan dan tumbuhan mati. Terdapat banyak sekali jenis kepiting di berbagai bagian dunia. Kebanyakan hidup dalam laut, beberapa jenis terdapat dalam air tawar, beberapa jenis lagi hidup di darat. Kepiting yang bertempat dalam air bernafas dengan insang yang terletak dalam rongga yang berapa dalam sisi tubuhnya. Rongga-rongga ini lebih besar pada jenis yang menghuni daratan karena berfungsi sebagai paru-paru (Romimohtarto, 2001). Selain shrimp, lobster, dua jenis yang nilai ekonomisnya penting adalah kepiting dan rajungan. Kepiting (Scylla serrata) mempunyai lima pasang kaki, sepasang pertama berujung capit dan lebih besar daripada kaki yang lainnya, pasangan terakhir kaki jalannya sering berbentuk pipih dan dipakai untuk berenang. Panjang pasangan kaki jalan lebih pendek daripada capit pasangan kaki terakhirnya (Romimohtarto, 2001). Menurut Romimohtarto (2001), dilihat dari jenis kelamin, kepiting bakau dapat dibedakan : 1. Kepiting jantan dicirikan oleh bagian abdomen yang lancip menyerupai bentuk segitiga sama kaki, sedang pada betina dewasa agak bundar dan lebar. 2. Pada kepiting jantan dewasa mempunyai ukuran capit yang lebih besar dibandingkan dengan kepiting betina. Menurut Romimohtarto (2001), tingkat perkembangan kepiting dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu : 1. Fase telur (embrionik) 2. Fase larva 3. Fase kepiting Pada fase larva dikenal Zoea I, II, III, IV, V, dan megalopa. Sedangkan pada fase kepiting dikenal dengan fase kepiting muda dan dewasa (Romimohtarto, 2001). Menurut Romimohtarto (2001), jenis kepiting bakau yang ekonomis tinggi antara lain : 1. Scylla serrata, jenis ini mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai hijau kemerah-merahan 2. Scylla oceanica, berwarna kehijauan dan terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut 3. Scylla transquebarica, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis berwarna coklat pada kaki renangnya. Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati antara lain suka

berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding untuk pematang tambak pemeliharaan, kanibalisme dan saling menyerang, moulting atau ganti kulit, serta kepekaan terhadap polutan (Romimohtarto, 2001).

Anda mungkin juga menyukai