Anda di halaman 1dari 7

Jenis Film : Drama

Produser : Hanung Bramantyo

Produksi : Starvision

Pemain :

Revalina S. Temat Joshua Pandelaki Widyawati Oka Antara Reza Rahadian Ida Leman

Sutradara : Hanung Bramantyo Penulis : Hanung Bramantyo Ginatri S. Noor

konsep kesetaraan gender dalm film perempuan berkalung sorban


Synopsis II

KONSEP KESETARAAN GENDER DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perempuan makhluk istimewa dengan segala keindahannya, makhluk yang sering dianggap lemah namun menyimpan kekuatan besar. Wanita juga boleh dibilang selalu jadi 'makhluk kelas dua' jika dibandingkan dengan lawan jenisnya, lakilaki. Kebebasannya sering dianggap tabu, keputusannya dianggap perlawanan, padahal sejatinya perempuan dan lakilaki adalah pelengkap antara satu sama lain.

Bukan hal yang baru pula kalau lakilaki malah menjadi penindas bagi perempuan, perempuan jadi warga negara kelas dua. Ditindas hakhaknya dan dilupakan suaranya. Di sisi lain emansipasi perempuan terus digaungkan. Sayangnya, kesetaraan hak itu bukanlah sesuatu yang bersifat evolusi namun paralel.

Di suatu waktu ada perempuan yang menjadi presiden tapi pada waktu yang sama ada perempuanperempuan yang ditekan, dipaksa menghentikan pendidikannya, mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dijual oleh keluarganya sendiri.

Berbicara mengenai kebebasan kaum perempuan, selalu tidak terlepas dari normanorma adat, tradisi bahkan agama.

Berdasarkan Inpres No. 9 Tahun 2000 disebutkan bahwa:

1. Gender merupakan konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab lakilaki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 2. Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Dalam relasi sosial yang setara, perempuan dan laki-laki merupakan faktor yang sama pentingnya dalam menentukan berbagai hal yang menyangkut kehidupan, baik di lingkungan keluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.

Media pikiran, Namun yang

massa

memiliki sikap, opini

peran dan

besar

dalam

membentuk

dan

mengubah perempuan. stereotip yang

perasaan, potret negatif.

perilaku massa

masyarakat masih

tentang

perempuan Kehadiran

dalam film

media dengan

memperlihatkan

target

audience

perempuan

bertujuan untuk memberdayakan perempuan, merupakan suatu harapan baru bagi perempuan gender. untuk menyuarakan kesamaan hak dan meminimalisir ketidakadilan

Inilah yang dinyatakan Wood (1994:235) bahwa media tetap saja menyajikan laki-laki dan perempuan dengan cara yang stereotipikal yang membatasi persepsi kita tentang kemungkinan-kemungkinan manusia. Lebih lanjut, Wood (1994:238-244) menunjukkan 4 (empat) penggambaran stereotipikal itu yang membuat media terus merefleksikan dan mendorong pengembangan relasi pria dan perempuan yang dianggap patut secara tradisional, yaitu:

a. Perempuan bergantung/laki-laki mandiri

b. Perempuan tidak kompeten/laki-laki memiliki otoritas

c. Perempuan mengasuh/laki-laki mencari nafkah

d. Perempuan sebagai korban dan objek seks/laki-laki agresor

Wood mengemukakan hal tersebut tercermin mulai dari film kartun buatan Walt Disney The Litle Mermaid hingga film Hollywood Pretty Woman. Tentu saja, contoh yang dikemukakan Wood itu masih bisa kita tambahi dengan contoh-contoh yang diambil dari apa yang disiarkan media-media di Indonesia. Sedangkan Luke (1996) menyusun representasi laki-laki dan perempuan di televise seperti bisa dilihat pada tabel berikut:

S eperti dikemukakan sebelumnya, melek-media menjadi salah satu cara yang banyak dianjurkan untuk mengembangkan represesntasi media tentang perempuan yang lebih berimbang dan tidak bias gender. Secara sederhana, melek-media dapat idefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menganalisis citra dan pesan-pesan tersirat (implisit) pada semua jenis isi media. Menurut Davidson (2006), melek-media memainkan peran yang signifikan dalam menentukan apakah isu-isu gender akan secara luas dipandang penting dan menjadi persoalan sosial, politik dan budaya yang absah.

Kemudian Islam merupakan agama mayoritas negara ini sering kali dikaitkan dengan topik kebebasan pihak perempuan, dianggap berat sebelah karena lebih memihak atas kepentingan perempuan, yang kemudian ayatayatnya menjadi alat untuk membungkam perempuan, sebuah fenomena pro dan kontra yang terus berlanjut hingga saatini. Membaca fenomena yang terjadi, Starvision mencoba menghadirkan film terbarunya berjudul Perempuan Berkalung Sorban, dengan arahan sutradara berbakat HanungBramantyo. Film yang diambil dari karya novel Abidah El. Khalieqy ini adalah film tentang salah satu dunia paralel perempuan. Berkisah tentang Anissa, seorang perempuan dari pesantren yang

berjuang

untuk

mendapatkan

hak-nya.

Hak untuk memilih hidup tanpa ada tekanan, termasuk juga tekanan yang mengatasnamakan agama.

Inilah yang kemudian menggelitik peneliti untuk mengkaji dan meneliti konsep gender dalam film perempuan berkalung sorban.

I.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana konsep kesetaraan gender dalam film perempuan berkalung sorban? Melalui pemahaman tentang teori komunikasi massa dan teori kesetaraan gender.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep kesetaraan gender dalam film perempuan berkalung sorban.melalui analisis teori, wawancara dan pengamatan film perempuan berkalung sorban.

I.4 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang coba ditampilkan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Secara akademis, merupakan bentuk aktualisasi nilai pribadi seorang mahasiswa sebagai insan akademis yang mampu mengkaji dan meneliti fenomena social dari sudut pandang keilmuan yang dimilikinya, terutama bagi seorang mahasiswi ilmu komunikasi. 2. Secara social, bahwa kita sebagai salah satu kelompok social tentu harus mampu memberikan kontribusi pengetahuan keilmuan yang ilmiah, sistematis dan kreatif

untuk membantu pemahaman kelompok social lainnya baik internal maupun eksternal.

I.5 Batasan Penelitian

Yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis wacana adapun untuk meneliti konsep kesetaraan gender ini nantinya yang kemudian akan dibatasi berdasarkan unit unit analisis yang meliputi: tema, skema, latar, setting, ilustrasi/ visualisasi, maksud, pengandaian, penalaran, kata kunci, pemilian kata, ekspresi dan metafora.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Fakih, Mansour. 1999. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardiman, F. Budi. 1993. Menuju Masyarakat Komunikatif. Jakarta: Kanisius. Kompas, 13 Juni 2001. Mosse, Julia Cleves. 2004. Gender dan Pembangunan. Terj. Hartian Susilawati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai