Anda di halaman 1dari 3

Hasil dan Pembahasan Kurva pertumbuhan pada suhu 30oC ditunjukkan pada Gambar. 1a, sedangkan Gambar.

1b menunjukkan kurva pertumbuhan pada suhu 35 oC. Karena sel S. platensis sebelumnya telah beradaptasi dengan medium, maka tidak ada fase lag. Konsentrasi biomassa pada pengujian di suhu 30oC mencapai 0,82 0,92 g/l yang lebih tinggi daripada pada suhu 35oC (0,59 0,65 g/l). Hal ini telah ditunjukkan sebelumnya oleh Danesi, et.al., 2001; Vonshak, 1997), bahwa suhu pertumbuhan optimal bagi S. platensis adalah antara 30oC dan 35oC, dimana pada suhu 40oC akan merusak cyanobacterium ini. Dalam hal untuk meningkatkan biomassa, maka hasil yang terbaik diperoleh pada suhu 30oC, yang sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Danesi, dkk. (2001).

Kenyataannya bahwa nilai biomasaa tertinggi terjadi pada suhu 30oC, hal ini mungkin disebabkan karena faktanya tekanan parsial CO2 di dalam medium pada suhu 30oC lebih besar dibandingkan pada suhu 35oC, yang mengarah ke konsentrasi bikarbonat yang lebih tinggi dan akibatnya akan terjadi peningkatan kecepatan fotosintesis. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah bahwa pada suhu yang lebih tinggi (misalnya 35oC) terdapat peningkatan dalam aktivitas

pernafasan siklus gelap (dark cycle) dimana sel-sel menggunakan bahan cadangan (misalnya karbohidrat) untuk respirasi dan secara bersamaan terjadi pula penurunan berat sel (Vonshak et al., 1982). Menurut Torzillo and Bernardini (1991), untuk biakan luar dari Spirulina memproduksi biomassa hingga 34% selama periode siang hari yang mungkin hilang melalui respirasi di malam hari. Nilai untuk kecepatan pertumbuhan spesifik maksimum (max), durasi dari fase eksponensial (t), produktivitas pada 450 jam (P450), dan kandungan senyawa protein, lipid dan fenolik ditunjukkan pada Tabel 1.

Secara umum biomassa dan nilai max lebih besar pada suhu 30oC (0,073 0,074 /hari) dibandingkan pada suhu 35oC (0,048 0,054/hari). Dalam Spirulina semakin rendah kepadatan polulasi, maka semakin besar kecepatan pertumbuhan spesifik maksimum (max). Hal ini diharapkan untuk suatu sistem terutama yang cahayanya terbatas karena penurunan kepadatan populasi akan meningkatkan ketersediaan cahaya untuk masing-masing sel. Namun, efek penurunan kepadatan populasi dalam sistem yang cahayanya terbatas (light-limited system) paling menonjol pada suhu tinggi dan paling sedikit pada suhu rendah (Vonshak, et.al., 1982). Hal ini menjelaskan mengapa nilai max tertinggi diamati pada suhu 30oC

dan tidak pada suhu 35oC. Nilai max pada suhu 30oC tampaknya tidak dipengaruhi oleh konsentrasi natrium sitrat. Produktivitas tertinggi (P450 = 30 34 mg/ L hari) diperoleh pada suhu 30oC, dan demikian muncul bahwa konsentrasi dari natrium nitrat dalam medium Zarrouks (2500 g/l) dapat diturunkan menjadi 0,625 g/l tanpa hilangnya produktivitas, mengurangi biaya produksi dalam kultivasi skala besar. p-values (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsentrasi dari natrium sitrat dalam medium Zarrouks memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi protein, lipid, dan fenolik, ketika temperatur biakan memiliki pengaruh yang signifikan pada semua variabel. Ada interaksi yang signifikan antara kandungan protein, lipid, dan fenolik pada interval kepercayaan 99%, menunjukkan bahwa interaksi antara variabel seharusnya diselidiki lebih rinci.

Anda mungkin juga menyukai