Anda di halaman 1dari 3

ARAB SEBELUM ISLAM

Semenanjung Arab memiliki luas area seperempat juta mil. Bagian utara dibatasi oleh rantai teritorial yang disebut dengan the Fertile Crescent, atau Sabit Subur-seperti di Mesopotamia, Syiria dan Palestina-dan gurun pasirnya dibatasi oleh Teluk Persia sebelah timur, Laut India sebelah selatan dan Laut Merah sebelah barat. Kemudian sebelah barat-selatan, tepatnya adalah Yaman, merupakan daerah pegunungan yang subur, maka disana terdapat pemukiman masyarakat dan kawasan tersebut banyak dimanfaatkan untuk perkebunan. Kebanyakan populasi pada saat itu hidup dengan menggembala dan nomaden. Bersama kumpulannya mencari ladang yang kaya akan oasis. Orang-orang Arab sangat sulit untuk berinteraksi karena luasnya gurun yang memisahkan kelompok-kelompok masyarakat. Terdapat sejumlah gurun di Arab yang sangat luas, diantaranya yang paling terkenal adalah Nufud, kawasan gurun yang dipenuhi oleh bukit-bukit pasir. Kemudian selain Nufud, ada yang disebut dengan Hamad; area yang lebih keras dan dekat dengan Syria dan Iraq. Secara umum, Arab dibagi ke dalam tiga zona, pertama adalah Tihama, sebuah area yang lebih dekat dengan Laut Merah. Kawasan ini terbentang daratan yang berombang-ombang. Kedua adalah Hijaz yang isinya merupakan pegunungan-pegunungan yang memisahkannya dengan zona Tihama. Ketiga adalah zona Najd, didominasi oleh padang Nufud. Berdasarkan Ignazio Guidi, seorang peneliti dan sejarawan dari Italia, Mesopotamia merupakan daerah peradaban yang paling tua, dan disana pertama kali formulasi kebudayaan dan bahasa berkembang. Oleh orang Arab sendiri, tradisi mereka terbagi dalam dua pola utama: 1. the Northern; dan 2. the Southern. Tradisi bahasa diantara keduanya memiliki perbedaan. Adapun kronologi permulaan Arab Selatan dimulai dengan munculnya Kerajaan tertua yaitu Saba yang memiliki hubungan interaksi dengan Kerajaan Solomon. Sejak abad kesepuluh sebelum masehi, Kerajaan Saba telah banyak melakukan aktivitas-aktivitas tradisional yang mengawali perkembangan aktivitas modern. Pada tahun 750 SM, salah satu Raja Saba membangun bendungan Marib, untuk dimanfaatkan sebagai

sumber pengairan masyarakat, khusunya untuk perkebunan kerajaan. Kerajaan Saba telah memperluas wilayah kekuasaannya hingga sampai benua Afrika, dan berdiri di sana Kerajaan Abyssinia. Kerajaan Saba telah banyak berinteraksi transaksional dengan sejumlah kerajaan, seperti dari Roma, Mesir dan India. Kejayaan Kerajaan Saba berakhir dengan invasi yang dilakukan oleh kalangan Kristiani dan Etiopia Organisasi politik di Arab-Selatan adalah monarki; tahta kerajaan yang diturunkan dari ayah ke anak. Dalam periodisasinya, feodalisme cukup kental dirasakan dalam kawasan ini. Agama yang dianut adalah Politheisme. Sehingga dapat ditemukan di sana, beragam tempat peribadatan yang dijadikan sebagai pusat berkumpulnya masyarakat. Berbeda dengan Arab-Selatan, Arab-Utara memiliki tradisi yang sangat berbeda. Tentunya disebabkan dengan kurangnya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka masyarakat Arab-Utara memang cenderung bertradisi nomaden ketimbang untuk menetap pada satu wilayah saja. Pada periode klasik, penetrasi Hellenistik bermula dari Syria dan memengaruhi kawasan lainnya. Kemudian periode eksploitasi Arab-Barat mulai menunjukkan keseriusannya dalam meregulasi rute perdagangan dan menghasilkan perbatasan semi-civilized dengan Syria dan wilayah-wilayah di utara Arab. Masyarakat Arab di sejumlah wilayah, pada fase originalnya berada di bawah pengaruh kuat dari budaya Aramaik. Kerajaan yang petamakali diketahui adalah Aretas (Arab, Haritha), berdiri tahun 169 SM. Kapitalnya adalah di wilayah Petra, yang kemudian menjadi Kerajaan Yordan. Kerajaan Nabatean melakukan interaksi pertamanya dengan Roma pada tahun 65 SM. Khas-Arab Dalam organisasi suku, orang-orang Arab menyebut kepala sukunya dengan nama Sayyid atau Syeikh. Namun perlu diketahui bahwasannya tugas seorang Syeikh (pemerintah), bukan untuk mengomando apa yang harus dilakukan oleh masyarakat melainkan hanya sebagai fungsi arbitrase semata.

Syeikh dipilih oleh kalangan sesepuh dari orang Arab, dan calon Syeikh ini mesti dari suku asli atau Ahl al-Bait (the people of the house). Kehidupan suku di Arab, terbentuk dari kebiasaankebiasaan yang cukup lama mereka pertahankan hingga mereka menyebutnya sebagai tradisi. Agama yang mereka anutpun adalah polydaemonism yang memiliki ikatan dengan paganism, atau menyembah berhala. Sebagian dari masyarakat Arab ada yang menyembah pepohonan, bebatuan, bukit dan patung-patung yang sengaja dibuat untuk prosesi penyembahan; yang paling terkenal adalah Manaat, Uzza dan Allat, dan yang terakhir sering disebut dengan Herodotus. Selanjutnya, di beberapa wilayah didirikan kota (town), salah satunya yang paling terkenal adalah Mekah (Mecca), di Hijaz. Biasanya di sana terdapat Majlis al-Umam atau suatu tempat berkumpulnya masyarakat dalam mengutarakan opini mereka untuk perkembangan kota. Di Mekah, terdapat Kabah, bangunan batu berbentuk kubus, yang dibangun sebagai simbol kesatuan di Mekah. Karena Arab pada saat itu menjadi wilayah atau rute perdagangan yang menjembatani kawasan Persia dan Afrika, maka berkembang budaya (culture) Persia dan Bizantin, seperti budaya moral dan material. Tidak hanya Persia yang mendomiansi kulturalisasi di kawasan Arab, sejumlah penganut Kristen dan Yahudipun menempati posisinya di beberapa area. Najran merupakan kawasan yang dihuni oleh masyarakat Kristen dan di sana kehidupan politik cukup berkembang baik. Kemudian Yathrib-kini Madinah-merupakan kawasan Yahudi, yang tumbuh subur di sana aktivitasaktivitas perdagangan dan perkebunan. Kehidupan Mekah memang telah sejak lama berkembang pada saat dimulainya komunikasi dengan Yaman, di Arab-Selatan dan Mediterania, di Arab-Utara; hal ini telah dikemukakan oleh Macoraba, peneliti geografi dari Yunani. Aktivitas sosialnya, didominasi oleh dinamika bisnis yang menduduki level tinggi pada saat itu. Aktivitas perdagangan ini banyak dikuasasi oleh komunitas suku Quraish. Namun suku Quraish ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu QuraishDalam (Quraish of the Inside), yang memiliki modal penuh dalam perdagangan dan Quraih-Luar (Quraish of the Outside), yang tidak memiliki kuasa dalam berbisnis. Dari suku Quraih inilah lahir Muhammad, yang pada saat nantinya akan menjadi seorang revolusioner Timur Tengah yang mampu memengaruhi dinamika global.

Anda mungkin juga menyukai