Anda di halaman 1dari 2

Pada saat ini pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Hal ini diiringi dengan semakin meningkatnya perkembangan dan kemajuan di bidang industri. Industri tekstil adalah salah satu industri yang berkembang dengan pesat dan memegang peranan yang cukup penting di Indonesia. Perkembangannya cukup menjanjikan, yaitu mencapai 0,85% per tahun. Perkembangan dan kemajuan di bidang industri tersebut akan mempengaruhi limbah yang dihasilkan oleh industri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas limbah. Limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut akan mempunyai risiko sebagai penyebab pencemaran lingkungan, dan saat ini pencemaran lingkungan yang berakhir dengan kerusakan lingkungan menjadi suatu masalah utama dalam pembangunan,terutama bagi manusia. Limbah industri, khususnya limbah cair memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pencemaran air. Hal ini merupakan suatu kondisi yang memiliki risiko tinggi, karena pencemaran pada air dapat menjadi sumber utama terjadinya kontak manusia dengan senyawa kimia beracun. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, mengingat tersebut tidak hanya merusak lingkungan, tetapi dapat berakibat fatal bagi mahluk hidup terutama pada manusia. Dalam industri tekstil, zat warna merupakan salah satu bahan baku utama; sekitar 10-15% dari zat warna yang sudah digunakan tidak dapat dipakai ulang dan harus dibuang. Selain mencemari lingkungan, zat warna tersebut juga dapat membahayakan keanekaragaman hayati dan mengganggu kesehatan, misalnya iritasi kulit, iritasi mata, dan kanker. Bahkan, zat warna juga dapat menyebabkan terjadinya mutasi (Mathur dkk., 2005). Mathur, N.; Bhatnagar, P. ; Bakre, P., (2005), Assessing Mutagenicity of Textile Dyes From Pali Senyawa azo, adalah zat warna yang digunakan untuk pewarna tekstil yang dapat mencemari perairan. Zat warna dari limbah tekstil bila dibuang ke perairan dapat menutupi permukaan badan air sehingga menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam perairan. Berkurangnya sinar matahari yang masuk ke perairan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis oleh tumbuhan yang ada di perairan. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen di dalam air menurun dan pada akhirnya menyebabkan kematian mahluk hidup yang ada di perairan tersebut. Selain itu, badan air yang tercemar oleh limbah tekstil juga sangat berbahaya bila digunakan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan beberapa senyawa kimia dan limbah tekstil mempunyai sifat yang toksik bagi mahluk hidup yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker dan tidak berfungsinya organ-organ tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Di samping mempunyai sifat yang berbahaya bagi mahluk hidup terutama bagi manusia, pencemaran limbah tekstil juga dapat mengurangi nilai estetika badan air, badan air (sungai atau danau) menjadi tidak nyaman untuk dipandang karena aimya berwarna bahkan mungkin berwarna gelap atau hitam pekat. Nilai estetika suatu badan air juga menurun dengan timbulnya bau yang tidak sedap seperti bau amoniak dan asam sulfida hasil penguraian limbah oleh bakteri secara anaerob karena badan air mempunyai kandungan oksigen yang sangat minim. Penurunan atau hilangnya nilai estetika suatu badan air akan menurunkan nilai ekonomis badan air, dan tentunya akan merugikan bagi masyarakatyang tinggal disekitar badan air tersebut.Senyawa-senyawa

kimia yang umumnya ada di dalam air limbah industri tekstil adalah senyawaorganik. Senyawa organik ini umumnya adalah senyawa azo yaitu zat warna yang digunakan pada pencelupan dan pewarnaan tekstil. Kadar senyawa organik yang ada dalam suatu perairan dapat diukur dengan parameter Chemical Oxygen Demand (COD) atau dengan parameter Biochemical OxygenDemand (BOD). Sedangkan untuk melihat kepekatan wama maka dapat dilakukan pengukuran intensitas warna. http://www.scribd.com/doc/67434053/Pence-Mar-An-Air-Oleh-Limbah-Tekstil Mengingat semakin perlunya kelestarian alam untuk menunjang masyarakat berkelanjutan, tentunya pengolahan limbah tekstil menjadi sorotan kalangan luas. Namun, teknologi pengolahan limbah yang sekarang tersedia memakan biaya yang cukup tinggi, dengan hasil yang belum memadai, bahkan menghasilkan produk samping yang berbahaya. Limbah tekstil diketahui memiliki padatan tersuspensi dalam jumlah yang banyak, warna yang kuat, pH yang sangat berfluktuatif, suhu tinggi dan konsentrasi COD yang tinggi karena sebagian besar limbah yang dihasilkan berupa campuran dari bahan - bahan organik sebagai produk samping dari proses produksi. Pewarnaan dan pem-bilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD (Chemical Oxygen Demand) tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai. Polutan utama dalam limbah tekstil berasal dari proses pewarnaan dan finishing yang melibatkan pewarna baik sintetis maupun alami agar dihasilkan warna yang permanen. Selama ini, di Indonesia sebagian besar pengolahan limbah dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Namun, pengolahan kimia, fisik maupun biologi yang biasa diterapkan sering kali dirasa menjadi kurang efektif karena semakin kompleksnya limbah yang dihasilkan dan biaya operasional yang tinggi (Sugiarto ,2002). Pengolahan limbah harus memper-timbangkan segi efisiensi dan biaya pengolahan yang harus dikeluarkan oleh industri yang bersangkutan. Sehingga dibutuhkan teknologi yang lebih efektif dan ekonomis untuk pengolahan limbah industri. Perkembangan teknologi pada saat ini mengarah pada metode baru yang dinilai lebih efektif untuk mengolah limbah. Sugiarto, Anto Tri, 2002. Atasi Polusi dengan Plasma. Tangerang: Pusat Penelitian KIM-LIPI. , -------2002. Properties of Pulsed Electrical Discharge in Water and Their Application. Japan: Gunma University -------,2003. Reaktor Elektrical Discharge dalam Air. Jurnal Instrumentasi. Tangerang: Puslit KIM-LIPI

Anda mungkin juga menyukai